Kimia Bahan Makanan
Kimia Bahan Makanan
PENDAHULUAN
1
Penggunaan senyawa pengawet di dalam makanan sering sekali tidak
dapat dihindari karena berbagai alasan seperti menjaga kesegaran makanan,
menghambat pertumbuhan organisme, memelihara warna bahan makanan,
dan untuk menjaga kualitas makanan dalam penyimpanan dalam jangka
waktu tertentu. Penggunaan bahan pengawet alami sudah menjadi pilihan
yang banyak dilakukan saat ini dengan alasan, untuk keamanan kesehatan dan
keamanan lingkungan. Akan tetapi, penggunaan senyawa anorganik dan
organik juga ada yang dipergunakan sebagai bahan pengawet, dan umumnya
sudah diberikan batas aman (toleransi) bagi keberadaan senyawa tersebut
sebagai pengawet makanan dan minuman.
Permasalahan yang dihadapi adalah seringnya ditemukan bahan pengawet
yang dimasukkan dan ditambahkan ke dalam makanan bukan sebagai bahan
pengawet yang aman sehingga sangat berpotensi terhadap timbulnya penyakit
yang diakibatkan oleh toksisitas senyawa pengawet tersebut terhadap
kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
2
4. untuk mengetahui berbagai bahan tambahan makanan (BTM) yang aman
digunakan dalam pengolahan dan pengawetan makanan.
5. untuk mengetahui pengaruh bahan aditif makanan terhadap kesehatan
masyarakat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Kerusakan fermentatif
Kerusakan ini biasa ditandai dengan perubahan flavor dan pembentukan gas
padamakanan hasil fermentasi.
Pembusukan bahan-bahan berprotein (putrefraction)
Dekomposisi anaerobik protein menjadi peptida atau asam amino
mengakibatkanbau busuk pada makanan, akibat terbentuknya amonia, hidrogen
sulfida, amin dansenyawa bau lainnya.
Fermentasi
5
umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan
aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi
untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Contoh makanan dengan pengawetan fermentasi adalah yoghurt, mengawetkan
susu dengan cara fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus. Aktivitas fermentasi dari kedua spesies bakteri
tersebut dapat menurunkan pH susu sapi, sehingga dapat menghambat aktivitas
bakteri proteilitik yang bersifat tidak asam. Lactobacillus bulgaricus ini hidup
dari “memakan” laktosa (gula susu) dan mengeluarkan asam laktat. Asam ini
sekaligus mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa (gula susu). Asam laktat
yang dihasilkan selama proses fermentasi akan menghambat pertumbuhan kapang
dan khamir.
2
propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain. Proses pengasapan juga
termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan ke dalam
makanan yang diawetkan. Apabila jumlah pemakaiannya tepat, pengawetan
dengan bahan-bahan kimia dalam makanan sangat praktis karena dapat
menghambat berkembang biaknya mikroorganisme seperti jamur atau kapang,
bakteri, dan ragi.
Pengasaman
Pengasinan
Cara ini dengan menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal sebagai
garam dapur untuk mengawetkan makanan. Teknik ini disebut juga dengan
sebutan penggaraman. Garam dapur memiliki sifat yang menghambat
perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk
makanan. Contohnya seperti ikan asin yang merupakan paduan antara pengasinan
dengan pengeringan.
3
mengakibatkan cairan yang ada dalam tubuh ikan mengental serta kadar
proteinnya menggumpal dan daging ikan mengkerut.
Pemanisan
Pemanisan makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan
pada medium yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40%
untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Jika dicelup pada konsenstrasi 70%
maka dapat mencegah kerusakan makanan.
Pada awalnya manisan dibuat dengan merendam pada larutan gula hanya
untuk mengawetkan. Ada beberapa buah yang hanya dipanen pada musim-musim
tertentu. Saat musim itu, buah akan melimpah dan kelebihannya akan segera
membusuk apabila tidak segera dikonsumsi. Untuk itu manusia mulai berpikir
4
untuk mengawetkan buah dengan membuat manisan. Manisan juga dibuat dengan
alasan memperbaiki cita rasa buah yang tadinya masam menjadi manis.
Pengeringan
5
Pengawetan makanan dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang.
Pengawetan jangka pendek dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya
penanganan aseptis, penggunaan suhu rendah (< 20°C), pengeluaran sebagian air
bahan, perlakuan panas ringan, mengurangi keberadaan udara, penggunaan
pengawet dalam konsentrasi rendah.
Bahan menjadi lebih awet dengan volume bahan menjadi lebih kecil
sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutran dan
pengepakan.
Berat bahan menjadi berkurang sehingga memudahkan transport.
Biaya produksi menjadi lebih murah
Kerugian dari pengeringan bahan makanan:
Sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat berubah misalnya :
bentuknya, sifat-sifat, fisik dan kimianya, penurunan mutu dan lain-lain.
Beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai
misalnya harus dibasahkan kembali (rehidratasi) sebelum digunakan
Pemanasan.
a. Pemanasan dengan suhu rendah
Blansir (Blanching)
Blansir adalah proses pemanasan yang dilakukan pada suhu kurang dari
1000C selama beberapa menit dengan menggunakan air panas atau uap air panas.
6
Contoh blansir misalnya mencelupkan sayuran atau buah di dalam air mendidih
selama 3 sampai 5 menit atau mengukusnya selama 3 sampai 5 menit. Tujuan
blansir terutama adalah untuk menginaktifkan enzim yang terdapat secara alami di
dalam bahan pangan, misalnya enzim polifenolase yang menimbulkan
pencoklatan.
Pasteurisasi
Satu hal yang penting adalah pasteurisasi hanya bakteri patogen saja yang
dibunuh, sedangkan bakteri lain yang lebih tahan panas bisa saja masih terdapat
hidup dalam bahan pangan yang dipasteurisasi. Dengan demikian, meskipun
bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tetapi jika tumbuh di dalam produk
pangan dapat menyebabkan kerusakan/kebusukan. Oleh karena itu, produk-
produk yang sudah dipasteurisasi harus disimpan di lemari es sebelum digunakan
7
dan tidak boleh berada pada suhu kamar karena sebagian mikroba yang masih
hidup dapat melangsungkan pertumbuhannya. Di dalam lemari es masa simpan
produk pasteurisasi seperti keju yang terbuat dari susu atau sari buah umumnya
hanya 2 minggu.
Sterilisasi
8
kombinasinya dapat membunuh spora bakteri yang paling tahan panas. Tidak seua
bahan pangan membutuhkan panas yang sama untuk sterilisasi, tergantung pada
jenis pangannya, wadah yang digunakan dan isi kalengnya apakah mengandung
banyak cairan atau tidak. Pemanasan pada suhu tinggi yang dilakukan bersama-
sama dengan pengemasan yang bisa mencegah rekontaminasi, dapat
menghambat/merusak mikroorganisme dan enzim.
c. Pengeluaran udara
d. Pendinginan
Teknik ini adalah teknik yang paling terkenal karena sering digunakan
oleh masyarakat umum di desa dan di kota. Konsep dan teori dari sistem
pendinginan adalah memasukkan makanan pada tempat atau ruangan yang
bersuhu sangat rendah. Untuk mendinginkan makanan atau minuman bisa dengan
memasukkannya ke dalam kulkas atau lemari es atau bisa juga dengan menaruh di
wadah yang berisi es.
e) Pengalengan
9
disusul dengan penggunaan tabung uap yang memberikan kemungkinan untuk
menambah atau menaikkan suhu serta mempercepat waktu pemrosesan dengan
hasil yang lebih baik. Sistem yang satu ini memasukkan makanan ke dalam
kaleng alumunium atau bahan logam lainnya, lalu diberi zat kimia sebagai
pengawet seperti garam, asam, gula dan sebagainya. Bahan yang dikalengkan
biasanya sayur-sayuran, daging, ikan, buah-buahan, susu, kopi, dan banyak lagi
macamnya. Tehnik pengalengan termasuk paduan teknik kimiawi dan fisika.
Teknik kimia yaitu dengan memberi zat pengawet, sedangkan fisika karena
dikalengi dalam ruang hampa udara.
f) Iradiasi
10
kontaminan. Organisme kontaminan tidak mampu memperbaiki DNAnya yang
rusak sehingga pertumbuhannya akan terhambat. Pada iradiasi pangan, dosis
iradiasi tidak cukup besar untuk menyebabkan pangan menjadi radioaktif.
Perpanjangan masa simpan 1,00 – 7,00 Hasil laut segar dan beku,
daging unggas segar/beku
Pembasmian mikroorganisme 2,00 – 7,00
perusak dan patogen Anggur(meningkatkan sari),
sayuran kering (mengurangi
Perbaikan sifat teknologi
waktu pemasakan)
pangan
11
Hanya digunakan untuk tujuan khusus. Komisi Codex Alimentarius Gabungan
FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis ini Hasil penelitian mengenai
efek kimia iradiasi pada berbagai macam bahan pangan hasil iradiasi (1 – 5 kGy)
belum pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik. Pengawetan makanan
dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi
dosis yang sudah ditetapkan, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh
FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980. Rekomendasi tersebut
menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy
aman untuk dikonsumsi manusia.
Pada pengolahan bahan pangan zat gizi yang terkandung dalam bahan
pangan dapat mengalami kerusakan bila di olah, karena zat itu peka terhadap PH
pelarut, oksigen, cahaya dan panas atau kombinasinya. Unsu-unsur minor
terutama tembaga, besi, dan enzim dapat mengkatalisis pengaruh tersebut. Bahan
makanan mempunyai peranan yang penting sebagai pembawa atau media zat gizi
yang di dalamya banyak mengandung zat-zat yang di butuhkan oleh tubuh seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan lain-lain. Di dalam masyarakat
ada beberapa macam cara pengolahan dan pengawetan makanan yang di lakukan
kesemuanya untuk meningkatkan mutu makanan yang di maksut dengan tudak
12
mengurangi nilai gizi yang di kandungnya. Pada dasarnya bahan makanan diolah
dengan tiga macam alasan:
13
dan kulit ari) turut terbuang. Sebaliknya beras seperti itu tahan lama, sehingga
masih di gemari pula.
14
4. bila air perebus tidak di biarkan mendidih dahulu sebelum sayuran di
masukan ke dalamnya
5. bila pada waktu merebus, panci di biarkan terbuka
6. bila di pergunakan panci atau lainya yang terbuat dari logam yang dapat
mengkatalisa proses oksidasi terhadap vitamin, misalnya alat-alat yang
terbuat dari besi, tembaga dan lain-lain.
a) Memasak nasi
Kehilangan thiamin pada nasi dapat di lakukan dengan cara yaitu sebelum di
masak hendaknya pencucian yang di lakukan jangan di ulang-ulang cukup 2 kali
saja dan cara masaknya dengan meliwet.
b) Memasak sayuran
15
6. Pengawetan sayuran dengan cara pendinginan harus memperhatikan suhu
optimum sayuran yang di maksud agar tidak terjadi pembusukan karena
aktifitas mikroorganisme dan lain-lain. Contoh: Kol pada suhu 00 C,
buncis 7,5-100 C, tepung 7-100C, Wortel 0,1,50 C.
d) Buah
Pada pendinginan buah maka untuk mencegah kehilangan air atau
memberi kilap maka kulit buah di lapisi dengan malam atau parafin.
e) Susu
Pada susu pasteurisasi yang di lakukan mengunakan suhu <600 C
sedangkan untuk pembuatan es krim menggunakan suhu 71,10 C selama 30 menit
atau 82,2 0 C selama 16-20 detik.
Pada dasarnya kehilangan bahan gizi seperti lemak asam amino, vitamin,
dan mineral pada proses pengolahan sudah bisa di tekan seminimal mungkin jika
menggunakan teknik pengolahan yang berorientasi gizi. Kebutuhan tubuh akan
bahan gizi yang tidak dapat di penuhi dari bahan yang kita konsumsi dapat di
tambah dengan mengkonsumsi bahan lain yang mengandung zat yang kita
butuhkan. Salah satu cara yaitu dengan mengonsumsi makanan yang masih segar,
sayuran dan lain-lain. Dengan mengkonsumsi buah-buahan segar dan sayuran
16
secara langsung maka kebutuha zat gizi yang kita butuhkan dapat teratasi karena
dala buah-buahan dan sayuran segar tersebut sudah terdapat zat gizi seperti lemak,
protein, vitamin, dan mineral.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air
yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan
itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar
kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal
(metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. Untuk mengawetkan
makanan dapat dilakukan dengan beberapa teknik baik yang menggunakan
teknologi tinggi maupun teknologi sederhana. Caranya pun beragam dengan
berbagai tingkat kesulitan. Namun inti dari pengawetan makanan adalah suatu
upaya untuk menahahn laju pertumbuham mikroorganisme pada makanan
1. pendinginan
2. pengeringan
3. pengalengan
4. pengemasan
5. penggunaan bahan kimia
6. pemanasan
18
Keracunan makanan bisa disebabkan oleh karena kelalaian dan
ketidaktahuan masyarakat dalam pengolahannya , seperti keracunan singkong.
Keracunan makanan bisa juga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
memungkinkan mikroba untuk berkembang biak lebih cepat, seperti karena faktor
fisik, kimia dan biologis
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G.I. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan konsumsi. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
20