Fadhlina Noer 5 Detektor Radiasi
Fadhlina Noer 5 Detektor Radiasi
“DETEKTOR RADIASI”
OLEH:
NIM : 16033049
JURUSAN FISIKA
2019
DETEKTOR RADIASI
Detektor radiasi adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi, melacak, atau
mengidentifikasi partikel berenergi tinggi, seperti yang dihasilkan oleh peluruhan nuklir,
radiasi kosmik, dan reaksi dalam akselerator partikel. Detektor modern juga digunakan
sebagai kalorimeter untuk mengukur energi radiasi terdeteksi. Mereka dapat juga
digunakan untuk mengukur atribut lainnya, seperti momentum, spin, dan bertanggung
jawab atas partikel.
Detektor radiasi merupakan tranducer (sensor) yang dapat mengenali adanya radiasi
nuklir, baik alfa, beta, maupun gamma. Pendeteksian radiasi ionisasi di alam sekitar
menjadi sangat penting karena tubuh manusia tidak mampu mengindera kehadiran radiasi
ionisasi. Konsep dasar pendeteksian radiasi ionisasi didasarkan atas interaksi partikel
radiasi dengan materi penyusun detektor, sehingga terjadi ionisasi.
1. Sifat Radiasi Nuklir
Radiasi adalah sebuah transfer energi yang melalui gelombang elektromagnetik atau
juga gerakan partikel yang berlangsung secara cepat yang melalui ruang hingga akhirnya
dapat diserap oleh benda lain atau Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi
atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton)
dari sumber radiasi. Dalam pengertian umum Segala sesuatu yang berkaitan dengan
nuklir adalah berhubungan dengan atom. Atom merupakan bagian terkecil dari suatu
benda yang terdiri atas proton, neutron dan elektron.
Nuklir merupakan inti atom yang tersusun dari proton dan neutron. Kejadian pada
kehidupan sehari-hari, fenomena alam, jarang sekali berkaitan dengan reaksi nuklir.
Hampir semuanya melibatkan gravitasi dan elektromagnetik. Keduanya adalah bagian dari
empat gaya dasar dari alam, dan bukanlah yang terkuat. Namun dua lainnya, gaya nuklir
lemah dan gaya nuklir kuat adalah gaya yang bekerja pada range yang pendek dan tidak
bekerja di luar inti atom. Inti atom terdiri dari muatan positif yang sesungguhnya akan
saling menjauhi jika tidak ada suatu gaya yang menahannya. Jadi radiasi nuklir merupakan
reaksi nuklir yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk, masing-masing memberikan hasil
yang sangat berbeda. Reaksi nuklir adalah reaksi yang terjadi di inti atom.
Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan
sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut: :
a. Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya
diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada
beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk
melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma,
detektor neutron, dll.
b. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi,
eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian
digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi.
Besaran yang Diukur Secara definisi, radiasi merupakan salah satu cara perambatan
energi dari suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau
bahan penghantar tertentu. Salah satu bentuk energi yang dipancarkan secara radiasi
adalah energi nuklir. Radiasi ini memiliki dua sifat yang khas, yaitu tidak dapat dirasakan
secara langsung oleh panca indra manusia dan beberapa jenis radiasi dapat menembus
berbagai jenis bahan. Sebagaimana sifatnya yang tidak dapat dirasakan sama sekali oleh
panca indera manusia, maka untuk menentukan ada atau tidak adanya radiasi nuklir
diperlukan suatu alat, yaitu pengukur radiasi yang merupakan suatu susunan peralatan
untuk mendeteksi dan mengukur radiasi baik kuantitas, energi, atau dosisnya.
a. Kuantitas radiasi
Kuantitas radiasi adalah jumlah radiasi per satuan waktu per satuan luas, pada suatu
titik pengukuran. Kuantitas radiasi ini berbanding lurus dengan aktivitas sumber
radiasi dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r) antara sumber dan sistem
pengukur.
b. Energi radiasi (E)
Energi radiasi merupakan ‘kekuatan’ dari setiap radiasi yang dipancarkan oleh
sumber radiasi. Bila sumber radiasinya berupa radionuklida maka tingkat atau nilai
energi radiasi yang dipancarkan tergantung pada jenis radionuklidanya. Kalau sumber
radiasinya berupa pesawat sinar-X, maka energi radiasinya bergantung kepada
tegangan anoda (kV). Tabel 1 menunjukkan contoh energi radiasi yang dipancarkan
oleh beberapa radionuklida.
Tabel 1. Probabilitas dan Energi Beberapa Jenis Isotop
Jenis radionuklida Energi probabilitas
Cd-109 88 keV 3,70 %
Cs-137 662 keV 85%
1173 keV dan 1332
Co-60 99% dan 100%
keV
c. Dosis radiasi
Dosis radiasi menggambarkan tingkat perubahan atau kerusakan yang dapat
ditimbulkan oleh radiasi. Nilai dosis ini sangat ditentukan oleh kuantitas radiasi, jenis
radiasi dan jenis bahan penyerap. Dalam proteksi radiasi pengertian dosis adalah
jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang
diserap atau diterima oleh materi. Penggunaan sistem pengukur radiasi dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu untuk kegiatan proteksi radiasi dan untuk kegiatan
aplikasi/penelitian radiasi nuklir. Alat ukur radiasi yang digunakan untuk kegiatan
proteksi radiasi harus dapat menunjukkan nilai dosis radiasi yang mengenai alat
tersebut. Sedangkan alat ukur yang digunakan di bidang aplikasi radiasi dan penelitian
biasanya ditekankan untuk dapat menampilkan nilai kuantitas radiasi atau spektrum
energi radiasi yang memasukinya. Setiap alat ukur radiasi terdiri atas dua bagian utama
yaitu detektor dan peralatan penunjang.
Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang jadi bila dikenai
radiasi akan menghasilkan suatu tanggapan (response) tertentu yang lebih mudah
diamati sedangkan peralatan penunjang, biasanya merupakan peralatan elektronik,
berfungsi untuk mengubah tanggapan detektor tersebut menjadi suatu informasi yang
dapat diamati oleh panca indera manusia atau dapat diolah lebih lanjut menjadi
informasi yang berarti.
2. Jenis Detektor radiasi
Partikel alfa, beta, gamma, neutron atau proton yang dilepas dari bahan radioaktif
ataupun radiasi oleh alam, dapat diukur nilai parameter fisisnya hanya bila terdapat
instrumen yang dapat mendeteksi atau mengukur parameter radiasi itu. Instrumen itu
disebut detektor radiasi. Bentuk, bahan dan kepekaan dari setiap detektor disesuaikan
dengan kebutuhan pengguna. Telah dikenal beberapa jenis detektor, yaitu detektor isian
gas, detektor sintilasi, dan detektor semikonduktor (Jati dan Priyambodo, 2010: 307).
A. Detektor Isian Gas
Detektor isian gas adalah detektor yang paling banyak digunakan untuk mengukur
radiasi (Safitri, dkk, 2011). Detektor isian gas merupakan tabung tertutup yang berisi
gas dan terdiri dari 2 buah elektrode. Dinding tabung sebagai elektrode negatif
(katode) dan kawat yang terbentang di dalam tabung pada poros sebagai elektrode
positif (anode). Skema detektor isian gas disajikan pada gambar berikut (Surakhman
dan Sayono, 2009).
Gambar 1. Detektor isian gas
Radiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion
positif dan ion-ion negatif (elektron). Jumlah ion yang akan dihasilkan tersebut
sebanding dengan energi radiasi dan berbanding terbalik dengan daya ionisasi gas.
Daya ionisasi gas berkisar dari 25 eV s.d. 40 eV. Ion-ion yang dihasilkan di dalam
detektor tersebut akan memberikan kontribusi terbentuknya pulsa listrik ataupun arus
listrik. Adapun skema dari proses ionisasi disajikan pada gambar berikut
Terdapat tiga jenis detektor isian gas yang bekerja pada daerah yang berbeda yaitu
detektor kamar ionisasi, detektor proporsional, dan detektor Geiger Mueller (GM).
1) Detektor Kamar Ionisasi
Detektor kamar ionisasi beroperasi pada tegangan paling rendah. Jumlah elektron
yang terkumpul di anoda sama dengan jumlah yang dihasilkan oleh ionisasi primer.
Dalam kamar ionisasi ini tidak terjadi pelipat-gandaan (multiplikasi) jumlah ion oleh
ionisasi sekunder. Dalam daerah ini dimungkinkan untuk membedakan antara radiasi
yang berbeda ionisasi spesifikasinya, misalnya antara partikel alfa, beta dan gamma.
Namun, arus yang timbul sangat kecil, kira-kira 10-12 A sehingga memerlukan penguat
arus sangat besar dan sensitivitas alat baca yang tinggi (Hidayanto, 2009).
2) Detektor Proporsional
Salah satu kelemahan dalam mengoperasikan detektor pada daerah kamar ionisasi
adalah out put yang dihasilkan sangat lemah sehingga memerlukan penguat arus sangat
besar dan sensitivitas alat baca yang tinggi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, tetapi
masih tetap dapat memanfaatkan kemampuan detektor dalam membedakan berbagai jenis
radiasi, maka detektor dapat dioperasikan pada daerah proporsional (Hidayanto, 2009).
Alat pantau proporsional beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi daripada kamar
ionisasi. Daerah ini ditandai dengan mulai terjadinya multiplikasi gas yang besarnya
bergantung pada jumlah elektron mula-mula dan tegangan yang digunakan. Karena terjadi
multiplikasi maka ukuran pulsa yang dihasilkan sangat besar (Hidayanto, 2009).