Anda di halaman 1dari 43

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa
urin (air kemih) (Speakman, 2008). Susunan sistem perkemihan (Panahi,
2010) :
 Dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin
 Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih)
 Satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan
 Satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria

1. Ginjal

1
Berbentuk seperti kacang, warna merah tua, sisi cekung menghadap
medial, panjang ± 12,5 cm, tebal 2,5 cm (± sebesar kepalan tangan), berat
125 g - 175 g (pria dewasa : 150-170 g dan wanita dewasa : 115-155 g).
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua
sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Fungsi ginjal
adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zatzat toksis atau
racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Proses pembentukan urin (Tahapannya) :
o Filtrasi : terjadi penyerapan darah di glomerolus.
o Reabsorbsi : terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida fosfat, beberapa ion bikarbonat;di tubulus proximal.
o Sekresi : proses penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selajutnya diteruskan ke luar (Rodrigues,
2008).
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri
renalis bercabang menjadi arteri interlobularis kemudian menjadi arteri
akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang manjadi
arteriole aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah
yang meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen gromerulus yang
kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 201l).
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,
saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal (Barry, 2011).
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter

2
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. Lapisan
dinding ureter terdiri dari :
 Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
 Lapisan tengah lapisan otot polos
 Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya
kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
 Uretra pars prostatika
 Uretra pars membranosa
 Uretra pars spongiosa
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini
hanya sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).

B. Keganasan Sistem Urinaria


1. Konsep Dasar Ca Ginjal
a. Definisi
Cancer Kidney atau kanker ginjal tersusun dari kata cancer atau
kanker yang berarti istilah awam yang digunakan untuk menyatakan
berbagai bentuk penyakit keganasan dan kidney atau ginjal yang
berarti sepasang organ retroperitoneal yang terletak pada dinding

3
abdomen posterior dalam region lumbalis, fungsi ginjal berhubungan
dengan homeostasis, dan organ ini memproduksi urine dan untuk
mengekskresikan limbah seperti ureum, mengendalikan keseimbangan
elektrolit dan nilai pH. Ginjal juga memproduksi renin serta
eritropoitin yang terlibat dalam metabolism vitamin D. (Cristina
Brooker, edisi 31 tahun 2012)
Sebuah tumor ginjal adalah pertumbuhan abnormal dalam ginjal.
Istilah “massa”, “lesi” dan “tumor” sering digunakan secara
bergantian. Tumor mungkin jinak (non-kanker) atau ganas (kanker).
Tumor ginjal yang solid bisa jinak, tetapi bisa menjadi kanker lebih
dari 80% seiring berjalannya waktu. (American Urological
Association, april 2014)
Kanker ginjal adalah kanker yang terbentuk pada jaringan ginjal.
Kanker ginjal terbagi menjadi renal cell carcinoma, renal pelvis
carcinoma dan Wilm’s tumor yaitu tipe kanker ginjal yang sering
terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun (National Cancer Institute,
2014). Sedangkan menurut para ahli nefrologi di Mayo Clinic Florida,
kanker ginjal adalah kanker yang berasal dari ginjal. Kanker ginjal
adalah pertumbuhan sel ginjal yang tidak normal yang sangat cepat
dan mendesak sel-sel disekitarnhya.
Jadi dapat disimpulkan dari kedua definisi di atas bahwa kanker
ginjal adalah pertumbuhan sel kanker yang berasal dari sel-sel pada
organ ginjal (Ariyanto, 2014).
Klasifikasi Kanker Ginjal
a. Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal
yang berasal dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3%
dari seluruh keganasan pada orang dewasa. Tumor ini paling sering
ditemukan pada umur lebih dari 50 tahun. Penemuan kasus baru
meningkat setelah ditemukannya alat bantu diagnosa USG dan CT

4
scan. Renal cell carcinoma biasa juga disebut adenocarcinoma ginjal.
Sama seperti kanker lainnya, jaringan yang sehat dari ginjal
mengalami kerusakan dan digantikan oleh sel-sel kanker. Insidensi dari
renal cell carcinoma ini sekitar 3% pada kaker yang dialami oleh orang
dewasa dan pria memiliki resiko 2 kali lebih besar dibanding wanita.
Jenis kanker ini biasanya terjadi di usia 40-70 tahun.
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan
perbandingan 2 : 1. Meskipun tumor ini biasanya banyak diderita pada
usia lanjut (setelah usia 40 tahun), tetapi dapat pula menyerang usia
yang lebih muda. Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat
pada 2% kasus. Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor
Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal atau Internist tumor.
Serupa dengan sel korteks adrenal tumor ini diberi nama hipernefroma
yang dipercaya berasal dari sisa kelenjar adrenal yang embrionik.

Gambar 1. Renal Cell Carcinoma

Stadium Robson Adenokarsinoma Ginjal:


Stadium I : Tumor terlokalisasi dalam ginjal
Stadium II :Tumor menginvasi lemak perirenal, tapi belum
menembus fasia Gerota
Stadium III :Tumor telah menginvasi menembus fasia Gerota
IIIa :Secara makroskopik tumor mengenai vena renal, vena
kava (supra dan subdiafragma serta atrium kanan)
IIIb :Metastasis kelenjar limfe regional
IIIc :Sekaligus terdapat invasi vena dan metastasis kelenjar
limfe
Stadium IV : menginvasi organ sekitar atau metastasis jauh

5
IVa : menginvasi organ sekitar (kecuali kelenjar adrenal)
IVb : metastasis jauh

Gambar 5. Stadium adenokarsinoma

b. Nefroblastoma (Tumor Wilms)


Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak
berusia kurang dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur 3,5
tahun. Tumor ini merupakan tumor urogenitalia yang paling banyak
menyerang anak-anak. Kurang lebih 10% tumor ini menyerang kedua
ginjal secara bersamaan. Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun.
Anak perempuan dan laki-laki sama banyaknya. Tumor Wilms
merupakan 10% dari semua keganasan pada anak. Tumor ini mungkin
ditemukan pada anak dengan kelainan aniridia, keraguan genitalia
pada anak dan sindrom Beckwith-Wiedemann (makroglosi, omfalokel,
viseromegah dan hipoglikemia neonatal). Satu persen dari tumor
Wilms ditemukan familial dan diturunkan secara dominan autosomal.
Onkogen tumor Wilms telah dilokasi pada garis p 13 kromosom 11.
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau
karsinoma sel embrional. Tumor Wilm sering diikuti dengan kelainan
bawaan berupa: anridia, hemihipertrofi dan anomali organ urogenitalia.

6
The National Wilms Tumor Study Group (NWTSG) membagi 5
stadium tumor Wilms, yaitu :
a) Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus
kapsul. Tumor ini dapat di reseksi dengan lengkap.
b) Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal
dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis
dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat direseksi dengan
lengkap.
c) Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke
hepar, peritoneum dan lain-lain.
d) Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-
paru,otak dan tulang.
e) Stadium V
Tumor bilateral
c. Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis
histopatologinya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu (1)
karsinoma sel transitional dan (2) karsinoma sel skuamosa. Seperti
halnya mukosa yang terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra
proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel-sel transitional dan mempunyai
kemungkinan untuk menjadi karsinoma transitional. Karsinoma sel
skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel pelvis renalis karena
adanya batu yang menahun pada pelvis renalis.
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma
sel renalis, dimana sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel
transitional yang berasal dari urotelium pelvis renalis, karena
pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini

7
akan ditandai dengan adanya hematuria atau obstruksi. Tumor ini
sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai vena renalis.

 Stadium I: Tumor tidak lebih besar dari bola tenis (hampir 3 inci atau
sekitar 7 sentimeter). Sel kanker hanya ditemukan di ginjal.
 Stadium II: Tumor lebih besar dari pada bola tenis. Tapi sel kanker
hanya ditemukan di ginjal.
 Stadium III: Tumor bisa bermacam-macam. Ini telah menyebar ke
setidaknya satu kelenjar getah bening terdekat. Atau sudah tumbuh
melalui ginjal untuk mencapai pembuluh darah di dekatnya.
 Stadium IV: Tumor telah tumbuh melalui lapisan jaringan lemak dan
lapisan luar jaringan fibrosa yang mengelilingi ginjal. Atau sel kanker
telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau ke paru-paru,
hati, tulang, atau jaringan lainnya.

b. Etiologi
Penyebab kanker sampai saat ini belum dapat dipastikan, hanya saja
beberapa faktor risiko telah diidentifikasi berhubungan dengan

8
kejadian kanker ginjal. Diantara faktor risiko tersebut disebutkan di
bawah ini (Chow, 2010):
a. Merokok
Salah satu zat yang terkandung dalam rokok adalah cadmium,
dimana cadmium sendiri bersifat karsinogenik yang apabila masuk
dalam aliran darah akan berikatan dengan natrium atau garam
sehingga konsentrasi darah menjadi meningkat yang berdampak
pada peningkatan kerja ginjal apabila itu terus terjadi dalam waktu
yang lama maka akan menyebabkan gagal ginjal kronik dan
cadmium sendiri dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.
Merokok diperkirakan meningkatkan risiko kanker ginjal yang
berhubungan dengan hipoksia jaringan kronis yang disebabkan oleh
paparan carbon monoksida. Selain itu, pasien dengan kanker ginjal
menunjukkan level kerusakan DNA yang lebih besar pada limfosit
darah perifer yang dipicu oleh N-Nitrosamine specific tobacco
dibandingkan dengan individu yang tidak merokok.
b. Von hippel-lindau syndrome
VHLS merupakan kumpulan beberapa gejala yang disebabkan
oleh kerusakan atau disfungsi VHL (gen pengekang kanker)
dalam tubuh sehingga memicu perubahan sifat sel normal
menjadi sel kanker akibat proses yang ada dari dalam tubuh
orang tersebut.
c. Analgesic phenacethin
Phenacetin yang masuk dalam pembuluh darah bersifat kurang
dapat dilarutkan sehingga meningkatkan kinerja ginjal,
terhambatnya proses filtrasi menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerus apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama
menimbulkan obstruksi atau kerusakan lumen tubular dalam ginjal
memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal tubular dalam ginjal

9
memicu pelepasan zat-zat vasoaktiv intrarenal yang merangsang
pertumbuhan sel endotel yang abnormal dan bersifat merusak.
d. Obesitas
Peningkatan berat badan yang berlebihan diperkirakan terjadi pada
40% pasien kanker ginjal. Individu dengan overweight dan obesitas
meningkat risiko penyakit kanker ginjal 24% pada laki-laki dan
34% pada wanita untuk setiap kenaikan 5 kg/m 2 BMI (indeks masa
tubuh). Obesitas diperkirakan memiliki kontribusi terhadap kejadian
kanker ginjal karena hipoksia kronis, resistensi insulin, gangguan
sistem endokrin dan semua kondisi ini disebut obesity induced
inflammatory response.
e. Hipertensi
Kondisi hipertensi kronis dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker ginjal. Insiden hipertensi diperkirakan terjadi sekitar 20%
sampai 40% populasi dunia. Pengendalian tekanan darah secara
efektif dapat menurunkan risiko kanker ginjal. Hipertensi dicurigai
berpengaruh terhadap kejadian kanker ginjal karena kondisi
hipoksia dan perioksidasi lemak yang menyebabkan pembentukan
sel reaktif oksigen. Hipertensi meningkatkan produksi renin oleh
apparatus glomerulus yang memicu respon angiotensin aldosteron
sehingga menyebabkan reabsorbsi natrium serta air dalam tubulus
renal lalu terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus, apabila hal ini
terjadi dalam waktu yang lama akan mengakibatkan gagal ginjal
sebelum akhirnya semakin parah hingga terjadi perubahan sifat sel
normal menjadi sel kanker.
f. Aktivitas fisik
Data tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
kanker ginjal masih sangat terbatas, tetapi beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penurunan risiko kanker ginjal seiring dengan
peningkatan tingkat aktivitas seseorang. Beberapa aktivitas yang

10
telah diobservasi dalam menurunkan risiko kanker ginjal adalah
aktivitas fisik yang rutin, aktivitas rekreasi atau penggunaan
aktivitas energi tinggi pada hari tertentu. Aktivitas fisik telah
terbukti dapat menurunkan berat badan dan tekanan darah,
meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dan menurunkan
inflamasi kronis serta stress oksidatif. Hal ini yang akan
berpengaruh dalam menurunkan risiko kanker ginjal.
g. Diet
Acrylamide, yaitu substansi yang dikategorikan human carcinogen
oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) secara
mengejutkan terdeteksi pada kadar yang tinggi pada jenis makanan
yang dioleh dengan cara digoreng dan dibakar. Beberapa penelitian
menunjukkan korelasi antara acrylamide dengan risiko kanker
ginjal.
h. Pekerjaan dan lingkungan
Kanker renal secara umum tidak termasuk ke dalam penyakit akibat
pekerjaan, tetapi peningkatan risiko berhubungan dengan beberapa
pekerjaan tertentu dan paparan jumlah agen industrial.
Trichloroethylene (TCE) termasuk kelompok human carcinogen.
Secara lebih dalam lagi, penggunaan zat additif kimia dan TCE juga
telah menjadi kontaminan lingkungan yang paling banyak ditemui.
i. Genetik
Riwayat penyakit keturunan terkait DNA-RNA yakni gen yang
berfungsi membawa informasi genetic yang dimiliki ke dua orang
tua yang nantinya akan diwariskan pada anak atau keturunannya.
Penyakit ginjal keturunan diketahui terjadi pada beberapa familial
cancer syndrome yang paling sering dilaporkan adalah sindrom von
Hippel-Lindau (VHL). Sindrom ini ditandai dengan perubahan pada
gen VHL dan predisposisi terhadap penyakit kanker ginjal pada
beberapa anggota keluarga.

11
c. Manifestasi Klinis
Beberapa kasus kanker ginjal tidak menimbulkan gejala, terutama
kanker ginjal pada stadium awal. Kebanyakan kanker ginjal
ditemukan saat pemeriksaan fisik rutin sebagai massa abdomen
yang terpalpasi, menurut (American Urological Association, 2014)
terdapat Trias Klasik gejala Kanker Ginjal yaitu:
a. Hematuria
Pada stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah
hematuria (adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa
diketahui dari air kemih yang tampak kemerahan atau diketahui
melalui analisa air kemih. Selain itu terjadi tekanandarah tinggi
akibat tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau
seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa
pesan untuk meningkatkan tekanan darah. Polisitemia terjadi akibat
tingginya kadar hormon eritropoietin, yang merangsang sumsum
tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah.
b. Nyeri
Nyeri sering dirasakan oleh pasien akibat adanya penekanan pada
organ lain oleh massa ginjal yang semakin membesar atau karena
invasi sel kanker terhadap jaringan sekitar. Nyeri tumpul sering
timbul di daerah pinggang belakang sebagai akibat penekanan
terhadap ureter atau pembesaran massa yang terjadi di area
perirenal atau nyeri akibat perlukaan jaringan ginjal. Nyeri kolik
terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor keluar melewati
ureter.
Nyeri adalah pengalaman emosional dan perasaan yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan
baik aktual maupun potensial (Merskey, Bogduk dalam Demir,
2012). Dari beberapa sudut pandang, nyeri merupakan gejala yang

12
paling sering menyebabkan seseorang meminta bantuan/
penanganan (Dicken et al. dalam Demir 2012). International
Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri
sebagai situasi emosional yang tidak menyenangkan yang berasal
dari area tertentu, baik berhubungan maupun tidak dengan
kerusakan jaringan yang dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
seseorang.
Situasi ini menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
fungsional, meningkatkan tingkat kelelahan seseorang (Kim et al.
2004) dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari dalam bekerja dan
berinteraksi sosial (Mc Millan et al. 2000). Situasi ini juga akan
menyebabkan berkurangnya tenaga kerja yang tidak hanya
berdampak kepada individu tetapi juga anggota keluarga terkait
status ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan masalah psikologis dan
sosial (Ucan & Ovayolu, 2007).
c. Massa
Massa yang teraba pada area abdomen seringkali menjadi tanda
ditemukannya kanker ginjal. Tanda ini biasanya timbul pada
stadium lanjut. Selain tanda dan gejala di atas, gejala awal dari
kanker ginjal dapat berupa kehilangan berat badan yang tidak
disadari penyebabnya, kelemahan dan anemia. Beberapa kasus
kanker disertai gejala demam.

Menurut American Urological Association, 2014 apabila kanker


telah mengalami metastasis maka akan menimbulkan manifestasi
klinis yang berbeda-beda tergantung tempat penyebarannya, seperti:

a. Sesak nafas dan batuk darah bila bermetastasis pada paru.


b. Nyeri tulang atau fraktur bila bermetastasis pada tulang.
c. Kerusakan neurologis apabila bermetastase di otak.

13
Beberapa pasien positive kanker ginjal dapat timbul tanda dan
gejala sama seperti pada pasien dengan sindrom paraneoplastic,
antara lain:
a. berat badan menurun
b. anorexia
c. hypertermi
d. anemia
e. hyperkalsemia
f. peningkatan laju sedimentasi sel darah merah
g. hipertensi dan disfungsi hati.

d. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh
dan membelah secara wajar. Tetapi kadang sel-sel mulai membelah
diluar kendali dan menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak
memerlukannya. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya suatu massa
yang terdiri jaringan berlebihan, yang dikenal sebagai tumor. Tidak
semua tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor yang ganas
disebut tumor maligna. Sel-sel dari tumor ini menyusup dan merusak
jaringan di sekitarnya. Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan
memasuki aliran darah atau sistem getah bening dan akan terbawa ke
bagian tubuh lainnya (proses ini dikenal sebagai metastase tumor).
Efek sistemik yang timbul dari kanker jenis ini biasa disebut
paraneoplastic syndrome dan termasuk anemia, erythrocytosis,
hiperkalsemoa, disfungsi liver dengan peningkatan enzim liver, efek
hormonal, peningkatan laju sedimentasi dan hipertensi.
Anemia dan erythrocytosis munkin muncul secara berlawanan.
Namun pada beberapa pasien keduanya bisa muncul secara bersamaan.
Terjadi kehilangan beberapa jumlah darah akibat dari hematuria, tetapi
kehilangan dalan jumlah sedikit tidak sampai menimbulkan anemia.

14
Penyebab dari anemia dan erythrocytosis berhubungan dengan
produksi eritropoetin dari sel ginjal. Pada saat sel tumor memproduksi
eritopoetin dalam jumlah besar maka akan terjadi erythrocytosis
namun di lain waktu sel tumor menghancurkan produksi eritropoetin
sehingga menimbulkan anemia. Hipertensi adalah sebagai hasil dari
peningkatan rennin di dalam darah.
Parathyroid hormone yang dihasilkan oleh sel tumor dapat
mengakibatkan hiperkalsemia. Perubahan hormone lainnya termasuk
peningkatan rennin dan hCG (human chorionic gonadotropin) yang
dapat menurunkan libido dan mengubah penampilan sex sekunder.
Renal cell carcinoma mampunya empat pola histology.
Perbedaan genetic menjadi predisposisi bagi perkembangan tumor
pada setiap tipe histology. Sindrom genetic yang paling dikenal dapat
menyebabkan kanker ginjal adalah Von Hippel-Lindau Syndrome.

15
Faktor Risiko : Merokok, Obesitas,
Hipertensi,Aktivitas fisik, diet,lingkungan, dan
genetik

Aktivasi abnormal gen selular (onkogen)

Mutasi gen sel tubulus ginjal

Proliferasi sel tidak terkontrol Hipermetabolisme sel

Teraba massa di abdomen Terbentuk jaringan tumor Katabolisme cadangan lemak & protein

Penekanan jaringan oleh massa KANKER GINJAL Massa otot Cadangan energi
serta menekan serabut saraf

Invasi jaringan normal BB menurun Energi otot


Nyeri Kronis

Intoleransi
Perdarahan Defisit Nutrisi Aktivitas
Invasi jaringan perirenal

Hematuria
Obstruksi Kerusakan Anemia Kerusakan Ginjal, fungsi ginjal
mekanis ureter Jaringan

Gangguan Risiko Syok


Perfusi Jaringan Gangguan Eliminasi Urin
Respon Inflamasi

Demam

16
Hipertermi
Metastase ke
jantung, paru,
bahkan otak

Patofisiologi Kanker Ginjal (Cassidy, et al, 2001)


- Pola Napas Tidak
Efektif

- Penurunan Curah
Jantung

- Penurunan
kesadaran, dll

17
18
19
e. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penyakit kanker
ginjal adalah: pemeriksaan rontgen dada untuk melihat metastasis, CT scan
dada dan abdomen, pemeriksaan darah rutin dan koagulasi, Ultrasonography
dan angiografi renal. Pemeriksaan tumor marker kurang berguna pada
penyakit kanker ginjal.
a. Urinalysis yang menunjukkan adanya sel darah merah dalam urine
b. Pemerikaan hematologi menunjukkan penurunan hemoglobin dan nilai
hematokrit, hiperkalsemia, peningkatan laju sedimentasi dan
peningkatan hormone adenocorticotropic, hCG, cortisol, rennin dan
parathyroid hormone.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan tumor marker seperti Tissue
Polypeptida Antigen (TPA). TPA digunakan untuk penanda kanker di
daerah ginekologik, kandung kencing, atau paru.
d. Massa pada ginjal dapat dideteksi dengan IV urogram dan
nephrograms
e. USG atau abdominal CT untuk melihat adanya massa di ginjal
f. CT scan dan MRI diindikasikan untuk melihat jaringan dan organ
sekitar
g. X ray dan Bone scan dilakukan untuk melihat adanya metastase
f. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah mengatasi tumor sebelum terjadi
metastasis (Kirkali, Tuzel & Munga, 2002 dalam Brunner & Suddarth) :
a. Pembedahan
Reseksi seluruh tumor adalah terapi modalitas yang paling potensial dan
harus ditawarkan pada pasien tanpa metastasis yang sehat secara fisik
untuk menjalani operasi. Pada pasien dengan metastasis yang masih pada
lokasi terbatas dan dalam kondisi sehat untuk menjalani operasi, indikasi
nefrektomi untuk mengontrol area local. Partial nefrektomi sering
dilakukan untuk tumor local pada pasien yang hanya memiliki satu ginjal.
Radikal nefrektomi adalah pembedahan yang disarankan jika tumor tidak
dapat diangkat. Prosedur ini mencakup pengangkatan ginjal (dan tumor),
kelenjar adrenal, lapisan lemak sekitar perirenal dan gerota’s fascia serta

20
nodus limfe. Beberapa kasus menunjukkan regresi metastasis setelah
nefrektomi. Namun, nefrektomi tidak disarankan pada pasien yang dalam
kondisi lemah atau metastasis ekstensif.
b. Radioterapi
Radiasi diindikasikan untuk lesi yang menyakitkan atau lesi yang
menyebabkan obstruksi, tetapi respon tindakan ini hanya terlihat pada
50% pasien. Dosis therapy yang lebih tinggi mungkin diperlukan
mengontrol metastasis yang tidak dapat dilakukan reseksi setelah
nefrektomi.
c. Endocrine therapy
Progestin banyak digunakan atas dasar identifikasi progesterone reseptor
pada beberapa kasus kanker ginjal, tetapi respon progesterone sistemik
kurang dari 10% pada percobaan yang dilakukan pada hewan. Namun
demikian, efek anabolic dari progeteron sering membuat pasien merasa
lebih baik selama program therapy.
d. Chemotherapy
Obat sitotoksik tidak terlalu berguna pada kanker renal. Chemoresistance
mungkin terjadi sebagian baik pada jaringan ginjal normal maupun
jaringan maligna.
e. Biological therapy
Biological therapy telah diujicobakan secara luas untuk mengangani
kanker ginjal. Sebagian disebabkan karena chemoresistance tetapi
sebagian besar karena pendapat bahwa mekanisme kekebalan tubuh
mengalami penurunan akibat metastasis. Hal ini yang menyebabkan
Biological therapy dapat menjadi pilihan. Karena dari beberapa
penelitian, terapi ini dapat diberikan pada pasien kanker dengan
penurunan imunitas tubuh.
f. Renal artery embolization
Pada pasien kanker ginjal dengan metastasis, renal arteri dapat ditutup
untuk menyumbat aliran darah ke tumor sehingga dapat mematikan sel
tumor. Penurunan suplay darah local membuat pengangkatan ginjal
(nefrektomi) lebih mudah. Hal ini juga menstimulasi respon imun
karena infark sel karsinoma renal yang melepaskan tumor antigen yang

21
akan meningkatkan respon pasien terhadap lesi metastasis. Setelah
prosedur embolisasi arteri renalis dan infark tumor, terjadi
postinfarction syndrome selama 2 sampai 3 hari. Pasien merasakan
nyeri terlokalisir di sisi abdomen, peningkatan suhu tubuh dan gejala
saluran pencernaan. Pada prosedur embolisasi arteri, disuntikkan suatu
zat khusus ke dalam pembuluh darah yang menuju ke ginjal. Dengan
menyumbat pembuluh ini, tumor akan kekurangan oksigen dan zat gizi
lainnya.

2. Konsep Dasar Ca Ureter


a. Definisi
Kanker ureter adalah sejenis kanker yang dimulai di sel yang melapisi
bagian dalam tabung (ureter).Tabung ini menghubungkan ginjalmu dengan
kandung kemih.Ureter adalah bagian dari saluran kencing dan ini membawa
air kencing yang dihasilkan oleh ginjal ke kandung kemih. Sel yang melapisi
ureter adalah jenis sel yang sama yang melapisi bagian dalam kandung
kemih.Jadi jika seseorang didiagnosis dengan kanker ureter, maka ia juga
memiliki risiko kanker kandung kemih yang sangat meningkat.
b. Etiologi
Belum diketahui pasti penyebab kanker ureter. Namun ada beberapa hal
yang bisa dipicu menjadi factor penyebab seperti berikut:
1. Kanker kandung kemih
2. Penggunaan obat penghilang nyeri fenacetin jangka panjang
c. Manifestasi Klinis
Dibawah ini adalah beberapa gejala kanker ureter seperti
1. Darah dalam urine
2. Sakit punggung
3. Sakit saat buang air kecil
4. Kehilangan berat badan
5. Kelelahan
Kanker ini dimulai saat sel di bagian dalam lapisan ureter,mengalami
kesalahan mutasi pada DNA nya.Sel tersebut berkembang biak dengan
cepat,dan terus hidup saat sel normal akan mati.

22
Hasilnya adalah bertambahnya massa sel abnormal,yang bisa tumbuh untuk
menghalangi saluran kencing atau menyebar ke area tubuh lainnya.

d. Patofisiologi
Prognosisnya baik bila kanker belum menyebar dan dapat diangkat
seluruhnya dengan pembedahan. Selanjutnya penderita akan melakukan
pemeriksaan sitoskopi (pengamatan kandung kemih) secaraa rutin, sebab
penderita sel kanker transisional berisiko menderita kanker kandung
kemih.Bila kanker kandung kemih ditemukan pada stadium awal, maka
kandung kemih diangkat atau diobati dengan obat anti kanker yang
dimasukkan ke dalam kandung kemih.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopik dengan contoh urine dapat menunjukkan ada
tidaknya sel-sel kanker. Ureteroskopi atau nefroskopi digunakan untuk
mengamati, bahkan terkadang untuk mengobati tumor yang kecil.
f. Penatalaksanaan
Bila kanker belum menyebar maka akan dilakukan tindakan pengangkatan
ginjal dan ureter (nefroureterektomi). Namun, bila ginjal tidak berfungsi
dengan baik atau bila penderita hanya memiliki 1 ginjal, maka tidak
dilakukan pengangkatan ginjal, karena penderita akan tergantung kepada
dialisa. Jika kanker telah menyebar, dilakukan kemoterapi.

3. Konsep Dasar Ca Vesika Urinari (Bladder/Kandung Kemih)


a. Definisi
Tumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan dinding
kandung kemih atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat menyerang
otot di bawahnya. Sekitar 90% kanker kandung kemih merupakan karsinoma
sel transisional, berasal dari epitel transisional dari membran mukosa. Tumor
kandung kemih paling sering terjadi pada orang lanjut usia yang berusia
lebih dari 50 tahun, dan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, serta
di area industri dengan penduduk padat (Joan dan Lyndon 2014).

23
Kebanyakan kanker kandung kemih merupakan pertumbuhan papiloma
di urotelium kandung kemih, meskipun pertumbuhan ini dapat menyebar ke
dinding kandung kemih. Kanker ini paling sering muncul pada orang-orang
di usia 40 – 60 tahun. Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika
urinaria) adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan
abnormal sel kanker atau tumor pada kandung kemih.Carcinoma buli adalah
tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi
gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus
(Snell 2011).
b. Etiologi
Faktor Resiko kanker kandung kemih, antara lain: (Lyndon 2014).
1. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek
api, tekstil, pabrik kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh
bahan karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4
aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin
aromatic dan nitrosamine.
3. Infeksi saluran kemih seperti E-coli dan proteus sp yang menghasilkan
nitrosamine sebagai zat karsinogen.
4. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin
dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui
intravesika, fenasetin,opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka
waktu lama.
c. Manifestasi Klinis
Kanker kandung kemih dapat menyebabkan beberapa gejala seperti berikut:
(National Cancer Institute 2010)
1. Terdapat darah dalam urin (urine terlihat seperti berkarat atau merah
gelap).
2. Adanya dorongan mendesak untuk mengosongkan kandung kemih.
3. Harus mengosongkan kandung kemih lebih sering dari biasanya.
4. Adanya dorongan untuk mengosongkan kandung kemih tanpa ada hasil.
5. Merasa perlu berusaha keras saat mengosongkan kandung kemih.
6. Merasa nyeri saat mengosongkan kandung kemih.

24
d. Patofisiologi
Menurut Amiruddin, Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada
usia di atas 50 tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada
perempuan. Karena usia yang semakin tua, maka akan terjadi penurunan
imunitas serta rentan terpapar radikal bebas menyebabkan bahan karsinogen
bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya masuk ke ginjal dan terfiltrasi di
glomerulus. Radikal bebas bergabung dg urin terus menerus, masuk ke
kandung kemih. Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA sel
transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel
somatik menyebabkan pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan,
perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen
supresor kanker. Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan replikasi
DNA berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.
Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan menyerang
pada sel epitel transisional kandung kemih (Monahan, et al, 2007).Perubahan
(mutasi gen) pada kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang
didapat dari lingkungan seperti tembakau, aromatik amina, arsen; faktor
resiko lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan sel kanker pada
kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat penyakit
kandung kemih sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi
melalui aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gen supresor tumor yang
termasuk fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53. Akibat dari mutasi
ini terdapat delesi dari kromosom 9 atau mengaktifkan mutasi dari reseptor
faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching & Hansel 2010).
Karsinoma kandung yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor
ini lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propia, otot dan
lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Hematuria yang disertai nyeri merupakan gejala awal kanker pada
kebanyakan pasien (Nursalam & Batticaca 2006).
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium (Purnomo 2011)
a. Urinalisis
Pemeriksaan ini meliputi:

25
1) Maskroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine.
2) Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan
gula dalam urine.
3) Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder),
atau bentukan lain di dalam urine.
Pada analisis mikoskopik urine, ditemukannya sel – sel darah
merahsecara signifikan (lebih dari 2 per lapang pandang) menunjukkan
adanya cedera pada sistem saluran kemih dan didapatkannya
leukositoria (>5/lpb) menunjukkan adanya proses inflamasi pada
saluran kemih.
b. Pemeriksaan Darah
1) Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin,
leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung
trombosit.
2) Faal ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan
kadar kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan
klirens kreatinin. Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan
kelainan, pada saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya.
Pemeriksaan klirens kreatinin untuk menguji rerata laju filtrasi
glomerulus atau glomurular filtration rate (GFR).
3) Faal Hepar
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis
suatu keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum.
4) β - Human Chorionic Gonadotropin
β – HCG digunakan untuk menunjukkan adanya peningkatan
metastase tumor kandung kemih (Oliver, et.al. 1989)
5) Cell survey antigen study
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap
kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena (Nursalam &
Batticaca 2009).
c. Kultur urine

26
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran kemih.
d. Histopatologi
Pemeriksaan patologi anatomik adalah pemeriksaan histopatologis
yang diambil melalui biopsi jaringan ataupun melalui operasi. Pada
pemeriksaan ini dapat ditentukan suatu jaringan normal, mengalami
proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi maligna. Selain itu
pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.
e. Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine
(biasanya nilai negative palsu tinggi). Sample urine sebaiknya
diambil setelah pasien melakukan aktivitas (loncat-loncat atau lari
di tempat) dengan harapan lebih banyak sel urotelium yang terlepas
di urine. Derajat perubahan sel diklasifikasikan dalam lima kelas
mulai dari; normal, sel yang mengalami peradangan, sel atipik,
disuga menjadi sel ganas, dan sel yang sudah mengalami perubahan
morfologi menjadi sel ganas.
2. Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Polos Abdomen (BOF; BNO; KUB)
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto
skrining untuk pemeriksaan kelainan urologi (Purnomo 2011).
b. USG
Sebelum pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas di
usus yang dapat menghalangi pemeriksaan. Pemeriksaan USG
merupakan pemeriksaan yang tidak invasive yang dapat menilai
bentuk dan kelainan dari buli (Muttaqin 2011)
c. Sitoskopi
Prosedur pemeriksaan ini merupakan inspeksi langsung uretra dan
kandung kemih dengan menggunakan alat sitoskopi (meruapakan suat
alat yang mempunyai lensa optik pada ujungnya sehingga dapat
dengan leluasa melihat langsung). Sitoskop juga memungkinkan ahli
urologi untuk mendapatkan spesimen urine dari setiap ginjal guna
mengevaluasi fungsi ginjal (Muttaqin 2011).

27
d. Pielogram Intravena / IVP
Prosedur yang lazim pada IVP adalah foto polos radiografi abdomen
yang kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan media kontras
intravena. Jika BUN >70 (azotemia berat) maka tidak dilakukan
pemeriksaan IVP karena GFR-nya rendah. Dengan demikian, zat
warna tidak dapat diekskresi dan pielogram sulit dilihat. IVP dapat
memastikan keberadaan posisi ginjal, serta menilai ukuran dan bentuk
ginjal. Efek berbagai pemyakit terhadap kemampuan ginjal untuk
memekatkan dan mengekskresi zat warna juga dapat dinilai (Price dan
Wilson 2005).
e. Arteriogram ginjal
Tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis dan aorta
abdominlis sampai setinggi arteri renalis selanjutnya media kontas
disuntikkan. Tindakan ini untuk dapat sipakai untuk melihat pembuluh
darah pada neoplasma (Price dan Wilson 2005).
3. Biopsi
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi dapat
digunakan untuk memastikan penyebaran kanker ke luar kandung kemih
seperti jaringan sekitar kandung kemih, kelenjar limfa, atau organ tubuh
lain (American Cancer Society 2012). Secara umum peran perawat
dalam menjalakan pengkajian diagnostik meliputi: (Muttaqin 2011)
1) Memenuhi informasi umum tentang prosedur diagnostik yang akan
2) dilaksankan.
3) Memberikan informasi waktu dan jadwal yang tepat kapan
prosedurdiagnostik akan dilaksanakan
4) Memberikan informasi tentang aktivitas yang diperlukan pasien
5) Memberikan instruksi tentang perawata pascaprosedur, pembatasan
diet, dan aktivitas.
6) Memberikan informasi tentang nutrien khusus yang diberikan setelah
diagnosis.
7) Memberikan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat
kecemasan.

28
8) Mengajarkan teknik distraksi dan rekasasi untuk menurunkan
ketidanyamanan
9) Mendorong anggota keluaraga dan orang terdekat, untuk
10) Memberikan dukungan emosi pada pasien selama tes diagnostik.
f. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih dengan
cairan yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk memepertahankan
kepatenan kandung kemih, membuang atau meminimalkan obstruksi
seperti bekuan dan plug mucus dalam kandung kemih, mencegah atau
mengatasi inflamasi atau infeksi kandung kemih dan untuk memasukkan
obat untuk pengobatan kandung kemih lokal. (Johnson 2005). Irigasi
dilakuakan dengan instilasi formalin, fenol atau perak nitrat untuk
mencapai penghilangan hematuria dan strangulasi (pengeluaran urine
yang lambat dan menyakitkan). (Baughman 2000)
2. Invasiv Minimal
Tindakan yang pertama dilakukan untuk mengatasi kanker kandung
kemih adalah dengan TURB. setelah itu dilanjutkan dengan irigasi atau
diversi urine baik secara sementara ataupun permanen. Transurethral
reseksi bledder (TURB): Prosedur ini, atau disebut dengan "reseksi
transurethral dari tumor kandung kemih", umum untuk kanker kandung
kemih tahap awal, atau mereka yang terbatas pada lapisan superfisial dari
dinding kandung kemih. Operasi kanker kandung kemih ini dilakukan
dengan melewatkan instrumen melalui uretra, yang menghindari
memotong melalui perut. Instrumen bedah yang digunakan untuk operasi
ini disebut resectoscope. Sebuah loop kawat di salah satu ujung
resectoscope digunakan untuk menghilangkan jaringan abnormal atau
tumor. Setelah prosedur ini, membakar dasar tumor (fulguration) dapat
membantu memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa dihancurkan.
Atau laser energi tinggi dapat digunakan dan cytoscope digunakan untuk
melihat bagian dalam kandung kemih selama prosedur.
3. Pembedahan

29
Pembedahan biasanya pilihan pengobatan pertama untuk tahap awal
kanker kandung kemih karena tumor memiliki kemungkinan tidak
menyebar ke area lain dari tubuh. Prosedur pembedahan kanker kandung
kemih adalah Cystectomy, pembedahan ini bisa digunakan untuk
menghapus baik seluruh atau sebagian dari kandung kemih.
Kadangkadang, kandung kemih dapat diakses melalui sayatan di perut.
Hal ini juga mungkin untuk melakukan operasi laparoskopi.Operasi
laparoskopi, juga disebut operasi lubang kunci, dapat mengurangi rasa
sakit dan mempersingkat waktu pemulihan.

4. Radiasi dan Kemoterapi


Terapi radiasi dapat menjadi alternatif untuk operasi untuk penyakit
lokal. Hal ini juga dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit lain
yang mencegah operasi. Atau, dapat digunakan setelah operasi untuk
mencoba untuk mengurangi kemungkinan kanker berulang. Radiasi
melibatkan berkonsentrasi sinar berenergi tinggi ke suatu daerah di mana
kanker itu. Efek samping, yang bersifat sementara , termasuk kemerahan
pada kulit, nyeri buang air kecil, melewati sejumlah kecil urin sering, dan
kerugian sementara rambut di lokasi radiasi. Kemoterapi adalah
penggunaan obat-obatan yang membunuh kanker.
Beberapa obat kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam
kandung kemih untuk pasien dengan kanker kandung kemih awal, untuk
mencegah kambuhnya kanker. Obat Kemoterapi juga bisa disuntikkan ke
pembuluh darah di tangan untuk membunuh sel-sel kanker kandung
kemih yang telah menyebar ke seluruh tubuh, untuk memperlambat
pertumbuhan kanker. Dengan kemoterapi intravesical, obat antikanker
yang secara langsung membunuh sel kanker aktif dimasukkan langsung
ke dalam kandung kemih melalui kateter. Pendekatan ini membantu
menghindari banyak efek samping yang keras yang terjadi sebagai akibat
dari obat merugikan sel normal.
Obat-obatan yang paling umum digunakan dalam kemoterapi
intravesical adalah mitomycin dan thiotepa. Obat lainnya yang digunakan
dalam pendekatan ini termasuk valrubicin, doxorubucin dan gemcitabine.

30
Kadang-kadang, mitomycin diberikan sebagai "terapi mitomycin elektro"
yang berarti bahwa kandung kemih dipanaskan sementara obat
dimasukkan. (Cancer Treatment Cancer of America 2013). Efek samping
dari kemoterapi disuntikkan di pembuluh darah tangan termasuk mual
sementara dan muntah, sariawan, rambut rontok, kehilangan nafsu makan
dan kelelahan.

4. Konsep Dasar Ca Uretra


a. Definisi
Kanker uretra adalah kondisi yang menyakitkan dan berpotensi mematikan
di mana kanker berasal dari uretra, terutama dalam bentuk tumor uretra,
yang merupakan bagian tubular dari sistem ekskresi tubuh manusia yang
terhubung ke kandung kemih dan mengeluarkan urin dari tubuh melalui
saluran uretra.
b. Etiologi
Terjadinya kanker uretra di bagian tubuh mana pun tidak
dijelaskan. Kemungkinan besar perkembangan kanker uretra dikaitkan
dengan masalah kromosom yang menyebabkan penampilan dan
pertumbuhan sel-sel ganas juga dikenal sebagai tumor uretra. Ini dapat
disebabkan sebagai akibat dari paparan agen karsinogenik tertentu,
rangsangan atau zat yang dapat menyebabkan kanker uretra dan gejala
kanker uretra . Namun, ketika membahas penyebab kanker uretra, penting
untuk mengetahui siapa yang berisiko terkena penyakit ini dan dalam
kondisi apa penyebab kanker uretra. Orang yang menderita sakit kandung
kemih dan kanker kandung kemih lebih mungkin mengembangkan kanker
uretra dan tumor uretra daripada orang lain. Orang yang sering mengalami
radang uretra, mereka yang berusia di atas 60 tahun, terutama perempuan
kulit putih, memiliki kecenderungan untuk mengembangkan kanker uretra
dan tumor uretra daripada kebanyakan orang lain.
c. Manifestasi Klinis

31
Gejala kanker uretra diantaranya :
o Sering buang air kecil
o Darah dalam urin
o Pendarahan di uretra
o Discharge dari uretra (keluarnya cairan selain urin dari uretra)
o Benjolan di perineum atau penis
o Aliran urin lemah
o Aliran urin terganggu
d. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk menentukan bahwa seseorang
menderita kanker uretra.
1. Pemeriksaan fisik
Pasien akan diperiksa secara fisik oleh dokter di mana ia akan diperiksa
untuk melihat tanda-tanda dan gejala nyata kanker uretra seperti benjolan
atau pembesaran kelenjar getah bening. Kemudian, tes dan pemeriksaan
lebih lanjut akan ditentukan untuk menentukan keberadaan sel kanker
dan tumor uretra. Tes-tes ini termasuk tes laboratorium dan pemeriksaan
seperti pemeriksaan dubur dan panggul yang dilakukan untuk tanda-
tanda penyakit.
2. Tes laboratorium
Untuk diagnosis kanker uretra meliputi :
a. Urinalisis dan Sitologi Urin, yang masing-masing memeriksa sifat
masalah melalui analisis sifat dan komposisi urin dan adanya sel
berbahaya masing-masing.
b. Tes Hitung Darah Lengkap juga dianjurkan untuk memeriksa kanker
uretra.
c. Sistoskopi dapat dilakukan yang melibatkan memasukkan tabung
tipis ke dalam uretra dan kandung kemih untuk memeriksa
keberadaan sel kanker dan tumor uretra. Dalam kebanyakan kasus,
biopsi jaringan akan diambil untuk pemeriksaan untuk memastikan
adanya kanker uretra atau tumor uretra.
3. Radiologi

32
Pemindaian seperti sinar-X, MRI dan CT scan digunakan untuk
menentukan ukuran dan stadium kanker uretra saat ini untuk meresepkan
pengobatan yang tepat. Stadium ditentukan berdasarkan bagian uretra
yang dipengaruhi oleh tumor uretra. Kanker uretra anterior tidak terlalu
lanjut atau dalam, sedangkan kanker uretra posterior berakar dalam dan
dalam stadium lanjut. Bagian anterior lebih dekat dengan pembukaan
tubuh, sedangkan bagian posterior uretra terletak di sebelah kandung
kemih dan pada pria, kelenjar prostat.
e. Penatalaksanaan
Setelah kehadiran kanker uretra ditentukan, pengobatan yang sesuai untuk
tahap tertentu dari tumor kanker uretra ditentukan. Ada berbagai pilihan
perawatan yang tersedia untuk kanker uretra. Jenis perawatan tergantung
pada stadium kanker uretra dan kerusakan yang terjadi pada jaringan di
sekitar uretra, terutama ketika kanker uretra telah mencapai organ lain seperti
kandung kemih.
Pembedahan adalah salah satu perawatan yang paling banyak dilakukan
untuk kanker uretra dan mengobati tumor uretra . Ada beberapa jenis operasi
yang digunakan dalam hal ini.
 Buka Eksisi: Operasi pengangkatan uretra.
 Laser Bedah: Menggunakan sinar laser untuk operasi dan
menghilangkan sel-sel kanker uretra pada kanker uretra.
 Diseksi Nodus Limfa: Pengangkatan kelenjar getah bening di daerah
pangkal paha yang terkena kanker uretra.
 Electro-resection: Menggunakan arus listrik untuk menghilangkan atau
menghancurkan sel-sel kanker uretra.
 Cystourethectomy: Operasi pengangkatan uretra dan kandung kemih
yang terkena kanker uretra.
 Rektikal Penektomi: Operasi pengangkatan penis yang terkena tumor
kanker uretra.
 Cystoprostatectomy: Operasi pengangkatan prostat dan kandung kemih
yang dipengaruhi oleh kanker uretra pada pria.

33
 Terapi radiasi adalah metode pengobatan lain di mana sinar-X dari
energi yang sangat tinggi digunakan untuk menghancurkan sel-sel
kanker uretra atau dikombinasikan dengan operasi.
 Kemoterapi juga diberikan untuk mengendalikan pertumbuhan kanker
uretra.

34
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama
b. Alamat
c. Umur
d. Jenis Kelamin
e. Berat Badan

2. Pengkajian
Pengkajian Primer
Airway : tidak terjadi sumbatan jalan nafas
Breathing :dalam kasus gadar kanker ginjal stadium IV telah terjadi
metastase kanker ke paru, yang mengakibatkan pasien
sesak dan nafas dangkal
Circulation :terjadi peningkatan tekanan darah dan nadi akibat
terjadinya nyeri. Terjadi perdarahan pada urine/hematuria

Pengkajian Sekunder
1) Bladder/ B4 (system perkemihan) Pasien dengan kanker ginjal
stadium lanjut barulah terdapat tanda-tanda klinis, adanya darah dalam
urine saat berkemih, nyeri punggung bawah.
2) Bowel/ B5 (system pencernaan) Pasien dengan kanker ginjal stadium
lanjut barulah nampak tanda-tanda klinis, adanya rasa tidak nyaman di
perut, teraba massa atau benjolan di abdomen saat dilakukan palpasi
renal
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien dengan kanker ginjal biasanya nyeri pinggang
(tumpul/tajam). Dalam kasus gawat darurat terjadi perubahan pola
nafas akibat metastase kanker ke paru.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien dengan diagnose kanker ginjal biasanya tidak nampak
gejala yang signifikan sebelum masuk stadium 4 kecuali pada pasien
yang melakukan check rutin sehingga pasien tidak mengetahui dan
menghiraukannya karena dikira pegal-pegal atau nyeri sendi (encok)
yang tidak membahayakan, sampai akhirnya pasien mengalami nyeri
pinggang yang tidak bisa ditahannya lagi ataupun adanya darah dalam

35
urin saat berkemih barulah pasien datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk meminta bantuan. Terdapat 3 tanda klasik yang
menandakan adanya kanker ginjal yaitu hematuria, nyeri pinggang
dan massa pada panggul. Sindroma paraneoplastik ditemukan pada
sekitar 30% penderita RCC simptomatik. Gejala paraneoplastik yang
sering timbul adalah hipertensi, penurunan berat badan, demam,
neuro-miopati, amiloidosis, peningkatan laju endap darah, anemia,
gangguan fungsi hati, hiperkalsemia, polisitemia, dan lain-lain. Gejala
yang disebabkan metastasis berupa nyeri tulang atau batuk yang
menetap.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Terkadang pada pasien dengan von help-lyndau syndrome
kemungkinan menderita kanker ginjal namun pada pasien dengan
kanker ginjal biasanya disertai hypertensi, obesitas, gagal ginjal
kronik yang mengharuskan dialisa selama lebih dari 5th terakhir
bahkan pernah mempunyai riwayat operasi atau pernah menderita
penyakit kanker sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada pasien dengan kanker ginjal biyasanya mempunyai garis
keturunan dengan hipertensi atau bahkan menderita penyakit kanker.
e. Riwayat Alergi
Kaji apakah klien dan keluarga memiliki riwayat alergi.

f. Riwayat Penggunaan Obat


Kaji obat apa yang sudah dikonsumsi selama ini, obat apa yang sudah
diminum sebelum MRS.
4. Keadaan Umum
a. Kesadaran
Kaji apakah pasien mengalami penurunan kesadaran. Biasanya pasien
dengan kanker ginjal tidak mengalami penurunan kesadaran.
b. Tanda-tanda vital
Pasien mengalami peningkatan tekanan darah karena merasakan nyeri
>120/80mmHg, suhu > 37,50C, peningkatan nadi >100x /menit, dan
RR biasanya meningkat.

36
B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS: pasien mengatakan Metastase sel kanker Pola Nafas Tidak
sesak melalui pembuluh darah Efektif
DO: hiperventilasi, nafas ↓
Sel kanker menyerang
dangkal dan dalam
paru-paru
nampak otot bantu nafas

Terdapat massa sel kanker
pada paru paru

Sesak, nafas dangkal

Gangguan pernafasan
DS : klien mengatakan Kanker menembus kapsul Gangguan
nyeri saat buang air kecil ginjal Eliminasi Urine
DO : hematuria, nyeri saat ↓
Disfungsi ginjal
mengeluarkan urine, urine

sedikit Gangguan glomerulus

Gangguan filtrasi

Gangguan pengeluaran
urine

DS : Pembesaran sel kanker Nyeri Akut


Klien mengatakan :
dalam ginjal
P : nyeri bertambah jika

posisi duduk dan Peningkatan tekanan
berkurang dengan posisi interarenal

berbaring
Penekanan saraf dalam
Q : karakteristik nyeri
ginjal
tumpul

R : nyeri terasa di area
Nyeri
benjolan abdomen, kadang
menyebar ke panggul
S:6
T : sering timbul
DO :

37
 Pasien tampak tegang
 Pasien tampak gelisah
 Pasien tampak
melindungi area yang
nyeri saat berpindah
posisi

C. Diagnosa Keperawatan

1) Pola nafas tidak efektif b.d metastase kanker ke paru


2) Gangguan eliminasi urine b.d penurunan fungsi ginjal, penurunan
filtrasi
3) Nyeri akut b.d penekanan saraf ginjal
D. Intervensi

NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Dukungan Ventilasi
Observasi :
b.d metastase kanker intervensi
1. Identifikasi adanya
ke paru keperawatan
kelelahan otot bantu
diharapkan Pola
nafas
Nafas Membaik
2. Identifikasi efek
dengan kriteria hasil :
perubahan posisi
 Frekuensi nafas
terhadap status
(4)
pernafasan
 Kedalaman nafas 3. Monitor status
(4) respirasi dan
 Ventilasi semenit
oksigenasi
(4)
Terapeutik :
1. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2. Berikan posisi
semifowler/fowler
3. Fasilitasi mengubah
posisi senyaman
mungkin

38
4. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
5. Gunakan bag valve
mask
Edukasi :
1. Ajarkan melakukan
teknik relaksasi
nafas dalam
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Manajemen eliminasi
urine b.d penurunan intervensi urine
fungsi ginjal, keperawatan 1. Identifikasi tanda
penurunan filtrasi diharapkan Eliminasi dan gejala retensi
Urine Membaik atau inkotinensia
dengan kriteria hasil : urine
2. Identifikasi faktor
 Frekuensi BAK
yang menyebabkan
(4)
 Karakteristrik retensi atau
urine (4) inkotinensia urine
3. Monitor eliminasi
urine
4. Catat waktu dan
haluaran urine
5. Batasi asupan cairan,
jp
6. Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra
3. Nyeri akut b.d setelah dilakukan Manajemen Nyeri :
penekanan saraf ginjal intervensi 1. Identifikasi lokasi,
keperawatan karakteristik, durasi,
diharapkan Tingkat frekuensi, kualitas,

39
Nyeri Menurun intensitas nyeri
2. Identifikasi faktor
dengan kriteria hasil :
yang memperberat
 keluhan nyeri (4)
 meringis (4) dan memperingan
 frekuensi nadi (4) nyeri
3. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
(akupressur,
aromaterapi,
kompres
hangat/dingin)
4. Control lingkungan
yang memperberat
nyeri
5. Fasilitasi istirahat
dan tidur
6. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Kolaborasi
pemberian
analgetik , jp

E. Implementasi
Sesuai dengan intervensi

F. Evaluasi
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2. Menemtukan apakah tujuan keperawatan telah tercai atau belum
3. Mengkaji ulang penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai

40
41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keganasan saluran kemih yaitu Ca ginjal, Ca ureter, Ca kandung kemih,
dan Ca uretra. Terdapat 3 keganasan pada Ca ginjal yaitu renal cell karsinoma,
tumor wilms, dan pelvic karsinoma. Penyebab keganasan saluran kemih yaitu
faktor genetik, faktor karsinogenik, dan faktor lingkungan. Tanda dan gejala
yang sering terjadi yaitu nyeri kronis, hematuria, gangguan eliminasi urin dan
massa pada pinggang disertai gejala sistemik lainnya. Pemeriksaan diagnostik
meliputi USG, Foto abdomen, Foto Thorax, X-Ray, Tes fungsi ginjal, dan
pemeriksaan hematologi. Penatalaksanaan pada keganasan saluran kemih yaitu
pembedahan dan pengobatan namun disertai pengurangan gejala penyakit
dengan teknik non farmakologi. Penanganan kegawatdaruratannya dilakukan
bila terjadi komplikasi akibat metastase kanker itu sendiri dengan primary
survei dilakukan terlebih dahulu (ABC) disertai resusitasi cairan dan obat bila
terjadi syok dll.

B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya keganasan saluran kemih
hendaknya mengetahui terlebih dahulu gambaran keadaan pasien dan rencana
asuhan keperawatan yang tepat untuk penanganan yang lebih lanjut.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, 2014. Analisis Akupresure terhadap Kanker Ginjal. Universitas


Indonesia
Cooper C.S., Snyder III H.M. (2005). Pediatric Genitourinary Cancer. Texas;
Landes Bioscience.
Wong Ho Chow, Linda M. Dong, Susan S., Devesa. (2010). Epidemiology and
Risk Factors for Kidney Cancer. USA; National Institute of Health.
World Cancer Research Fund International. (2003). Kidney Cancer. London.
American Cancer Society. (2014). Kidney Cancer (Adult) Renal Cell Carcinoma.
http.//www.cancer.org.
National cancer institute, 2014, Kidney cancer, diunduh
tgl 6 agustus 2019 dari
http://www.cancer.gov/cancertopics/types/kidney.
Smeltzer Suzanne C. & Bare Brenda. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical Surgical Nursing10th Edition. Philadelphia; Lippincot William &
Wilkins.
Anonim. 2015. Sistem Urinaria.
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/12._Sistem_Urinary_.pdf (diunduh
pada 05 Agustus 2019 pukul 15.00 WITA)
Neoease. 2011. kanker uretra XHTML 1.1 http://urethralcancer.net/?
s=KANKER+URETRA (diunduh pada 04 Agustus 2019 pukul 12.00
WITA)
Buku SDKI, SLKI dan SIKI 2019.

43

Anda mungkin juga menyukai