S45380 Nastasia
S45380 Nastasia
ABSTRAK
Stres sudah menjadi masalah kesehatan secara global karena dampaknya terhadap kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran stres pengasuh di beberapa panti jompo di
Provinsi DKI Jakarta berdasarkan karakteristik pengasuh, status psikologis pengasuh,
karakteristik lansia dan panti jompo serta faktor yang berhubungan dengan stres pada
pengasuh. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dari bulan Desember
2012 – Januari 2013. Penelitian menggunakan total sampling berjumlah 57 orang.
Penelitian menunjukkan prevalensi stres sebesar 77,2%. Kebanyakan pengasuh berumur ≥
34 tahun (50,9%), laki-laki (59,6%), tinggal di Jakarta (68,4%), menempati rumah sendiri
(36,8%), tamat SMA (64,9%), sudah menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%),
berpendapatan tinggi (50,9%) dan berpengeluaran tinggi (50,9%), melakukan strategi
koping adaptive (94,7%) dan merasa puas (78,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia
ada 56,1%, yang mengasuh selama ≥ 4 jam per hari sebanyak 52,6%. Kebanyakan pengasuh
tidak memiliki jadwal kerja malam yang rutin (68,4%) dan tidak pernah mengikuti pelatihan
khusus mengasuh lansia (50,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia ada 56,1%, rata-rata
jumlah lansia demensia yang diasuh adalah 11 lansia, lansia demensia yang paling banyak
diasuh adalah lansia demensia berumur > 70 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Faktor
yang berhubungan dengan stress pengasuh adalah kepuasan bekerja (nilai p = 0,05).
ABSTRACT
Stress has become a global health problem because of its impact on health. This research
is to describe stress of caregivers in nursing homes in Province of DKI Jakarta based on
the characteristics of caregiver, psychological status of caregiver, characteristics of the elderly
and nursing home and factors related to stress of caregiver. The research design was cross
sectional from December 2012 – January 2013 with total sampling amounted to 57 people.
The prevalence of stress is 77,2%. Most caregiver ≥ 34 years (50.9%), male (59.6%),
living in Jakarta (68,4%) and in their own home (23%), finished high school (64,9%), married
(75.4%), having child ≥ 2 (54.4%), high income and expenses (50.9%), do adaptive coping
(94,7%) and feel satisfied (78,9%). Caregiver who caring ≥ 20 elderly was 56.1%, ≥ 4 hours
per day was 52.6%. Most caregiver also does not have regular night work (68, 4%), never follow
PENDAHULUAN
Stres merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan. Stres dapat dirasakan oleh
siapa saja, salah satunya adalah pengasuh. Lansia adalah salah satu orang yang diasuh
oleh pengasuh. Dengan semakin bertambahnya jumlah lansia, mengasuh lansia menjadi hal
yang harus diperhatikan. Stres yang dialami pengasuh dapat menimbulkan dampak pada
kesehatan mereka. Menurut Journal of the American Medical Association dalam American
Psychological Association (2012), pengasuh yang mengalami tekanan yang tinggi berisiko
mengalami kematian dini (premature mortality), penyakit jantung koroner dan stroke. Peneliti
belum menemukan penelitian tentang stres pada pengasuh lansia di Indonesia. Berdasarkan
Riskesdas Indonesia Tahun 2007, prevalensi gangguan mental emosional di Provinsi DKI
Jakarta adalah 14,1% yang melebihi angka prevalensi nasional (11,6%). Beberapa panti jompo
milik Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dipilih sebagai tempat penelitian karena panti-panti ini
merupakan panti sosial khusus lanjut usia (lansia). Lansia merupakan manusia lanjut usia
yang memerlukan bantuan/pelayanan khusus karena proses penuaan yang dialaminya.
Besarnya dampak stres terhadap pengasuh lansia tidak dapat abaikan. Oleh karena itu maka
akan dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan stres pada
pengasuh lansia di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta pada bulan Desember 2012.
TINJAUAN TEORITIS
Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik
manusia tersebut (National Safety Council, 2004). Efek stres antara lain keletihan, menutup
diri, depresi, harga diri rendah, sakit kepala, bahkan kanker. Stres pada pengasuh dapat
disebabkan oleh perilaku dan sikap dari yang diasuh, komponen fisik dan emosional dalam
mengasuh, menyesuaikan dengan pekerjaan dan mengasuh, masalah keuangan yang diasuh,
penyesuaian dari mengasuh dengan keluarga. Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres pada
METODE PENELITIAN
Desain studi yang digunakan adalah potong lintang. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner untuk melihat gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stres
pada pengasuh lansia di beberapa panti jompo di provinsi DKI Jakarta tahun 2012.
Populasi studinya adalah pengasuh lansia di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta
yang menjadi tempat penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah semua pengasuh lansia yang
ada di empat panti jompo tempat penelitian dilaksanakan. Kriteria ekslusi dalam penelitian
ini adalah pengasuh yang tidak bersedia menjadi responden ketika penelitian dilakukan dan
responden yang tidak sedang bertugas langsung menangani lansia seminggu terakhir.
Pengukuran tingkat stres ini menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Hsu et
al (2005) tentang stres pada pengasuh di panti jompo. Skor keseluruhan akan dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu stres dan tidak stres. Untuk mengukur strategi koping, digunakan
instrumen Brief Cope yang telah dikembangkan oleh Carver (2007). Skor keseluruhan akan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu adaptive dan maladaptive. Untuk mengukur kepuasan
bekerja, digunakan instrumen Job Satisfaction Survey (JSS) yang telah dikembangkan oleh
Spector (1999) untuk mengukur kepuasan bekerja. Skor keseluruhan akan dikelompokkan
menjadi dua, yaitu puas dan tidak puas.
HASIL PENELITIAN
Umur
Rata-rata umur pengasuh lansia adalah 34,5 tahun (32,2 – 36,8) dengan standar deviasi 8,8.
Pengasuh yang paling muda adalah pengasuh yang berumur 21 tahun, sedangkan pengasuh yang
paling tua berumur 52 tahun.
Rata-rata jumlah anak pengasuh lansia adalah sekitar 2 anak (1,2 – 1,9) dengan standar
deviasi 1,3. Jumlah anak pengasuh yang paling sedikit adalah 0 dan yang paling banyak
adalah 5 anak.
Jumlah anak pengasuh dikelompokkan menjadi dua kelompok median, yaitu < 2 dan ≥ 2.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa paling banyak pengasuh lansia memiliki anak ≥
2, yaitu sebesar 54,4%.
Rata-rata pendapatan per bulan pengasuh lansia adalah Rp3.276316,00 dan rata-rata pengeluaran
per bulan adalah Rp2.433.333,00. Pendapatan minimal pengasuh sebesar Rp1.000.000,00
dan pengeluaran minimal adalah Rp700.000,00. Pendapatan paling besar pengasuh adalah
Rp14.500.000,00 dan pengeluaran paling besar Rp6.000.000,00.
Strategi koping yang dilakukan oleh pengasuh dibagi menjadi adaptive dan maladaptive.
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pengasuh melakukan strategi koping
Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah lansia yang diasuh pengasuh secara
langsung adalah 22 lansia, dengan jumlah minimum lansia yang diasuh adalah 2 lansia dan
maksimum adalah 90 lansia. Pada Tabel 9 di atas terlihat bahwa pengasuh mengasuh lansia
secara langsung rata-rata 4,4 jam per hari, dengan nilai minimum 0,25 jam per hari dan nilai
maksimum 12 jam per hari.
Jumlah lansia yang diasuh dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan median,
yaitu < 20 dan ≥ 20 lansia. Persentase pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara
langsung adalah 56,1%. Nilai tersebut lebih tinggi dari persentase pengasuh yang mengasuh <
20 lansia (43,9%). Durasi mengasuh lansia dibagi menjadi dua, yaitu < 4 jam dan ≥ 4 jam.
Pengelompokan ini berdasarkan nilai median durasi mengasuh. Persentase pengasuh yang
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah lansia demensia yang diasuh
responden secara langsung adalah 11 lansia, dengan jumlah minimum lansia demensia yang
diasuh adalah 0 dan maksimum adalah 65 lansia demensia. Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa
tidak ada lansia demensia berumur 50 – 60 tahun yang diasuh responden. Lansia demensia yang
paling banyak diasuh responden adalah lansia berumur > 70 tahun, yaitu rata-rata sebanyak 6
lansia.
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin lansia demensia yang diasuh responden
paling banyak perempuan dengan rata-rata 8 lansia demensia perempuan yang diasuh setiap
responden.
Jadwal Kerja Malam dan Pelatihan Khusus Mengasuh Lansia
Berdasarkan tabel di atas, distribusi pengasuh berdasarkan tingkat stress hampir merata dan
tingkat stres yang paling banyak dialami oleh pengasuh lansia adalah stres ringan dan stres
sedang, yaitu sebanyak 26,3%. Stres berat dan tidak stres masing-masing sebesar 24,6% dan
22,8%.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres
PEMBAHASAN
Umur dan Stres
Secara statistik, variabel umur dan kejadian stres tidak menunjukkan hubungan yang
bermakna. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Lutzy dan Knight (1994) yang
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara umur pengasuh dan stres yang mereka
alami. Menurut Okoye dan Asa (2011), stres cenderung dialami oleh pengasuh berumur lebih
muda. Umur mempengaruhi paparan stresor (penyebab stres) yang dihadapi seseorang
(Almeida dan Horn, 2004 dalam Diehl dan Hay, 2010).
Jenis Kelamin dan Stres
Kejadian stress yang dialami pengasuh laki-laki dan pengasuh perempuan hampir sama. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lutzy dan Knight (1994) yang
menemukan bahwa ada perbedaan stres yang dialami oleh masing-masing pengasuh dengan
jenis kelamin yang berbeda. Laki-laki lebih mengabaikan stres yang dialami sehingga saat
pengukuran stres, hasilnya menjadi tidak terdeteksi atau lebih rendah daripada perempuan. Selain
itu, perempuan juga cenderung lebih banyak mengalami stres sosial daripada laki-laki (Gundy,
2002).
Tempat Tinggal dan Stres
Hasil analisis bivariat pada penelitian ini tidak menemukan hubungan yang bermakna
antara tempat tinggal pengasuh lansia dengan stres yang dialaminya. Hasil yang sama juga
KESIMPULAN
1. Prevalensi stres pada pengasuh lansia di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2012 ditemukan sebesar 77,2%.
2. Distribusi pengasuh berdasarkan karakteristik pengasuh menunjukkan bahwa kebanyakan
pengasuh berumur ≥ 34 tahun (50,9%), berjenis kelamin laki-laki (59,6%), tinggal di
wilayah Jakarta (68,4%), menempati rumah sendiri (36,8%), tamat SMA (64,9%),
sudah menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%), berpendapatan tinggi (50,9%) dan
berpengeluaran tinggi (50,9%).
SARAN
1. Memberikan penyuluhan tentang manajemen stres maupun mekanisme koping pada
pengasuh lansia.
2. Meningkatkan komunikasi yang baik dalam panti jompo, baik antara pengasuh maupun
dengan pengawasnya.
3. Sifat kerja mengasuh lansia yang terus-menerus atau kontinyu sebaiknya dimodifikasi
untuk menghindari stres dengan sistem rotasi kerja yang disesuaikan dengan kondisi atau
waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan, Nilufar et al. (2009). A Study of Job Stress on Job Satisfaction among University
Staff in Malaysia: Empirical Study. European Journal of Social Sciences – Volume 8,
Number 1.
American Psychological Association. (2012). Stress in America. Diunduh dari
http://www.apa.org/news/press/releases/stress/2011/final-2011.pdf (3 November 2012).
Donkin, Marika. (2009). Family caregivers of people with dementia. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3181916/ (28 Oktober 2012)
Gaugler, J.E. et al. (2003). Adult Day Service Use And Reductions In Caregiving Hours: Effects
On Stress And Psychological Well-Being For Dementia Caregivers. Internatioanl
Journal Geriatric Psychiatry. 18(1):55-62. (5 Desember 2012)
Gundy, K.V. (2002). Gender, The Assertion Of Autonomy, And The Stress Process In
Young Adulthood. Social Psychology Quarterly; 65, 4
Hsu et al., 2007. Work Stress Among Nursing Home Care Attendants in Taiwan: A
Questionnaire Survey. International journal of Nursing Studies 44 (2007) 736-746. (17
November 2012)
Jackson, A.D. (2004). A Survey of the Occupational Stress, Psychological Strain, and Coping
Resources of Licensed Professional Counselors in Virginia: A Replication Study. Virginia
Polytechnic Institute and State University. Disertasi.
National Safety Council. (2004). Manajemen Stres. Penerjemah: Palupi Widyastuti, editor:
Devi Yulianti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rohe, W.M., S.V. Zandt dan George McCarthy. (2001). The Social Benefits and Costs of
Homeownership: A Critical Assessment of the Research. Joint Center for Housing
Studies Harvard University.