Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Ileus obstruksi merupakan salah satu kasus yang dapat menimbulkan

komplikasi serius sehingga sangat memerlukan penangangan dini dan adekuat. Ileus

obstruksi yang disebabkan karena adanya sumbatan dapat terjadi pada usus halus

maupun usus besar dan terdiri dari 2 tipe yaitu obstruksi yang terjadi secara

mekanik maupun non mekanik. Obstruksi mekanik terjadi karena usus terblok

secara fisik sehingga isi dari usus tersebut tidak bisa melewati tempat obstruksi. Hal

ini bisa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya seperti volvulus (usus

terpuntir) yang dapat terjadi karena hernia, pertumbuhan jaringan abnormal, dan

adanya benda asing dalam usus.1

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh

gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan

dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan

lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan

oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi,

sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang

jarang menyebabkan strangulasi. istilah obstruksi digunakan untuk suatu kemacetan

mekanik yang timbul akibat suatu kelainan struktural yang menyebabkan suatu

penghalang fisik untuk majunya isi usus. Istilah ileus dimaksudkan untuk suatu

paralitik atau variasi obstruksi fungsional.2

1
BAB II

TINJAUAN KASUS

1.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Umur : 50 tahun

Nomor RM : 0301xx

Tanggal masuk IGD : 12 Maret 2019

1.2. Anamnesis

Keluhan Utama

Nyeri perut sejak 5 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke IGD RSUD Bangkinang dengan

keluhan nyeri perut sejak 5 hari SMRS. Nyeri dirasakan diseluruh lapang perut dan

perasaan kembung sejak 2 hari yang lalu. Keluhan nyeri perut disertai dengan

adanya mual dan muntah. Muntah yang keluar berisi makanan lebih dari 2x hari ini.

Pasien juga mengeluhkan BAB tidak lancar sejak 1 minggu SMRS, kemudian tidak

BAB sejak 2 hari SMRS. Menurut pengakuan pasien masih bisa buang angin namun

jarang. Kentut terakhir 1 hari yang lalu. Riwayat operasi dibagian perut disangkal.

Riwayat Pengobatan

2
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak dijumpai anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat Pekerjaan :

Buruh

Kondisi Lingkungan dan Sosial :

Kebersihan lingkungan baik. Namun sosial-ekonomi kurang baik.

1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : GCS = 15 E 4 M 6 V 5

Vital sign

Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Nadi : 88 x/menit, regular

Frekuensi Napas : 20 x/menit

Suhu tubuh : 36,7° C per aksilla

SPO2 : 99%

Status Generalisata

Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera kuning -/-, RCL/RCTL

+/+, pupil isokor (3mm/3 mm)

Mulut : Mukosa basah (+)

Leher : Pembesaran kelenjar tak teraba

Thoraks

3
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)

Palpasi : P/ Fremitus Taktil kanan = kiri

C/ ictus cordis di ICS V 2 jari medial LMCS

Perkusi : P/ sonor di seluruh lapang paru

C/ batas jantung normal

Auskultasi : P/ vesikuler +/+, suara tambahan (-)

C/ S1-2 reguler, suara tambahan (-)

Abdomen

Inspeksi : Cembung simetris

Auskultasi : Peristaltik (+) Bising usus menurun 2-3x/menit

Perkusi : Hipertimpani

Palpasi : Supel, Distensi (-), Nyeri tekan seluruh lapang perut

Ekstremitas

Edema : -/-/-/-

Akral dingin : -/-/-/-

Capillary refill time : < 2 detik

Motorik : 5/5/5/5

Sensorik : Dalam batas normal

Reflek patologis : Tidak ditemukan

4
1.4 Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Darah Rutin Hasil

Hemoglobin 14,3 g/dL

Hematokrit 40 %

Leukosit 13.020/mm3

Trombosit 454.000/mm3

Eritrosit 4.09 juta/mm3

1.5 Diagnosis

Ileus Obstruksi letak tinggi

1.6. Terapi di IGD

- IVFD RL 20 tpm

- Inj. Ketorolac 1 ampul

- R/ Konsul dr. Sp.B

5
- Advice Terapi Konsulen :

- IVFD RL 20 tpm

- Inj. Ceftriakson 1gr/12 jam/IV

- Inj. Ketorolac 1 amp/12 jam/IV

- Inj. Lansoprazole 1 amp/12 jam/IV

- Pasien dipuasakan

- Pasang NGT

- Pasang Kateter

- Rawat ruangan rencana operasi elektif

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi

usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus

Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh

sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal

atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen

usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada

suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.1

Berdasarkan proses terjadinya ileus obstruksi dibedakan menjadi ileus

obstruksi mekanik dan non mekanik. Ileus obstruksi mekanik terjadi karena

penyumbatan fisik langsung yang bisa disebabkan karena adanya tumor atau hernia

sedangkan ileus obstruksi non mekanik terjadi karena penghentian gerakan

peristaltic.7

2.2 Epidemiologi

Obstruksi usus halus menempati sekitar 20% dari seluruh pembedahan

darurat, dan mortalitas dan morbiditas sangat bergantung pada pengenalan awal dan

diagnosis yang tepat. Apabila tidak diatasi maka obstruksi usus halus dapat

menyebabkan kematian pada 100% pasien.7

7
Hampir seluruh obstruksi pada usus besar atau kolon memerlukan intervensi

pembedahan. Mortalitas dan morbiditas sangat berhubungan dengan penyakit yang

mendasari dan prosedur pembedahan yang digunakan. Obstruksi kolon sering

terjadi pada usia lanjut karena tingginya insiden neoplasma dan penyakit lainnya

pada populasi ini. Pada neonatus, obstruksi kolon bisa disebabkan karena adanya

kelainan anatomi seperti anus imperforata yang secara sekunder dapat menyebabkan

mekonium ileus.3

2.3 Etiologi

Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh :

- Perlekatan usus atau adhesi, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit

usus.

- Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn.

- Hernia inkarserata, usus terjepit di dalam pintu hernia

- Neoplasma.

- Intususepsi.

- Volvulus.

- Benda asing, kumpulan cacing askaris

- Batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik.

- Penyakit radang usus, striktur, fibrokistik dan hematoma.2

Kira-kira 15% obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi di

setiap bagian kolon tetapi paling sering di sigmoid. Penyebabnya adalah :

a. Karsinoma.

8
b. Volvulus.

c. Kelainan divertikular (Divertikulum Meckel), Penyakit Hirschsprung

d. Inflamasi.

e. Tumor jinak.

f. Impaksi fekal.2

2.4 Anatomi

1. Duodenum

Duodenum atau juga disebut dengan usus 12 jari merupakan usus yang berbentuk

seperti huruf C yang menghubungkan antara gaster dengan jejunum. Duodenum

melengkung di sekitar caput pancreas. Duodenum merupakan bagian

terminal/muara dari system apparatus biliaris dari hepar maupun dari pancreas.

Selain itu duodenum juga merupakan batas akhir dari saluran cerna atas. Dimana

saluran cerna dipisahkan menjadi saluran cerna atas dan bawah oleh adanya

ligamentum Treitz (m. suspensorium duodeni) yang terletak pada flexura

duodenojejunales yang merupakan batas antara duodenum dan jejunum. Di dalam

lumen duodenum terdapat lekukan-lekukan kecil yg disebut dengan plica sircularis.

Duodenum terletak di cavum abdomen pada regio epigastrium dan umbilikalis.

Duodenum memiliki penggantung yg disebut dengan mesoduodenum. Duodenum

terdiri atas beberapa bagian yaitu:

a) Duodenum pars Superior

b) Duodenum pars Descendens

c) Duodenum pars Horizontal

9
d) Duodenum pars Ascendens.10

Gambar 1. Anatomi Usus Halus

2. Jejunum dan Ileum

Jejunum dan ileum juga sering disebut dengan usus halus/usus penyerapan

membentang dari flexura duodenojejunales sampai ke juncture ileocacaecalis.

Jejunum dan ileum ini merupakan organ intraperitoneal. Jejunum dan ileum

memiliki penggantung yang disebut dengan mesenterium yang memiliki proyeksi

ke dinding posterior abdomen dan disebut dengan radix mesenterii. Pada bagian

akhir dari ileum akan terdapat sebuah katup yang disebut dengan valvulla ileocaecal

(valvulla bauhini) yang merupakan suatu batas yang memisahkan antara intestinum

tenue dengan intestinum crassum. Selain itu, juga berfungsi untuk mencegah

terjadinya refluks fekalit maupun flora normal dalam intestinum crassum kembali

ke intestinum tenue, dan juga untuk mengatur pengeluara zat sisa penyerapan nutrisi.

Berikut adalah perbedaan antara jejunum dan duodenum.10

10
Gambar 2. Bagan Perbedaan Jejunum dan Ileum

Gambar 2. Perbedaan Jejunum dan Ileum

11
Usus besar besar lebih panjang dan lebih besar diameternya dari pada usus

halus. Panjang usus besar mencapai 1,5 m dengan diameter rata-rata 6,5 cm.

Semakin mendekati anus diameter semakin mengecil. Usus besar dibagi menjadi

sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang

melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama

dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum.12

Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens, dan

sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus

kanan hati, menduduki regio iliaca dextra. Setelah mencapai hati, kolon ascendens

membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon

transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra

sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa,

membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk

kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul.

Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke bawah

dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan

rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis.

Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum,

meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Di sisi rektum melanjutkan

diri sebagai anus dalan perineum.10

12
2.5 Fisiologi

Pada duodenum pars superior secara histologis terdapat adanya sel liberkeuhn

yang berfungsi untuk memproduksi sejumlah basa. Basa ini berfungsi untuk

menaikkan pH dari chymus yang masuk ke duodenum dari gaster, sehingga

permukaan duodenum tidak teriritasi dengan adanya chymus yang asam tadi.12

Selain itu, pada duodenum terjadi proses pencernaan karbohidrat secara

enzymatic yang telah berbentuk disakarida. Duodenum merupakan muara dari

ductus pancreaticus, dimana pada pancreas diproduksi enzyme maltase, lactase dan

sukrase. Dimana enzyme maltase akan berfungsi untuk memecah 1 gugus gula

maltose menjadi 2 gugus gula glukosa. Sedangkan lactase akan merubah 1 gugus

gula laktosa menjadi 1 gugus glukosa dan 1 gugus galaktosa. Sementara itu, enzyme

sukrase akan memecah 1 gugus sukrosa menjadi 1 gugus fruktosa dan 1 gugus

glukosa.12

Sementara itu,di dalam duodenum juga terjadi pencernaan lipid secara

enzymatic. Dimana lipid dalam bentuk diasilgliserol akan teremulsi oleh adanya

getah empedu yang dialirkan melalui ductus choledocus dari vesica fellea dan hepar.

Setelah itu, emulsi lemak tersebut akan diubah oleh enzyme lipase pancreas menjadi

asam lemak dan 2 diasilgliserol.12

Dilihat secara histologik, jejunum dan ileum memiliki vili vhorialis. Dimana

vili chorialis ini berfungsi utk menyerap zat2 gizi hasil akhir dr proses pencernaan

spt glukosa, fruktosa, galaktosa, peptide, asam lemak dan 2 asilgliserol.15

13
Gambar 3. Traktus Digestivus

2.6 Patofisiologi

Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi akibat

adanya gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan

sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi

darah dan sebagian ke interstisial, dan banyak yang dimuntahkan keluar sehingga

akan memperburuk keadaan pasien akibat kehilangan cairan dan kekurangan

elektrolit. Jika terjadi hipovolemia mungkin akan berakibat fatal.5

Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh

darah vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan

iskemia pada jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke

peritonitis, dan kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai

14
akibat dari perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus yang

terletak di bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan kosong.10

Gambar 4. Gangguan pada usus

Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak tinggi/obstruksi

usus halus), semakin sedikit distensi dan semakin cepat munculnya muntah. Dan

sebaliknya, pada pasien dengan obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar),

distensi setinggi pusat abdomen mungkin dapat dijumpai, dan muntah pada

umumnya muncul terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua

lumen usus. Kolik abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal.

Hipotensi dan takikardi merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta

leukositosis merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada

umumnya keras, dan frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan

obstruksi yang terjadi. Jika abdomen menjadi diam, mungkin menandakan suatu

perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda akhir suatu obstruksi.5

15
2.7 Klasifikasi

Klasifikasi obstruksi usus berdasarkan:

1. Kecepatan timbul (speed of onset)

a. Akut, kronik, kronik dengan serangan akut

2. Letak sumbatan

a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum

terminal)

b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai

anus)

3. Sifat sumbatan

a. Simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah

b. Strangulated obstruction : sumbatan disertai gangguan aliran darah

sehingga timbul nekrosis, gangren dan perforasi

4. Etiologi

a. Kelainan dalam lumen, di dalam dinding dan di luar dinding usus.9

2.8 Gejala Klinis

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual,

muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah

umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal

maka gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila

obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi.1

16
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar

umbilikus atau bagian epigastrium. Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana

yang tidak melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada

awalnya ringan, tetapi semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi atau

derajat kesakitannya. Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang timbul. Pasien sering

berposisi knee-chest, atau berguling-guling. Pasien dengan peritonitis cenderung

kesakitan apabila bergerak.8

Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare. Kadang – kadang

dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala

klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala

berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah

adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau proksimal. Bagaimanapun,

jika obstruksi berada di distal usus halus, muntah mungkin akan tertunda. Pada

awalnya muntah berisi semua yang berasal dari lambung, yang mana segera diikuti

oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah akan berisi semua isi usus halus yang

sudah basi. Muntah jarang terjadi. Pada obstruksi bagian proksimal usus halus

biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau

kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak

tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat

konstan/menetap. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak

distensi, terdapat darm contour (gambaran usus), dan darm steifung (gambaran

gerakan usus), pada auskultasi terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan

Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic

17
sound. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan melemah

dan hilang. Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan, defans muscular (-), kecuali jika

ada peritonitis.4

Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan

elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan

hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat

meningkat. Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat

kecuali jika pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah (intravena).

Derajat tingkat dan distribusi distensi abdominal dapat mencerminkan tingkatan

obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi mungkin minimal. Sebaliknya,

distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda untuk obstruksi letak rendah.1

Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan strangulasi

dari suatu obstruksi sederhana: bagaimanapun, beberapa keadaan klinis tertentu dan

gambaran laboratorium dapat mengarahkan kepada tanda-tanda strangulasi.2

a. Obstruksi sederhana

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya

disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus

bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi

nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan

timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun

obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering

dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal

sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.4

18
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi

akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai

demam. Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi

proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang

meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada

obstruksi di daerah distal.14

b. Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan

nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau

hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri

yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi

segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.4

Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat

sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus

menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul

sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi

komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul

kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila

akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada

usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini

yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena

tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis

akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada

19
pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang

terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.14

2.9 Diagnosis

Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya

berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala

umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan

meteorismus dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang

disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai

gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik,

hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak

gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada

lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk

mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal.6

Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air

besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut

bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada

tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga

terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi

terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah

membesar.2

Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi

hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan

20
radiologis, dengan posisi tegak, terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan

gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid

level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan

letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan

pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium in

loop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.6

Diagnosis Banding

Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus,

dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak

terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut,

akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut,

apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus

sederhana.11

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan

diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan

membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang

normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai

elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering

didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi

hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada

obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi.

Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin

21
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis

bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.4

Radiologis

Posisi supine (terlentang): tampak herring bone appearance. Posisi setengah

duduk atau LLD: tampak step ladder appearance atau cascade. Adanya dilatasi dari

usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto polos abdomen

dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai

tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada

obstruksi kolon.12

a. Foto polos abdomen 3 posisi

1. Ileus obstruktif letak tinggi

Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di

iliocaecal junction) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus

halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance,

karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran

vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Tampak air fluid level

pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance

karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi12

22
Gambar5. Gambaran Herring bone appearance

2. Ileus obstruktif letak rendah

Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan

kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami

dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus

halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus

yang sirkuler menyerupai kosta. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi

tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendek-pendek berbentuk

seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena cairan transudasi berada

dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level panjang-panjang di kolon.15

23
Gambar 6. Gambaran air fluid level

b. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam

pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari

obstruksi.

c. USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab

dari obstruksi.

d. MRI. Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan

kontras yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan

untuk mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.

e. Angiografi. Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk

mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan

adhesi.12

24
2.10 Komplikasi

Strangulasi menjadi penyebab dari keabanyakan kasus kematian akibat

obstruksi usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-

hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami

strangulasi mungkin mengalami perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke

dalam rongga peritoneum. Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada

sekum yang berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga

perut dengan akibat peritonitis umum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami

perforasi bakteri dapat melintasi usus yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam

sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan shock septic.3

2.11 Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami

obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu

penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika

disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah

sakit.11

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan

cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi

peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki

kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.15

25
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda

vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami

dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan

intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan

memonitor tanda – tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan

intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan

untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan

mengurangi distensi abdomen.11

Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai

profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.8

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk

mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul

dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.8

a. Persiapan Operasi

Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi

dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian

dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.

Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi

parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.11

b. Operasi

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk

mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul

dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.

26
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital

berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah

pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila terjadi:

1. Strangulasi

2. Obstruksi lengkap

3. Hernia inkarserata

4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan

pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter).1

c. Pasca Operasi

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan

elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang

cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah, usus pasien masih dalam keadaan paralitik.

Tujuan pengobatan yang paling utama adalah dekompresi kolon yang mengalami

obstruksi sehingga kolon tidak perforasi, tujuan kedua adalah pemotongan bagian

yang mengalami obstruksi.1

Persiapan sebelum operasi sama seperti persiapan pada obstruksi usus halus,

operasi terdiri atas proses sesostomi dekompresi atau hanya kolostomi transversal

pada pasien yang sudah lanjut usia. Perawatan sesudah operasi ditujukan untuk

mempersiapkan pasien untuk menjalani reseksi elektif kalau lesi obstruksi pada

awalnya memang tidak dibuang.11

27
2.12 Prognosis

Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,

etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun

tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan

sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon

mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.6

Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka

kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut

usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai angka kematian

sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya

gejala-gejala, dan 25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam. Pada obstruksi

usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30 %. Perforasi sekum

merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat dihindarkan.6

28
BAB IV

KESIMPULAN

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus

akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.

Etiologi ileus obtruktif adalah adhesi, hernia inkaserata, neoplasma, volvulus,

cacing askaris, radang usus.

Gejala yang sering ditemukan pada ileus adalah nyeri kolik, mual, muntah, perut

distensi, obstipasi.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan hipotensi, takikardi, adanya distensi abdomen,

hiperperistaltik, borborigmus, methallic sound.

Pada pemeriksaan foto polos abdomen ditemukan adanya dilatasi pada proksimal

sumbatan, herring bone appearance, air fluid level.

Penanganan pada ileus adalah koreksi keseimbangan cairan dan menghilangkan

obstruksi dengan laparotomi.

Komplikasinya adalah strangulasi, perforasi, shock septic.

Prognosis ileus jika > dari 36 jam tidak segera ditangani 25 % menyebabkan

kematian.

29
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat r, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :


EGC
Badash, Michelle. 2005. Paralytic Ileus (Adynamic Ileus, Non-mechanical
Bowel Obstruction). EBSCO Publishing.
Doherty Gerard. Small Intestine. In Current Diagnosis & Treatment: Surgery.
United States of America: Mc Graw Hill’s. 2005
Himawan S. Gannguan Mekanik Usus (Obstruksi). Dalam: Patologi. Penerbit
Staf Pengajar bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: 1996; 204 – 6.

J.Corwin, Elizabeth.,2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

Khan AN., Howat J. Small-Bowel Obstruction. Last Updated: june4, 2012. In:
Http://www.yahoo.com/search/cache?/ileus_obstructif/Article:By:eMedicine.com

Manaf M, Niko dan Kartadinata, H. Obstruksi Ileus. 1983. Accessed June 2,


2010

Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. Ileus Obstruktif.


Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000; 318 – 20.

Price, S.A. 1994. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor:


Price, S.A., McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta:
EGC

Scanlon, Valerie., 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery).


Alih Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993;
239 – 42.

Sherwood, Lauralee., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi II.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

30
Simeone Diane. Anatomy and Physiology of the Small Intestine. In
Greenfield’s Surgery: Scientific Principles and Practice. Baltymore: Lippincott
Williams and Wilkins. 2006

Sloane, Ethel., 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.

Andari, K. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah.


Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. Surabaya

31

Anda mungkin juga menyukai