Anda di halaman 1dari 23

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN

Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Kata ekologi berasal
dari Bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti habitat atau tempat tinggal, dan logos
yang berarti ilmu atau kajian. Secara umum ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari interaksi anatara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ilmu
lingkungan seperti halnya ekologi , mahluk hidup (organime), di pelajari dalam unit
populasi . Populasi adalah sekelompok individu- individu mahluk hidup yang sejenis
yang hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Basis dari Ekologi adalah ekosistem.
Ekologi mengkaji berbagai proses dab bentuk interaksi yang terjadi di dalam
ekosistem.
1. Ekosistem
Tingkatan organisasi yang lebih tinggi dari komunitas adalah ekosistem. Suatu
kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur makhluk hidup (biotik) dan
makhluk tak hidup (abiotik) dimana antara unsur-unsur tersebut terjadi hubungan
timbal balik.
Unsur Biotik berdasarkan fungsinya dapat dikelompokan menjadi:
a. Produser: bersifat autotrof (dapat menyediakan makanan sendiri melalui
fotosintesis); jumlah biomassa paling banyak; contohnya tumbuhan yang berhijau
daun.
b. Konsumer: bersifat heterotrof (tidak dapat berfotosintesis); mengkonsumsi
autotrof; contohnya herbivora (pemakan tumbuhan); karnivora (pemakan daging);
omnivora (pemakan segala).
c. Dekomposer: menguraikan senyawa organik (biodegradable) dari tumbuhan dan
binatang yang telah mati menjadi senyawa anorganik (mineral) yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan. Pengurai terdiri dari bakteri, jamur, dan alga.
Unsur Abiotik adalah komponen fisik dan kimia yang terdiri atas:
a. Tanah: habitat dan media hidup makhluk hidup; tempat tersedianya air dan
mineral untuk tumbuhan
b. Air: habitat tumbuhan dan binatang; kebutuhan esensial makhluk hidup.
c. Cahaya dan suhu : sumber energi untuk fotosintesis; menentukan penyebaran
organisme; menentukan cuaca, hujan, dan angin
d. Udara : O2 untuk respirasi binatang; CO2 untuk fotosintesis tumbuhan
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, mengingat bahwa di
dalamnya tercakup organisme dan lingkungan abiotik yang satu terhadap yang lain
saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan benda nyata dan mempunyai ukuran
beraneka, bergantung pada tingkat organisasinya. Ekosistem kolam, misalnya,
memiliki organisasi yang sederhana daripada ekosistem danau. Suatu pulau memiliki
ekosistem yang lebih kompleks, dan yang paling kompleks tentunya ekosistem bumi.

EKOLOGI SEBAGAI DASAR PENGETAHUAN LINGKUNGAN

Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Kata ekologi berasal
dari Bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti habitat atau tempat tinggal, dan logos
yang berarti ilmu atau kajian. Secara umum ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari interaksi anatara makhluk hidup dengan lingkungannya.
1. Penerapan ekologi pada
2. Pengetahuan lingkungan
3. Konservasi sumber daya alam
4. Pengendalian erosi
5. Pengendalian banir
6. Penghutanan kembali
7. Restorasi hewan-hewan liar
8. Silvikultur – agroforestry
9. Pertanian dan peternakan
10. Pertambangan
11. Pengolahan limbah
12. Dinamika kependudukan

Prinsip Dasar Ilmu Lingkungan

1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau


ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan.
Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat
hilang, dihancurkan atau diciptakan.

Pengertian :
Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hukum termodinamika I, yang
sangat fundamental dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi
energi dalam
persamaan matematika. Energi yang memasuki jasad hidup,populasi, atau
ekosistem dapat dianggap energi yang tersimpan atau terlepaskan. Dalam hal
ini sistem kehidupan dapat dianggap sebagai pengubah energi, dan berarti
pula akan didapatkan berbagai strategi untuk mentransformasi energi.

Contoh :
Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk makanan diubah oleh
jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh berbiak, menjalankan proses
metabolisme, dan yang terbuang. Dalam dunia hewan sebagian energi hilang,
misalnya, dalam bentuk tinjanya sebagian diambil oleh parasit yang terdapat
dalam tubuhnya. Metabolisme hewan ini kemudian terbagi dalam beberapa
komponen yang tetap dapat mempertahankan kegiatan metabolisme
dasarnya.

2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien.

Pengertian :
Asas ini tak lain adalah hukum thermodinamika kedua, ini berarti energi
yang tak pernah hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus
diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat.
Contoh :
Misal energi yang diambil oleh hewan untuk keperluan hidupnya adalah
dalam bentuk makanan padat yang bermanfaat. Tetapi panas yang keluar
dari tubuh hewan karena lari,terbang, atau berenang terbuang tanpa guna.

3. Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, semuanya termasuk


kategori sumberdaya alam.

Pengertian :
Memang jelas dalam asas kimia, bahwa pengubahan energi oleh sistem biologi
harus berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan
energi di lingkungannya. Pengar5uh ruang secara asas adalah beranalogi
dengan materi dan energi sebagai sumber alam.

Contoh :
Misal pada ruang yang sempit bagi suatu populasi yang tingkat kepadatannya
tinggi mungkin akan terjadi terganggunya proses pembiakan. Pada ruang
yang sempit hewan jantan akan bertarung untuk mendapatkan betina
sehingga pembiakan terganggu. Sebaliknya kalau ruang terlalu luas, jarak
antar individu dalam populasi semakin jauh, kesempatan bertemu antara
jantan dan betina semakin kecil sehingga pembiakan akan terganggu.
Ruang dapat juga memisahkan jasad hidup dengan sumber bahan makanan
yang dibutuhkan, jauh dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh
terhadap perkembangan populasi.
Waktu sebagai sumber alam tidak merupakan besaran yang berdiri sendiri.
Misal hewan mamalia di padang pasir, pada musim kering tiba persediaan air
habis dilingkungannya, maka harus berpindah ke lokasi yang ada sumber
airnya. Berhasil atau tidaknya hewan bermigrasi tergantung pada adanya
cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak lokasi sumber air.
Keanekaragaman juga merupakan sumberdaya alam. Misal semakin beragam
jenis makanan suatu spesies semakin kurang bahayanya apabila menghadapi
perubahan lingkungan yang dapat memusnahkan sumber makanannya.
Sebaliknya suatu spesies yang hanya tergantung satu jenis makanan akan
mudah terancam bahaya kelaparan

4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah mencapai


optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan
sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas
maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu)
kenaikan pengadaannya yang melampui batas maksimum , bahkan akan
berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan.
Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang
disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas
maksimum.

Pengertian :
Asas ini dapat dijelaskan dengan gambar, dimana batas suhu maksimum
membatasi kegiatan hidup dalam sistem biologi :
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai
batas optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum
pengadaan sumber alam akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi.

Contoh :
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi hewan atau
tumbuhannya cenderung naik - turun (bukan naik terus atau turun terus).
Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan perjuangan hidup, bila
persediaan sumber alam berkurang. Tetapi sebaliknya, akan terdapat
ketenangan kalau sumber alam bertambah.

5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya
dapat merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tak mempunyai daya
rangsang penggunaan lebih lanjut.

Pengertian :
Ada 2 hal pada asas 5 ini. Di suatu pihak dapat kita bayangkan suatu keadaan
atau situasi, dengan jenis sumber alam tidak menimbulkan rangsangan untuk
penggunaan lebih lanjut. Di pihak lain dapat juga kita bayangkan adanya
paling sedikit dua situasi yang mempunyai kesan merangsang itu.

Contoh :
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian
didapatkan suatu jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan
tersebut akan memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan
tersebut. Dengan demikian, kenaikan sumber alam (makanan) merangsang
kenaikan pendaya-gunaan.

6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan dari pada
saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya.

Pengertian :
Asas ini aalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup
terdapat perbedaan sifat keturunan dalam hal tingkat adaptasi terhadap
faktor lingkungan fisik atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan
populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu
beradaptasi yang akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa
jasad hidup yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan
daripada yang non-adaptif.

Contoh :
Mula-mula di bukit pasir tumbuhan pelopor itu kemudian berhasil mengubah
keadaan lingkungan. Pada perkembangan berikutnya, serangkaian spesies
lain yang lebih adaptif dengan keadaan lingkungan barulah yang datang
mengganti, dan tumbuhan pelopor kemudian tersisihkan. Proses penggantian
spesies secara berurutan inilah yang dikenal swbagai proses suksesi.

7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam yang


“mudah diramal”.

Pengertian :
Mudah diramal pada asas 7 ini maksudnya adalah adanya keteraturan yang
pasti pada pola faktor lingkungan pada suatu periode yang relatif lama.
Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi
mudah dan sukarnya untuk diramal berbeda dari satu habitat ke habitat lain.
Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan bagi
kehidupan suatu spesies, maka perlu diketahui berapa lama keadaan tersebut
dapat bertahan.

Contoh :
Keadaan iklim yang stabil dalam waktu yang lama tidak saja akan
melahirkan keanekaragaman spesien yang tinggi, tetapi juga akan
menimbulkan keanekaragaman penyebaran kesatuan populasi.

8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson,


bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat
memisahkan takson tersebut.

Pengertian :
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan
lingkungannya yang khas (nicia), tiap spesias mempunyai nicia tertentu.
Spesies dapat hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa persaiangan,
karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda di
alam.

Contoh :
Burung dapat hidup dalam suatu keadaan lingkungan yang luas dengan
spesies yang kurang beraneka ragam, karena burung mempunyai
kemampuan menjelajah.
Tumbuhan dan serangga mempunyai gerakan terbatas, sehingga hanya dapat
memanfaatkan bahan makanan disekitarnya. Oleh sebab itu tumbuhan dan
serangga lebih responsif terhadap lingkungan terbatas dibandingkan dengan
burung.
Tumbuhan dan serangga bila ada perubahan biokimia yang halus saja dapat
menyebabkan perbedaan genetika dalam perjalanan evolusinya. Jadi dalam
waktu yang lama keanekaragaman serangga dan tumbuhan meningkat,
kemudian hidup dalam bentuk nicia suatu lingkungan.

9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi


produktivitas.

Pengertian :
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energi dalam
sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi
sistem biologi dalam suatu komunitas.

Contoh :
Spesies bertambah dan terdapat juga tumbuhan dalam bentuk komunitas
tumbuhan yang berlapis-lapis.

10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan


produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.

Pengertian :
Sistem biologi menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi
penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan
berkembangnya keanekaragaman.

Contoh :
Apabila suatu masyarakat berkembang semakin maju, memang secara
keseluruhan ada penurunan harga energi per unit produksi kotor nasional
(gross national product), tetapi pada waktu yang sama produksi kotor
nasional per kapita naik dengan sangat cepat, sehingga terdapat peningkatan
pengeluaran energi per orang.

11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengekploitasi yang belum mantap
(belum dewasa).

Pengertian :
Asas 11 ini mengandung arti ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang
sudah dewasa memindahkan energi, biomasa, dan keanekaragaman tingkat
organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi, dan
keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah
organisasi yang lebih komplek. Dari subsistem yang rendah keanekaragaman
nya ke subsistem yang tinggi keanekaragamannya.

Contoh :
Tenaga kerja dari ladang,kampung, kota kecil mengalir ke kota
besar(metropolitan) karena keanekaragaman kehidupan kota besar melebihi
tempat asalnya. Atau cendekiawan yang berasal dari daerah enggan kembali
ke asalnya, karena taraf keanekaragaman penghidupan kota besar lebih
tinggi dari daerah asalnya. Dengan demikian keahlian, bakat, tenaga kerja
mengalir dari daerah yang kurang ke daerah yang lebih beraneka ragam
corak penghidupannya.

Hubungan Antara Ekologi dengan Ilmu Lainnya:

 Ekologi dengan ilmu fisika >> ekologi juga berkaitan dengan ilmu fisika,
seperti pada peristiwa perubahan suhu. Proses dan pengaruh hujan terhadap
kehidupan juga berkaitan dengan ekologi dan fisika. Selain itu bagaimana
matahari memengaruhi daya serap tanah merupakan contoh lain dari
hubungan antara ekologi dengan fisika.
 Ekologi dengan ilmu ekonomi >> ada kesamaan pendeskripsian antara
ekologi dengan ekonomi menurut Lynn Margulis, jika dalam ekonomi
disebutkan bahwa studi ekonomi menjelaskan bagaimana manusia membuat
kehidupan, hampir serupa dengan studi ekologi yaitu bagaimana binatang
dan makhluk hidup membuat kehidupan.
 Ekologi dengan ilmu antropologi >> ilmu antropologi dan ekologi sangat
terkait karena antropologi menjelaskan bagaimana tubuh dan pikiran
dipengaruhi oleh lingkungan, sebaliknya ekologi menjelaskan tentang
bagaimana lingkungan dipengaruhi oleh tubuh dan pikiran.
 Ekologi dengan ilmu bumi dan antariksa >> aspek-aspek atau bahasan yang
terdapat pada ekologi juga dibahas pada ilmu bumi dan antariksa, hal
tersebut jelas memperlihatkan hubungan antar kedua ilmu tersebut.
Misalnya, berbagai proses yang dipengaruhi peristiwa-peristiwa siang dan
malam, musim kemarau dan musim hujan, gravitasi, endapan aluvial,
vulkanik, erosi dan lain-lain.
 Ekologi dengan ilmu sosial budaya >> manusia merupakan komponen dalam
cakupan ekosistem, manusia juga merupakan komponen dalam ilmu sosial
budaya. Jika dalam ekologi terdapat ekosistem, maka kehidupan sosial
budaya ada di dalam ilmu ekologi. Pentingnya lingkungan sosial budaya
dalam pembangunan berkelanjutan membuat ekologi dan ilmu budaya
diusahakan berjalan beriringan.
 Ekologi dengan ilmu psikologi >> salah satu cabang ilmu psikologi yaitu
psikologi lingkungan memiliki keterkaitan dengan ekologi. Psikologi
lingkungan mempelajari perilaku manusia berdasarkan apa yang terjadi
terhadap lingkungannya. Contohnya, saat terjadi banjir atau kerusakan
ekosistem, maka akan terjadi perubahan perilaku manusia serta dampak
yang dirasakan oleh manusia.

1. Lingkungan biologis

Komponen lingkungan yang pertama adalah lingkungan biologis yang juga disebut
dengan istilah lingkungan biotik. Lingkungan biologis merupakan semua makhluk
hidup yang berada di sekeliling manusia. Menurut ukuran tubuhnya, makhluk hidup
bisa dikelompokkan menjadi 2 yakni makroorganisme & mikroorganisme.
Makroorganisme terdiri dari hewan, tumbuhan dan manusia itu sendiri.

Sedangkan mikroorganisme terdiri dari bakteri dan organisme pengurai (detritivor).


Selain itu, makhluk hidup bisa diklasifikasikan menjadi 3 menurut fungsinya yakni
produsen, konsumen dan dekomposer. Di bawah ini adalah penjelasan singkatnya.

 Produsen, merupakan makhluk hidup yang bisa memproduksi atau


menghasilkan makanannya sendiri. Produsen disebut juga dengan organisme
autotrof. Makhluk hidup yang termasuk produsen adalah tumbuhan.
 Konsumen, yakni makhluk hidup yang tidak bisa menghasilkan makanannya
sendiri. Konsumen disebut juga dengan organisme heterotrof. Konsumen bisa
dijabarkan lagi menjadi konsumen I, konsumen II dan seterusnya. Konsumen
I memperoleh makanannya dari produsen. Sedangkan konsumen II
memperoleh makanannya (memakan) konsumen II.
 Dekomposer, yaitu makhluk hidup yang memiliki tugas menguraikan jasad
makhluk hidup lainnya yang telah mati. Jasad makhluk hidup yang mati
merupakan bahan organik yang kemudian diuraikan oleh dekomposer
menjadi bahan anoganik. Makhluk hidup yang termasuk dekomposer adalah
bakteri pengurai dan jamur.

2. Lingkungan fisik

Komponen lingkungan yang kedua adalah lingkungan fisik yang juga disebut dengan
istilah lingkungan abiotik. Lingkungan fisik merupakan semua benda mati yang
berada di sekeliling makhluk hidup. Komponen lingkungan yang satu ini menjadi
pelengkap bagi lingkungan biologis. Unsur dari lingkungan fisik adalah matahari,
air, udara, tanah, iklim dan lingkungan fisik lainnya. Berikut adalah peran penting
dari masing- masing unsur lingkungan fisik.

 Matahari – Unsur lingkungan fisik berupa cahaya matahari berperan penting


dalam proses fotosintesis tumbuhan. Cahaya matahari juga dibutuhkan oleh
makhluk hidup lain terutama manusia, sebagai sumber energi. (baca juga :
Lapisan Lapisan Matahari)
 Air – Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat bertahan hidup
(baca : Manfaat Air Tanah). Air adalah unsur terpenting dari lingkungan
fisik bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya. Jika tidak ada
air, maka akan terjadi bencana kekeringan. Begitu pula jika keberadaan air
berlebihan makan akan menjadi banjir air.
 Udara – Unsur lingkungan fisik berupa udara tidak kalah penting dengan air.
Setiap makhluk hidup pasti bernapas. Udara dibutuhkan dalam proses
respirasi (bernapas) tersebut. Lapisan Udara terdiri dari berbagai macam gas.
Manusia dan hewan membutuhkan udara dalam bentuk oksigen, sedangkan
tumbuhan memerlukan udara dalam bentuk karbondioksida untuk
berfotosintesis. (baca juga : Potensi Sumber Daya Udara)
 Tanah – Setiap makhluk hidup berpijak di atas tanah. Mikroorganisme juga
banyak yang tinggal di dalam tanah. Tanah juga dapat menumbuhkan
tanaman yang berguna sebagai bahan pangan bagi manusia dan hewan. (baca
juga : Sumber Daya Alam Tanah)
 3. Lingkungan sosial
 Komponen lingkungan yang ketiga yakni lingkungan sosial. Lingkungan sosial
ini merupakan suatu lingkungan yang mana menjadi tempat bagi manusia
untuk bersosialisasi. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan manusia dapat
berwujud aktivitas antar sesama manusia maupun aktivitas yang
berhubungan dengan alam. (baca : Cara Melestarikan Lingkungan Alam)
 Terdapat dua jenis aktivitas manusia yang berhubungan dengan alam, yakni
asosiatif dan disosiatif. Aktivitas asosiatif yakni aktivitas yang menghasilkan
hubungan yang baik antara manusia dan alam. Misalnya aktivitas menanam
pohon di hutan yang gundul. Aktivitas tersebut berdampak pada hijaunya
hutan dan terlindunginya sumber mata air yang dibutuhkan manusia.
Sementara itu, aktivitas disosiatif adalah aktivitas yang menghasilkan
hubungan buruk dengan alam atau saling merugikan. Contohnya, membuang
sampah di sungai dapat mencemari ekosistem sungai dan lama kelamaan
menimbulkan bencana banjir yang merugikan manusia (baca : Dampak
Pencemaran Lingkungan).

 3. Unsur Sosial Budaya


 Unsur sosial budaya adalah lingkungan sosial dan budaya yang dibuat
manusia dan merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam
berperilaku sebagai makhluk sosial. Unsur ini berperan dalam perubahan
lingkungan demi memenuhi kebutuhan hidup manusia.
 Lingkungan hidup yang telah mendapat dominasi dari intervensi manusia
biasa dikenal dengan lingkungan binaan dan lingkungan budaya (bentang
budaya). Kehadiran lingkungan budaya ini dapat menjadi potensi ganggunan
bagi keseimbangan, keselarasan dan kelestarian yang semula terdapat dalam
lingkungan alam. Dalam membangun lingkungan, manusia selalu berorientasi
pada kebutuhan dan kepentingannya. Kebutuhan manusia secara alamiah
terdapat pada lingkungan. Kebutuhan tersebut biasanya bertingkat-tingkat
seperti kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Sementara itu, menurut
Maslow (1970), kebutuhan manusia bertingkat bertingkat secara hierarkis
mulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan sampai pada
kebutuhan aktualisasi diri. Segala bentuk dan ragam serta hierarkis
kebutuhan manusia tersedia dan dapat disediakan pada lingkungan, baik
melalui sumberdaya alam maupun penyediaan sarana dan prasarana melalui
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

KAWASAN LONSERVASI

Home / Geografi Lingkungan / Pengertian Konservasi dan Wilayah Konservasi

Shares

Pengertian Konservasi dan Wilayah Konservasi


Posted by Anonymous at July 01, 2017
Saat ini keanekaragaman hayati semakin terancam karena pertumbuhan manusia
semakin pesat dan peradaban manusia semakin canggih. Salsah satu cara untuk
mengatasinya adalah membuat wilayah konservasi. Konservasi adalah pemanfaatan
sumber daya secara bijaksana untuk mempertahankan ketersediaannya secara
berkesinambungan, sehingga penggunaan sumber daya tersebut diatur dan
dilindungi.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Ungkungan Hidup, yang dimaksud dengan konservasi sumber daya alam
adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbarui untuk menjamin pemanfaatannya
secara bijaksana dan sumber daya alam terbarui untuk menjamin kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.

Konservasi bertujuan untuk melindungi habitat/ tempat hidup berbagai jenis makhluk
hidup dari kerusakan, baik karena erosi, longsor, dan Iain-lain. Dan Selain itu,
konservasi juga memiliki tujuan untuk melindungi agar tumbuhan dan hewan
terhindar dari kepunahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah wilayah harus
dikonservasi, sehingga habitat dan makhluk hidup dapat dijaga dari kerusakan atau
kepunahan.

Walaupun demikian, tidak sembarang wilayah harus dikonservasi. Wilayah-wilayah


yang harus dikonservasi adalah wilayah yang memiliki kriteria tertentu, yaitu wilayah
yang memiliki kumpulan hewan, tumbuhan, dan bentang alam yang lengkap atau
representatif mewakili wilayahnya dan tiap spesies yang ada di dalamnya memiliki
kemampuan bertahan hidup. Secara khusus, kriteria wilayah tersebut adalah sebagai
berikut.

 Wilayah yang memiliki komunitas langka/ jarang, ekosistem yang sudah stabil,
atau memiliki organisme yang sangat penting.
 Wilayah yang bebas dari berbagai ancaman kerusakan atau dapat dikelola untuk
menghindari ancaman pengrusakan.
 Wilayah yang memiliki keanekaragaman yang tinggi dan memiliki daya tahan
tinggi terhadap perubahan lingkungan.

Wilayah-wilayah yang memiliki kritcria tersebut akan mengalami kerusakan jika tidak
dilindungi oleh negara. Perlindungan dilakukan dengan menetapkan wilayah
konservasi untuk dilindungi dari kemsakan, temtama oleh manusia dan aktivitasnya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 menyebutkan dua


jenis kawasan konservasi, yaitu kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
Sabana tropik Baluran Jawa Timur
Kawasan suaka alam

Kawasan suaka alam merupakan kawasan yang mempunyai ciri khas tertentu, baik itu
di daratan ataupun di daerah perairan yang mempunyai fungsi pokok yaitu sebagai
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan juga pada satwa.
Kawasan suaka alam sendiri memiliki ekosistem yang sekaligus dapat di fungsikan
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

Kawasan suaka alam terdiri atas kawasan cagar alam dan kawasan suaka marga satwa.
Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang ciri keadaan alamnya memiliki
kekhasan tersendiri dari tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu
yang perlu dilindungi dan perkembangannya keberlangsungan secara alami.
Kawasan suaka margasatwa juga merupakan suatu kawasan suaka alam yang memiliki
ciri khas tersendiri yaitu berupa keanekaragaman dan juga suatu keunikan jenis satwa
untuk kelangsungan hidupnya serta dapat dilakukan suatu pembinaan terhadap
habitatnya.
Suatu kawasan yang telah ditunjuk sebagai kawasan cagar alam apabila telah
mempunyai kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut.

 Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan serta satwa dan tipe ekosistem.


 Mewakili formasi dari biota tertentu dan unit-unit penyusunannya.
 Memiliki kondisi alam, baik biota ataupun fisik yang memang masih asli dan
tidak atau belum diganggu manusia.
 memiliki luas yang cukup dan juga mempunyai bentuk tertentu agar dapat
menunjang suatu pengelolaan yang sangat efektif untuk menjamin
keberlangusngan suatu proses ekologis secara alami.
 Memiliki suatu ciri khas potensi tersendiri,yang dapat menjadi contoh
ekosistem yang keberadaannya memerlukan suatu upaya konservasi tersendiri.
 Memiliki komunitas tumbuhan dan juga satwa beserta ekosistemnya yang
sangat langka atau keberadaannya terancam punah.
Suatu kawasan dapat menjadi kawasan suaka margasatwa apabila telah memenuhi
kriteria sebagai berikut.

 Merupakan suatu tempat hidup dan juga perkembangbiakan serta jenis satwa
yang memang sangat perlu untuk dilakukan upaya konservasinya.
 Mempunyai keanekaragaman serta populasi satwa yang sangat tinggi.
 Merupakan habitat dari suatu jenis satwa dan dikhawatirkan akan punah.
 Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu dan
Memiliki luas yang sangat cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.

Kawasan pelestarian alam

Kawasan pelestarian alam merupakan kawasan yang juga mempunyai ciri-ciri khas
tertentu pada daerahnya, baik itu yang ada di daratan ataupun di perairan, yang
mempunyai fungsi sebagai perlindungan suatu sistem penyangga dalam
kehidupan,serta pengawetan keanekaragaman dan juga jenis tumbuhan serta satwa,
serta dalam upaya pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan juga pada
sektor ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam dapat terbagi menjadi beberapa
kawasan taman nasional, kawasan taman hut an raya, dan kawasan taman wisata alam.

Suatu kawasan yang bisa ditunjuk sebagai kawasan taman nasional apabila sudah
memiliki kriteria yang telah disebutkan sebagai berikut.

 Kawasan yang ditetapkan memiliki luas yang cukup untuk menjamin


kelangsungan proses ekologis secara alami.
 Memiliki sumber daya alam yang mempunyai khas tersendiri dan juga unik, baik
berupa jenis tumbuhan ataupun satwa dan ekosistemnya, serta gejala alam
yang utuh atau alami.
 Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang utuh.
 Mempunyai keadaan alam yang sangat asli dan juga alami untuk dikembangkan
sebagai pariwisata alam.
 Merupakan kawasan yang bisa dibagi menjadi zona inti, zona pemanfaatan,
zona rimba, dan juga zona lain yang karena pertimbangan dan juga
kepentingan rehabilitasi kawasan, serta ketergantungan penduduk yang ada di
sekitar kawasan, dan juga dalam rangka untuk mendukung suatu upaya
pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, yang bisa ditetapkan
sebagai zona tersendiri.

Suatu kawasan yang ditetapkan menjadi suatu kawasan taman hutan raya apabila
apabila telah memiliki suatu kriteria yang sudah ditetapkan sebagai berikut.

 Merupakan kawasan dengan ciri khas, baik asli maupun buatan, baik pada
kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya
telah berubah.
 Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi
tumbuhan atau satwa, baik jenis asli atau bukan asli.
 Mempunyai keindahan alam dan juga gejala alam

Suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut.
 Memiliki daya tarik alam tersendiri yang berupa tumbuhan, satwa, atau
ekosistem gejala alam dan juga formasi geologi yang menarik.
 Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin sutau kelestarian potensi serta
menjadikan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.
 Kondisi lingkungan yang ada di sekitamya bisa mendukung upaya suatu
pengembangan pariwisata alam sekitar. Gambar: disini
 KLASIFIKASI DAN KRITERIA KAWASAN KONSERVASI

A. Klasifikasi dan Kriteria Kawasan Konservasi Menurut Sistem IUCN
IUCN membagi kawasan konservasi berdasarkan klasifikasi menurut kategori
yang terdiri dari:
1. Kategori I. Kawasan Rimba
 Merupakan areal yang dilindungi terutama untuk kepentingan ilmu
pengetahuan atau perlindungan hutan belantara.
 1.1. Kategori I.a. Cagar Alam :
 Merupakan areal daratan dan atau perairan laut yang memiliki beberapa nilai-
nilai utama atau perwakilan ekosistem, jenis dan/atau kenampakan fisiografis,
atau geologis, yang ditunjuk dan ditetapkan terutama untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, penelitian, dan/atau pemantauan lingkungan.

Kriteria penunjukan :
 - areal harus cukup luas untuk memastikan integritas ekosistem dan memenuhi
tujuan pengelolaan dari areal yang dilindungi
 - areal harus dengan mantap bebas dari semua intervensi manusia secara
langsung dan mampu untuk dapat dikelola
 - konservasi keanekaragaman hayati dapat dilakukan melalui perlindungan
dan tidak memerlukan adanya manipulasi atau kegiatan pengelolaan habitat
secara aktif

1.2. Kategori I.b. Kawasan Belantara Alam
 Merupakan areal yang luas terdiri dari daratan dan/atau perairan laut yang
tidak sama sekali mengalami modifikasi atau hanya sedikit sekali termodifikasi,
dan tetap dominan memperlihatkan karakter dan pengaruh alami, sebagai
tempat tinggal yang penting atau permanen dari hidupan liar, yang
memerlukan upaya pengaturan dan perlindungan agar mampu memelihara
dan melestarikan kondisi alamnya.

 Kriteria penunjukan :
 - areal perlu memiliki mutu alami tinggi, diatur semata-mata terutama oleh
kekuatan alam dengan meniadakan berbagai bentuk gangguan manusia, yang
memungkinkan keberlanjutan dan kelangsungan atribut alami sesuai tujuan
yang telah ditetapkan/diusulkan.
 - areal memiliki potensi ekologis, physiogeografis penting atau corak lain
bernilai ilmiah, pendidikan, sejarah atau panoram alam yang indah atau
inspirasi kejiwaan.
 - areal menawarkan peluang utama untuk kesunyian, menikmati keindahan
alam, perjalanan, dan pencapaian areal secara sederhana, tenang, peralatan
untuk perjalanan tidak mengganggu dan menimbulkan bahan pencemaran dan
bukan bermotor.
 - areal harus memiliki ukuran yang cukup luas untuk mampu melakukan
praktek pemeliharaan dan penggunaannya sesuai tujuan
penunjukan/penetapannya.

 2. Kategori II. Taman Nasional
 Merupakan areal perairan laut dan/atau daratan yang masih alami, yang
ditunjuk untuk kepentingan : (a) melindungi integritas ekologis dari satu atau
lebih ekosistem untuk masa depan generasi masa kini dan yang akan datang;
(b) mengeluarkan dan meniadakan pemukiman, pemanfaatan atau eksploitasi
yang membahayakan kepentingan sesuai sasaran dan tujuan penunjukan areal
yang bersangkutan; dan (c) memungkinkan adanya sesuatu lembaga/yayasan
atau pihak ketiga untuk mampu mengelola kepentingan ilmiah, pendidikan,
pariwisata dan rekreasi dan peluang kunjungan pengunjung, inspirasi
kejiwaan, guna pendayagunaan potensi alam dan lingkungan yang dapat
dimanfaatkan.

Kriteria penunjukan :
 - areal mengandung suatu contoh keperwakilan daerah alami utama,
pemandangan atau corak panorama yang indah, habitat atau tempat
tinggal/hidup dari jenis-jenis satwa liar dan berbagai jenis tumbuhan dan lokasi
geomorfologikan yang secara khusus memiliki kepentingan pelestarian untuk
nilai-nilai ilmiah khusus, pendidikan, pariwisata dan rekreasi dan kunjungan
wisatawan.
 - areal harus cukup luas dan mengandung satu atau lebih keperwakilan
ekosistem yang secara material belum diubah dan dieksploitasi, tidak diduduki
atau dimukimi penduduk dan sejenisnya.

 3. Kategori III. Perlindungan Monumen Alam
 Merupakan areal yang berisi satu atau lebih potensi alami spesifik atau nilai-
nilai alami (natural) dan budaya (kultural) yang sangat menonjolkan unik,
terkemuka untuk dihargai, khas dan jarang dapat ditemukan di tempat lain,
merupakan keperwakilan mutu dan/atau arti tambahan inspirasi
kejiwaan/rohani.

Kriteria penunjukan :
 - areal perlu berisi satu atau lebih corak yang memiliki arti terkemuka (seperti
keindahan air terjun, gua, kawah/lubang ledakan, benda purbakala/fosil, bukit
pasir dan panorama bawah laut, bersama dengan keunikan dari tumbuh-
tumbuhan dan satwa liar, ketinggian ragam budaya, kemungkinan gua tinggal,
lereng, perbukitan, situs arkeologi, atau lokasi alami yang mempunyai arti
sebagai warisan/pusaka atau peninggalan dari masyarakat/pribumi).
 - areal harus besar cukup luas untuk mampu memberikan perlindungan atas
integritas/keutuhan dari sifat-sifat yang menonjol dan alam lingkungan yang
terkait.

 4. Kategori V. Kawasan Pengelolaan Habitat/Spesies
 Merupakan areal daratan atau perairan laut yang alami dan memerlukan
adanya pengelolaan intervensi aktif agar mampu memastikan kebutuhan
pemeliharaan tentang tempat kediaman dan/atau tempat yang dibutuhkan bagi
upaya pelestarian jenis-jenis hidupan liar yang spesifik.

Kriteria penunjukan :
 - areal perlu mengutamakan suatu peran penting di dalam perlindungan alami
dan kemampuan hidup (survival) dari jenis-jenis hidupan liar, berikut
habitatnya berupa lahan basah, bukit karang, muara sungai, padang rumput,
hutan atau tempat/areal ikan bertelur, atau lokasi perairan laut tempat makan
dan berkembangbiaknya ikan.
 - areal harus merupakan suatu kawasan perlindungan tempat hidupan
terpenting dari tumbuhan atau fauna yang menetap maupun berpindah, serta
mampu memberikan upaya peningkatan kesejahteraan dan kesehatan bagi
masyarakat, seluruh masyarakat atau kepentingan konservasi.
 - areal tempat tinggal terpenting dari jenis-jenis hidupan liar yang memerlukan
dan bergantung pada intervensi aktif oleh otoritas pengelola, jika perlu
dilakukan manipulasi terhadap tempat hidup/habitat hidupan liar.
 - areal memiliki luas dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan tempat
kediaman/habitat bagi kepentingan hidupan liar yang memerlukan
perlindungan, serta arealnya dapat terbentang dari luasan yang relatif kecil
sampai luasan yang relatif sangat luas.

5. Kategori V. Perlindungan Lanskap Daratan (landscape)/Lansekap Perairan
Laut (seascape)
 Merupakan areal daratan dengan perairan laut/pantai baik sebagian atau
secara menyeluruh sesuai dengan kepentingan dan interaksi alami yang terjadi
maupun yang berkaitan dengan hidupan masyarakat dari waktu ke waktu
sehingga menghasilkan suatu hamparan lahan yang memiliki karakter yang
berbeda dengan nilai-nilai ekologis, budaya dan/atau yang terpenting dan
sering juga ditandai dengan nilai-nilai keanekaragaman biologi tinggi.
Perlindungan integritas dan interaksi yang terjadi secara tradisional adalah
merupakan hal terpenting bagi perlindungan, pemeliharaan dan
perkembangan evolusi dari areal seperti itu.

Kriteria penunjukan :
 - areal memiliki suatu pemandangan dan/atau pantai dan pulau sebagai
bentang alam laut (seascape) yang bermutu tinggi, indah permai, dengan
tempat kediaman yang dihubungkan dengan beragam, dengan kehidupan
fauna dan tumbuh-tumbuhan alami yang secara bersama merupakan
penjelmaan dari suatu penggunaan lahan (land-use) secara tradisional atau
membentuk pola yang unik dan merupakan pengorganisasian sosial sebagai
suatu kejadian (evidenced) didalam kehidupan adat istiadat setempat dari mata
pencarian, kepercayaan dan kehidupan manusia.
 - areal menyediakan peluang bagi masyarakat untuk menikmati pariwisata dan
rekreasi alam dalam pola hidupnya (lifestyle) dan kegiatan ekonomi.

 6. Kategori VI. Perlindungan Sumberdaya Wilayah
 Merupakan kawasan yang dilindungi dan ditata untuk sebagian besar
penggunaan yang mampu menopang kelestarian ekosistem alami.

Kriteria penunjukan :
 - areal harus sedikitnya 2/3 nya berada dalam kondisi alami, walaupun
mungkin juga berisi areal terbatas dari ekosistem yang telah mengalami
modifikasi dan perkebunan komersil besar umumnya kurang sesuai untuk
kepentingan ini.
 - areal yang harus memiliki luas yang cukup untuk menyerap sumberdaya yang
dapat menopang kepentingan penggunaan tanpa menimbulkan kerusakan
untuk jangka panjang pada keseluruhan nilai-nilai alami yang ada.
 Ketika lahan sudah dilindungi, perlu dibuat keputusan mengenai seberapa
besar gangguan manusia dapat diterima bagi lokasi tersebut. IUCN The World
Conservation Union telah mengembangkan sistem klasifikasi untuk kawasan
perlindungan yang mencakup berbagai integritas penggunaan habitat oleh
manusia, mulai dari skala kecil sampai besar (IUCN 1984, McNeely dkk, 1994),
yakni :
 a. Cagar Alam (strict nature reserve) dan Pencagaran Kawasan Liar (wilderness
areas) adalah kawasan yang dilindungi secara ketat yang dipelihara untuk
tujuan penelitian ilmiah, pendidikan, dan pemantauan lingkungan. Kawasan
ini akan mendukung pelestarian populasi berbagai spesies serta
memungkinkan proses ekosistem berlangsung dengan hambatan sesedikit
mungkin.
 b. Taman Nasional (national park) merupakan wilayah luas dengan keindahan
alam dan pemandangan yang dikelola untuk melindungi satu atau lebih
ekosistem serta untuk tujuan ilmiah, pendidikan, rekreasi, mereka biasanya
tidak digunakan untuk tujuan eksploitasi sumberdaya secara komersial.
 c. Monumen Nasional dan Bentang Alam Khusus (national monument and
landmarks) merupakan kawasan bentukan-bentukan alam yang berukuran
relatif kecil, serta bertujuan untuk melestarikan suatu keutuhan biologi, geologi
atau kebudayaan yang menarik dan unik.
 d. Suaka Alam Terkelola dan Cagar Alam Terkelola bersifat mirip dengan
cagar alam murni, namun pada kedua kawasan ini masih diperbolehkan
manipulasi oleh manusia, mempertahankan ciri-ciri komunitas yang khas.
Permanen kontrol masih dapat diperbolehkan.
 e. Perlindungan Bentang Alam Darat dan Perairan Laut yang dilindungi masih
dapat memungkinkan penggunaan lingkungan secara tradisional oleh
masyarkat setempat, terutama bila pemanfaatan ini dapat membentuk wilayah
yang memiliki ciri khas dari segi budaya, keindahan maupun ekonomi. Lokasi-
lokasi demikian akan membuka kesempatan khusus untuk kegiatan wisata dan
rekreasi.
 f. Suaka Sumber Cadangan (resource reserves) merupakan kawasan dimana
sumberdaya dilestarikan untuk masa depan dan di mana penggunaan
sumberdaya dibatasi dengan cara-cara yang sesuai dengan kebijaksanaan
nasional.
 g. Wilayah Suaka dan Biota alami masih memungkinkan masyarakat
tradisional melanjutkan cara hidup mereka tanpa diganggu pihak luar.
Masyarakat sering kali berburu dan mengambil sumber makanan untuk
keperluan mereka serta mempraktekkan pertanian tradisional.
 h. Kawasan Terkelola secara Multiguna akan memungkinkan pemanfaatan
sumberdaya secara berkelanjutan, termasuk air, satwa liar, perumputan
ternak, kayu, wisata dan pengambilan ikan. Upaya pelestarian komunitas
hayati seringkali bersesuaian dengan kegiatan-kegiatan ini.
 Dari kategori di atas, lima yang pertama dapat dipandang sebagai kawasan
yang dilindungi penuh, dimana habitat dikelola terutama untuk
keanekaragaman hayatinya. Pada kategori yang terakhir keanekaragaman
hayati hanya menjadi tujuan yang kedua bagi pengelola. Kawasan ini
dikatakan yang dikelola ini dikatakan penting, terutama karena pertimbangan-
pertimbangan berikut: kawasan yang dikelola seringkali berukuran lebih besar
dari kawasan yang dilindungi, mereka dapat menyimpan banyak atau sebagian
besar dari spesies asli wilayah tersebut dan disamping itu kawasan yang
dilindungi seringkali menempati posisi di dalam suatu mosaik wilayah-wilayah
yang terkelola.
Kriteria Kawasan Lindung Nasional

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya:

Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan kriteria:

 kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang
jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau
lebih;
 kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh
persen); atau
 kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas
permukaan laut.

Kawasan bergambut ditetapkan dengan kriteria ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih
yang terdapat di hulu sungai atau rawa.

Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan.

Kawasan perlindungan setempat:

Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria:

 daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik
pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
 daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal
dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:

 daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter
dari kaki tanggul sebelah luar;
 daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan
 daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria:

 daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari
titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau
 daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.

Ruang terbuka hijau kota ditetapkan dengan kriteria:

 lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi;
 berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan
dan jalur; dan
 didominasi komunitas tumbuhan.

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya:

Kawasan suaka alam ditetapkan dengan kriteria:

 kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan
alam yang khas baik di darat maupun di perairan; dan/atau
 mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis biota,
ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang terdapat di dalamnya.

Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya ditetapkan dengan kriteria:

 memiliki ekosistem khas, baik di lautan maupun di perairan lainnya; dan


 merupakan habitat alami yang memberikan tempat atau perlindungan bagi
perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa.

Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut ditetapkan dengan kriteria:


 merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu
dilakukan upaya konservasinya;
 memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;
 merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; atau
 memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.

Cagar alam dan cagar alam laut ditetapkan dengan kriteria:

 memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya;


 memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;
 memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu
manusia;
 memiliki luas dan bentuk tertentu; atau
 memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta
keberadaannya memerlukan konservasi.

Kawasan pantai berhutan bakau ditetapkan dengan kriteria koridor di sepanjang pantai dengan
lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi
dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.

Taman nasional dan taman nasional laut ditetapkan dengan kriteria:

 berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam;
 memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologi secara alami;
 memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun
jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh;
 memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang secara materi
atau fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi maupun pendudukan manusia; dan
 memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam.

Taman hutan raya ditetapkan dengan kriteria:

 berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan/atau satwa yang
beragam;
 memiliki arsitektur bentang alam yang baik;
 memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
 merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik pada kawasan yang
ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang sudah berubah;
 memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan
 memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau
satwa jenis asli dan/atau bukan asli.

Taman wisata alam dan taman wisata alam laut ditetapkan dengan kriteria:
 memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih asli
serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka;
 memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
 memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan
 kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan kegiatan wisata
alam.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya
manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Kawasan Rawan Bencana Alam:

Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang
rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran.

Kawasan rawan gelombang pasang ditetapkan dengan kriteria kawasan sekitar pantai yang
rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai dengan 100 kilometer
per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari.

Kawasan rawan banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering
dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.

Kawasan lindung lainnya:

Cagar biosfer ditetapkan dengan kriteria:

 memiliki keterwakilan ekosistem yang masih alami, kawasan yang sudah mengalami
degradasi, mengalami modifikasi, atau kawasan binaan;
 memiliki komunitas alam yang unik, langka, dan indah;
 merupakan bentang alam yang cukup luas yang mencerminkan interaksi antara
komunitas alam dengan manusia beserta kegiatannya secara harmonis; atau
 berupa tempat bagi pemantauan perubahan ekologi melalui penelitian dan pendidikan.

Ramsar ditetapkan dengan kriteria:

 berupa lahan basah baik yang bersifat alami atau mendekati alami yang mewakili
langka atau unit yang sesuai dengan biogeografisnya;
 mendukung spesies rentan, langka, hampir langka, atau ekologi komunitas yang
terancam;
 mendukung keanekaragaman populasi satwa dan/atau flora di wilayah
biogeografisnya; atau
 merupakan tempat perlindungan bagi satwa dan/atau flora saat melewati masa kritis
dalam hidupnya.
Taman buru ditetapkan dengan kriteria:

 memiliki luas yang cukup dan tidak membahayakan untuk kegiatan berburu; dan
 terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan yang memungkinkan perburuan secara
teratur dan berkesinambungan dengan mengutamakan segi aspek rekreasi, olahraga,
dan kelestarian satwa.

Kawasan perlindungan plasma nutfah ditetapkan dengan kriteria:

 memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses


pertumbuhannya; dan
 memiliki luas tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses pertumbuhan jenis
plasma nutfah.

Kawasan pengungsian satwa ditetapkan dengan kriteria:

 merupakan tempat kehidupan satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut;
 merupakan tempat kehidupan baru bagi satwa; dan
 memiliki luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses hidup dan
kehidupan serta berkembangbiaknya satwa.

Terumbu karang ditetapkan dengan kriteria:

 berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan kecil yang secara
bertahap membentuk terumbu karang;
 terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling dalam 40 (empat puluh) meter;
dan
 dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 (empat puluh) sampai dengan 75
(tujuh puluh lima) meter.

Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi ditetapkan dengan kriteria:

 berupa kawasan memiliki ekosistem unik, biota endemik, atau proses-proses penunjang
kehidupan; dan
 mendukung alur migrasi biota laut.

Kawasan cagar alam geologi:

Kawasan keunikan batuan dan fosil ditetapkan dengan kriteria:

 memiliki keragaman batuan dan dapat berfungsi sebagai laboratorium alam;


 memiliki batuan yang mengandung jejak atau sisa kehidupan di masa lampau (fosil);
 memiliki nilai paleo-antropologi dan arkeologi;
 memiliki tipe geologi unik; atau
 memiliki satu-satunya batuan dan/atau jejak struktur geologi masa lalu.

Kawasan keunikan bentang alam ditetapkan dengan kriteria:

 memiliki bentang alam gumuk pasir pantai;


 memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar, leher vulkanik, dan gumuk
vulkanik;
 memiliki bentang alam goa;
 memiliki bentang alam ngarai/lembah;
 memiliki bentang alam kubah; atau
 memiliki bentang alam karst.

Kawasan keunikan proses geologi ditetapkan dengan kriteria:

 kawasan poton atau lumpur vulkanik;


 kawasan dengan kemunculan sumber api alami; atau
 kawasan dengan kemunculan solfatara, fumaroia, dan/atau geyser.

Kawasan rawan bencana alam geologi:

Kawasan rawan letusan gunung berapi ditetapkan dengan kriteria:

 wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau


 wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran atau guguran
batu pijar dan/atau aliran gas beracun.

Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria kawasan yang berpotensi dan/atau
pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity
(MMI).

Kawasan rawan gerakan tanah dengan kriteria memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah
tinggi.

Kawasan yang terletak di zona patahan aktif ditetapkan dengan kriteria sempadan dengan lebar
paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif.

Kawasan rawan tsunami ditetapkan dengan kriteria pantai dengan elevasi rendah dan/atau
berpotensi atau pernah mengalami tsunami.

Kawasan rawan abrasi ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah
mengalami abrasi.

Kawasan rawan bahaya gas beracun ditetapkan dengan kriteria wilayah yang berpotensi
dan/atau pernah mengalami bahaya gas beracun.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah:

Kawasan imbuhan air tanah ditetapkan dengan kriteria:

 memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan meluluskan air dengan jumlah yang
berarti;
 memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau;
 memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan daerah lepasan; dan/atau
 memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi daripada muka air
tanah yang tertekan.

Kawasan sempadan mata air ditetapkan dengan kriteria:

 daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi
mata air; dan
 wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air.

Anda mungkin juga menyukai