Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia merupakan penyebab tingginya angka kesakitan
dan kematian pada anak, terutama pada negara negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia (Sujono & Sukarmin, 2009).
Bronkopneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan bagian bawah
yang biasanya di dahului dengan infeksi saluran pernafasan bangian atas dan
sering di jumpai dengan gejala awal batuk, dispnea, demam. Selain
disebabkan oleh infeksi dari kuman atau bakteri juga di dukung oleh kondisi
lingkungan dan gizi pada anak. Masalah yang sering muncul pada penderita
bronkopneumonia adalah hipertermia. Hipertermia merupakan respon dari
reaksi infeksi saluran pernapasan. Peran perawat sangat besar dalam upaya
membantu menemukan dan mencegah angka kesakitan atau angka kematian.
Pelayanan sesuai standart dan komprehensif dapat diterapkan melalui asuhan
keperawatan yang optimal guna menghindari komplikasi lebih lanjut.
Angka kejadian bronkopneumonia di Indonesia pada tahun 2013
sebanyak 1,80%. Di Sumatera Barat jumlah penderita bronkopneumonia pada
balita yang ditemukan dan ditangani tahun 2017 adalah sebanyak 30% dan
ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang hanya 25%. Data
yang didapatkan dari RSUD DR Achmad Darwis pada tahun 2018 didapatkan
junlah pasien yang mengalami rawat inap dengan kasus bronkopneumonia
adalah sebanyak 288 orang, dan merupakan urutan pertama dari 10 penyakit
terbanyak.
Penyakit bronkopneumonia sering terjadi pada anak, penyebabnya
adalah bakteri (pneumococus, streptocucus), virus pneumony
hypostatic,syindroma loffller, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2000).
Masuk melalui saluran nafas atas dan dapat menyebabkan infeksi saluran
napas bagian bawah sehingga menyebabkan peradangan alveolus (parenkim
paru) ditandai dengan terjadinya peningkatan suhu tubuh (Hipertermia).

1
Penyakit hipertermia di tandai dengan anda dan gejala peningkatan suhu
tubuh yang mendadak biasanya di dahului oleh infeksi traktus respiratorius
bagian atas, kadang timbulnya kejang, pernafasan cepat dan dangkal di
sekitar pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang-
kadang muntah dan diare dan biasanya terjadi pada permulaan penyakit tidak
ditemukan, tapi setelah beberapa hari, mula-mula kering, kemudian menjadi
produktif (Wijaya &Putri, 2013).
Sehingga apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan
komplikasi seperti kolaps, fibrosis,emfisema dan ateletaksis, kerusakan otak,
dan akan melemahkan sistem pertahanan tubuh (Hidayat, 2008). Selain itu
juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada
anak. Upaya yang dapat dilakukan pada pasien dengan bronkopneumonia
adalah dengan menjaga kelancaran pernafasan. Berdasarkan latar belakang
diatas maka penulis ingin membahas lebih lanjut Asuhan keperawatan pada
anak dengan bronkopneumonia.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan anak dengan bronkopneumonia di RSUD dr
Achmad Darwis?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu memahami, menerapkan dan mendokumentasikan Asuhan
Keperawatan Anak dengan pasien Bronkopneumonia serta
mendapatkan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan Anak
dengan Bronkopneumonia Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr.
Achmad Darwis Suliki Tahun 2019.

2. Tujuan khusus
a. Mampu menyusun konsep dasar Asuhan Keperawatan Anak pada
pasien dengan Bronkopneumonia Di Ruang Rawat Inap Anak
RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki Tahun 2019.

2
b. Mampu melaksanakan pengkajian dan mengidentifikasi data dalam
menunjang Asuhan Keperawatan Anak pada pasien
Bronkopneumonia Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Achmad
Darwis Suliki Tahun 2019.
c. Mampu menentukan perencanaan Asuhan Keperawatan Anak pada
pasien Bronkopneumonia Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr.
Achmad Darwis Suliki Tahun 2019.
d. Mampu melaksanakan tindakan Keperawatan pada pasien
Bronkopneumonia Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Achmad
Darwis Suliki Tahun 2019.
e. Mampu melaksanakan evaluasi Asuhan Keperawatan Anak pada
pasien Bronkopneumonia Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr.
Achmad Darwis Suliki Tahun 2019.
f. Mampu membuat dokumentasi keperawatan pada pasien
Bronkopneumonia Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Achmad
Darwis Suliki Tahun 2019.

D. Manfaat

1. Bagi rumah sakit


Memberikan laporan dalam bentuk dokumentasi Asuhan Keperawatan
Anak kepada tim kesehatan Rumah Sakit dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Anak pada pasien Bronkopneumonia.

2. Bagi instutusi pendidikan


Manfaat yang diharapkan dapat dirasakan oleh institusi pendidikan dari
penulisan makalah ini adalah :
a. Sebagai bahan masukan bagi kepustakaan
b. Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang
akan datang

3
3. Bagi penulis
Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis
dalam memberikan dan menyusun Asuhan Keperawatan Anak pada
pasien Bronkopneumonia sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Tugas Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Perintis Padang.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR BRONKOPNEUMONIA


A. DEFINISI
Bronkopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572).
Menurut Wong, L dkk (2008), Bronkopneumonia adalah
bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi
bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus,
disebut juga pneumonia lobaris.
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di
lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan
penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh (Nurarif & Kusuma. 2015).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan
sekitar alveoli.

B. ETIOLOGI
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia
diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Timbulnya bronchopneumonia
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia antara lain: (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682
dikutip Nurarif & Kusuma. 2015)

5
a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander.
b. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V.
Influenza.
c. Mycoplasma pnemonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,
candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing
f. Pnemonia hipostatik
g. Sindrom loefflet

C. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya
kuman pathogen masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman
tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila
mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat,
maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan
di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi
mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya
gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan
melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran
organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas,
aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan
vaskular dan penurunan darah kapiler .

6
Gambar : Perbedaan bronkus normal dan bronkopneumonia
Sumber : (Reeves, 2001)

Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan


mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih
lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps
alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan
gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan
tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri
banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia
arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia
yang disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga

7
sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi
demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya
kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme
adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun
sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume
darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan
cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga
menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga
dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat
berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga
mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha
melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot–otot bantu
pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retraksi dada sehingga
gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di
definisikan lebih dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat
adalah gejala yang sering di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida
dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon
dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya
adalah asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak
untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH
darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam,
terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas
yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat
sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli.
Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea
dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan
ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung
jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang

8
terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel
gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung
dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan
mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas
selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-
40℃ dan disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak
menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari
penyakit bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas
bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun
meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai
O2 dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam
darah yang semakin menurun, akan menyebabkan fatique sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran nafas
bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi.
Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak
peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya
malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per
harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak
sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi.
Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat
batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering
kemudian menjadi produktif.

9
PATHWAY

Sumber: Wong, Nurarif & Kusuma, (2008, 2015)

10
D. KLASIFIKAS
Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi
menjadi:
a. Klasifikasi berdasarkan antaomi. (IKA FKUI)
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobural.
b. Klasifikasi Pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:
1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan
adanya PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau
paska terapi antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko
untukjenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi
bahan tosik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan
atau lambung edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh
bahan padat.

11
4. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab
infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau
mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri,
protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai
39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka
rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit
masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui
tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai tahap
pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung
singkat, tetapi dpat mementap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusu pada bayi.

12
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekels.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang menurut Nurarif & Kusuma (2015) antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan sputum
 AGD
 Kultur darah
 Urine
2. Pemeriksaan Radiologi
 Rontgenogram Thorak
 Laringoskopi/ Bronkoskopi

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain:
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istirahat
Pasien inisering hiperpireksia maka pasien perlu cukup
istirahat, semua kebutuhan pasien harus ditolong ditempat
tidur.
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronkopemonia hampir selalu mengalami masukan
makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama
beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat

13
menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5%
dan NaCl 0.9 %.
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan resistensi.
Akan tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi
secepatnya maka biasanya diberikan penisilin ditambah
dengan cloramfenikol atau diberiakan antibiotik yang
mempunyai spektrum luas seperti Ampicilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4 sampai 5 hari. Karena
sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

H. KOMPLIKASI
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

14
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi. Biasanya klien mengalami
dispnea,batuk yang kental dan susah keluar, sianosis, takikardi,
gelisah, diaporesis dll.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah mengalami penyakit BP sebelumnya,
apakah klien pernah mengalami penyakit paru sebelumnya, kaji
apakah klien pernah mengkonsumsi obat dan kaji riwayat alergi
pasien. Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah
menderita penyakit infeksi yang menyebabkan system imun
menurun.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau
penyakit infeksi saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada
anggotanya, keadaan ini dapat memberikan petunjuk kemungkinan
penyakit tersebut diuraikan. Kaji apakah ada penyakit keturunan.
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
e. Riwayat Tumbuh Kembang
f. Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi

15
sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio,
Hepatitis B dan Campak.
g. Riwayat psikososial spiritual
Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan
dampak dari hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu
takut dan menangis bila didekati oleh orang yang tidak dikenal.
h. Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan
gelisah, suhu tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan
dangkal, BB sesuai dengan umur.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia
menurut Riyadi, 2009:
1) Kepala
 Bentuk kepala
 Warna rambut
 Distribusi rambut
 Ada lesi atau tidak
 Hygiene
 Ada hematoma atau tidak
2) Mata
 sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
 kaji reflek cahaya
 konjungtiva anemis atau tidak
 pergerakan bola mata
3) Telinga
 simetris atau tidak
 kebersihan
 tes pendengaran

16
4) Hidung
a. ada polip atau tidak
b. nyeri tekan
c. kebersihan
d. pernafasan cuping hidung
e. fungsi penciuman
5) Mulut
a. warna bibir
b. mukosa bibir lembab atau tidak
c. mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
d. reflek mengisap
e. reflek menelan
6) Dada
a. Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
b. Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
7) Abdomen
a. Inspeksi : bentuk, lesi
b. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri
lepas, turgor kulit <3 detik
c. Perkusi : Suara abdomen timpani
d. Auskultasi : Bising usus meningkat atau tidak (normal 4-
9x/menit)

17
8) Ekstremitas
a. pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
b. kelelahan (malaise)
c. kelemahan
d. CRT <2 detik dan keluhan
9) Genetalia dan anus
a. kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora,
labia mayora, klitoris)
b. fungsi BAB
c. fungsi BAK
j. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
k. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
l. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
m. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
n. Pola tidur dan istirahat: kurang tidur karena sesak, insomnia.
o. Pola persepsi kognitif: klien mampu mengungkapkan strategi
mengatasi serangan akut tapi tidak mampu menggunakan efektif
selama serangan (panik).
p. Pola persepsi dan konsep diri: merasa sebagai orang yang lemah atau
sakit-sakitan, perubahan body image.

18
q. Pola hubungan dengan sesama: mengeluh karena serangan dicetuskan
oleh orang-orang sekitar, seperti : asap, rokok.
r. Pola koping dan toleransi terhadap stress: cemas, marah, putus asa

1. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
d. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
e. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang
(Nanda NIC NOC, 2015)

19
2. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan kreteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC label
bersihan jalan nafas ..x .. jam diharapkan jalan nafas pasien bersih Respiratory Monitoring
b.d inflamasi dan NOC 1. Monitor vital sign (suhu, RR, Nadi)
obstruksi jalan  Respiratory status: ventilation 2. Monitor respirasi dan oksigenasi
nafas  Respiratory status: airway patency 3. Auskultasi bunyi napas
Kriteria hasil: 4. Anjurkan keluarga pasien memberikan
 Mendomonstrasikan batuk efektif dan suara minuman hangat atau susu hangat
nafas bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu 5. Kolaborasi dalam pemberian terapi

 Menunjukkan jalan nafas yang paten nebulizer sesuai indikasi

 Mampu mengidentifikasi dan mencegah 6. Berikan O2 dengan menggunakan nasal

faktor yang dapat menghambat jalan nafas 7. Penghisapan (suction) sesuai indikasi.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC


pola nafas ..x .. jam diharapkan pola nafas pasien normal 1. Buka jalan nafas
NOC: 2. Pastikan posisi untuk memaksimalkan
 Respiratory status: ventilasi ventilasi
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

25
 Respiratory status: airway patency tambahan
 Vital sign status 4. Monitor vital sign (pernafasan) dan status O2
Kriteria hasil: 5. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
 Mendemonstrasikan batuk efektif, suara nafas
yang bersih, tidak ada cyanosis, dyspneu
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (irama
nafas, tidak tercekik, tidak ada nsuara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal
3. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC
cairan b.d intake oral ..x.. jam diharapkan kebutuhan volume cairan 1. Monitoring status hidrasi (kelembaban
tidak adekuat, takipnea, pasien terpenuhi. membrane mukosa, nadi yang adekuat)
demam NOC secara tepat
 Fluid balance 2. Atur catatan intake dan output cairan secara
 Hydration akurat
 Nutritional status: food and fluid intake 3. Beri cairan yang sesuai
Kriteria hasil: Fluid monitoring:
 Mempertahankan urine output sesuai dengan 4. Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan

26
usia, dn BB, BJ, urien normal, HT normal cairan (hipertermi, infeksi, muntah dan
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas diare)
normal 5. Monitoring tekanan darah, nadi dan RR
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elestisitas IV teraphy:
turgor kulit baik, membran mukosa lembab, 6. Lakukan 5 benar pemberian terapi infuse
tidak ada rasa haus yang berlebihan (benar obat, dosis, pasien, rute, frekuensi)
7. Monitoring tetesan dan tempat IV selama
pemberian
4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC Activity Therapy
aktivitas b.d isolasi ..x.. jam diharapkan energi psikologis maupun 1. Kaloborasikan dengan tenaga rehabilitasi
respiratory fisiologi pasien terpenuhi medik dalam merencanakan program terapi
NOC yang tepat
 Energy conervation 2. Bantu pasien mengidentifikasikan aktivitas
 Activity tolerrance yang mampu dilakukan
 Self care: Adls 3. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
Kriteria hasil: aktivitas seperti kursi roda

 Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa 4. Bantu pasien dan keluarga untuk

disertai peningkatan tekanan darah, nadi, RR mengidentifikasi kekurangan dalam aktivitas


5. Bantu pasien mengembangkan motivasi dan

27
 Mempu melakukan aktivitas sehari-hari secara peguatan
mandiri 6. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan
 Tanda tanda vital normal spiritual
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan
 Status kardiopulmonari adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi
adekuat
5. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Berikan penilaian tentang tingkat
b.d perawatan anak ..x.. jam diharapkan pengetahuan keluarga pengetahuan pasien tentang proses penyakit
pulang pasien bertambah. yang spesifik
NIC 2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
 Knowlwdge: disease process muncul pada penyakit, dengan cara yang
 Knowledge: health Behavior tepat
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan
 Keluarga pasien menyatakan paham tentang cara yang tepat

28
penyakit, kondisi, prognosis, dan program 4. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
pengobatan
 Keluarga pasien mampu melakukan prosedur
yang dijelaskan secara benar
 Keluarga mampu menjelaskan apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Sumber: Nanda NIC NOC , 2015

29
30

Anda mungkin juga menyukai