Anda di halaman 1dari 2

Senin, 18 November 2013 , 06:10:00

Diduga Malpraktek, Dokter di Menado Ditahan


IDI Ancam Mogok Kerja

BERITA TERKAIT

JAKARTA – Bertambah lagi kasus dugaan malpraktek yang dilakukan oleh profesi dokter. Kali
ini kasus tersebut menimpa dr Dewa Ayu Sasiary Prawan, SpOG. Ayu ditahan Jumat (08/11) lalu
karena dugaan malpraktek yang ia lakukan bersama dua rekannya, saat membantu persalinan
pasien pada 2010 lalu.

Menurut keterangan yang disampaikan oleh ketua PB IDI Zaenal Abidin, Ayu beserta dua
rekannya tidak melakukan suatu tindakan salah atau malpraktek. Sebab, seluruh standart operasi
telah dilakukan dengan benar.

“Menurut dokter saksi, semua standart operasi telah dilakukan. Tidak benar kalau itu kalau lalai,”
tutur Zaenal saat dihubungi kemarin malam. Zaenal menyayangkan adanya penangkapan yang
dilakukan terhadap Ayu.

Ia merasa jika kasus gagalnya seorang dokter dalam menangani sesuatu dianggap melanggar
hukum, maka kedepannya tidak akan ada dokter yang mau melakukan tindakan emergency lagi.

“Jika dokter sudah melakukan sesuai prosedur dan hasilnya lain, itu diluar kuasa dokter. Kita
hanya bisa ikhtiar dan Tuhan yang menentukan. Perjanjian seorang dokter dan pasien adalah
proses, hasil kita pasrahkan,” kata Zaenal.

Lebih jauh Zaenal menjelaskan, bahwa sang pasien yang bernama Julia Fransiska Makatey (26)
merupakan pasien rujukan dari puskesmas. Pasien yang mengandung anak kedua tersebut
diketahui telah mengejan dan dijadwalkan untuk persalinan normal. Namun ternyata dalam
kurun waktu 8 jam, tidak ada kemajuan bahkan dinyatakan dalam keadaan gawat janin.

Oleh karena itu, tindakan operasi sesar. Pada operasi tersebut, keluar darah hitam yang
menandakan sang ibu kekurangan oksigen. Tim dokter berhasil mengeluarkan sang bayi
perempuan dengan berat 4,1 kg. namun sayangnya, kondisi sang ibu memburuk dan 20 menit
kemudian meninggal.

Meninggalnya sang ibu memunculkan dugaan adanya kelalaian yang dilakukan oleh pihak
dokter yang menangani. Hal itu kemudian yang membuat Ayu dan kedua rekannya melakukan
malpraktek dan dilaporkan ke pihak berwajib.
“Yang dipermasalahkan adalah terjadinya emboli pada pasien. Sehingga ia harus dipenjara,” ujar
Zaenal.

Padahal, kata dia, emboli udara atau gelembung udara yang masuk ke jantung pasien dan
menyebabkan terjadinya gangguan peredaran darah tidak dapat diperkirakan oleh dokter. Selain
itu, seluruh standar operasi juga telah dilakukan. Diakuinya, emboli merupakan kejadian yang
jarang sekali terjadi, dan sekalinya terjadi tingkat kesulitannya cukup tinggi untuk bisa diatasi.

“Diluar dari dokter itu, tidak bisa diantisipasi,” ungkap pria 48 tahun tersebut.Mengenai
pertanyaan mengenai tidak adanya pemeriksaan jantung sebelum operasi berlangsung, Zaenal
mengatakan bahwa operasi harus tetap dilakukan meski telah dilakukan pemeriksaan jantung
sekalipun.

Ayu sendiri diamankan di Balikpapan, Kaltim, Jumat (8/11) pekan lalu setelah masuk dalam
daftar pencarian orang. Ayu diamankan Tim Gabungan Satgas Kejagung bersama Kejari Manado
dan Kejari Balikpapan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati, di jalan Imam Bonjol No 1,
Kota Balikpapan, Jumat pukul 11.04 Wita. Hingga kini tim juga masih melakukan pencarian
keberadaan dua dokter lainnya, yakni dr Hendry Simanjuntak dan dr Hendy Siagian.

Atas ditangkapnya Ayu, muncul berbagai dukungan dari teman seprofesinya. Tak jarang pula
banyak hujatan mengenai tindakannya. Bahkan sempat muncul pernyataan mogok kerja dari
rekan profesi Ayu. Hal tersebut dibenarkan oleh Zaenal, namun setelah dilakukan perundingan
maka mogok kerja pun dibatalkan.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang ikut mendengar isu tersebut juga sempat menunjukkan
rasa tidak senangnya. Menkes bahkan sempat mengancam akan membunuh pelan-pelan jika para
dokter tersebut berani mogok kerja. Pernyataan tersebut dilontarkannya dengan nada bercanda
namun tegas memperingatkan. Sayangnya, pernyataan tersebut kemudian banyak mendapat
tanggapan miring.

“Saya tidak mungkin membunuh orang, membunuh tikus saja saya takut,” tutur perempuan yang
akrab disapa Naf itu kemarin.

Menanggapi kasus yang terjadi pada Ayu, ia mengaku akan melakukan pembicaraan dengan biro
hukum Kementerian Kesehatan. Ia juga telah meminta Jaksa Agung untuk ikut turun tangan.
“Jelas kita harus membantu para dokter,” kata Menkes.

Saat ini,kasus tersebut masih terus bergulir. Tim pengacara yang ditunjuk oleh IDI tengah
melakukan permintaan peninjaun kembali berkas kasus Ayu. Sebab, dalam keputusan ditingkat
Mahkama Agung tidak dihadirkan saksi ahli yang mengerti mengenai emboli lebih dalam. (mia)

Anda mungkin juga menyukai