Anda di halaman 1dari 15

Ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan

Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya
rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Definisi ekologi, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-
1914).

Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan


kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas.
Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor biotik dan abiotik.

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan
berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.

Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi,
komunitas, ekosistem. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam
ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan. Secara lebih terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah
sebagai berikut.
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus atau seorang manusia. Dalam
mempertahankan hidup, setiap jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis.
Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap
musuh alaminya, serta memelihara anaknya.
Populasi, Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu
disebut populasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989
berjumlah 2552 batang.
Komunitas, kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki
derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Ekosistem antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini
menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem
adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan
dekomposer/pengurai (mikroorganisme).

Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa
didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah
terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme,
sehingga populasi akan menurun.

Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan
mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi.
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut
dinamika populasi.
Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus, perubahan jumlah dibagi
waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980
populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990 dihitung lagi
ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi
pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan
perubahan maka kita membagi jumlah batang pohon yang berkurang dengan lamanya
waktu perubahan terjadi :
700 - 500 = 200batang1990-1980 10 tahun = 20 batang/tahun
Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya
pohon tiap tahun adalah 20 batang.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada
berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan
penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya
populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh
masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini antara lain : kepadatan (densitas),
laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur,
dan bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan penentu utama
pertumbuhan populasi.
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk
organisme yang dapat bergerak, misalnya hewan dan manusia.
Prinsip Dasar Ilmu Lingkungan
1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu
bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.

Pengertian :
Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hukum termodinamika I, yang sangat
fundamental dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam
persamaan matematika. Energi yang memasuki jasad hidup,populasi, atau ekosistem dapat
dianggap energi yang tersimpan atau terlepaskan. Dalam hal ini sistem kehidupan dapat
dianggap sebagai pengubah energi, dan berarti pula akan didapatkan berbagai strategi
untuk mentransformasi energi.

Contoh :
Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk makanan diubah oleh jasad hidup
menjadi energi untuk tumbuh berbiak, menjalankan proses metabolisme, dan yang
terbuang. Dalam dunia hewan sebagian energi hilang, misalnya, dalam bentuk tinjanya
sebagian diambil oleh parasit yang terdapat dalam tubuhnya. Metabolisme hewan ini
kemudian terbagi dalam beberapa komponen yang tetap dapat mempertahankan kegiatan
metabolisme dasarnya.

2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien.

Pengertian :
Asas ini tak lain adalah hukum thermodinamika kedua, ini berarti energi yang tak pernah
hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang
bermanfaat.

Contoh :
Misal energi yang diambil oleh hewan untuk keperluan hidupnya adalah dalam bentuk
makanan padat yang bermanfaat. Tetapi panas yang keluar dari tubuh hewan karena
lari,terbang, atau berenang terbuang tanpa guna.

3. Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori


sumberdaya alam.

Pengertian :
Memang jelas dalam asas kimia, bahwa pengubahan energi oleh sistem biologi harus
berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di
lingkungannya. Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi
sebagai sumber alam.

Contoh :
Misal pada ruang yang sempit bagi suatu populasi yang tingkat kepadatannya tinggi
mungkin akan terjadi terganggunya proses pembiakan. Pada ruang yang sempit hewan
jantan akan bertarung untuk mendapatkan betina sehingga pembiakan terganggu.
Sebaliknya kalau ruang terlalu luas, jarak antar individu dalam populasi semakin jauh,
kesempatan bertemu antara jantan dan betina semakin kecil sehingga pembiakan akan
terganggu.
Ruang dapat juga memisahkan jasad hidup dengan sumber bahan makanan yang
dibutuhkan, jauh dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh terhadap
perkembangan populasi.
Waktu sebagai sumber alam tidak merupakan besaran yang berdiri sendiri. Misal hewan
mamalia di padang pasir, pada musim kering tiba persediaan air habis dilingkungannya,
maka harus berpindah ke lokasi yang ada sumber airnya. Berhasil atau tidaknya hewan
bermigrasi tergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak lokasi
sumber air.
Keanekaragaman juga merupakan sumberdaya alam. Misal semakin beragam jenis
makanan suatu spesies semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan
lingkungan yang dapat memusnahkan sumber makanannya. Sebaliknya suatu spesies yang
hanya tergantung satu jenis makanan akan mudah terancam bahaya kelaparan

4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah mencapai optimum,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai
ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang
menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampui batas maksimum , bahkan akan berpengaruh merusak
karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah
mendekati batas maksimum.

Pengertian :
Asas ini dapat dijelaskan dengan gambar, dimana batas suhu maksimum membatasi
kegiatan hidup dalam sistem biologi :
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas
optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan sumber
alam akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi.

Contoh :
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi hewan atau tumbuhannya cenderung
naik - turun (bukan naik terus atau turun terus). Maksudnya adalah akan terjadi
pengintensifan perjuangan hidup, bila persediaan sumber alam berkurang. Tetapi
sebaliknya, akan terdapat ketenangan kalau sumber alam bertambah.

5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat
merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tak mempunyai daya rangsang penggunaan
lebih lanjut.

Pengertian :
Ada 2 hal pada asas 5 ini. Di suatu pihak dapat kita bayangkan suatu keadaan atau situasi,
dengan jenis sumber alam tidak menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut.
Di pihak lain dapat juga kita bayangkan adanya paling sedikit dua situasi yang mempunyai
kesan merangsang itu.

Contoh :
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu
jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan
perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Dengan demikian, kenaikan
sumber alam (makanan) merangsang kenaikan pendaya-gunaan.

6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan dari pada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya.

Pengertian :
Asas ini aalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat perbedaan
sifat keturunan dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik atau biologi.
Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad hidup
yang kurang mampu beradaptasi yang akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula
bahwa jasad hidup yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada
yang non-adaptif.

Contoh :
Mula-mula di bukit pasir tumbuhan pelopor itu kemudian berhasil mengubah keadaan
lingkungan. Pada perkembangan berikutnya, serangkaian spesies lain yang lebih adaptif
dengan keadaan lingkungan barulah yang datang mengganti, dan tumbuhan pelopor
kemudian tersisihkan. Proses penggantian spesies secara berurutan inilah yang dikenal
swbagai proses suksesi.

7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam yang “mudah


diramal”.

Pengertian :
Mudah diramal pada asas 7 ini maksudnya adalah adanya keteraturan yang pasti pada pola
faktor lingkungan pada suatu periode yang relatif lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya
kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya untuk diramal berbeda
dari satu habitat ke habitat lain. Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor
lingkungan bagi kehidupan suatu spesies, maka perlu diketahui berapa lama keadaan
tersebut dapat bertahan.

Contoh :
Keadaan iklim yang stabil dalam waktu yang lama tidak saja akan melahirkan
keanekaragaman spesien yang tinggi, tetapi juga akan menimbulkan keanekaragaman
penyebaran kesatuan populasi.

8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung
kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.

Pengertian :
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya
yang khas (nicia), tiap spesias mempunyai nicia tertentu. Spesies dapat hidup
berdampingan dengan spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai
keperluan dan fungsi yang berbeda di alam.
Contoh :
Burung dapat hidup dalam suatu keadaan lingkungan yang luas dengan spesies yang kurang
beraneka ragam, karena burung mempunyai kemampuan menjelajah.
Tumbuhan dan serangga mempunyai gerakan terbatas, sehingga hanya dapat
memanfaatkan bahan makanan disekitarnya. Oleh sebab itu tumbuhan dan serangga lebih
responsif terhadap lingkungan terbatas dibandingkan dengan burung.
Tumbuhan dan serangga bila ada perubahan biokimia yang halus saja dapat menyebabkan
perbedaan genetika dalam perjalanan evolusinya. Jadi dalam waktu yang lama
keanekaragaman serangga dan tumbuhan meningkat, kemudian hidup dalam bentuk nicia
suatu lingkungan.

9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produktivitas.

Pengertian :
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energi dalam sistem biologi
akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu
komunitas.

Contoh :
Spesies bertambah dan terdapat juga tumbuhan dalam bentuk komunitas tumbuhan yang
berlapis-lapis.

10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P)
dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.

Pengertian :
Sistem biologi menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan
energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya
keanekaragaman.

Contoh :
Apabila suatu masyarakat berkembang semakin maju, memang secara keseluruhan ada
penurunan harga energi per unit produksi kotor nasional (gross national product), tetapi
pada waktu yang sama produksi kotor nasional per kapita naik dengan sangat cepat,
sehingga terdapat peningkatan pengeluaran energi per orang.

11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengekploitasi yang belum mantap (belum
dewasa).

Pengertian :
Asas 11 ini mengandung arti ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomasa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang
belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui
suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih komplek. Dari subsistem yang
rendah keanekaragaman nya ke subsistem yang tinggi keanekaragamannya.

Contoh :
Tenaga kerja dari ladang,kampung, kota kecil mengalir ke kota besar(metropolitan)
karena keanekaragaman kehidupan kota besar melebihi tempat asalnya. Atau cendekiawan
yang berasal dari daerah enggan kembali ke asalnya, karena taraf keanekaragaman
penghidupan kota besar lebih tinggi dari daerah asalnya. Dengan demikian keahlian,
bakat, tenaga kerja mengalir dari daerah yang kurang ke daerah yang lebih beraneka
ragam corak penghidupannya.

PENDEKATAN LINGKUNGAN HIDUP BERSIFAT HOLISTIK


Pendekatan lingkungan hidup bersifat holistik merupakan penndeatan yang dipakai
oleh ilmu lingkungan, yang terus berkembang sepeti hokum lingkungan, ekonomi
lingkungan, lingkungan international, serta lingfkungan social. Namun yang
mengalami perkembangan pesat adalah lingkungan ekonomi, lingkungan
international, dan lingkungan social.

1.Pendekatan Ekonomi Lingkungan


Pembangunan ekonomi tidak terlepas dengan pengambilan / pengelolaan sumber
daya alam (lingkungan) sebagai asset, karena salah satu asset ekonomi adalah
sumber daya alam (lingkungan). Oleh karena itu yang perlu dilakuakan kedepan
adalah mengintegrasikan ekonomi kedalam lingkungan. Lonergan berpendapat
bahwa untuk menjamin terlaksanya pembangunan yang berwawasan lingkungan
ada 3 dimensi menjadi pertimbangan yuaitu : 1. deminsi ekonomi yang
menghubungkan antara pengaruh – pengaruh unsur makroekonomi dan
mikroekonomi pada lingkungan serta bagaimana sumber aya alam diperlakukan
dalam analisis ekonomi. 2.deminsi politik yang mencakup proses politik yang
menentukan penampilan, dan sosok pembangunan, penduduk dan degradasi
lingkungan pada semua Negara. 3. Dimensi sosial budaya yang mengaitkan antara
tradisi atau sejarah dengan nominasi ilmu pengetahuan barat, serta pola pemikiran
dan tradisi agama.
Pendekatan ekonomi lingkungan adalah bagaimana agar terjadi keseimbangan
antara nilai ekonomi, sumber daya alam, dengan nilai pasar produksi yang
merupakan alat ukur indikator keberhasialan pembangunan ekonomi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengelola dan penggalian sumber
daya alam yaitu:
1.Tidak merusak tata lingkungan hidup manusia
2. Dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang menyeluruh
3. Dengan memperhitungkan Kebutuhan
Berdasarkan gambaran di atas, ekonomi lingkungan sangat berperan dalam
menghitung biyaya lingkunga yang akan dimasukkan kedalam byaya biyaya
ekonomi. Oleh karena itu, untuk lebih mengikat ekonomi lingkongan sebagai
sebuah penetapan, perlu penanaman prinsip – prinsip ekonomi kedalam hokum
lingkungan.

2. Lingkungan International
Pendekatan yang Holistik (menyeluruh) merupakan cirri yang melekat pada hokum
lingkungan itu sendiri. Kerusakan lingkungan yang terjadi di suatu Negara akan
memberikan dampak dan kerugian pada nmegara lainya. Contoh kebakaran hutan
yang terjadi di Indonesia polusi udaranya sampai ke Negara Malaysia. Oleh sebab
itu perlunya hukum lingkunagan hidup dimaksukkan dalam hokum internasional,
Negara maju dan Negara bekembang memiliki pandangan berbeda dalam hal ini.
Negara berkembang berpendapat bahwa pembangunan hanya dapat dilakukan
memanfaatkan sumber daya alam, serta berpandangan bahwa ia dapat melakukan
apa saja dalam wilayah negaranya atas dasar hak untuk membangun (the right of
development) oleh karena itu masalah lingkungan tidak perlu diatur secara
international. Negara maja berpandangan bahwa masalah lingkungan perlu diatur
dalam hokum international kareana dalam melestarikan linghkungan dan
mencegah kerusakan pada lingkungan perlu dilakukan upaya bersama antar Negara
– Negara. Menurut Daut Silalahi , konsip hokum lingkungan dapat ditelusuri
sejarah perkembanagn masalah lingkungan dalam dua konsep dasar hokum
lingkungan (konsep dasar perlindungan dan pelestarian lingkungan) yaitu masalah
atau gerakan konservasi dan masalah pencemaran lingkungan.

3.Lingkungan Sosial
Selain menciptakan Langit dan bumi beserta isinya Allah juga menciptakan
manuysia, hewan, dan tumbuhan sebagai kelompok terbesar yang hidup
dibumi.Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politikon), serta dari ketiga
ciptaan tersebut manusialah yang yang diberi kekuasaan untuk menjaga dan
mengelola bumi beserta isinya. sebagai makhluk sosial manusia tdk bisa hidup
seorang diri yaitu salaing membutuhkan satu sama lain. serta senantiasa untuk
berkerja sama satu dengan yang lain.sehinga membentuk pengelompokan sosial
juga memerlukan organisasi atau interaksi sosial kemudian interaksi – interaksi
.sosial itulah yang akan melahirkan yang dinamakan lingkungan sosial
Akibat pesatnya pembangunan dan menigkatnya berbagai persoalan pengelolaan
lingkungan antara lain : berkembangnya konflik atau krisis sosial dengan ataupun
tanpa kekerasan yang di sebabkan oleh beberapa hal, antara lain persaingan dan
konflik kepentingan serta premanisme tanpa atau menggunakan simbol – simbol
suku, agama, ras dan golongan, ketidak merataan akses ekonomi, meningkatnya
jumlah pengangguran, meningkatnya angka kemiskinan, meningkatnya esnjangan
ekonomi, kesenjangan akses pengelolaan sumberdaya, memudarnya masyarakat
adat, lemahnya control sosial, meningatnya jumlah penduduk, pengrusakan dan
pencemaran lingkungn hidup, dan lain sebagainya. berdasarkan permasahan sosil
lingkungan diatas. Jonny Purba, berpendapat bahwa pelaksanaan pengelolaan
lingkungan sosial amat dibutuhkan, hal ini penting kareana berbagai kasus
lingkungan yang terjadi, terbukti bahwa lingkungan sosial trkait di dalamnya.
Itulah sebabnya perlu pengembangan pengeloalan lingkungan hidup yang
berimbang dan terintegrasi antara lingkungan, alam, lingkungan binaan, maupun
.sosial
a. Komponen Pokok Lingkungan Sosial
Pengelompokan Sosial .1
Penataan Sosial .2
Media sosial .3
Pranata Sosil .4
Pengendalian Dan Pengawasan Sosial .5
kebutuhan Sosial.6
Hubungan Ekologi dengan ilmu lainnya :

1. Hubungan dengan ilmu fisika : membahas perubahan suhu, daya serap tanah
karena pengaruh sinar matahari, proses dan pengaruh hujan terhadap
kehidupan.
2. Ilmu Bumi dan Antariksa juga berperan karena ekologi berkaitan dengan
berbagai proses yang dipengaruhi peristiwa-peristiwa siang dan malam, musim
kemarau dan musim hujan, gravitasi, endapan aluvial, vulkanik, erosi dan lain-
lain.
3. Ilmu Kimia berperan karena dalam ekologi proses kimia seperti dalam unsur-
unsur C, N, CO2 yang merupakan bagian penting dalam beberapa reaksi kimia.
4. Ekologi dan ilmu ekonomi. Ekonomi juga berasal dari kata “oikos” dan “nomics”
yang berarti manajemen. Jadi ekonomi adalah manajemen tempat hidup atau
manajemen lingkungan. Sebagai sumber energy bagi ekologi adalah sinar
matahari, Sedangkan sumber “energy” bagi ekonomi adalah uang. Sebenarnya
ekonomi dengan ekologi mempunyai hubungan yang sesuai akan tetapi banyak
orang menganggap bahwa ekonomi dengan ekologi merupakan dua hal yang
bertentangan. Oleh karena itu, ahli ekonomi perlu mempelajari ekologi,
sehingga didalam mendapatkan keuntungan maksimal juga memperoleh
kualitas lingkunagn yang maksimum.
5. Ekologi dan Ilmu Sosial Budaya. Ilmu sosial budaya sangat penting bila
komponen manusia dimasukkan dalam cakupan ekosistem, atau bila kita
mempelajari peran ekosistem dalam kehidupan manusia. Lingkungan sosial
budaya dan ekonomi sangatlah penting bagi kesinambungan pembangunan
berkelanjutan. Sebab pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang
hidup di dalam kondisi sosial-budaya dan ekonomi tertentu. Dalam
pembangunan faktor ekonomi mendapat perhatian yang seperlunya, karena
semua orang sadar bahwa pembangunan tak akan dapat berkelanjutan, apabila
ekonomi tidak mendukungnya. Akan tetapi faktor sosial-budaya sering
diabaikan. Namun sejarah menunjukkan, faktor sosial-budaya telah
menyebabkan tak berkelanjutannya pembangunan dibanyak negara. Misalnya,
pembangunan oleh Shah Iran tidak berkelanjutan, karena faktor sosial budaya
tidak dapat mendukungnya.
6. Ekologi, Ekosistem dan Ekosfer. Pengertian yang lebih luas, ekologi adalah ilmu
yang mempelajari biosfer dan komponen-komponennya. Biosfer adalah lapisan
semu yang membalut bumi yang mencakup bagian bumi yang disebut hidrosfer
(perairan), litosfer (daratan), dan atmosfer (udara). Seperti diketahui,
lingkungan fisik biasa disebut lingkungan abiotik dan organisme lain yang
berhubungan langsung maupun tak langsung disebut lingkungan biotik. Jadi,
lingkungan abiotik mencakup segala sesuatu yang tak hidup dalam lingkungan
organisme, seperti tanah, air, cahaya matahari, cuaca dan sebagainya.
sedangkan lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup di sekitar dan di
dalam tubuh organisme. Istilah lain adalah populasi. Populasi adalah kumpulan
atau sekelompok individu-individu sejenis (yang spesiesnya sama) dengan
habitat yang sama. Komunitas juga berinteraksi dengan lingkungan fisiknya
sehingga terbentuk sebuah sistem yang khas, dan inilah yang disebut dengan
ekosistem. Jadi, sebuah ekosistem bukan hanya mempelajari interaksi
organisme dengan lingkungan biotiknya dalam sebuah komunitas, tetapi juga
hubungan timbal balik dengan lingkungan abiotiknya seperti suhu, cahaya, dan
faktor-faktor tanah yang berpengaruh terhadap keberadaan organisme. Istilah
lain adalah ekosfer. Istilah ini meliputi biosfer dan interaksinya dengan
atmosfer, hidrosfer dan litosfer.

Jadi semua ilmu yang kita pelajari sangat berkaitan erat dengan ilmu ekologi. Ilmu
ekologi dan ilmu lainnya sangat mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak
dapat dipisah satu dengan lainnya karena mereka dapat melengkapi satu dengan
lainnya supaya terciptanya keselarasan dan keseimbangan diantara ilmu – ilmu
tesebut.
Berikut adalah penjelasan masing- masing komponen lingkungan tersebut (baca juga : Fungsi
Lingkungan Hidup Bagi Manusia).

1. Lingkungan biologis

Komponen lingkungan yang pertama adalah lingkungan biologis yang juga disebut dengan istilah
lingkungan biotik. Lingkungan biologis merupakan semua makhluk hidup yang berada di sekeliling
manusia. Menurut ukuran tubuhnya, makhluk hidup bisa dikelompokkan menjadi 2 yakni
makroorganisme & mikroorganisme. Makroorganisme terdiri dari hewan, tumbuhan dan manusia itu
sendiri.

Sedangkan mikroorganisme terdiri dari bakteri dan organisme pengurai (detritivor). Selain itu,
makhluk hidup bisa diklasifikasikan menjadi 3 menurut fungsinya yakni produsen, konsumen dan
dekomposer. Di bawah ini adalah penjelasan singkatnya.

 Produsen, merupakan makhluk hidup yang bisa memproduksi atau menghasilkan makanannya
sendiri. Produsen disebut juga dengan organisme autotrof. Makhluk hidup yang termasuk
produsen adalah tumbuhan.
 Konsumen, yakni makhluk hidup yang tidak bisa menghasilkan makanannya sendiri. Konsumen
disebut juga dengan organisme heterotrof. Konsumen bisa dijabarkan lagi menjadi konsumen I,
konsumen II dan seterusnya. Konsumen I memperoleh makanannya dari produsen. Sedangkan
konsumen II memperoleh makanannya (memakan) konsumen II.
 Dekomposer, yaitu makhluk hidup yang memiliki tugas menguraikan jasad makhluk hidup lainnya
yang telah mati. Jasad makhluk hidup yang mati merupakan bahan organik yang kemudian
diuraikan oleh dekomposer menjadi bahan anoganik. Makhluk hidup yang termasuk dekomposer
adalah bakteri pengurai dan jamur.

2. Lingkungan fisik

Komponen lingkungan yang kedua adalah lingkungan fisik yang juga disebut dengan istilah
lingkungan abiotik. Lingkungan fisik merupakan semua benda mati yang berada di sekeliling makhluk
hidup. Komponen lingkungan yang satu ini menjadi pelengkap bagi lingkungan biologis. Unsur dari
lingkungan fisik adalah matahari, air, udara, tanah, iklim dan lingkungan fisik lainnya. Berikut adalah
peran penting dari masing- masing unsur lingkungan fisik.
 Matahari – Unsur lingkungan fisik berupa cahaya matahari berperan penting dalam proses
fotosintesis tumbuhan. Cahaya matahari juga dibutuhkan oleh makhluk hidup lain terutama
manusia, sebagai sumber energi. (baca juga : Lapisan Lapisan Matahari)
 Air – Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat bertahan hidup (baca : Manfaat Air
Tanah). Air adalah unsur terpenting dari lingkungan fisik bagi kelangsungan hidup manusia dan
makhluk lainnya. Jika tidak ada air, maka akan terjadi bencana kekeringan. Begitu pula jika
keberadaan air berlebihan makan akan menjadi banjir air.
 Udara – Unsur lingkungan fisik berupa udara tidak kalah penting dengan air. Setiap makhluk hidup
pasti bernapas. Udara dibutuhkan dalam proses respirasi (bernapas) tersebut. Lapisan
Udara terdiri dari berbagai macam gas. Manusia dan hewan membutuhkan udara dalam bentuk
oksigen, sedangkan tumbuhan memerlukan udara dalam bentuk karbondioksida untuk
berfotosintesis. (baca juga : Potensi Sumber Daya Udara)
 Tanah – Setiap makhluk hidup berpijak di atas tanah. Mikroorganisme juga banyak yang tinggal di
dalam tanah. Tanah juga dapat menumbuhkan tanaman yang berguna sebagai bahan pangan bagi
manusia dan hewan. (baca juga : Sumber Daya Alam Tanah)

3. Lingkungan sosial

Komponen lingkungan yang ketiga yakni lingkungan sosial. Lingkungan sosial ini merupakan suatu
lingkungan yang mana menjadi tempat bagi manusia untuk bersosialisasi. Kegiatan sosialisasi yang
dilakukan manusia dapat berwujud aktivitas antar sesama manusia maupun aktivitas yang
berhubungan dengan alam. (baca : Cara Melestarikan Lingkungan Alam)

Terdapat dua jenis aktivitas manusia yang berhubungan dengan alam, yakni asosiatif dan disosiatif.
Aktivitas asosiatif yakni aktivitas yang menghasilkan hubungan yang baik antara manusia dan alam.
Misalnya aktivitas menanam pohon di hutan yang gundul. Aktivitas tersebut berdampak pada
hijaunya hutan dan terlindunginya sumber mata air yang dibutuhkan manusia. Sementara itu, aktivitas
disosiatif adalah aktivitas yang menghasilkan hubungan buruk dengan alam atau saling merugikan.
Contohnya, membuang sampah di sungai dapat mencemari ekosistem sungaidan lama kelamaan
menimbulkan bencana banjir yang merugikan manusia (baca

KLASIFIKASI DAN KRITERIA KAWASAN KONSERVASI

A. Klasifikasi dan Kriteria Kawasan Konservasi Menurut Sistem IUCN


IUCN membagi kawasan konservasi berdasarkan klasifikasi menurut kategori yang terdiri
dari:
1. Kategori I. Kawasan Rimba
Merupakan areal yang dilindungi terutama untuk kepentingan ilmu pengetahuan atau
perlindungan hutan belantara.
1.1. Kategori I.a. Cagar Alam :
Merupakan areal daratan dan atau perairan laut yang memiliki beberapa nilai-nilai utama
atau perwakilan ekosistem, jenis dan/atau kenampakan fisiografis, atau geologis, yang
ditunjuk dan ditetapkan terutama untuk kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian,
dan/atau pemantauan lingkungan.

Kriteria penunjukan :
- areal harus cukup luas untuk memastikan integritas ekosistem dan memenuhi tujuan
pengelolaan dari areal yang dilindungi
- areal harus dengan mantap bebas dari semua intervensi manusia secara langsung dan
mampu untuk dapat dikelola
- konservasi keanekaragaman hayati dapat dilakukan melalui perlindungan dan tidak
memerlukan adanya manipulasi atau kegiatan pengelolaan habitat secara aktif

1.2. Kategori I.b. Kawasan Belantara Alam


Merupakan areal yang luas terdiri dari daratan dan/atau perairan laut yang tidak sama sekali
mengalami modifikasi atau hanya sedikit sekali termodifikasi, dan tetap dominan
memperlihatkan karakter dan pengaruh alami, sebagai tempat tinggal yang penting atau
permanen dari hidupan liar, yang memerlukan upaya pengaturan dan perlindungan agar
mampu memelihara dan melestarikan kondisi alamnya.

Kriteria penunjukan :
- areal perlu memiliki mutu alami tinggi, diatur semata-mata terutama oleh kekuatan alam
dengan meniadakan berbagai bentuk gangguan manusia, yang memungkinkan keberlanjutan
dan kelangsungan atribut alami sesuai tujuan yang telah ditetapkan/diusulkan.
- areal memiliki potensi ekologis, physiogeografis penting atau corak lain bernilai ilmiah,
pendidikan, sejarah atau panoram alam yang indah atau inspirasi kejiwaan.
- areal menawarkan peluang utama untuk kesunyian, menikmati keindahan alam,
perjalanan, dan pencapaian areal secara sederhana, tenang, peralatan untuk perjalanan
tidak mengganggu dan menimbulkan bahan pencemaran dan bukan bermotor.
- areal harus memiliki ukuran yang cukup luas untuk mampu melakukan praktek
pemeliharaan dan penggunaannya sesuai tujuan penunjukan/penetapannya.

2. Kategori II. Taman Nasional


Merupakan areal perairan laut dan/atau daratan yang masih alami, yang ditunjuk untuk
kepentingan : (a) melindungi integritas ekologis dari satu atau lebih ekosistem untuk masa
depan generasi masa kini dan yang akan datang; (b) mengeluarkan dan meniadakan
pemukiman, pemanfaatan atau eksploitasi yang membahayakan kepentingan sesuai sasaran
dan tujuan penunjukan areal yang bersangkutan; dan (c) memungkinkan adanya sesuatu
lembaga/yayasan atau pihak ketiga untuk mampu mengelola kepentingan ilmiah,
pendidikan, pariwisata dan rekreasi dan peluang kunjungan pengunjung, inspirasi kejiwaan,
guna pendayagunaan potensi alam dan lingkungan yang dapat dimanfaatkan.

Kriteria penunjukan :
- areal mengandung suatu contoh keperwakilan daerah alami utama, pemandangan atau
corak panorama yang indah, habitat atau tempat tinggal/hidup dari jenis-jenis satwa liar
dan berbagai jenis tumbuhan dan lokasi geomorfologikan yang secara khusus memiliki
kepentingan pelestarian untuk nilai-nilai ilmiah khusus, pendidikan, pariwisata dan rekreasi
dan kunjungan wisatawan.
- areal harus cukup luas dan mengandung satu atau lebih keperwakilan ekosistem yang
secara material belum diubah dan dieksploitasi, tidak diduduki atau dimukimi penduduk dan
sejenisnya.
3. Kategori III. Perlindungan Monumen Alam
Merupakan areal yang berisi satu atau lebih potensi alami spesifik atau nilai-nilai alami
(natural) dan budaya (kultural) yang sangat menonjolkan unik, terkemuka untuk dihargai,
khas dan jarang dapat ditemukan di tempat lain, merupakan keperwakilan mutu dan/atau
arti tambahan inspirasi kejiwaan/rohani.

Kriteria penunjukan :
- areal perlu berisi satu atau lebih corak yang memiliki arti terkemuka (seperti keindahan
air terjun, gua, kawah/lubang ledakan, benda purbakala/fosil, bukit pasir dan panorama
bawah laut, bersama dengan keunikan dari tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, ketinggian
ragam budaya, kemungkinan gua tinggal, lereng, perbukitan, situs arkeologi, atau lokasi
alami yang mempunyai arti sebagai warisan/pusaka atau peninggalan dari
masyarakat/pribumi).
- areal harus besar cukup luas untuk mampu memberikan perlindungan atas
integritas/keutuhan dari sifat-sifat yang menonjol dan alam lingkungan yang terkait.

4. Kategori V. Kawasan Pengelolaan Habitat/Spesies


Merupakan areal daratan atau perairan laut yang alami dan memerlukan adanya pengelolaan
intervensi aktif agar mampu memastikan kebutuhan pemeliharaan tentang tempat
kediaman dan/atau tempat yang dibutuhkan bagi upaya pelestarian jenis-jenis hidupan liar
yang spesifik.

Kriteria penunjukan :
- areal perlu mengutamakan suatu peran penting di dalam perlindungan alami dan
kemampuan hidup (survival) dari jenis-jenis hidupan liar, berikut habitatnya berupa lahan
basah, bukit karang, muara sungai, padang rumput, hutan atau tempat/areal ikan bertelur,
atau lokasi perairan laut tempat makan dan berkembangbiaknya ikan.
- areal harus merupakan suatu kawasan perlindungan tempat hidupan terpenting dari
tumbuhan atau fauna yang menetap maupun berpindah, serta mampu memberikan upaya
peningkatan kesejahteraan dan kesehatan bagi masyarakat, seluruh masyarakat atau
kepentingan konservasi.
- areal tempat tinggal terpenting dari jenis-jenis hidupan liar yang memerlukan dan
bergantung pada intervensi aktif oleh otoritas pengelola, jika perlu dilakukan manipulasi
terhadap tempat hidup/habitat hidupan liar.
- areal memiliki luas dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan tempat kediaman/habitat
bagi kepentingan hidupan liar yang memerlukan perlindungan, serta arealnya dapat
terbentang dari luasan yang relatif kecil sampai luasan yang relatif sangat luas.

5. Kategori V. Perlindungan Lanskap Daratan (landscape)/Lansekap Perairan Laut


(seascape)
Merupakan areal daratan dengan perairan laut/pantai baik sebagian atau secara menyeluruh
sesuai dengan kepentingan dan interaksi alami yang terjadi maupun yang berkaitan dengan
hidupan masyarakat dari waktu ke waktu sehingga menghasilkan suatu hamparan lahan yang
memiliki karakter yang berbeda dengan nilai-nilai ekologis, budaya dan/atau yang
terpenting dan sering juga ditandai dengan nilai-nilai keanekaragaman biologi tinggi.
Perlindungan integritas dan interaksi yang terjadi secara tradisional adalah merupakan hal
terpenting bagi perlindungan, pemeliharaan dan perkembangan evolusi dari areal seperti
itu.

Kriteria penunjukan :
- areal memiliki suatu pemandangan dan/atau pantai dan pulau sebagai bentang alam laut
(seascape) yang bermutu tinggi, indah permai, dengan tempat kediaman yang dihubungkan
dengan beragam, dengan kehidupan fauna dan tumbuh-tumbuhan alami yang secara
bersama merupakan penjelmaan dari suatu penggunaan lahan (land-use) secara tradisional
atau membentuk pola yang unik dan merupakan pengorganisasian sosial sebagai suatu
kejadian (evidenced) didalam kehidupan adat istiadat setempat dari mata pencarian,
kepercayaan dan kehidupan manusia.
- areal menyediakan peluang bagi masyarakat untuk menikmati pariwisata dan rekreasi alam
dalam pola hidupnya (lifestyle) dan kegiatan ekonomi.

6. Kategori VI. Perlindungan Sumberdaya Wilayah


Merupakan kawasan yang dilindungi dan ditata untuk sebagian besar penggunaan yang
mampu menopang kelestarian ekosistem alami.

Kriteria penunjukan :
- areal harus sedikitnya 2/3 nya berada dalam kondisi alami, walaupun mungkin juga berisi
areal terbatas dari ekosistem yang telah mengalami modifikasi dan perkebunan komersil
besar umumnya kurang sesuai untuk kepentingan ini.
- areal yang harus memiliki luas yang cukup untuk menyerap sumberdaya yang dapat
menopang kepentingan penggunaan tanpa menimbulkan kerusakan untuk jangka panjang
pada keseluruhan nilai-nilai alami yang ada.
Ketika lahan sudah dilindungi, perlu dibuat keputusan mengenai seberapa besar gangguan
manusia dapat diterima bagi lokasi tersebut. IUCN The World Conservation Union telah
mengembangkan sistem klasifikasi untuk kawasan perlindungan yang mencakup berbagai
integritas penggunaan habitat oleh manusia, mulai dari skala kecil sampai besar (IUCN 1984,
McNeely dkk, 1994), yakni :
a. Cagar Alam (strict nature reserve) dan Pencagaran Kawasan Liar (wilderness areas)adalah
kawasan yang dilindungi secara ketat yang dipelihara untuk tujuan penelitian ilmiah,
pendidikan, dan pemantauan lingkungan. Kawasan ini akan mendukung pelestarian populasi
berbagai spesies serta memungkinkan proses ekosistem berlangsung dengan hambatan
sesedikit mungkin.
b. Taman Nasional (national park) merupakan wilayah luas dengan keindahan alam dan
pemandangan yang dikelola untuk melindungi satu atau lebih ekosistem serta untuk tujuan
ilmiah, pendidikan, rekreasi, mereka biasanya tidak digunakan untuk tujuan eksploitasi
sumberdaya secara komersial.
c. Monumen Nasional dan Bentang Alam Khusus (national monument and landmarks)
merupakan kawasan bentukan-bentukan alam yang berukuran relatif kecil, serta bertujuan
untuk melestarikan suatu keutuhan biologi, geologi atau kebudayaan yang menarik dan unik.
d. Suaka Alam Terkelola dan Cagar Alam Terkelola bersifat mirip dengan cagar alam murni,
namun pada kedua kawasan ini masih diperbolehkan manipulasi oleh manusia,
mempertahankan ciri-ciri komunitas yang khas. Permanen kontrol masih dapat
diperbolehkan.
e. Perlindungan Bentang Alam Darat dan Perairan Laut yang dilindungi masih dapat
memungkinkan penggunaan lingkungan secara tradisional oleh masyarkat setempat,
terutama bila pemanfaatan ini dapat membentuk wilayah yang memiliki ciri khas dari segi
budaya, keindahan maupun ekonomi. Lokasi-lokasi demikian akan membuka kesempatan
khusus untuk kegiatan wisata dan rekreasi.
f. Suaka Sumber Cadangan (resource reserves) merupakan kawasan dimana sumberdaya
dilestarikan untuk masa depan dan di mana penggunaan sumberdaya dibatasi dengan cara-
cara yang sesuai dengan kebijaksanaan nasional.
g. Wilayah Suaka dan Biota alami masih memungkinkan masyarakat tradisional melanjutkan
cara hidup mereka tanpa diganggu pihak luar. Masyarakat sering kali berburu dan mengambil
sumber makanan untuk keperluan mereka serta mempraktekkan pertanian tradisional.
h. Kawasan Terkelola secara Multiguna akan memungkinkan pemanfaatan sumberdaya
secara berkelanjutan, termasuk air, satwa liar, perumputan ternak, kayu, wisata dan
pengambilan ikan. Upaya pelestarian komunitas hayati seringkali bersesuaian dengan
kegiatan-kegiatan ini.
Dari kategori di atas, lima yang pertama dapat dipandang sebagai kawasan yang dilindungi
penuh, dimana habitat dikelola terutama untuk keanekaragaman hayatinya. Pada kategori
yang terakhir keanekaragaman hayati hanya menjadi tujuan yang kedua bagi pengelola.
Kawasan ini dikatakan yang dikelola ini dikatakan penting, terutama karena pertimbangan-
pertimbangan berikut: kawasan yang dikelola seringkali berukuran lebih besar dari kawasan
yang dilindungi, mereka dapat menyimpan banyak atau sebagian besar dari spesies asli
wilayah tersebut dan disamping itu kawasan yang dilindungi seringkali menempati posisi di
dalam suatu mosaik wilayah-wilayah yang terkelola.

Anda mungkin juga menyukai