Anda di halaman 1dari 19

GAMBARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN STRES PADA PENGASUH


LANJUT USIA (LANSIA) DI BEBERAPA PANTI JOMPO
DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012
Nastasia, Tri Yunis Miko Wahyono
Program Studi S1 Reguler Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

ABSTRAK

Stres sudah menjadi masalah kesehatan secara global karena dampaknya terhadap kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran stres pengasuh di beberapa panti jompo di
Provinsi DKI Jakarta berdasarkan karakteristik pengasuh, status psikologis pengasuh,
karakteristik lansia dan panti jompo serta faktor yang berhubungan dengan stres pada
pengasuh. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dari bulan Desember
2012 – Januari 2013. Penelitian menggunakan total sampling berjumlah 57 orang.
Penelitian menunjukkan prevalensi stres sebesar 77,2%. Kebanyakan pengasuh berumur ≥
34 tahun (50,9%), laki-laki (59,6%), tinggal di Jakarta (68,4%), menempati rumah sendiri
(36,8%), tamat SMA (64,9%), sudah menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%),
berpendapatan tinggi (50,9%) dan berpengeluaran tinggi (50,9%), melakukan strategi
koping adaptive (94,7%) dan merasa puas (78,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia
ada 56,1%, yang mengasuh selama ≥ 4 jam per hari sebanyak 52,6%. Kebanyakan pengasuh
tidak memiliki jadwal kerja malam yang rutin (68,4%) dan tidak pernah mengikuti pelatihan
khusus mengasuh lansia (50,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia ada 56,1%, rata-rata
jumlah lansia demensia yang diasuh adalah 11 lansia, lansia demensia yang paling banyak
diasuh adalah lansia demensia berumur > 70 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Faktor
yang berhubungan dengan stress pengasuh adalah kepuasan bekerja (nilai p = 0,05).

Kata kunci: lansia; pengasuh; stres

ABSTRACT

Stress has become a global health problem because of its impact on health. This research
is to describe stress of caregivers in nursing homes in Province of DKI Jakarta based on
the characteristics of caregiver, psychological status of caregiver, characteristics of the elderly
and nursing home and factors related to stress of caregiver. The research design was cross
sectional from December 2012 – January 2013 with total sampling amounted to 57 people.
The prevalence of stress is 77,2%. Most caregiver ≥ 34 years (50.9%), male (59.6%),
living in Jakarta (68,4%) and in their own home (23%), finished high school (64,9%), married
(75.4%), having child ≥ 2 (54.4%), high income and expenses (50.9%), do adaptive coping
(94,7%) and feel satisfied (78,9%). Caregiver who caring ≥ 20 elderly was 56.1%, ≥ 4 hours
per day was 52.6%. Most caregiver also does not have regular night work (68, 4%), never follow

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


a special training in caring for elderly (50.9%). Caregiver who caring ≥ 20 elderly was 56.1%,
average number of elderly dementia that is taken care of is 11 elderly, with age > 70 years and
women are the most. Factors related to stress of caregivers is the satisfaction of working
(p = 0.05).

Keyword: caregiver; elderly; stress

PENDAHULUAN
Stres merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan. Stres dapat dirasakan oleh
siapa saja, salah satunya adalah pengasuh. Lansia adalah salah satu orang yang diasuh
oleh pengasuh. Dengan semakin bertambahnya jumlah lansia, mengasuh lansia menjadi hal
yang harus diperhatikan. Stres yang dialami pengasuh dapat menimbulkan dampak pada
kesehatan mereka. Menurut Journal of the American Medical Association dalam American
Psychological Association (2012), pengasuh yang mengalami tekanan yang tinggi berisiko
mengalami kematian dini (premature mortality), penyakit jantung koroner dan stroke. Peneliti
belum menemukan penelitian tentang stres pada pengasuh lansia di Indonesia. Berdasarkan
Riskesdas Indonesia Tahun 2007, prevalensi gangguan mental emosional di Provinsi DKI
Jakarta adalah 14,1% yang melebihi angka prevalensi nasional (11,6%). Beberapa panti jompo
milik Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dipilih sebagai tempat penelitian karena panti-panti ini
merupakan panti sosial khusus lanjut usia (lansia). Lansia merupakan manusia lanjut usia
yang memerlukan bantuan/pelayanan khusus karena proses penuaan yang dialaminya.
Besarnya dampak stres terhadap pengasuh lansia tidak dapat abaikan. Oleh karena itu maka
akan dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan stres pada
pengasuh lansia di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta pada bulan Desember 2012.

TINJAUAN TEORITIS
Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik
manusia tersebut (National Safety Council, 2004). Efek stres antara lain keletihan, menutup
diri, depresi, harga diri rendah, sakit kepala, bahkan kanker. Stres pada pengasuh dapat
disebabkan oleh perilaku dan sikap dari yang diasuh, komponen fisik dan emosional dalam
mengasuh, menyesuaikan dengan pekerjaan dan mengasuh, masalah keuangan yang diasuh,
penyesuaian dari mengasuh dengan keluarga. Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres pada

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


pengasuh antara lain umur baik pengasuh maupun yang diasuh, pendapatan, jenis kelamin
baik pengasuh maupun yang diasuh, tingkat pendidikan baik dari pengasuh maupun yang diasuh.
(Okoye dan Asa, 2011).

METODE PENELITIAN
Desain studi yang digunakan adalah potong lintang. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner untuk melihat gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stres
pada pengasuh lansia di beberapa panti jompo di provinsi DKI Jakarta tahun 2012.
Populasi studinya adalah pengasuh lansia di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta
yang menjadi tempat penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah semua pengasuh lansia yang
ada di empat panti jompo tempat penelitian dilaksanakan. Kriteria ekslusi dalam penelitian
ini adalah pengasuh yang tidak bersedia menjadi responden ketika penelitian dilakukan dan
responden yang tidak sedang bertugas langsung menangani lansia seminggu terakhir.
Pengukuran tingkat stres ini menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Hsu et
al (2005) tentang stres pada pengasuh di panti jompo. Skor keseluruhan akan dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu stres dan tidak stres. Untuk mengukur strategi koping, digunakan
instrumen Brief Cope yang telah dikembangkan oleh Carver (2007). Skor keseluruhan akan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu adaptive dan maladaptive. Untuk mengukur kepuasan
bekerja, digunakan instrumen Job Satisfaction Survey (JSS) yang telah dikembangkan oleh
Spector (1999) untuk mengukur kepuasan bekerja. Skor keseluruhan akan dikelompokkan
menjadi dua, yaitu puas dan tidak puas.

HASIL PENELITIAN
Umur
Rata-rata umur pengasuh lansia adalah 34,5 tahun (32,2 – 36,8) dengan standar deviasi 8,8.
Pengasuh yang paling muda adalah pengasuh yang berumur 21 tahun, sedangkan pengasuh yang
paling tua berumur 52 tahun.

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


Umur pengasuh lansia dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan cut off point median,
yaitu < 34 tahun dan ≥ 34 tahun. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa distribusi
umur pengasuh hampir merata. Pengasuh yang berumur < 34 tahun ada sebesar 49,1% dan
yang berumur ≥ 34 tahun sebesar 50,9%.
Jenis Kelamin, Tempat Tinggal, Status Tempat Tinggal, Tingkat Pendidikan, Status Perkawinan

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa distribusi jenis kelamin pengasuh hampir seimbang.
Persentase pengasuh laki-laki sebesar 59,6%, sedangkan pengasuh perempuan sebesar 40,4%.
Kebanyakan pengasuh bertempat tinggal di wilayah Jakarta. Persentase pengasuh yang
tinggal di wilayah Jakarta dan di luar wilayah Jakarta masing-masing sebanyak 68,4%
dan 31,6%. Jumlah pengasuh yang tinggal di wilayah Jakarta dua kali lebih banyak
dibandingkan yang tinggal di luar wilayah Jakarta.
Pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa paling banyak pengasuh menempati rumah sendiri,
yaitu sebesar 36,8%. Hanya sedikit pengasuh yang mengontrak (15,8%), sedangkan
pengasuh yang menumpang di rumah keluarga atau saudara dan status rumah lainnya
(misalnya tinggal di rumah dinas panti jompo) hamper sama, yaitu masing-masing sebanyak
24,6% dan 22,8%. Persentase pendidikan pengasuh yang paling besar adalah tamat
pendidikan SMA, yaitu sebesar 64,9%. Pengasuh yang tamat SD hanya sedikit yaitu
sebanyak 3,5%, sedangkan pengasuh yang tamat perguruan tinggi dan yang tamat SMP masing-
masing sebanyak 22,8% dan 8,8%. Kebanyakan pengasuh sudah menikah, yaitu sebanyak
75,4%, sedangkan pengasuh yang belum menikah ada sebanyak 24,6%. Jumlah pengasuh yang
sudah menikah tiga kali lebih banyak dibandingkan yang belum menikah.
Jumlah Anak

Rata-rata jumlah anak pengasuh lansia adalah sekitar 2 anak (1,2 – 1,9) dengan standar
deviasi 1,3. Jumlah anak pengasuh yang paling sedikit adalah 0 dan yang paling banyak
adalah 5 anak.

Jumlah anak pengasuh dikelompokkan menjadi dua kelompok median, yaitu < 2 dan ≥ 2.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa paling banyak pengasuh lansia memiliki anak ≥
2, yaitu sebesar 54,4%.

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


Pendapatan dan Pengeluaran

Rata-rata pendapatan per bulan pengasuh lansia adalah Rp3.276316,00 dan rata-rata pengeluaran
per bulan adalah Rp2.433.333,00. Pendapatan minimal pengasuh sebesar Rp1.000.000,00
dan pengeluaran minimal adalah Rp700.000,00. Pendapatan paling besar pengasuh adalah
Rp14.500.000,00 dan pengeluaran paling besar Rp6.000.000,00.

Pendapatan dan pengeluaran dikelompokkan menjadi dua berdasarkanmkelompok median,


yaitu rendah (< median) dan tinggi (≥ median). Distribusi frekuensi pendapatan pengasuh
per bulan hampir merata antara pendapatan tinggi (50,9%) dan pendapatan rendah (49,1%).
Hal yang sama juga terjadi pada pengeluaran pengasuh per bulan.
Strategi Koping dan Kepuasan Bekerja

Strategi koping yang dilakukan oleh pengasuh dibagi menjadi adaptive dan maladaptive.
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pengasuh melakukan strategi koping

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


adaptive (94,7%) dan hanya sedikit responden yang melakukan strategi koping maladaptive
(5,3%).
Kepuasan bekerja yang dirasakan pengasuh dibagi menjadi puas dan tidak puas. Pada Tabel 8
di atas terlihat bahwa kebanyakan responden puas akan pekerjaannya sebagai pengasuh
lansia di panti jompo. Persentase pengasuh yang puas yaitu 78,9%, sedangkan yang tidak puas
ada sebanyak 21,1%.
Jumlah Lansia yang Diasuh dan Durasi Mengasuh,

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah lansia yang diasuh pengasuh secara
langsung adalah 22 lansia, dengan jumlah minimum lansia yang diasuh adalah 2 lansia dan
maksimum adalah 90 lansia. Pada Tabel 9 di atas terlihat bahwa pengasuh mengasuh lansia
secara langsung rata-rata 4,4 jam per hari, dengan nilai minimum 0,25 jam per hari dan nilai
maksimum 12 jam per hari.

Jumlah lansia yang diasuh dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan median,
yaitu < 20 dan ≥ 20 lansia. Persentase pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara
langsung adalah 56,1%. Nilai tersebut lebih tinggi dari persentase pengasuh yang mengasuh <
20 lansia (43,9%). Durasi mengasuh lansia dibagi menjadi dua, yaitu < 4 jam dan ≥ 4 jam.
Pengelompokan ini berdasarkan nilai median durasi mengasuh. Persentase pengasuh yang

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


mengasuh lansia secara langsung selama ≥ 4 jam per hari ada sebanyak 52,6%, sedangkan
yang < 4 jam ada sebanyak 47,4%.
Jumlah, Umur dan Jenis Kelamin Lansia Demensia yang Diasuh

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah lansia demensia yang diasuh
responden secara langsung adalah 11 lansia, dengan jumlah minimum lansia demensia yang
diasuh adalah 0 dan maksimum adalah 65 lansia demensia. Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa
tidak ada lansia demensia berumur 50 – 60 tahun yang diasuh responden. Lansia demensia yang
paling banyak diasuh responden adalah lansia berumur > 70 tahun, yaitu rata-rata sebanyak 6
lansia.
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin lansia demensia yang diasuh responden
paling banyak perempuan dengan rata-rata 8 lansia demensia perempuan yang diasuh setiap
responden.
Jadwal Kerja Malam dan Pelatihan Khusus Mengasuh Lansia

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa persentase pengasuh yang tidak memiliki jadwal
kerja malam rutin (68,4%) lebih besar daripada yang memiliki jadwal kerja malam rutin
(31,6%). Jumlah pengasuh yang tidak memiliki jadwal kerja malam rutin dua kali jumlah
pengasuh yang memilikinya. Persentase pengasuh yang pernah mengikuti pelatihan khusus
mengasuh lansia dan yang tidak pernah mengikutinya hampir sama, masing-masing sebesar
49,1% dan 50,9%.
Tingkat Stres

Berdasarkan tabel di atas, distribusi pengasuh berdasarkan tingkat stress hampir merata dan
tingkat stres yang paling banyak dialami oleh pengasuh lansia adalah stres ringan dan stres
sedang, yaitu sebanyak 26,3%. Stres berat dan tidak stres masing-masing sebesar 24,6% dan
22,8%.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013
Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013
Uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan stres pada
pengasuh lansia dip anti jompo adalah kepuasan bekerja (nilai p = 0,050).

PEMBAHASAN
Umur dan Stres
Secara statistik, variabel umur dan kejadian stres tidak menunjukkan hubungan yang
bermakna. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Lutzy dan Knight (1994) yang
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara umur pengasuh dan stres yang mereka
alami. Menurut Okoye dan Asa (2011), stres cenderung dialami oleh pengasuh berumur lebih
muda. Umur mempengaruhi paparan stresor (penyebab stres) yang dihadapi seseorang
(Almeida dan Horn, 2004 dalam Diehl dan Hay, 2010).
Jenis Kelamin dan Stres
Kejadian stress yang dialami pengasuh laki-laki dan pengasuh perempuan hampir sama. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lutzy dan Knight (1994) yang
menemukan bahwa ada perbedaan stres yang dialami oleh masing-masing pengasuh dengan
jenis kelamin yang berbeda. Laki-laki lebih mengabaikan stres yang dialami sehingga saat
pengukuran stres, hasilnya menjadi tidak terdeteksi atau lebih rendah daripada perempuan. Selain
itu, perempuan juga cenderung lebih banyak mengalami stres sosial daripada laki-laki (Gundy,
2002).
Tempat Tinggal dan Stres
Hasil analisis bivariat pada penelitian ini tidak menemukan hubungan yang bermakna
antara tempat tinggal pengasuh lansia dengan stres yang dialaminya. Hasil yang sama juga

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


terjadi pada penelitian yang dilakukan Dawood (2007) yang memperkirakan bahwa tinggal di
perkotaan akan cenderung menyebabkan lebih banyak stres daripada di pedesaan.
Status Tempat Tinggal dan Stres
Berdasarkan penelitian ini, status tempat tinggal pengasuh tidak berhubungan dengan stres
yang dialaminya. Menurut Rohe, Zandt dan McCarthy (2011), mereka yang tinggal di rumah
sendiri lebih sedikit mengalami stres daripada yang tinggal di rumah kontrakan. Mereka yang
tinggal bukan di rumah sendiri akan lebih merasakan beban karena harus membayar biaya
kontrakan.
Tingkat Pendidikan dan Stres
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan pengasuh lansia dengan stres yang dialaminya. Hasil ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Okoye dan Asa (2011) yang menemukan bahwa pendidikan
berhubungan dengan stres pada pengasuh, yaitu pengasuh dengan pendidikan yang rendah
cenderung mengalami stres.
Status Perkawinan dan Stres
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status
perkawinan responden yang bekerja sebagai pengasuh lansia dengan stres yang dialaminya.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian Purwindasari (n.d.) yang menemukan bahwa status
perkawinan berhubungan bermakna dengan stres pekerja. Namun, hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jackson (2004). Penelitian yang dilakukan Jackson
menemukan hubungan yang tidak bermakna antara status perkawinan dengan stres pekerjaan.
Jumlah Anak dan Stres
Hasil penelitian ini memperlihatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak
dengan stres yang dialami pengasuh lansia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jackson (2004). Penelitian tersebut menemukan hubungan yang tidak
signifikan antara jumlah anak dengan stres pekerjaan. Responden pada penelitian ini yang
bekerja sebagai pengasuh lansia, selain harus merawat dan memperhatikan lansia, dia juga
harus merawat dan memperhatikan anaknya, inilah yang mungkin dapat menimbulkan stres
yang dirasakan pengasuh lansia di panti jompo. Penelitian lain yang dilakukan oleh Vokic
dan Bogdanic (2007) mendukung pernyataan tersebut. Mereka menemukan adanya hubungan

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


yang bermakna antara jumlah anak dan stres pekerjaan. Jumlah anak tiga atau lebih memiliki
stres yang lebih tinggi dibandingkan jumlah anak yang lebih sedikit.
Pendapatan dan Stres
Hasil penelitian ini memperlihatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan
per bulan pengasuh dengan stres yang dialaminya. Penelitian yang dilakukan Okoye dan
Asa (2011) menemukan bahwa pendapatan yang rendah berhubungan bermakna dengan
stres yang dialami pengasuh. Pengasuh dengan pendapatan tinggi cenderung lebih stres
daripada yang berpendapatan rendah. Pendapat ini juga didukung oleh Dawood (2007) yang
juga menemukan hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan stres pada pengasuh.
Pengeluaran dan Stres
Hasil analisis bivariat memperlihatkan hubungan yang tidak bermakna antara pengeluaran
per bulan dengan stres pengasuh. Status ekonomi yang diukur dengan pengeluaran diperkirakan
mempengaruhi stres ataupun gangguan mental yang dialami seseorang. Mereka yang status
ekonominya rendah cenderung mengalami gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang bermakna antara pengeluaran dan stres.
Perlu diingat bahwa pengeluaran bukan satu-satunya pengukuran status ekonomi. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan hipotesis nol gagal ditolak. Artinya, tidak ada hubungan antara
pengeluaran pengasuh dengan stres yang dihadapinya.
Strategi Koping dan Stres
Setiap orang melakukan berbagai strategi koping dalam mengatasi tantangan dalam
kehidupannya, dalam hal ini adaptive maupun maladaptive. Namun, mereka yang menggunakan
lebih sedikit strategi koping adaptive dan lebih banyak maladaptive akan lebih banyak
mengalami tingkat stres yang lebih tinggi (Wulf, 2008).
Kepuasan Bekerja dan Stres
Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara kepuasan
bekerja sebagai pengasuh dengan stres yang dialaminya. Hasil ini sama dengan hasil yang
ditemukan oleh Stamps dan Piedmonte (1986) dalam Ahsan et al (2009). Mereka
menemukan bahwa kepuasan bekerja berhubungan bermakna dengan stres dalam pekerjaan.
Fletcher dan Payne (1980) dalam Ahsan et al (2009) menemukan bahwa kurangnya kepuasan
dalam pekerjaan menjadi sumber stres, sedangkan tingginya kepuasan bekerja dapat
meringankan dampak stres.

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


Jumlah Lansia Diasuh dan Stres
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah lansia
yang diasuh pengasuh secara langsung dengan stres yang dialami pengasuh. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hsu et al (2005) yang tidak menemukan hubungan
yang signifikan antara jumlah lansia yang diasuh dengan stres bekerja pada pengasuh di panti
jompo. Walaupun tidak signifikan, pada penelitian Hsu et al, pengasuh yang menangani
lebih banyak lansia cenderung lebih banyak yang mengalami stres daripada pengasuh yang
menangani lebih sedikit lansia. Semakin banyaknya lansia yang diasuh, beban tugas yang
dirasakan akan semakin berat.
Durasi Mengasuh dan Stres
Mengasuh lansia dalam waktu yang lama dapat menyebabkan stres kronis, terutama lansia
dengan keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, diperkirakan jumlah jam
mengasuh lansia berhubungan dengan stres. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Bainbridge, Cregan dan Kulik (2006) yang menemukan bahwa semakin banyak jam per
minggu yang dihabiskan pengasuh dalam mengasuh, semakin tinggi stres yang dialaminya.
Gaugler et al (2003) juga menemukan bahwa pengurangan durasi atau jam mengasuh
menyebabkan berkurangnya beban atau stres pada pengasuh. Namun, hasil penelitian ini
tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara durasi mengasuh dengan stres pada
pengasuh. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bruce et al (2005) yang tidak
menemukan hubungan antara durasi mengasuh dengan stres pada pengasuh. Hal ini dapat
terjadi karena kegiatan mengasuh yang dilakukan oleh pengasuh mungkin tidak terlalu
berat sebab kebanyakan lansia yang diasuh tidak terlalu tergantung pada pengasuhnya untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Jumlah, Umur dan Jenis Kelamin Lansia Demensia yang Diasuh dan Stres
Menurut Donkin (2009), demensia merupakan faktor yang mempengaruhi stres pengasuh.
Oleh karena itu, dengan bertambahnya jumlah lansia demensia yang diasuh, diperkirakan
stres yang muncul akan bertambah karena beban mengasuh yang juga ikut bertambah. Hasil
penelitian ini yang tidak menemukan adanya hubungan antara jumlah lansia demensia dengan
stres pengasuh mungkin disebabkan oleh demensia yang dialami lansia tidak terlalu parah.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah lansia
demensia berumur muda dengan stres yang dialami pengasuh. Hal yang sama juga terjadi

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


pada jumlah lansia berumur lebih tua, yaitu tidak ada hubungan antara jumlah lansia demensia
berumur tua yang diasuh oleh pengasuh dengan stres. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
ada hubungan yang bermakna antara jumlah lansia laki-laki demensia yang diasuh dengan
stres yang dialami pengasuh. Hubungan yang tidak bermakna juga terjadi pada jumlah
lansia perempuan demensia yang diasuh terhadap stres pengasuh. Uji statistik yang tidak
bermakna disebabkan oleh sampel yang tidak mencukupi.
Jadwal Kerja Malam dan Stres
Bekerja pada malam hari dapat menyebabkan stres, apalagi jika dilakukan secara rutin. Waktu
yang seharusnya dipakai untuk beristirahat dipakai untuk bekerja pada malam hari. Hsu et al
(2005) menemukan bahwa jadwal kerja malam yang rutin berhubungan dengan stres kerja yang
dialami oleh pengasuh pada panti jompo. Penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan
yang bermakna dari variabel tersebut. Ini mungkin disebabkan oleh jadwal kerja malam
yang dilakukan tidaklah begitu intensif dilakukan, seperti piket malam yang hanya
mengontrol atau mengawasi lansia.
Pelatihan Khusus Mengasuh Lansia dan Stres
Pelatihan yang pernah diperoleh seseorang dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan seseorang dalam menghadapi pekerjaannya. Jika seseorang tidak tahu apa yang
harus dilakukan dalam menghadapi tantangan dalam pekerjaannya, maka ia dapat mengalami
stres (Hsu et al, 2005). Selain itu, pelatihan juga meningkatkan kepercayaan diri seseorang
dalam melakukan pekerjaannya. Hasil analisis bivariat penelitian ini menunjukkan hubungan
yang tidak bermakna antara variabel pelatihan khusus mengasuh lansia terhadap stres.
Pertentangan hasil ini disebabkan oleh jumlah sampel yang tidak mencukupi.

KESIMPULAN
1. Prevalensi stres pada pengasuh lansia di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2012 ditemukan sebesar 77,2%.
2. Distribusi pengasuh berdasarkan karakteristik pengasuh menunjukkan bahwa kebanyakan
pengasuh berumur ≥ 34 tahun (50,9%), berjenis kelamin laki-laki (59,6%), tinggal di
wilayah Jakarta (68,4%), menempati rumah sendiri (36,8%), tamat SMA (64,9%),
sudah menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%), berpendapatan tinggi (50,9%) dan
berpengeluaran tinggi (50,9%).

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


3. Distribusi pengasuh berdasarkan status psikologi menunjukkan bahwa sebagian besar
pengasuh melakukan strategi koping adaptive (94,7%) dan merasa puas akan pekerjaannya
(78,9%).
4. Distribusi pengasuh berdasarkan karakteristik lansia menunjukkan pengasuh yang
mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1%, yang mengasuh selama ≥ 4 jam per hari
sebanyak 52,6%, rata-rata jumlah lansia demensia yang diasuh adalah 11 lansia, lansia
demensia yang paling banyak diasuh pengasuh adalah lansia demensia berumur > 70 tahun,
yaitu rata-rata sebanyak 6 lansia, jenis kelamin lansia demensia yang diasuh paling banyak
adalah perempuan, yaitu rata-rata sebanyak 8 lansia.
5. Distribusi pengasuh berdasarkan karakteristik panti jompo menunjukkan lebih dari
setengah pengasuh tidak memiliki jadwal kerja malam rutin (68,4%) dan tidak pernah
mengikuti pelatihan khusus mengasuh lansia (50,9%).
6. Tidak ditemukannya hubungan antara karakteristik pengasuh (umur, jenis kelamin,
tempat tinggal, status tempat tinggal, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah anak,
pendapatan, pengeluaran) dengan kejadian stres pada pengasuh lansia.
7. Dari status psikologi pengasuh lansia, hanya variabel kepuasan bekerja yang berhubungan
dengan kejadian stres pada pengasuh lansia (nilai p ≤ 0,05).
8. Tidak ditemukannya hubungan antara karakteristik lansia (jumlah lansia, durasi
mengasuh, jumlah lansia demensia, umur lansia demensia, jenis kelamin lansia
demensia) dengan kejadian stres pada pengasuh lansia.
9. Tidak ditemukannya hubungan antara karakteristik panti jompo (kerja malam, pelatihan
khusus mengasuh lansia) dengan kejadian stres pada pengasuh lansia.

SARAN
1. Memberikan penyuluhan tentang manajemen stres maupun mekanisme koping pada
pengasuh lansia.
2. Meningkatkan komunikasi yang baik dalam panti jompo, baik antara pengasuh maupun
dengan pengawasnya.
3. Sifat kerja mengasuh lansia yang terus-menerus atau kontinyu sebaiknya dimodifikasi
untuk menghindari stres dengan sistem rotasi kerja yang disesuaikan dengan kondisi atau
waktu.

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


4. Hubungan baik antara sesama rekan kerja lebih ditingkatkan lagi.
5. Panti jompo melakukan pelatihan bagi pengasuh dengan memperhatikan durasi
mengasuh, jumlah lansia demensia yang diasuh, jenis kelamin lansia demensia yang
diasuh, tingkat pendidikan pengasuh, umur pengasuh, status tempat tinggal pengasuh,
status perkawinan dan jumlah anak yang dimiliki pengasuh.

DAFTAR PUSTAKA
Ahsan, Nilufar et al. (2009). A Study of Job Stress on Job Satisfaction among University
Staff in Malaysia: Empirical Study. European Journal of Social Sciences – Volume 8,
Number 1.
American Psychological Association. (2012). Stress in America. Diunduh dari
http://www.apa.org/news/press/releases/stress/2011/final-2011.pdf (3 November 2012).
Donkin, Marika. (2009). Family caregivers of people with dementia. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3181916/ (28 Oktober 2012)
Gaugler, J.E. et al. (2003). Adult Day Service Use And Reductions In Caregiving Hours: Effects
On Stress And Psychological Well-Being For Dementia Caregivers. Internatioanl
Journal Geriatric Psychiatry. 18(1):55-62. (5 Desember 2012)
Gundy, K.V. (2002). Gender, The Assertion Of Autonomy, And The Stress Process In
Young Adulthood. Social Psychology Quarterly; 65, 4
Hsu et al., 2007. Work Stress Among Nursing Home Care Attendants in Taiwan: A
Questionnaire Survey. International journal of Nursing Studies 44 (2007) 736-746. (17
November 2012)
Jackson, A.D. (2004). A Survey of the Occupational Stress, Psychological Strain, and Coping
Resources of Licensed Professional Counselors in Virginia: A Replication Study. Virginia
Polytechnic Institute and State University. Disertasi.
National Safety Council. (2004). Manajemen Stres. Penerjemah: Palupi Widyastuti, editor:
Devi Yulianti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rohe, W.M., S.V. Zandt dan George McCarthy. (2001). The Social Benefits and Costs of
Homeownership: A Critical Assessment of the Research. Joint Center for Housing
Studies Harvard University.

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013


Spector, P.E. (1999). Instructions for Scoring the Job Satisfaction Survey, JSS. Diakses
dari http://shell.cas.usf.edu/~pspector/scales/jssscore.html (21 November 2012)
Vokić, N.P dan Ana Bogdanić. (2007). Individual Differences And Occupational Stress
Perceived: A Croatian Survey. Zagreb International Review of Economics &
Business, Vol. 11, No. 1, pp. 61-79, 2008. (4 Desember 2012)
Wulf, Julie. (2008). Relationship Among Stress, Coping, Health, And GPA In Clinical
Psychology Doctoral Students. Proquest Dissertations and Theses.

Gambaran dan..., Nastasia, FKM UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai