TUJUAN
1. Mampu mengidentifikasi senyawa kafein dan menetapkan kadar kafein dalam
sample obat menggunakan HP-TLC
2. Mampu mengoperasikan alat HP-TLC sesuai SOP.
PRINSIP
Kafein dalam sample dapat ditetapkan secara HP-TLC. Fasa diam yang
digunakan berupa padatan (Silica gel 60F 254) dalam bentuk plat atau lembaran,
sedangkan fasa gerak berupa campuran larutan dari kloroform, aseton, ammonia
25% dengan perbandingan 8:2:0,1. Komponen caffeine dapat terpisah berdasarkan
perbedaan laju migrasi komponen diantara 2 fase. kadar caffeine dalam sample
dapat dihitung dengan membandingkan luas area sample dengan standar, dengan
cara dilakukan spoting lalu dielusikan kemudian diletakkan dibawah sinar uv yang
selanjutnya diukur menggunakan HP-TLC scanner.
DASAR TEORI
Kafein merupakan sejenis alkaloid heterosiklik dalam golongan
methylxanthine, yang menurut definisi berarti senyawa organik yang mengandung
nirogen dengan struktur dua-cincin atau dual-siklik. Kafein dalam bentuk murni
muncul sebagai bedak kristal putih yang pahit dan tidak berbau (Brain, 2000).
Rumus kimianya adalah C₈H₁₀N₄O₂ dan memiliki nama kimia 1,3,7-
trimethylxanthine.
Rumus bangun kafein
Fase gerak Yang digunakan adalah pelarut organik, Dapat digunakan satu
macam pelarut organic saja ataupun campuran. Bilamana fase gerak merupakan
campuran pelarut organik dengan air maka mekanisme pemisahan adalah partisi.
Pemilihan pelarut organic ini sangat penting karena akan menentukan
keberhasilan pemisahan. Pendekatan polaritas adalah yang paling sesuai untuk
pemilihan pelarut. Senyawa polar akan lebih mudah terelusi oleh fase gerak yang
bersifat polar dari pada fase gerak yang non polar. Sebaliknya, senyawa non polar
lebih mudah terelusi oleh fase gerak non polar dari pada fase gerak yang polar.
Analisis Kualitatif
Prinsip HPTLC
CARA KERJA
Dihomogenkan
2. Pembuatan Deret Standar
Dimasukan ke LT 10 mL &
tera dengan kloroform lalu
homogenkan
Pengamatan Fisik
Nama Bahan atau
No
reagen
Warna Bau Wujud
Khas
2 Kloroform Tidak Berwarna Cairan
Klorofom
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran kafein dalam Sampel tablet
obat menggunakan kromatografi lapis tipis kinerja tinggi dilakukan pengujian
secara kualitatif dan kuantitatif lalu dilakukan perhitungan estimasi
ketidakpastian. Pada pengujian secara kualitatif diperlukan senyawa murni kafein
sebagai pembanding. Sampel dan senyawa pembanding ditotolkan pada ujung
pelat KLT Silica gel 60 F 254 yang berfloresen bersifat polar , karena Kafein
merupakan senyawa organik yang banyak mengandung gugus fungsi yang
mampu menyerap sumber radiasi pada daerah sinar ultra violet. Kemudian
sampel dan standar dielusikan pada fasa gerak kloroform yang bersifat non polar.
Semakin lama sampel dan standar tertahan difasa diam menunjukan sifatnya
yang menyukai fasa diam. Begitu juga sebaliknya apabila sampel mudah terbawa
oleh fasa gerak sifatnya menyerupai fasa gerak “like dissolve like”. Senyawa yang
mempunyai nilai Rf yang sama dengan nilai Rf senyawa pembanding dan pada
elusi dengan sistim berbeda tetap memberikan nilai Rf yang sama, maka dapat
disimpulkan sementara senyawa tersebut identik dengan senyawa pembanding.
Pada pengujian secara kuantitatif dilakukan dengan melihat luas area pada
kromatogram yang dihasilkan oleh alat HPT-LC. Dilakukan estimasi ketidapastian
pengukuran kadar kafein untuk menetapkan rentang nilai yang didalamnya
diperkirakan nilai benar yang diukur berada.
TES FORMATIF
1. Mengapa perlu dihitung nilai ketidakpastian pengukuran?
Jawab :Ketidakpastian merupakan parameter yang menetapkan rentang
nilai yang didalamnya diperkirakan nilai benar yang diukur berada. Nilai
ketidakpastian memungkinkan pengguna data hasil uji untuk mengevaluasi
kehandalan data, mengevaluasi kesesuaian dengan data hasil uji terhadap
tujuan penggunaannya. Setiap nilai yang diperoleh dari suatu pengukuran
kuantitatif hanya merupakan suatu perkiraan terhadap nilai benar dari sifat
yang terukur. Tanpa pernyataan kuantitatif kesalahan suatu pengukuran
maka data hasil pengukuran kurang mempunyai arti. Ketidakpastian
pengukuran metode pengujian sangat perlu diketahui oleh laboratorium
karena kewajiban laboratorium mencantumkan estimasi ketidakpastian
pengukuran pada hasil analisa yang diperoleh apabila diminta oleh
pengguna jasa laboratorium. Nilai ketidakpastian juga menyatakan mutu
hasil pengukuran atau pengujian, semakin kecil nilai ketidakpastian maka
semakin baik hasil pengujian.