Anda di halaman 1dari 78

METODE PELAKSANAAN

KEGIATAN

PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.


JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENYEDIA JASA :

PT. PRADANA BERKAH UTAMA


Jalan Balla Lompo nomor 01 Sungguminasa - Gowa
South Sulawesi, INDONESIA
METODE PELAKSANAAN
NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.
JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROPINSI : SULAWESI SELATAN

A. UMUM
A.1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan utama Paket Pekerjaan sebagai berikut :

• Divisi I Umum
1.2 Mobilisasi
1.8.1 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
1.17 Pengamanan Lingkungan Hidup
1.20.2 Sondir termasuk Laporan

• Divisi 2. Drainase
2.1.1 Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
2.2.1 Pasangan Batu dengan Mortar
2.3.5 Pemasangan gorong-gorong Pipa Baja Bergelombang
2.3.34 Beton fc'20 untuk saluran beton minor

• Divisi 3. Pekerjaan Tanah


3.1.1a Galian Biasa
3.1.2 Galian Batu
3.1.8 Galian Perkerasan Berbutir
3.2.1b Timbunan Biasa dari Galian
3.2.2a Timbunan Pilihan dari Sumber Galian
3.3.1 Penyiapan Badan Jalan
3.4.2 Pemotongan Pohon Pilihan diameter 15 - 30 cm
3.5.3 Geotekstile Stabilisator (Kelas 1)
• Divisi 4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

• Divisi 5. Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen


5.1.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas A
5.3.1a Perkerasan Beton Semen
5.3.3 Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus

• Divisi 6. Perkerasan Aspal

• Divisi 7. Struktur
7.16a Beton Struktur fc' = 25 Mpa
7.1.7a Beton Struktur fc' = 20 Mpa
7.1.8 Beton Mutu Rendah fc' = 15 Mpa
7.1.10 Beton Mutu Rendah fc' = 10 Mpa
7.3.2 Baja Tulangan Sirip BjTP 280
7.3.3 Baja Tulangan Sirip BjTS 420
7.6.8b Penyediaan Tiang Pancang Baja Diameter 152 mm dengan tebal 4.80mm
7.6.14b Pemancangan Tiang Panjang baja Diameter 152 mm
7.9.(1) Pasangan Batu
7.10.1 Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan

• Divisi 9. Pengendalian Kondisi dan Pekerjaan Minor


9.2.5 Patok Pengarah
9.2.7 Rel Pengaman
METODE PELAKSANAAN
NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.
JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROPINSI : SULAWESI SELATAN

B. TAHAPAN /URUTAN PEKERJAAN

Tahap yang pertama dilakukan yaitu Mobilisasi Personil, Peralatan yang ditempatkan di parking yard dimana
peralatan tersebut akan digunakan dalam pelaksanaan Jasa Pemborongan Proyek ini.

I. Pekerjaan Persiapan

1.1. Kegiatan Mobilisasi


- Mobilisasi peresonil kontraktor yang cakap dan berpengalaman baik staff kantor maupun
pelaksana lapangan yang diusulkan.
- Mobilisasi peralatan kerja dan material ke Proyek

1.2. Pembuatan Kantor Kontraktor dan Gudang Material.


Kantor Proyek (direksi keet) berupa bangunan sementara. Untuk bangunan sementara dibuat
bangunan yang cukup mudah dalam pembongkarannya jika proyek telah diselesai. Kantor
direksi sementara dibuat dengan material sesuai dengan yang telah ditentukan dalam
dokumen pelelangan dengan luas sesuai dengan yang telah ditentukan dalam Bill of
Quantity dan Spesifikasi Teknis. Pelaksanannya dibuat dengan tenaga orang serta alat bantu
antara lain gergaji, palu, meteran, pahat dan lainnya. Setelah jadi dilengkapi dengan meja,
kursi, white board, dsb sesuai kebutuhan yang diperlukan (untuk kantor direksi)

1.3. Demobilisasi
Demobilisasi lapangan pada akhir kontrak juga merupakan bagian dari mobilisasi yaitu
meliputi kegiatan pembongkaran semua instalasi (direksi keet, guudang dsb) dan peralatan
yang sudah tidak digunakan, serta pemulihan lokasi pekerjaan seperti kondisi semula.
Pekerjaan ini dilaksanakan secara bertahap, untuk peralatan yang sudah tidak dibutuhkan
dalam peleksanaan akan segera dikembalikan ke pool dengan persetujuan Direksi/Pimpro.

Untuk kebersihan lokasi pekerjaan dari material, peralatan yang mengganggu pelaksanaan
pekerjaan, pembongkaran instalasi, dsb pada prinsipnya dilaksanakan sebelum pekerjaan
dilaksanakan, selama pekerjaan dan sesudah pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai dengan
kontrak kerja.
1.4. Pekerjaan Persiapan Lainnya
1.4.1. Barak / Base camp Kontraktor
Sebelum pekerjaan dimulai, dibangun base camp, tempat tinggal / barak, kamar
mandi, bengkel kerja, gudang, ruang laboratorium beserta kelengkapannya (jika
ditentukan lain sesuai spesifikasi, pengujian dapat dilakukan dilabortorium
Kebupaten atau peopinsi), dsb ( sesuai yang diminta dalam dokumen
pelelangan/spesifikasi teknis) yang didirikan pada lokasi disekitar / tidak jauh dari
proyek (lahan telah disewa / telah dikordinasikan dengan pihak pemilik proyek).
Semua kegiatan, monitoring dan administrasi proyek dikerjakan di lokasi.didalam
base camp.

1.4.2 Pembuatan Papan Nama Proyek


Setelah Kantor Kontraktor & Base Camp / Barak selesai selanjutnya dipasang papan
nama proyek yang terbuat dari papan dan rangka dari kayu balok yang
bertuliskan nama proyek, nomor proyek, biaya proyek, tahun anggaran dan nama
kontraktor pelaksana.

1.4.3 Penyediaan Air Kerja dan Listerik Kerja


Penyediaan Air dengan membuat sumur pompa pantek atau Air PAM (jika ada),
untuk keperluan dalam lingkungan Base Camp, air bersih dari lumpur, minyak dan
bahan kimia lainnya untuk keperluan MCK pekerja, Penyediaan listerik dari
penyambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan dengan
daya cukup atau pengadaan listerik swadaya dengan menggunakan Genset yang
akan dimobilisasi dengan daya yang cukup selama masa pelaksanaan pekerjaan.

1.4.4 Dokumentasi dan Pelaporan / Administrasi Pekerjaan


Selama pelaksanaan peoyek perlu dokumentasi foto yang menggambarkan
pekerjaan dari 0% sampai 100%, yang terkunpul dalam album untuk laporan dan
diserahkan kepada pemilik proyek.
Pekerjaan yang berkaitan :
- Pelaporan yang terdiri dari laporan harian, mingguan, bulanan,
Laporan akhir, laporan quality dan quantity.
- Shop Drawing dan Asbuilt drawing
- Fhoto dokumentasi seluruh pekerjaan.

1.4.5 Acces Road / Jalan Kerja Sementara


Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, terlebih dahulu minta ijin memanfaatkan
jalan acces yang ada/ jalan existing ke lokasi dengan lebar jalan dmana
dimaksudkan peralatan dan material dapat mencapai ke lokasi pekerjaan.
Pemanfaatan jalan ini seijin pihak terkait (DLLAJ, Kepolisian dan pihak terkait
lainnya).

Untuk jalan kerja sementara dalam lokasi pekerjaan, kontraktor akan membuat
dengan meratakan / menimbun tanah existing, jika diperlukan akan melapis dengan
sirtu. Jalan kerja dibuat dengan lebar yang memadai.
1.5. Pekerjaan Pengukuran

Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan team pengukuran yang dikordinis=r oleh seorang
surveyor yang sudah berpengalaman pada bidangnya dengan menggunakan peralatan -
peralatan antara lain :

• Total Station atau EDM, untuk pengukuran polygon


• Automatic Level wild NAK 2 Lengkap dengan statisnya dan bak ukur
aluminium panjang 4 meter untuk pengukuran waterpass.

Hasil pengukuran akan dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Pimpro untuk
mendapatkan comments atau approval.

Untuk selanjutnya pada detail pengukuran /survey lapangan tersebut dapat dipakai sebagai
bahan untuk menyiapkan rekayasa engineering, dan perhitungan voluem MC0, serta
sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan fisik Pekerjaan sesuai dengan pekerjaan
yang dilelangkan.

Untuk tujuan keamanan selama pelaksanaan pengukuran di lapangan kontrakroe akan


berkordinasi dengan Pemerintah Setempat. Pekerjaan pengukuran dilaksanakan selama
kurang lebih 1 minggu s/d 30 hari atau sesuai spesifikasi teknis dan sampai mendapat
persetujuan dari engineer lapangan.
II. Metode Pelaksanaan
Divisi - I. Umum
1.2. Mobilisasi

Uraian :
- Tahap yang pertama dilakukan adalah Mobilisasi Personil, Peralatan yang ditempatkan diparking yard
dimana peralatan tersebut akan digunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan , pembuatan Fasilitas Base
Camp, kantor, Barak, bengkel, Gudang, Fasilitas Laboratorium serta pengukuran Awal.

a. Penyewaan Lahan
- Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp Penyedia Jasa dan
kegiatan pelaksanaan.

b. Mobilisasi Fasilitas Kontraktor,


- Pengadaan Base Camp, Kantor Lapangan dan Fasilitasnya, Bengkel, Gudang

c. Mobilisasi Personil
- Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan termasuk para dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak

d. Mobilisasi Peralatan
- Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam
Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut akan digunakan
menurut Kontrak ini.

Peralatan yang akan dimobilisasi :

1 BULLDOZER 100-150 HP
2 CONCRETE MIXER 0.3-0.6 M3
3 DUMP TRUCK 3.5 TON
4 EXCAVATOR 80-140 HP
5 FLAT BED TRUCK
6 GENERATOR SET
7 MOTOR GRADER >100 HP
8 TANDEM ROLLER 6-8 T.
9 VIBRATORY ROLLER 5-8 T.
10 CONCRETE VIBRATOR
11 WATER PUMP 70-100 mm
12 WATER TANKER 3000-4500 L.
13 PEDESTRIAN ROLLER
14 TAMPER
15 WELDING SET
16 BREAKER
17 MESIN LAS
18 MOBIL PICK UP
19 ALAT PANCANG MANUAL
d. Fasilitas Laboratorium,
- Penyediaan dan pemeliharaan laboratorium uji mutu bahan dan pekerjaan di lapangan harus
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.4 dari Spesifikasi.

e. Mobilisasi lainnya,
- Komunikasi Lapangan Lengkap.
- Pembuatan Papan Nama Proyek
Setelah Kantor Kontraktor & Base Camp / Barak selesai selanjutnya dipasang papan nama proyek yang terbuat dari
papan dan rangka dari kayu balok yang bertuliskan nama proyek, nomor proyek, biaya proyek, tahun anggaran dan
nama kontraktor pelaksana.
METODE PELAKSANAAN
NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.
JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROPINSI : SULAWESI SELATAN

1.8. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas


Asumsi : Pekerjaan dilakukan dengan alat bantu dan Tenaga manusia
Lokasi pekerjaan : Pada sepanjang lokasi pekerjaan

URAIAN :
-- Penyedia Jasa harus menjaga seluruh panjang dari proyekkegiatan dalam kondisi sedemikian
hingga lalu lintas dapat ditampung dengan aman dan karyawan Penyedia Jasa, Direksi
Pekerjaan, dan pengguna jalan dapat dilindungi.
-- Sebelum memulai pekerjaan apapun, Penyedia Jasa harus menyiapkan dan mengajukan
kepada Direksi Pekerjaan, Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL) untuk
pengoperasiannya selama periode pelaksanaan. RMKL harus berdasarkan analisa aliran lalu
lintas tingkat makro dan juga mikro dan tidak hanya terfokus di daerah konstruksi. RMKL harus
dimutakhirkan secara regular berdasarkan pengalaman dan kondisi tempat pekerjaan. RMKL
harus memperhitungkan Prosedur Keselamatan yang berlaku (klausa 4.8 Syarat – Syarat
Umum Kontrak). RMKL harus memperhitungkan dan menyediakan fasilitas khusus untuk
pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor jika berada di sekitar daerah kerja.

METHODE KERJA :

Pemeliharaan dan pengaturan lalu lintas ditujukan untuk meminimalkan gangguan terhadap arus lalu
lintas yang disebabkan oleh pekerjaan di lapangan selama kegiatan konstruksi. Pada prinsipnya
kegiatan konstruksi tidak akan membuat terjadinya penutupan arus lalu lintas secara penuh. BIla
terpaksa, yang dilakukan adalah penyempitan jalur lalu lintas, dengan terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari pengguna jasa.
Untuk lokasi - lokasi dimana terjadi gangguan lalu lintas akibat kegiatan konstruksi maka akan
dilakukan traffic management dengan memasang rambu - rambu petunjuk jalan dan rambu - rambu
peringatan, menempatkan falgman, serta hal - hal lain yang di anggap perlu. Termasuk pembuatan
detaour jika pekerjaan yang dilakukan membuat jalan yang akan menjadi tertutup. Adapun
keperluan lalu lintas tersebut antara lain :
1. Rambu peringatan
2. Rambu petunjuk
3. Kerucut (Rubber cone ) lalu lintas.
4. Lampu Putar (rotary lamp ) dengan tiang
5. Pagar sementara
6. Lampu rangkaian
7. Radio Komunikasi 2 arah
8. Bendera merah, tongkat pada pelaksanaan konstruksi, kontraktor akan berkordinasi
dengan aparat terkait dari pihak Satlantas dan Dinas Perhubungan untuk pengaturan lalu
lintas.
METODE PELAKSANAAN
NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS. JENEPONTO DI KAB. GOW
PROPINSI : SULAWESI SELATAN

METODE PEKERJAAN

1.21. Manajemen Mutu

Uraian :
1. Untuk mencapai hasil produk yang sesuai dengan persyaratan Pemilik Proyek PENANGANAN
PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS. JENEPONTO DI KAB. GOWA
, maka pekerjaan harus dilaksanakan melalui proses manajemen mutu, memanfaatkan sumber
daya Pemilik, Direksi Pekerjaan, Kontraktor dan pihak ketiga, sebagaimana diperlukan

2. Pengendalian Mutu (QC, Quality Control): Proses memeriksa hasil produk atau jasa pelayanan
tertentu untuk menentukan apakah hasil-hasil tersebut memenuhi standar mutu yang terkait,
memperbaiki kesalahan-kesalahan dan mutu yang lebih rendah serta cara-cara untuk
mengidentifikasi untuk menghilangkan sebab-sebab produk atau kinerja jasa pelayanan yang
tidak memenuhi syarat.

3. Jaminan Mutu (QA, Quality Assurance): Proses mengevaluasi seluruh produk atau jasa
pelayanan, oleh orang-orang atau peusahaan-perusahaan yang mandiri terhadap mereka yang
melakukan Pekerjaan, secara teratur untuk menyediakan keyakinan bahwa produk atau jasa
pelayanan itu memenuhi standar mutu yang relevan

Pelaksanaan :
RENCANA PENGENDALIAN MUTU
--- Kontraktor harus menyiapkan Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Kontrak dan harus menyerahkan Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) yang
lengkap kepada Direksi Pekerjaan minimum dua minggu sebelum dimulainya setiap elemen
Pekerjaan yang dicakup oleh perencanaan
--- Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) harus tersusun sebagaimana program ISO 9001:2000 /
SNI 19-9001-2001 (meskipun registrasi ISO tidak diperlukan), dan dapat menunjukkan
pemahaman dan komitmen Kontraktor terhadap delapan prinsip manajemen mutu dari ISO:

 Organisasi yang berfokus pada Pelanggan


 Kepemimpinan
 Penyertaan manusia
 Pendekatan proses
 Pendekatan sistem terhadap manajemen
 Peningkatan yang berkesinambungan
 Pendekatan berdasarkan fakta untuk mengambil keputusan
 Hubungan pemasok yang saling menguntungkan.

--- Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) harus juga termasuk seksi-seksi yang merinci
metodologi Kontraktor yang berhubungan dengan masing-masing seksi yang relevan dari ISO
9001:2000 / SNI 19-9001-2001 sebagai berikut :
- Sistem Manajemen Mutu
- Ketentuan-ketentuan Umum
- Ketentuan-ketentuan Dokumentasi
- Tanggung-jawab Manajemen
- Komitmen Manajemen
- Berfokus pada Pelanggan
- Kebijakan Mutu
- Perencanaan
- Administrasi
- Telaah Manajemen
- Majnajemen Sumber Daya
- Ketentuan-Ketentuan Sumber Daya
- Sumber daya manusia
- Fasilitas-fasilitas
- Lingkungan kerja
- Realisasi Produk
- Perencanaan proses-proses realisasi
- Proses-proses yang berhubungan dengan pelanggan
- Rancangan dan/atau pengembangan
- Pembelian
- Operasi produksi dan jasa pelayanan
- Pengendalian dan pemantau alat-alat pengukur
- Pengukuran, Analisa dan Peningkatan
- Perencanaan
- Pengukuran dan Pemantauan
- Pengendalian ketidak-sesuaian
- Analisa Data
- Peningkatan

RENCANA JAMINAN MUTU

-- Rencana Jaminan Mutu (QC Plan) harus mencakup Pekerjaan secara keseluruhannya,
termasuk tanpa pembatasan terhadap semua bahan yang dipasok Kontraktor dan Sub-
kontraktor, dan semua jenis dan tahap pelaksanaan pada Kegiatan.

-- Rencana itu dapat dioperasikan seluruhnya atau sebagian oleh Sub-kontraktor atau badan/
organisasi mandiri yang memenuhi syarat (qualified). Akan tetapi, administrasi perencanaan
(termasuk kesesuaian dengan rencana dan perubahan-perubahannya) dan mutu dari Pekerjaan
tetap menjadi tanggung-jawab Kontraktor.

-- Kontraktor juga harus memastikan bahwa semua pekerja terbiasa dengan Rencana
Pengendalian Mutu, tujuannya, dan peran mereka menurut Rencana Pengendalian Mutu (QC
Plan), demikian juga dengan spesifikasi Kontrak yang berhubungan dengan Pekerjaan yang
mereka kerjakan.

TITIK-TITIK TUNGGU (HOLDING POINTS)


-- Memberitahu Direksi Pekerjaan, dan Direksi Pekerjaan atau yang didelegasikan akan
menginspeksi dan menyetujui tahapan-tahapan pekerjaan berikut sebelum melaksanakan
pekerjaan diatasnya ( sesuai item pekerjaan yang ada dalam Daftar Kuantitas )

PENGUJIAN-PENGUJIAN UNTUK PENYELESAIAN


-- Sesuai dengan Syarat-syarat Kontrak, Kontraktor harus menyerahkan dokumen terlaksana
termasuk gambar terlaksana dan dokumentasi Pengendalian Mutu sebelum tanggal Pengujian
pada Saat Penyelesaian.
Pengujian-pengujian untuk Penyelesaian harus mencakup
-- Evaluasi dari semua dokumentasi terlaksana yang menunjukkan semua pekerjaan yang telah
selesai memenuhi ketentuan-ketentuan pekerjaan dan semua Laporan Ketidak-sesuaian (NCR)
telah diselesaikan.
-- Pengajuan instruksi dan/atau persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan di mana dokumentasi
terlaksana berasal dari ketentuan-ketentuan pekerjaan.
-- Pemeriksaan seluruh kinerja dari pekerjaan akhir yang telah selesai menunjukkan kesesuaian
dengan seluruh ketentuan-ketentuan atau rencana rancangan/gambar Pemilik, misalnya
dimensi, ketinggian, fungsi seperti kekasaran permukaan perkerasan, aliran air, dsb.
-- Pengambilan benda uji secara acak minimum untuk pengujian jika diperlukan oleh Direksi
Pekerjaan.

AUDIT MUTU

-- Tujuan Audit Mutu adalah adanya suatu pendapat yang mandiri baik kegiatan Pengendalian
Mutu maupun Jaminan Mutu dan menjadi proaktif untuk menghindari atau mengurangi mutu
terkait dengan isu-isu yang memerlukan proses verifikasi kesesuaian menjadi sistematis.

LAPORAN KETIDAK-SESUAIAN (NCR)

-- Meninjau Pekerjaan untuk menentukan kesesuaian dengan ketentuan-ketentuan kontraktual.

Ketidak-sesuaian yang ditemukan harus ditindak-lanjuti sebagai berikut

-- Menindak lanjuti Laporan Ketidak-sesuaian (NCR) tersebut, dalam waktu yang ditentukan,
dengan usulan pemecahan dan tindakan perbaikan.

-- Jaminan pengujian dan inspeksi akan dilaksanakan untuk menentukan jika tindakan perbaikan
telah disediakan dan produk tersebut telah diterima. Penerimaan atau penolakan akan berlanjut
sampai Direksi pekerjaan menentukan bahwa mutu produk tersebut telah dicapai.

PELUANG PENINGAKATAN

-- Tinjauan Jaminan Mutu harus mengindikasikan bahwa Pekerjaan tidak dalam kesesuaian,
tetapi jika perbedaan dipandang minor oleh Direksi Pekerjaan, maka Direksi Pekerjaan dapat
menerbitkan laporan Peluang untuk Peningkatan (Opportunity for Improvement, OFI).

-- Suatu laporan Peluang untuk Peningkatan (Opportunity for Improvement, OFI) tidak akan

mempengaruhi pembayaran Manajemen Mutu atau Pekerjaan itu sendiri.


SISTEM PELAKSANAAN JAMINAN MUTU PEKERJAAN

Mulai

Permintaan Undangan

Penjelasan Rapat

Pengajuan Rapat

Evaluasi,
Evaluasi Proses Dokumen Draft Dokumen
klarifikasi dan
Kontrak Kontrak
keputusan

Tinjauan Rencana Jaminan


Mutu termasuk :
Persetujuan rencana
1. Organisasi
Jaminan Mutu oleh
2. Uraian Pekerjaan
Panitia
3. Skedul, termasuk
WITNESS

Penerapan Rencana
Rencana Mutu Verifikikasi Penandatanganan
Jaminan Mutu diterima Proyek Kontrak
oleh
Proyek

Auditing

Permintaan Tindakan
Tindakan perbaikan dan Penyelesaian Revisi Rencana
kepada tindakan perbaikan Jaminan Mutu
Quality optimasi
pengendalian Proyek
mutu oleh
SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN MEKANISME OPERASIONAL
SISTEM PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN

Mulai

Program Survey dan Setting Out

Personil Peralat Survey Area Survey Item Skedul

tidak
Periksa oleh

a. Metode akses &


konstruksi Program implementasi
b. Batas jalan survey lapangan dan
c. Skedul Waktu setting out
d. Jumlah peralatan yang tidak
digunakan

Periksa oleh tidak


Masalah?
Engineer

ya

Konsultasi antara :
1. Engineer
ya 2. Pekerja

ya tidak
Mutual Check Keputusan

ya

Program konstruksi

ya

Persetujuan

ya

Implementasi
SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN MEKANISME OPERASIONAL
PERSIAPAN GAMBAR KONSTRUKSI

START

Mobilisasi

Personil Peralatan Material

Persiapan, Perencanaan &

Review Gambar Survey, investigasi dan

Pengajuan Shop Drawing,


Konstruksi dan Gambar

tidak
Diperiksa Masalah?
tidak

Konsultasi :
a. Engineer
b. Pekerja

ya
Keputusan
tidak

Keputusan

Implementasi
LAMPIRAN - 1 : MANAJEMEN MUTU

RENCANA INSPEKSI DAN TEST

Inspektor Acuan Frekuensi Batasan Referensi


NO. Jenis Pekerjaan & Tes
Kontraktor Konsultan Kriteria Tes Kriteria
I. Tes Tanah
a. Compaction Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T99-90 1x / 1000 m3 Spes.Teknik
b. Laboratory CBR Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T193-81 1x/1000 m3 (inst) Spes.Teknik
c. Specific Gravity Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T100-90 1x/1000 m3 (inst) Spes.Teknik
d. Atterberg Limits Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T89-90-90 1x/1000 m3 (inst) Spes.Teknik
e. Grain Size Analysis Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T88-90 1x / 1000 m3 Spes.Teknik
f. Field Density Test, sand Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T191-86 100 m'/titik Spes.Teknik
Cone Method
g. Moisture Content Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T239-90

II. Tes Beton


a. Abrasi Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T96-87 1x / quarry (Instr) Spes. Teknik
b. Gradasi Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T27-88 1x / bulan (Instr) Spes. Teknik
c. Clay lumps in aggregate Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T112 1x / bulan (Instr) Spes. Teknik
d. Uji aggregate yang lewat Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T11-78 1x / bulan (Instr) Spes. Teknik
saringan 0.074 mm
e. Slump test Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T119-82 1x / 2 mixer (Instr) Spes. Teknik
f. Flexural test Chief Laborat Quality Eng. AASHTO 1 beam/50 m3 (Ins) Spes. Teknik

III. Aggregate Base


a. Abrasi Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T96-87 1x/Quarry (Inst) Spes. Teknik
b. Gradasi Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T27-88 1x/2000 m3 Spes. Teknik
c. Atterberg Limits Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T89/90-90 1x/2000 m3 Spes. Teknik
d. Compaction Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T180-90 1x/1000 m3 Spes. Teknik
e. Field Density Test, sand Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T191-86 100 m'/titik Spes. Teknik
Cone Method
f. Laboratory CBR Chief Laborat Quality Eng. AASHTO T193-81 1x/quarry (Ins) Spes. Teknik

IV. Timbunan
a. Elevasi Subgrade Supervisor Chief Inspector Gen. Spec. 3.3 < + 2 cm Spes. Teknik
b. Kepadatan Lapisan Tanah Supervisor Chief Inspector AASHTO T191-86 95% Y-dmax Spes. Teknik
dibawah Rencana Hamparan
c. Kepadatan Lapisan Top Supervisor Chief Inspector AASHTO T191-86 100% Y-dmax Spes. Teknik
Timbunan
d. Kadar Air Supervisor Chief Inspector AASHTO T239-90 +3%, -1% OMC Spes. Teknik

V. Aggregate Base
a. Toleransi Elevasi Supervisor Chief Inspector Gen. Spec. 5.1 < + 1 cm Spes. Teknik
b. Tebal Penghamparan (padat) Supervisor Chief Inspector Gen. Spec. 5.1 < 20 cm Spes. Teknik
c. Kepadatan Aggregat Base Supervisor Chief Inspector AASHTO T191-86 100 % Ydmax Spes. Teknik
d. Kadar Air Supervisor Chief Inspector AASHTO T239-90 95% OMC Spes. Teknik

Vi. AC - WC dan AC - BC
a. Toleransi Elevasi Supervisor Chief Inspector Gen. Spec. 6.3 Spes. Teknik
b. Tebal Nominal Minimum Supervisor Chief Inspector Gen. Spec. 6.3 Spes. Teknik
c. Analisis Saringan Supervisor Chief Inspector SNI 03-1968-1990 Spes. Teknik
d. Tata Cara Pengambilan Supervisor Chief Inspector SNI 06-6890-2002 Spes. Teknik
Contoh Aspal
METODE PELAKSANAAN
NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.
JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROPINSI : SULAWESI SELATAN

2.1. Galian Selokan Drainase dan Saluran Air

Asumsi : Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (cara mekanik )


Lokasi pekerjaan : pada lokasi pekerjaan drainase
Uraian :

Pekerjaan ini harus meliputi semua galian dalam batas DAMIJA, pemindahan, pengangkutan,
pengangkutan atau pembuangan, pembentukan bidang galian dan penyempurnaan bidang galian
terbuka, sesuai spesifikasi dan garis ketinggian, kelandaian, ukuran dan penampang melintang yang
tercantum dalam gambar dan petunjuk konsultan Pengawas.

Urutan Pekerjaan :

1. Pekerjaan Persiapan meliputi


- Penyiapan Shop Drawing hingga mendapat approval dari Engineer
- Penyiapan peralatan kerja dan tenaga
- Pengendalian lalu lintas

2. Pekerjaan Pengukuran

Sebelum penggalian dimulai, harus dilakukan pekerjaan pengukuran untuk mengetahui lokasi, panjang, arah
aliran, kelandaian, batas - batas elevasi rencana penggalian dengan memasang tanda - tanda (patok - patok yang
ditandai dengan cat. )

3. Penggalian

• Lokasi yang diperlukan, panjang, arah aliran dan kelandaian dan pengaturan pembuangan dari semua selokan dan
semua lubang penampung (catch pits) dan selokan pembuang yang berhubungan, harus ditandai dengan cermat oleh
Penyedia Jasa sesuai dengan Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus disetujui
atau diubah oleh Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan tersebut dimulai.

• Material hasil galian yang tidak memenuhi syarat diangkut dengan Dump Truck dibuang ke disposal area yang
disetujui direksi.

• Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan sebagaimana yang diperlukan untuk membentuk selokan
baru atau lama sehingga memenuhi kelandaian yang ditunjukkan pada gambar yang disetujui dan memenuhi profil jenis
selokan yang ditunjukkan dalam Gambar atau bilamana diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan

• Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pelapisan selokan pasangan batu dengan

mortar harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan dalam Seksi 2.2 dari Spesifikasi Proyek ini

• Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa sedemikian rupa sehingga dapat mencegah

setiap dampak lingkungan yang mungkin terjadi, di lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan

• Peralatan - peralatan yang dipergunakan :


- Excavator untuk penggalian dan memuat ke Dump Truck
- Dump Truck untuk pengangkutan material galian

GAMBAR PELAKSANAAN GALIAN


FLOW CHART PELAKSANAAN GALIAN

STAR

SURVEYING
WORK

EXCAVATION CHECK

MATERIAL
HASIL
GALIAN
PERBAIKAN Material Tidak
Material terpakai/ terpakai/ tidak dapat
ISPEC dapat dimanfaatkan dimanfaatkan
TION

TIDAK
OK

FINISH

BAGIAN INI
Penimbunan Penimbunan langsung
TIDAK TERPAKAI
di Lokasi di lokasi Pek.
penimbunan Penimbunan
sementara/st
Untuk Proyek ini, ok area
seluruh material
hasil galian
Pekerjan
dibuang / tidak Timbunan
terpakai Urugan Tanah

2.2. Pasangan Batu dengan Mortar

Asumsi :
1. Pekerjaan menggunakan alat bantu (cara mekanik) dan tenaga manusia.
2. Lokasi Pekerjaan : Pada lokasi drainase / saluran air

Uraian :
1. Material batu didatangkan ke lokasi pekerjaan. Batu terdiri atas batu alam atau batu dari
sumber bahan yang terbelah , yang utuh (sound), keras, awet, padat tahan terhadap udara dan
air.
Mutu dan ukuran batu telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan
2. Semen, pasir, dan air dengan perbandingan / komposisi sesuai dengan spesifikasi teknis dicampur
dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan Concrete Mixer.

3. Material batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaan dengan air sebelum dipasang.
4. Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang pada formasi yang
telah disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga
permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum mengeras

5. Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian rupa sehingga satu batu
berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan dimana tebal ini akan
diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat di antara satu batu dengan lainnya harus disi
adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan permukaan lapisan tetapi
tidak sampai menutupi permukaan lapisan.

6. Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan harus segera diselesaikan

setelah pengerasan awal (initial setting) dari adukan dengan cara menyapunya dengan sapu yang kaku

7. Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk Pekerjaan
Beton dalam Spesifikasi Proyek ini

8. Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan untuk memperoleh
bidang antar muka yang rapat dan rata dengan pasangan batu dengan mortar sehingga akan
memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan
mortar dan tidak menimbulkan sedimentasi pada dasar saluran

Skema Pelaksanaan Pasangan Batu

Semen Pasir Air

Dicampur dan
diaduk dengan Material Batu
concrete mixer

dibersihkan &
Material mortar
dibasahi air

Pelaksanaan
Pekerjaan

Perapihan
MULAI

Pengukuran &
Pembersihan Lokasi

Pemasangan Batu
(pencampuran
mortar dengan
Concrete Mixer 300
liter)

Check Tidak
Pengukura

Perbaikan

Ya

Finishing dan
Pembersihan

SELESAI
METODE PELAKSANAAN

NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.
JENEPONTO DI KAB. GOWA

PROP. / KAB. KODYA : SULAWESI SELATAN

3.1.1. Galian Biasa/ Galian batu

Asumsi : 1. Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (cara mekanik )


2. Lokasi pekerjaan : Galian tanah
Uraian :

Pekerjaan ini meliputi semua galian dalam batas rencana yang ada dalam gambar, pemindahan,
pengangkutan, pemanfaatan atau pembuangan, pembentukan bidang galian dan penyempurnaan
bidang galian terbuka, sesuai spesifikasi dan garis, ketinggian, kelandaian, ukuran dan penampang
melintang yang tercantum dalam gambar dan petunjuk konsultan Pengawas.

Urutan Pekerjaan :

1. Pekerjaan Persiapan meliputi


- Penyiapan Shop Drawing hingga mendapat approval dari Engineer
- Penyiapan peralatan kerja dan tenaga
- Pengendalian lalu lintas

2. Pekerjaan Pengukuran

Sebelum penggalian dimulai, harus dilakukan pekerjaan pengukuran untuk mengetahui lokasi, panjang, arah aliran,
kelandaian, batas - batas elevasi rencana penggalian dengan memasang tanda - tanda (patok - patok yang ditandai
dengan cat. )

3. Penggalian

• Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan
oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu, bahan organik dan bahan perkerasan lama

• Penggalian dilakukan sesuai dengan garis ketinggian dan elevasi yang ditunjukkan dalam gambar. Material hasil
galian yang memenuhi syarat diangkut dengan Dump Truck langsung ke lokasi timbunan atau dikumpulkan dan
stock di tempat penampungan sementara.
• Material hasil galian yang tidak memenuhi syarat diangkut dengan Dump Truck dibuang ke disposal area yang
disetujui direksi.

• Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar
batas galian.
Bilamana material/bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau
lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya
dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi

• Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras,
pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan
tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm
harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang
dipadatkan sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan

• Peralatan - peralatan yang dipergunakan :


- Excavator untuk penggalian dan memuat ke Dump Truck
- Dump Truck untuk pengangkutan material galian

Contoh : Salah Satu Galian Pada Lokasi Pekerjaan Pelebaran dan Bahu Jalan

BAHU WIDENING LOKASI GALIAN BIASA


JALAN

Penanganan Hasil Galian :

1. Material hasil galian yang memenuhi syarat diangkut dengan Dump Truck langsung ke lokasi timbunan atau
dikumpulkan dan di stock ditempat penampungan sementara untuk dipergunakan pada pekerjaan lainnya.
2. Material hasil galian yang tidak memenuhi syarat diangkut dengan dump truck dibuang ke disposal area yang
disetujui direksi.
FLOW CHART :

STAR

SURVEYING
WORK

EXCAVATION CHECK

MATERIAL
PERBAIKAN HASIL
GALIAN
Material Tidak
Material terpakai/ terpakai/ tidak dapat
ISPEC dapat dimanfaatkan dimanfaatkan
TIDAK TION

OK Pembuangan
Hasil galian ke
FINISH disposal area

Penimbunan Penimbunan langsung


di Lokasi di lokasi Pek.
penimbunan Penimbunan
sementara/st
ok area

Pekerjan
Timbunan
Urugan Tanah
METODE PELAKSANAAN

NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.
JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROP. / KAB. KODYA : SULAWESI SELATAN

3.1.1. Galian Biasa

Asumsi : 1. Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (cara mekanik )


2. Lokasi pekerjaan : Galian tanah
Uraian :

Pekerjaan ini meliputi semua galian dalam batas rencana yang ada dalam gambar, pemindahan,
pengangkutan, pemanfaatan atau pembuangan, pembentukan bidang galian dan penyempurnaan bidang galian
terbuka, sesuai spesifikasi dan garis, ketinggian, kelandaian, ukuran dan penampang melintang yang
tercantum dalam gambar dan petunjuk konsultan Pengawas.

Urutan Pekerjaan :

1. Pekerjaan Persiapan meliputi


- Penyiapan Shop Drawing hingga mendapat approval dari Engineer
- Penyiapan peralatan kerja dan tenaga
- Pengendalian lalu lintas

2. Pekerjaan Pengukuran
Sebelum penggalian dimulai, harus dilakukan pekerjaan pengukuran untuk mengetahui lokasi, panjang,
arah aliran, kelandaian, batas - batas elevasi rencana penggalian dengan memasang tanda - tanda (patok
- patok yang ditandai dengan cat. )

3. Penggalian

• Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau
ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua material/bahan dalam bentuk
apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu, bahan organik dan bahan
perkerasan lama

• Penggalian dilakukan sesuai dengan garis ketinggian dan elevasi yang ditunjukkan dalam gambar.
Material hasil galian yang memenuhi syarat diangkut dengan Dump Truck langsung ke lokasi timbunan
atau dikumpulkan dan stock di tempat penampungan sementara.

• Material hasil galian yang tidak memenuhi syarat diangkut dengan Dump Truck dibuang ke disposal
area yang disetujui direksi.
• Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan
di luar batas galian.
Bilamana material/bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan
lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan
tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat,
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

• Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang
diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata.
Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua
pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus
diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang dipadatkan sesuai persetujuan Direksi
Pekerjaan

• Peralatan - peralatan yang dipergunakan :


- Excavator untuk penggalian dan memuat ke Dump Truck
- Dump Truck untuk pengangkutan material galian

Contoh : Salah Satu Galian Pada Lokasi Pekerjaan Pelebaran dan Bahu Jalan

BAHU WIDENING LOKASI GALIAN BIASA


JALAN

Penanganan Hasil Galian :

1. Material hasil galian yang memenuhi syarat diangkut dengan Dump Truck langsung ke lokasi timbunan atau
dikumpulkan dan di stock ditempat penampungan sementara untuk dipergunakan pada pekerjaan
2. lainnya.
Material hasil galian yang tidak memenuhi syarat diangkut dengan dump truck dibuang ke disposal area
yang disetujui direksi.
FLOW CHART :

STAR

SURVEYING
WORK

EXCAVATION CHECK

MATERIAL
PERBAIKAN HASIL
GALIAN
Material Tidak
Material terpakai/ terpakai/ tidak dapat
ISPEC dapat dimanfaatkan dimanfaatkan
TIDAK TION

OK Pembuangan
Hasil galian ke
FINISH disposal area

Penimbunan Penimbunan langsung


di Lokasi di lokasi Pek.
penimbunan Penimbunan
sementara/st
ok area

Pekerjan
Timbunan
Urugan Tanah
3.1.2. Galian Batu

Asumsi : 1. Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (cara mekanik )


2. Lokasi pekerjaan : Daerah Galian Batu
Uraian :
Pekerjaan ini meliputi semua galian dalam batas rencana yang ada dalam gambar, pemindahan,
pengangkutan, pemanfaatan atau pembuangan, pembentukan bidang galian dan penyempurnaan bidang galian
terbuka, sesuai spesifikasi dan garis, ketinggian, kelandaian, ukuran dan penampang melintang yang
tercantum dalam gambar dan petunjuk konsultan Pengawas.

Urutan Pekerjaan :
1. Pekerjaan Persiapan meliputi
- Penyiapan Shop Drawing hingga mendapat approval dari Engineer
- Penyiapan peralatan kerja dan tenaga
- Pengendalian lalu lintas
2. Pekerjaan Pengukuran
Sebelum penggalian dimulai, harus dilakukan pekerjaan pengukuran untuk mengetahui lokasi, panjang,
arah aliran, kelandaian, batas - batas elevasi rencana penggalian dengan memasang tanda - tanda (patok
- patok yang ditandai dengan cat. )

3. Penggalian :

Giant Breaker

Excavator
1. Pemecahan Batu dengan Giant Breaker

Excavator 0.90 m3

2. Batu hasil galian dikumpulkan dengan Excavator

Dump Truck 8 ton Excavator 0.90 m3


3. Batu hasil galian diloading ke Dump Truck

Dump Truck 8 ton

4. Dump Truck mengangkut batu hasil galian dibawah ke Disposal Area

3.1.7. Galian Perkerasan Berapal tanpa Cold Miling Machine.

Asumsi : 1. Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (cara mekanik )


2. Lokasi pekerjaan : Daerah Galian Perkerasan Beraspal
Uraian :

Pekerjaan ini meliputi semua galian dalam batas rencana yang ada dalam gambar, pemindahan,
pengangkutan, pemanfaatan atau pembuangan, pembentukan bidang galian dan penyempurnaan bidang galian
terbuka, sesuai spesifikasi dan garis, ketinggian, kelandaian, ukuran dan penampang melintang yang
tercantum dalam gambar dan petunjuk konsultan Pengawas.
Urutan Pekerjaan :
1. Pekerjaan Persiapan meliputi
- Penyiapan Shop Drawing hingga mendapat approval dari Engineer
- Penyiapan peralatan kerja dan tenaga
- Pengendalian lalu lintas
2. Pekerjaan Pengukuran
Sebelum penggalian dimulai, harus dilakukan pekerjaan pengukuran untuk mengetahui lokasi, panjang,
arah aliran, kelandaian, batas - batas elevasi rencana penggalian dengan memasang tanda - tanda (patok
- patok yang ditandai dengan cat. )
3. Penggalian :
- Pekerjaan galian perkerasan aspal yang dilaksanakan dengan atau tanpa menggunakan mesin Cold Milling.

Maka penggalian terhadap material di atas atau di bawah batas galian yang ditentukan haruslah seminimum

mungkin. Bilamana pembongkaran dilaksanakan tanpa mesin cold milling maka tepi lokasi yang digali haruslah

digergaji atau dipotong dengan jack hammer sedemikian rupa agar pembongkaran yang berlebihan dapat

dihindarkan. Bilamana material pada permukaan dasar hasil galian terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan

penggalian tersebut, maka material yang rusak atau terlepas tersebut harus dipadatkan dengan merata atau

dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Setiap lubang

pada permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu dipadatkan dengan merata sesuai

dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

- Pada pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada, material yang terdapat pada permukaan dasar galian,
menurut petunjuk Direksi Pekerjaan, adalah material yang lepas, lunak atau tergumpal atau hal hal lain yang
tidak memenuhi syarat, maka material tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan
diganti dengan material yang cocok sesuai petunujuk Direksi Pekerjaan.

3.1.8. Galian Perkerasan Berbutir

Asumsi : 1. Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (cara mekanik )


2. Lokasi pekerjaan : Daerah Galian Perkerasan Berbutir
Uraian :

Pekerjaan ini meliputi semua galian dalam batas rencana yang ada dalam gambar, pemindahan,
pengangkutan, pemanfaatan atau pembuangan, pembentukan bidang galian dan penyempurnaan bidang galian
terbuka, sesuai spesifikasi dan garis, ketinggian, kelandaian, ukuran dan penampang melintang yang
tercantum dalam gambar dan petunjuk konsultan Pengawas.

Urutan Pekerjaan :

1. Pekerjaan Persiapan meliputi


- Penyiapan Shop Drawing hingga mendapat approval dari Engineer
- Penyiapan peralatan kerja dan tenaga
- Pengendalian lalu lintas
2. Pekerjaan Pengukuran
Sebelum penggalian dimulai, harus dilakukan pekerjaan pengukuran untuk mengetahui lokasi, panjang,
arah aliran, kelandaian, batas - batas elevasi rencana penggalian dengan memasang tanda - tanda (patok
- patok yang ditandai dengan cat. )
3. Penggalian :
• Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau
ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua material/bahan

3.2.1. Timbunan Biasa


3.2.2. Timbunan Pilihan

Asumsi : 1. Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (cara mekanik )


2. Lokasi pekerjaan : Dibawah lapisan perkerasan untuk badan jalan/
widening dan lokasi lain yang ditentukan dalam gambar rencana.
Uraian :
Pekerjaan ini terdiri dari pembersihan lokasi borrow pit, penggalian dan pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan material borrow pit untuk melaksanakan timbunan pilihan. Timbunan pilihan digunakan sebagai

lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah

saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik.

Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan ini :

• Excavator sebagai alat gali material pilihan pada lokasi borrow / borrow pit.
• Dump Truck sebagai alat angkut material timbunan menuju lokasi pekerjaan
timbunan.
• Motor Grader sebagai alat penghampar material timbunan pada lokasi timbunan
• Vibrator Roller sebagai alat pemadat timbunan
• Water Tank Truck sebagai alat suplay air untuk penyiraman timbunan (jika
diperlukan ).

1. Material
• Material diambil dari lokasi yang telah disetujui oleh konsultan pengawas berdasarkan
persyaratan dan ketentuan yang ada.
• Timbunan yang digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimanatimbunan pilihan telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh direksi pekerjaan.
• Timbunan terdiri dari bahan timbunan tanah atau batu yang memiliki sifat - sifat tertentu dari
maksud penggunaannya.
• Pengujian material dengan menggunakan standar sesuai dengan yang ditentukan dalam

spesifikasi teknis yang meliputi pengujian sebagai berikut :


--- Spesific Grafity Test
--- Compaction Test
--- Sieve Analysis Test
--- Atteberg Limit Test
--- Searing Test (jika diperlukan)
--- Standar lain yang ditentukan dalam spesifikasi teknis atau perse-
tujuan direksi.

2. Pengukuran
Pengukuran dan penempatan garis batas pada lokasi timbunan, sesuai dengan jarak - jarak dan elevasi
rencana yang telah ditentukan, dimana pekerjaan pengukuran harus mengikuti prosedur yang telah
ditentukan dan dapat dimengerti oleh pelaksana lapangan.

3. Pembersihan Lokasi
Sebelum timbunan, dilakukan penggalian tanah berumput, sampah Lumpur dan bahan lainnya yang tidak
terpakai dengan kedalaman sesuai gambar. Mengurung kembali segala lubang didaerah yang sudah
dibersihkan, dan disesuaikan kerataannya serta ketinggiannya.

4. Persiapan dasar timbunan dan prosedurnya.


Penghamparan material timbunan lapis perlapis dengan ketebalan yang sama dan lebar timbunan
sesuai dengan garis kelandaian, penampang melintang dan ukuran yang tercantum di gambar.
Pemadatan dilakukan setelah penghamparan selesai dilaksnakan dengan ketentuan sebagai berikut :

Metode pemadatan dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi dan dimulai dari sepanjang tepi dan
bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu timbunan, arah memanjang.
Untuk pemadatan yang tidak dapat dicapai dengan alat pemadat mesin gilas pemadatan dapat dilakukan
dengan mesin penumbuk loncat mekanis atau timbres (hand stamper). Penghamparan dalam horizontal
dengan ketebalan lebar gembur tidak lebih dari 15 cm.

5. Kadar Air
Apabila tanah timbunan tidak mengandung kadar air yang mencukupi, perlu disiram air menggunakan
water tank sampai mencapai kadar air optimum. Jika tanah terlalu basah maka perlu dikeringkan dulu
sebelum dipadatkan.
6. Jumlah Passing Compaction.
Passing alat pemadat ditentukan berdasarkan hasil Trial Compaction yang telah disetujui, sesuai dengan
jenis tanah dan jenis alat yang dipergunakan.
7. Pekerjaan Drainase
Saluran / parit dipersiapkan untuk menjatuhkan air dari lokasi timbunan
8. Stok material
Material timbunan sebelum dihampar ditimbun dulu pada lokasi tertentu, (jika ada kotoran dibuang)
agar memudahkan pelaksanaan penghamparan.

GAMBAR PELAKSANAAN TIMBUNAN

Tanah hasil galian yang memenuhi syarat


1
untuk bahan timbunan di loading ke dalam
Dump Truck 8 ton

Bsk

Tanah hasil galian diangkut Dump truck 8 ton


dibawa ke Lapangan (lokasi timbunan)

Bsk
Dump Truck 8 ton menumpahkan Kadar air bahan timbunan Penghamparan tanah timbunan
2 muatan tanahnya dilokasi timbunan. harus berkisar pada range dilakukan dengan Motor Grader
Penumpahan diatur sedemikian rupa 3 % dibawah OMC dan 1% Ketebalan lapisan timbunan se-
(disesuaikan dengan ketebalan lapis diatas OMC bila materialnya suai dengan yang disyaratkan
timbunan yang disyaratkan) agar me- terlalu basah maka harus dalam Spesifikasi.
mudahkan penghamparannya. dikeringkan (dijemur) dulu,
bila terlalu kering akan di-
basahi dengan Water Tank
Truck

Bsk

3
Pemadatan dilakukan dengan Setelah penimbunan selesai maka permukaannya
Compactor 15 ton atau sekelasnya. dibentuk sesuai dengan kemiringan yang direnca-
Pemadatan dilakukan sampai men- nakan dengan menggunakan Motor Grader
capai kepadatan yang disyaratkan

Apabila tanah timbunan tidak mengandung kadar air yang mencukupi, perlu disiram air menggunakan
4
water tank sampai mencapai kadar air optimum. Jika tanah terlalu basah maka perlu dikeringkan dulu
sebelum dipadatkan.
FLOW CHART
PEKERJAAN TIMBUNAN BIASA

MULAI

Pengukuran & Pemasangan


Rambu Lalu Lintas

Pengupasan dan Pemadatan Test Material bahan timbunan dan Test


Subgrade Standard Kepadatan

Percobaan Timbunan (Trial


Embankment)

Penimbunan dilapangan

Test Kepadatan
Lapangan &
Pengukuran Tidak

Perbaikan
Ya

SELESAI
METODE KERJA

3.3. Penyiapan Badan Jalan


Asumsi : 1. Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (cara mekanik )
2. Lokasi pekerjaan : pada badan Jalan
Uraian :
1. Pekerjaan ini pada dasarnya dilaksanakan untuk pembentukan / sub grade preparation sebagai tempat
bagi pekerjaan perkerasan di atasnya.
Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan
jalan aspal lama yang rusak berat, untuk penghamparan Lapis Pondasi Aggregat Jalan tanpa penutup
Aspal, Lapis pondasi beraspal di daerah jalur lalu lintas (termasuk jalur tempat perhentian dan
persimpangan yang tidak ditetapkan sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisi.)
2. Untuk sub grade / permukaan tanah dasar untuk ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih

tinggi atau lebih rendah satu sentimeter dari yang disyaratkan / disetujui dan sesuai gambar rencana.
3. Pembentukan elevasi dari permukaan tanah dasar / sub grade dibentuk/diratakan dengan motor grader.
Selanjutnya dipadatkan dengan alat pemadat getar (Vibratory Roller.)
4. Hasil pekerjaan cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang cukup, untuk menjamin berlakunya
aliran bebas dari permukaan.

3.4.3 Pemotongan Pohon Pilihan diameter 30 - 50 cm

Asumsi : 1. Pekerjaan dilakukan dengan Peralatan Bantu dan tenaga manusia


2. Lokasi pekerjaan : -

Uraian Pelaksanaan Pekerjaan :


Pemotongan pohon yang dipilih harus terdiri dari pemotongan semua pohon yang ditunjukkan dalam Gambar atau
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan yaitu Pemotomngan Pohon Pilihan Diameter 15 - 30 cm, 30 - 50 cm dan 50 - 75
cm ( Sesuai yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga). Pekerjaan ini harus termasuk tidak hanya
penyingkiran dan pembuangan sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan atas setiap pohon tetapi juga tunggul
dan akar-akarnya

Metode Pelaksanaan :
a. Persiapan pelaksanaan pekerjaan meliputi : pemasangan tanda - tanda pengaturan lalu lintas, ada personil yang
ditugaskan untuk mengatur lalu lintas pada saat penebangan pohon.
b. Pemotongon Pohon dilakukan menggunakan peralatan alat bantu Chainsaw, Kampak dan parang
c. Ikatkan tali pada bagian atas pohon untuk mengarahkan jatuhnya pohon dengan menggunakan tenaga
manusia untuk menariknya. Tali ditarik perlahan - lahan pada saat pemotongan dan ditarik keras pada saat
pemotongan batang pohon hampir lepas/putus.
d. Bilamana diperlukan untuk mencegah kerusakan terhadap struktur, bangunan (property) lainnya atau untuk

mencegah bahaya atau gangguan terhadap lalu lintas, bila diperlukan, pohon yang telah ditetapkan untuk ditebang

harus dipotong mulai dari atas ke bawah. Penyedia Jasa harus menimbun kembali lubang-lubang yang disebabkan

oleh pembongkaran tunggul dan akar-akarnya dengan bahan yang cocok dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
e. Semua pohon, tunggul, akar, dan sampah lainnya yang diakibatkan oleh operasi ini harus dibuang oleh Penyedia
Jasa di luar Ruang Milik Jalan (Rumija) atau di lokasi yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan dengan menggunakan
Dump Truck.
METODE PELAKSANAAN

NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.
JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROP. / KAB. KODYA : SULAWESI SELATAN

-- 5.1.1. Lapis Pondasi Aggregate Kelas A


-- 5.1.2. Lapis Pondasi Aggregate Kelas B
Methode Kerja untuk Pekerjaan Lapis Pondasi Aggregate Kelas A, B dan S di atas sbb. :

Asumsi : 1. Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (cara mekanik )


2. Lokasi pekerjaan : Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

Uraian :
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan/pengadaan, pemprosesan, watering dan pemadatan crushed
graded aggregate di atas permukaan yang telah dipersiapkan dan disetujui sesuai dengan detail
yang ditunjukkan pada gambar.

Urutan Kerja :
1. Material base
Material Base A, B dan S harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung setelah pemadatan akan
memenuhi persyaratan yang diberikan dalam spesifikasi.
2. Placeng / Spreading
a. Persiapan Tanah dasar
b. Penebaran
-- Aggregate yang ditebarkan harus mempunyai kandungan air dalam batas - batas yang
dipersyaratkan dalam spesifikasi.
-- Tiap Layer harus ditebarkan dalam satu kali operasi dengan ketebalan yang sama.
-- Apabila penebaran lebih dari satu layer, tebal masing - masing layer harus sedapat mungkin
seragam.
-- Aggregat Base harus ditebarkan tanpa menyebabkan segregasi.
-- Minimum ketebalan lapisan padat adalah dua kali ukuran butiran terbesar aggregat.
3. Compacting / Pemadatan
-- Tiap layer dipadatkan dengan ketebalan minimum 100% max. modified dry density seperti yang
ditetapkan SNI 03-1743 - 1989 Methode D.
-- Pemadatan akan dilaksanakan hanya bila kandungan air dari bahan berada dalam rentang 3% di
bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air yang ditentukan oleh SNI 03 - 1743 - 1989,
metode D.
-- Operasi pemadatan akan dimulai dari tepi, kemudian secara berangsur ke tengah.
-- Disepanjang kerbs, walls yang tidak dapat dilalui oleh Roller, pemadatan akan menggunakan alat
mekanik yang disetujui.

4. Testing
Paling sedikit tiap 1000 m3 material produced harus ditest paling tidak meliputi :
-- 5 PI test
-- 5 particle grading test
-- 1
maximum Dry Density determination using SNI 03-1743 - 1989, methode D
Methode D CBR tests harus dilaksanakan dari waktu ke waktu atas perintah Engineer. Kepadatan dan kandungan
air dari material yang dipadatkan harus secara rutin ditentukan / ditetapkan.
GAMBAR PELAKSANAAN PEKERJAAN AGGREGATE KELAS A / B

1. Agregat A/B/S di Crushing Plant diloading dengan


Wheel Loader ke Dump Truck 8 ton

Bsk

Agregat A/B diangkut dari Crushing Plant


ke Lapangan dengan menggunakan Dump
Truck 8 ton

Bsk

2. Agregat A/B diloading di Lapangan


dengan pengaturan sedemikian rupa Penghamparan dilakukan dengan
(disesuaikan dengan ketebalan lapis Motor Grader dengan ketebalan
timbunan yang disyaratkan) sehingga lapisan sesuai yang disyaratkan
memudahkan penghamparannya

Kadar air agregat A / B


harus berkisar pada range
3 % dibawah OMC dan 1%
diatas OMC bila materialnya
terlalu basah maka harus
dikeringkan (dijemur) dulu,
bila terlalu kering akan di-
basahi dengan Water Tank
Truck

Bsk
3. Pemadatan dilakukan dengan Compactor
15 ton atau yang setara sampai mencapai
kepadatan yang disyaratkan.

Setelah selesai pemadatan kemudian permukaan tim-


bunan dibentuk sesuai kemiringan yang direncanakan
dengan menggunakan Motor Grader
PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS PONDASI KELAS A/B/S

FLOW CHART PELAKSANAAN PEKERJAAN AGGREGAT KELAS A/B

MULAI

Pengukuran Lapangan dan


Test Kualitas batuan di

Pengupasan dan
Pemadatan Subgrade pada
Pendirian Crushing Plant di Quarry
lokasi tanpa timbunan
baru

Produksi Agregat A/B/S di Quarry


(Crushing batu dan Mixing)

Test Gradasi dan Test Standard


Kepadatan

Percobaan Timbunan (Trial


Embankment)

Penimbunan dilapangan

Test
Kepadatan
Lapangan &
Tidak
Perbaikan

SELESAI
METODE PELAKSANAAN
NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.
JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROP. / KAB. KODYA : SULAWESI SELATAN

PEKERJAAN LAPIS PERMUKAAN (RIGID PAVEMENT)


5.3 (1) Perkerasan Beton Semen
5.3 (3) Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus

• Mixing Beton di batching plan

• loading dan hauling dengan truck mixer ke lapangan

• pemasangan form work, making dowel dan tie bar


• loading and hauling dengan truck mixer
Support Slab Form Work Lean Concrete/Lantai kerja
• Spreeding, vibrating dan face screepied, grooving,
• Curing dengan menggunakan geotextile non woven lalu disiram dengan water
tank truck
• Cutting Joint dengan menggunakan Concrete Cutter
• Pemasangan Material Joint Sealent.
METHODE PELAKSANAAN
A. Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus (CTSB)

Pekerjaan CTSB yang dihampar secara manual dengan persyaratan yang telah ditetapkan dengan
ketebalan sesuai design.

B. Perkerasan Beton Semen

Pekerjaan Beton Semen yang dihampar secara manual dengan persyaratan yang telah ditetapkan
dengan ketebalan sesuai design.
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan CTSB selesai dihampar dengan uraian langkah -
langkah sebagai berikut :
I. Pelaksanaan Semi Manual
• Dilakukan pemasangan plastik sheet serta penulangan pada joint - joint sesuai dengan
rencana segmentalnya yang telah disetujui oleh Konsultan.

• Dowel diletakkan dengan kaku sebelum beton dihamparkan atau pada kedalaman tertentu
setelah penghamparan sesuai gambar atau petunjuk konsultan pada saat keadaan beton
masih dalam tahap plastis.
• Baja Tulangan yang akan dipasang dibersihkan dari kotoran yang akan mengganggu
kelekatan baja tulangan dengan beton.
• Pemasangan penulangan joint dapat dilihat pada gambar desain.
• Material beton yang akan dituang diperiksa nilai slumpnya dan selama penghamparan nilai
slump beton harus stabil kemudian diambil sample untuk pemeriksaan kuat tekan di
laboratorium, penghamparan material beton dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
dan teknisi laboratorium dan Konsultan pengawas.
• Penghamparan secara semi manual dilakukan dengan Concrete Paver, dengan tenaga
manusia dengan tangan dan alat bantu sekop atau pelepa manual, beton baru tidak boleh
diinjak dengan sepatu yang kotor. Pelaksanaan penghamparan secara manual harus dijaga
sedemikian sehingga segregasi material dapat dihindarkan.
• Pemadatan dilakukan secara manual dengan menggunakan balok vibrator yang harus
digetarkan sampai pada level tertentu sedemikian sehingga setelah kandungan udara
dibuang melalui pemadatan permukaan perkerasan lebih tinggi dari acuan samping. Balok
diangkat dan digerakkan maju sedikit demi sedikit sejauh tidak melebihi lebar balok. Setelah
panjang pemadatan mencapai 1,5 m, balok dikembalikan ke tempat semula dan pemadatan
diulang lagi secara pelan - pelan untuk memperhalus permukaan.
• Perataan permukaan perkerasan secara manual dilakukan dengan menggunakan mistar
lurus tidak kurang dari 1,8 meter dan dilakukan paling sedikit 2 kali lintasan, Bila terdapat
permukaan yang terkelupas karena tidak rata,maka harus dipadatkan dengan balok
vibrator dan diikuti perataan dengan mistar lurus.
• Penghalusan permukaan perkerasan secara manual dapat dilakukan dengan alat pelepa
memanjang yang dioperasikan secara manual yang dilengkapi dengan pengaku agar tidak
melengkung atau melentur, Alat pelepa digerakkan di atas jembatan yang dipasang
membentang di kedua sisi form work tanpa menyentuh permukaan perkerasan dan
digerakkan maju mundur searah sumbu perkerasan dengan pergeseran akibat bleeding
harus dibuang ke sisi form work tanpa menyentuh permukaan perkerasan dan digerakkan
maju mundur searah sumbu perkerasan dengan pergeseran tidak lebih dari setengah
panjang pelepa.Kelebihan air permukaan perkerasan akibat bleeding harus dibuang ke sisi
form work pada setiap lintasan.
• Dilakukan perbaikan permukaan perkerasan yang amblas atau menonjol setelah dilakukan
pemadatan dan pelepaan dengan cara menutup bagian yang amblas dengan beton
baru,ditempa,dipadatkan dan difinishing lagi. Sementara bagian yang menonjol dipotong
dan difinishing lagi. Perbaikan dilakukan sampai diperoleh permukaan yang benar - benar
rata dan sesuai dengan kelandaian yang dipersyaratkan.
• Diperiksa kerartaan permukaan perkerasan menggunakan straight edge dengan toleransi
kerataan kurang dari 3 mm.
• Dilakukan pembentukan tepi perkerasan disepanjang acuan dan sambungan dengan
membentuk permukaan seperempat lingkaran yang halus dengan radius tertentu sesuai
dengan gambar atau petunjuk Konsultan pengawas.
• Dialkukan pembongkaran form work untuk sideform dan endform + 6 - 8 jam setelah selesai
penghamparan atau sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas.
• Jika setelah pembongkaran acuan terdapat daerah rongga (honey comb),harus dilakukan
perbaikan. Daerah rongga yang besar harus dilakukan pembongkaran dan diganti satu
segemntal dimana terdapat kerusakan tersebut.
• Dilakukan permbersihan joint hasil pemotongan dengan menggunakan kompressor,baik
pada transversal joint maupun longitudinal joint,kemudian dipasang joint sealent sesuai
dengan spesifikasi atau petunjuk Konsultan Pengawas.
• Dilakukan penutupan permukaan perkerasan dengan karung goni atau bahan lain yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan dilakukan penyiraman 3 - 4 kali sehari selama 7
hari berturut - turut.
• Perkerasan beton boleh dialui setelah kekuatan 90% kekuatan beton umur 28 hari, dan
dapat dilalui kendaraan ringan setelah umur 3 hari.
Inspeksi dan pengetesan yang dilakukan pada pekerjaan perkerasan beton ini dalah sebegai
berikut :

1. Slump test max.5 cm atau ditentukan lain dalam Spesifikasi.


2. Flextural Strength (kuat lentur) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada umum 28
hari atau ditentukan lain dalam Spesifikasi.
3. Joint Sealent sesuai AASHTO M 173 atau ditentukan lain dalam spesifikasi.
4. Curing compound sesui dengan AASHTO 148 atau ditentukan lain dalam spesifikasi
METODE PELAKSANAAN

NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA - BTS.
JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROP. / KAB. KODYA : SULAWESI SELATAN

METODE PEKERJAAN
Pekerjaan Beton
Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan dengan alat berat (secara mekanik),
2. Lokasi Pekerjaan : Pada Pekerjaan Struktur
Uraian :
A. Pekerjaan Persiapan
1. Pekerjaan yang termasuk dalam hal ini adalah pekerjaan struktur beton
2. Material campuran beton (semen, pasir, aggregat) yang dicampur dalam Concrete Mixer
di lokasi pekerjaan.
Untuk semen, saat ini penyampaian material semen dilakukan perlakuan khusus yaitu
tempat penyimpanan yang tahan cuaca, yang kedap udara dan mempunyai lantai
kayu yang lebih tinggi dari tanah sekitar.
3. Jenis semen Portland yang digunakan sesuai dengan permintaan dokumen lelang
yang diminta dan juga mengacu pada :
-- AASHTO T141, T23, T126, T22
-- Standar lain yang diminta/ditunjukkan pada dokumen lelang.
4. Jenis semen Portland yang digunakan sesuai dengan permintaan dokumen lelang
(memenuhi AASHTO M85)
5. Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya
digunakan air bersih dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, atau organic. Air diuji sesuai dan harus memenuhi ketentuan dalam
AASHTO T26.
6. Aggregat kasar dan halus yang digunakan (ukuran/dimensi) sesuai dengan

permintaan dan spesifikasi dokumen lelang dan telah mendapat persetujuab direksi.

B. Pencampuran dan Penakaran


1. Rancangan Campuran Proposal bahan dan alat berat penakaran menggunakan
methode sesuai yang dipersyaratkan dalam AASHTO T141, T23, T126, T22
2. Campuran Percobaan dilakukan dan hasil dari percobaan tersebut akan dijadikan
acuan pembuatan beton pada saat dilakukan pekerjaan beton di lapangan dan
disaksikan oleh direksi pekerjaan.
Campuran Percobaan sesuai dengan permintaan spesifikasi dalam dokumen lelang
dan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
3. Ketentuan sifat - sifat campuran sesuai dengan spesifikasi dalam dokumen lelang.

4. Pencampuran untuk beton dengan pertimbangan lain pada bagian - bagian tertentu
dapat menggunakan beton konvensional dengan persetujuan dari konsultan
pengawas.
a ). Beton dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis (concrete
mixer).
b ). Pencampuran dilengkapi dengan tangki air bersih yang memadai dan yang
digunakan dalam setiap penakaran.
c ). Pertama-tama alat pencampur diisi dengan aggregat, pasir dan semen yang
telah ditakar, selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air
ditambahkan.
d ). Waktu pencampuran diukur pada saat air mulai dimasukkan dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan dimasukkan
pencampuran untuk mesin kapasitas 3/4 m3 atau kurang selama 1,5 menit;
Untuk mesin lebih besar waktu yang ditingkatkan 15 detik untuk tiap
penambahan 0,5 m3.
C. Pelaksanaan Pengecoran.
-- Sebagai persiapan, lokasi pengecoran dibersihkan dari sampah, potongan kayu,
bendrat, paku dan sampah lainnya dengan menghisap debu, kompressor dan
atau air.
-- Bekisting dilumuti mould oil hingga rata. Kebocoran bekisting telah dicek dan
disumbat. Sambungan dengan pengecoran sebelumnya telah disiram dengan
calbond atau air semen serta bekisting dibebaskan dari genangan air. Sebelum
instruksi pengecoran segala persetujuan yang diperlukan telah diurus dan
disetujui pleh direksi/owner dan pengawas lapangan.
-- Penuangan dilakukan secra mekanik, dengan cara beton dari truck selanjutnya
dituangkan langsung ke bak penampungan pada concrete pump untuk
selanjutnya dituangkan langsung ke tempat bekisting (untuk lokasi yang tidak
memerlukan concrete pump dapat langsung dituang dari truck mixer melalui
talang cor). Tinggi jatuh beton pada saat pengecoran tidak lebih dari 1,5 m agar
tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat dengan pasta beton,
(segregasi)
-- Pemadatan dibantu dengan vibrator mekanikal type tertentu dalam jumlah yang
memadai, Selang vibrator dibenamkan sampai batas kedalaman beton
sebelumnya dan agar tidak terjadi kantong udara. Vibrator tidak mengenai
tulangan atau penutup (shutter) kecuali penutup dari beton.
-- Lama penggetaran suatu tempat yang sama secara manual dapat dideteksi
dengan indera pendengaran. Jika alat vibrator di dalam beton frekwensi suara
yang dihasilkan rendah dan semakin meninggi. Saat frekwensi suara yang
dihasilkan konstan dimungkinkan pemadatan cukup.
-- Selanjutnya dilakukan perawatan beton sesuai spesifikasi teknis.
PERSIAPAN

Pemeriksaan Material

Tidak
APPROVED

Cari Bahan Lagi

Buat Campuran Percobaan

Tidak Test

Buat Campuran Lagi


Ya

Pekerjaan Beton dilapangan


PEKERJAAN DI LAPANGAN
Persiapan Bangunan :
Persiapan alat & bahan :
- Pemeriksaan ukuran, elevasi
- Persiapan Material (jumlah &
- Pemeriksaan cetakan beton
kualitas
- Pemeriksaan Tulangan, (jumlah,
- Persiapan alat (C. mixer, vibrator )
ukuran, bentuk )
- Persiapan alat bantu (lampu, pompa,
- Pemeriksaan material yang akan
tenda, dll )
digunakan

Persiapan Cor :
PEKERJAAN - Alat Pencampur Beton
PEMERIKSAAN
BETON - Tenaga kerja

Pengadukan campuran
Ambil kubus beton
beton

Pengecoran & Pemadatan

Pemeliharaan

Bongkar cetakan

Pemeriksaan Hasil

Keropos Bagus

Perbaikan

Test Umur 28 hari

Pekerjaan diterima
PEKERJAAN PEMERIKSAAN BETON

Ambil kubus beton

Test umur 7 hari

Tidak
Hasil

Baik

Evaluasi

Perbaikan
Test umur 28 hari Pekerjaan diteruskan
Campuran

Tidak Baik
Hasil

Evaluasi

Pekerjaan diterima

Bangunan Catatan :
dibongkar - Perbaikan campuran
- Perbaikan cara kerja
- Dll

Pembangunan
Kembali
METODE PEKERJAAN

7.9.1. Pasangan Batu


Asumsi :
1. Pekerjaan menggunakan alat bantu (cara mekanik) dan tenaga manusia.
2. Lokasi Pekerjaan : Pada lokasi drainase / saluran air dan Talud pantai
Uraian :
1. Material batu didatangkan ke lokasi pekerjaan. Batu terdiri atas batu alam atau batu dari
sumber bahan yang terbelah , yang utuh (sound), keras, awet, padat tahan terhadap udara dan
air.
Mutu dan ukuran batu telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan
2. Semen, pasir, dan air dengan perbandingan / komposisi sesuai dengan spesifikasi teknis dicampur
dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan Concrete Mixer.
3. Material batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaan dengan air sebelum dipasang.

4. Pekerjaan pemasangan dengan tenaga manusia dan alat bantu.

Metode Pelaksanaan :
i Persiapan Pondasi
a). Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk Pek. Galian
pada Spesifikasi Proyek ini.
b). Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk struktur dinding
penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk
struktur lain, dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
c). Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus disediakan bilamana
disyaratkan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 2.4, Drainase Porous.
d). Bilamana ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi Pekerjaan, suatu pondasi

beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.
ii Pemasangan Batu
a). Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada pondasi yang
disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. Batu besar pilihan
harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk
menghindarkan pengelompokkan batu yang berukuran sama.
b). Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus
dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
c). Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk mema-sang batu yang lebih besar dari
ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada
pekejaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
iii Penempatan Adukan
a). Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu yang
cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima
setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu
yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
b). Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan merupakan

kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi penuh
c). Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah dibatasi sehingga

batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras. Bilamana batu menjadi longgar atau

lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan

adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.

iv Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi

a). Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali ditunjukkan lain pada

Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak

antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.
b). Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka delatasi harus dibentuk
untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan
sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih
sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang
disyaratkan di atas.
c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar dengan gradasi
menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga
bahan Drainase Porous tidak hanyut melewati sambungan
v. Pekerjaan Akhir Pasangan Batu

a.) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan dilaksanakan.
b). Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan batu harus dikerjakan

dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata,

mempunyai lereng melintang yang dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan.

Lapisan tahan cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
c). Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh permukaan batu harus
dibersihkan dari bekas adukan.
d). Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dari
Spesifikasi Proyek ini
e). Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu yang tidak lebih
dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan, penimbunan kembali harus
dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sesuai dengan
ketentuan yang berkaitan dengan Pek. Timbunan
f) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk memperoleh bidang antar
muka rapat dan halus dengan pasangan batu sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan
mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu.
METODE PELAKSANAAN SONDIR
Sondir dilakukan dengan alat sondir ringan yang mempunyai kapasitas tekan maksimal 2,5 ton.
Sondir tersebut dilengkapi dengan 4 buah angker ulir dengan diameter 40 cm dan biconus type
Bagemann yang mempunyai luas penampang konus 10 cm² dan luas selubung gesek 150 cm².
Grafik sondir disajikan dalam tekanan konus qc, dan jumlah hambatan pelekat (JHP), versus
kedalaman. Pembacaan sondir dilakukan selang interval 20 cm. Spesifikasi pelaksanaan Sondir
adalah sebagai berikut :
a) Sondir dilakukan untuk tiap titik sampai ditemukannya tanah keras.
b) Tanah keras didefinisikan dari bacaan konus, yaitu jika diperoleh tekanan konus qc >
c) 150 kg/cm2.
d) Jika hasil bacaan konus telah didapat qc > 150 kg/cm2, sondir dihentikan. Jika tidak,
e) akan dilakukan terus sampai mencapai tanah keras.
f) Tiap interval 20 cm, dilakukan bacaan tekanan konus dan tekanan friksi.
g) Hasil bacaan ini diplot pada formulir yang telah disediakan.
h) Hasil bacaan sondir dilapangan dan grafik sondir disajikan pada lampiran B
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GORONG-GORONG PIPA BAJA
BERGELOMBANG

Metode Pelaksanan Pekerjaan Gorong-Gorong


Pipa Baja Bergelombang Pada Pekerjaan Jalan.

Jenis Pekerjaan : Gorong-Gorong Pipa Baja


Bergelombang
Sat Pembayaran : Ton

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan untuk ini meliputi pekerjaan
pengukuran, pemasangan patok/ bowplang,
galian, penyiapan alat, tenaga serta tempat pembuangan hasil galian, pengadaan gorong-gorong
pipa baja bergelombang, penimbunan kembali, pemadatan dan perapihan hasil pekerjaan.

2. Persiapan Pekerjaan
a) Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja,
schedule, perlatan, personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk
memperoleh persetujuan dari Konsultan dan Direksi sebelum pekerjaan dimulai.
b) Mengajukan persetujuan penggunaan bahan material.
c) Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan (Request For Work)

3. Tahapan Pekerjaan

Tahapan Pekerjaan Pasangan Gorong-Gorong Pipa Baja


4. Uraian Pekerjaan
a) Pemasangan bowplank.
b) Melakukan penggalian pada lokasi pekerjaan.
c) Menghampar pasir urug dengan tebal 5 cm sebagai lantai kerja.
d) Ditempat terpisah gorong-gorong pipa baja dipersiapkan, dengan terlebih
dahulu mengajukan request penggunaan bahan kepada Direksi. Lalu diangkut
ke lokasi pekerjaan.
e) Pemasangan Gorong-Gorong Pipa Baja.
f) Penimbunan Kembali dengan material pilihan, lalu dipadatkan dengan
stemper.

5. Kebutuhan Jasa, Alat dan Material


1. Tenaga yang dibutuhkan
Pekerja = 5 Orang
Tukang Batu = 2 Orang
Mandor = 1 Orang
Operator / Supir = 2 Orang
2. Peralatan yang dibutuhkan
Stemper = 2 Unit
Flat Bed Truk = 1 Unit
Alat Bantu = 1 Ls

3. Bahan yang digunakan


Pipa Baja Gelombang
diameter disesuaikan
Pasir Urug
Timbunan Pilihan
Material Lainnya

6. Analisa K3
1. Personil
• Pelaksana
• Petugas K3L
• Tenaga Kerja

2. Aspek K3
Memasang Rambu Peringatan
• Rambu Perinagatan : “HATI-HATI ALAT BERAT SEDANG BEROPERASI”
Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD )
• Sarung Tangan
• Helm
• Sepatu Safety
PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP
Pengamanan terhadap lingkungan hidup akan dilakukan dengan test/uji akibat /dampak hasil
pekerjaan dilapangan, dan juga ditempatkan tenaga ahli yang berpengalaman terhadap
pengamanan lingkungan hidup sehingga dampak terhadap lingkungan hidup dapat
dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan spesifikasi.
a. Uji Udara Emisi dan Ambien
b. Pengukuran Kebisingan
c. Pengukuran Kualitas Air
d. Mobilisasi dan Demobilisasi Personil

Metode pelaksanaan
 Menentukan batas pembersihan dan pengupasan lahan rencana.
 Setelah batas ditentukan, dilanjutkan dengan pengupasan lahan menggunakan
Excavator 80-140 HP, tenaga orang dan alat bantu dan pada akhir pekerjaan
dilaksanakan pembersihan lahan dengan menggunakan tenaga mekanis dan tenaga
manusia.
 Kedalaman dan penampang dikerjakan sesuai dengan gambar pelaksanaan.
 Tanah sisa hasil pekerjaan untuk sementara dibuang disekitar lokasi galian yang akan
dipakai untuk timbunan dan apabila tidak bisa dipakai kembali sesuai persetujuan
Direksi/Pengawas, maka tanah akan dibuang pada lokasi yang telah ditentukan
menggunakan dump truk.
 Pemadatan dilaksanakan pada lokasi / lahan yang telah dilaksanakan pengupasan lahan
sehingga tanah menjadi padat.

Pemotongan Pohon Pilihan dia. 15 - 30 cm, dia. 30 - 50 cm dan dia 50 - 75 cm


a) Peralatan yang digunakan :
- Alat Tenaga Kerja
- Excavator 80-140 HP Pekerja
- Dump truk Tukang
- Can soe / Mesin Pemotong Kayu Mandor
- Alat bantu lainya Operator
b) Metode pelaksanaan
- Menentukan pohon yang akan di potong, kemudian dilakukan kordinasi dengan pihak
terkait seperti Dinas Pertamanan dan instansi terkait lainnya..
- Penebangan pohon dilaksanakan dengan menggunakan mesin pemotong kayu, untuk
membersihkan akar- akar pohon digunakan excavator sehingga akar pohon tidak
tertinggal didalam permukaan tanah.
- Kayu hasil pemotongan diangkut keluar lokasi pekerjaan dengan menggunakan dump
truck
- Pengangkutan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pihak pengawas..
- Pekerjaan ini dilaksanakan berbarengan dengan pelaksanaan pekerjaan galian dan
pengupasan lahan dilaksanakan.
METODE PEMASANGAN GEOTEXTILE STABILISATOR KLAS 1

1. Geotextile harus digelarkan secara lepas


tanpa kerutan atau lipatan berlebihan.
Geotextile harus digelar dengan arah mesin
tegak lurus atau sejajar dengan as timbunan
seperti ditunjukkan pada gambar rencana.
Arah tegak lurus dan sejajar mesin harus saling
berlawanan.

2. Pada kondisi apapun, Geotextile tidak boleh


diseret melalui lumpur atau di atas benda tajam
yang dapat merusak Geotextile. Lapis
timbunan penutup harus ditempatkan di atas Geotextile sedemikian rupa sehingga sekurang
kurangnya suatu lapisan setebal 200 mm berada antara Geotextile dan roda atau roda rantai
baja (track) . Ukuran dan berat dari alat berat harus dibatasi sehingga alur pada penghamparan
pertama di atas Geotextile tidak lebih dari 75 mm untuk menghindari peregangan Geotextile
yang berlebihan. Alat berat tidak diperbolehkan berbelok pada hamparan timbunan pertama di
atas Geotextile. Pemadatan pada hamparan timbunan pertama di atas Geotextile harus dibatasi
hanya untuk alat penyebar tanah. Alat pemadat getar tidak boleh digunakan pada hamparan
timbunan pertama.

3. Gundukan tanah atau metode berdasarkan rekomendasi Pabrik harus digunakan untuk
menahan Geotextile pada tempatnya sampai bahan timbunan penutup telah ditempatkan.

4. Jika Geotextile robek atau berlubang atau sambungan rusak, seperti ditunjukkan oleh
Geotextile yang rusak secara kasat mata, pemompaan (pumping) tanah dasar, intrusi, atau
distorsi badan jalan, urugan di sekeliling daerah yang rusak atau berdeformasi harus dibongkar
dan daerah yang rusak harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa beban biaya pada Direksi
Pekerjaan. Perbaikan harus meliputi suatu tambalan Geotextile dengan jenis yang sama yang
ditempatkan di atas daerah yang rusak. Tambalan harus dijahit pada semua tepi.

5. Konstruksi timbunan harus dilakukan secara simetris sepanjang waktu untuk mencegah
keruntuhan kapasitas daya dukung lokal di bawah timbunan atau geser lateral atau gelincir
timbunan. Setiap urugan yang ditempatkan di atas Geotextile harus segera disebarkan.
Gundukan persediaan tanah urugan di atas Geotextile tidak diperbolehkan.

6. Pemadat getar atau pemadat kaki domba tidak boleh digunakan untuk memadatkan timbunan
hingga sekurang-kurangnya 0,5 m timbunan telah menutupi lapisan Geotextile terbawah dan
sampai sekurang-kurangnya 0,3 m timbunan telah menutupi lapisan Geotextile selanjutnya di
atas Geotextile terbawah.

7. Geotextile harus di-pratarik sebelum penggelaran dengan menggunakan Metode 1 atau


Metode 2 yang dijelaskan dalam Spesifikasi ini. Pemilihan metode tersebut tergantung pada
terbentuk atau tidaknya gelombang lumpur selama penghamparan timbunan pertama atau
kedua. Jika gelombang lumpur timbul ketika timbunan didorong pada Geotextile lapis pertama,
maka Metode 1 harus digunakan. Metode 1 harus dilanjutkan hingga gelombang lumpur mulai
menghilang saat timbunan disebarkan. Ketika gelombang lumpur tidak terbentuk, Metode 2
dapat digunakan sampai lapis Geotextile teratas tertutup timbunan minimum setebal 0,3 m.
Metode konstruksi khusus ini tidak diperlukan untuk penghamparan timbunan di atas
ketinggian ini. Jika suatu gelombang lumpur tidak terbentuk ketika timbunan didorong pada
lapis pertama Geotextile, maka Metode 2 harus digunakan di awal sampai lapis teratas
Geotextile tertutup timbunan padat minimum setebal 0,3 m.

Metode Pelaksanaan
Setelah pembuatan lantai kerja (jika dibutuhkan), lapis pertama Geotextile dihamparkan
dengan arah melintang timbunan dan dijahit bersama. Geotextile diregangkan secara manual
untuk meyakinkan bahwa kerutan tidak terbentuk pada Geotextile. Penghamparan timbunan
harus dengan cara penumpahan ujung (end dumping) dan disebarkan dari tepi Geotextile.
Penghamparan pertama harus ditempatkan sepanjang tepi luar Geotextile, untuk mengurung
gelombang lumpur dan membuat jalan akses yang diperlukan untuk menempatkan timbunan
di tengah timbunan. Lebar jalan akses ini harus sekitar 5m. Jalan akses di ujung Geotextile
harus mempunyai tinggi minimum terpasang 0,6 m. Setelah jalan akses mencapai panjang 15
m, penimbunan untuk jalan akses harus terus dilakukan sebelum penimbunan bagian tengah.
Panjang jalan akses ini harus dipertahankan tetap 15 m di depan timbunan bagian tengah seperti
ditunjukkan pada gambar rencana. Dengan menjaga gelombang lumpur berada di depan
timbunan dan dengan mencegah pergerakan tepi Geotextile, maka Geotextile akan tertarik
secara efektif. Geotextile harus digelar tidak lebih dari 6m di depan jalan akses untuk mencegah
terjadinya tegangan berlebihan pada jahitan Geotextile.
METODE PEMANCANGAN TIAN PANCANG BAJA

Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang pancang:

Menghitung daya dukung yang didasarkan


pada karakteristik tanah dasar yang diperoleh
dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian
dihitung kemungkinan nilai daya dukung
yang diizinkan pada berbagai kedalaman,
dengan memperhatikan faktor aman terhadap
keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan
penurunan yang terjadi harus tidak
berlebihan.

Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi


pondasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan
memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya dukung tanah
yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah,
pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya
dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan
tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya
dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam
akan mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat
betonnya
Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan dipertimbangkan
terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya dukung ultimit yang dibagi
faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar
penurunan memenuhi syarat.
Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
Pekerjaan persiapan awal meliputi :
1. Pengadaan tiang pancang
2. Pengukuran lokasi / posisi tiang pancang
3. Memeriksa Bench Mark yang diberikan
4. Menentukan Grid line serta pemberian label grid
5. Set up equipment
6. Pengiriman dan Penyimpanan Tiang Pancang
7. Pengaturan lokasi material pancang

Pekerjaan Persiapan Pemancangan


1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang
tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda
dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang
diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati-hati
sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan
tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final
set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat.
Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila
level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang
diharapkan belum tercapai. Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan
pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel
menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada
batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah
keras yang ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan
tanah keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

Proses Pengangkatan
1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang
beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah 1/5
L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan,
haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan
momen yang sama. Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang
beton adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa
kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat
dilihat oleh gambar. pengangkatan tiang dengan dua tumpuan
2. Pengangkatan dengan satu tumpuan
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan
dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah
ditentukan di lapangan. Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu
tumpuan ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk
mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat
pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.
Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik
pancang yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang
telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang
telahditentukan.
5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil
diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal.
Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gatepada
dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk
tiang batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu
ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang

Quality Control
1. Kondisi fisik tiang, a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak b. Umur beton
telah memenuhi syarat c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama
pemancangan
2. Toleransi, Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh dari 75 mm.
3. Penetrasi, Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan
untuk penetrasi setiap setengah meter.
4. Final set, Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.
METODE PELAKSANAAN BAJA TULANGAN

Ada beberapa tahapan dalam melakukan pekerjaan pembesian, antara lain:


1. Pengadaan Material Baja Tulangan
Material yang digunakan untuk pekerjaan pembesian
gedung pada umumnya adalah baja tulangan ulir.
Material berasal dari supplier dan diangkut ke lokasi
proyek menggunakan truk. Material yang telah sampai
ke lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu untuk
memeriksa mutu dan kualitas seperti yang sudah
ditetapkan.

Pengujian yang dilakukan pada umumnya adalah tes


tarik, tes tekuk, dan tes tekan. Sampel diambil secara
acak untuk setiap sekian ton baja ntuk masing-masing
diameter dengan panjang masing-masing 1 meter.

Apabila mutunya sesuai dengan spesifikasi, maka material baja tulangan akan
disimpan. Jika tidak sesuai, maka material akan dikembalikan ke supplier.

2. Penyimpanan Material Baja Tulangan

Material besi tulangan yang telah memenuhi


spesifikasi akan disimpan berdasarkan
kelompok diameternya masing-masing.
Dalam penyimpanan, hal yang perlu
diperhatikan adalah baja tulangan tidak
diperbolehkan bersentuhan dengan tanah.

Caranya dapat memakai balok kayu atau


beton yang dijadikan sebagai dasar dan alas.
Tujuannya adalah agar baja tidak berkarat,
kotor dan kena benturan.

3. Pemotongan dan Pembengkokan Baja Tulangan

Tahapan ini juga biasa disebut dengan fabrikasi. Pada


proses fabrikasi ini akan dilakukan pembengkokan dan
pemotongan pada baja tulangan untuk kemudian dirakit
sesuai desain dan spesifikasi yang dibutuhkan.

Untuk pemotongan digunakan mesin Bar Cutter,


sedangkan untuk pembengkokan digunakan mesin Bar
Bender.

Dengan cara ini, maka akan dibuat berbagai jenis


tulangan, seperti sengkang, cakar ayam, rangkaian
tulangan kolom, balok, pelat, dan shear wall.
4. Pemasangan Baja Tulangan pada Elemen Struktur

Material yang telah difabrikasi akan dirakit oleh para pekerja sehingga membentuk komponen
struktur seperti kolom, balok, pelat, atau shear wall. Kemudian, material yang telah dirakit akan
di pindahkan dengan menggunakan tower crane dari lokasi perakitan ke lokasi pemasangan.

Pemasangan komponen tulangan dilakukan dengan menggunakan tower crane serta koordinasi
dengan para pekerja yang bertugas melakukan pemasangan tulangan. Pemasangan dilakukan
dengan hati-hati agar akurat dan tidak terjadi dislokasi.

Pada komponen tulangan pelat dapat dipasang beton


decking. Tujuannya adalah untuk menopang tulangan
pelat agar tidak melendut dan mengurangi tebal
selimut beton. Selain itu, dipasang juga cakar ayam,
yaitu tulangan ulir yang dibengkokkan dan dipasang
diantara tulangan atas dan bawah yang berfungsi
menjaga ketebalan pelat lantai agar sesuai rencana.

5. Pengecekan Tulangan
Setelah seluruh tulangan terpasang, maka perlu
dilakukan pengecekan tulangan oleh tim Quality
Control apakah jumlah dan posisi tulangan sudah
terpasang dengan benar sesuai dengan gambar
rencana.
METODE PELAKSANAAN PATOK PENGARAH DAN REL PENGAMAN

A. Patok Pengarah
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan bahu jalan selesai dilaksanakan. Patok pengarah
terbuat dari beton dengan mutu K-250.

Metode kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada direksi untuk
disetujui.
2. Areal patok pengarah di gali sampai kedalaman tertentu sesuai dengan rencana kedalaman
patok.
3. Patok yang telah jadi dan diterima dilokasi pekerjaan, untuk pemasangannya dilakukan
dengan menggali tanah lalu memasang patok dan menimbunkan kembali tanah agar patok
dapat berdiri dengan benar.
4. Pengecatan patok dapat dilakukan sebelum atau sesudah patok pengarah dipasang
5. Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.

Pekerjaan ini meliputi Pengadaan, pengangkutan, dan pemasangan Patok Pengarah

Tahapan Pelaksanaan

1. Membuat shop drawing, metode pelaksanaan dan membuat request Patok Pengarah
2. Pengadaan Patok Pengarah sesuai shop drawing
3. Pemasangan Patok Pengarah dengan jarak dan jumlah sesuai shop drawing. Semua patok
harus dipasang dengan akurat pada lokasi dan ketinggian sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin bahwa patok tersebut tertanam kuat di tempatnya, terutama selama pengerasan
(setting) beton.
4. Semua patok harus diberi satu lapis cat dasar (primer), satu lapis cat bawah permukaan
dan satu lapis akhir sebagai lapis permukaan sesuai shopdrawing.
B. Rel Pengaman (Guardrail)

Guardrail-Pagar Pengaman Jalan yaitu alat keselamatan jalan yang terbuat dari baja lembaran
yang dibuat/diforming dengan mesin cold-roll hingga hasilkan beam baja profil atau dimaksud
W-Beam. Ketebalan baja juga sudah ditetapkan untuk hindari kemungkinan terburuk untuk
kendaraan yang menabraknya. Dengan ketebalan itu, jadi beam bakal lentur/flexible pada
bentrokan keras dari kendaraan. Untuk kendaraan yang melintas pada jalan di
perbukitan/tebing atau jalan yang menanjak di mana kontur tanah di sekitaran tubuh jalan itu
lebih rendah atau bahkan juga curam.

Cara Proses Pagar Pengaman Jalan


Pagar Pengaman Jalan yang dipakai yaitu produksi dengan standard produksi ISO 9001 : 2000

Spesifikasi.
Spesifikasi teknisnya merujuk pada Ketentuan Menteri Perhubungan Nomor KM 3 Th. 1993
Mengenai Alat Ingindalian serta Pengaman Pengguna Jalan serta Surat Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor AJ. 409/1/1/DRJD/2007 tanggal 15 Januari 2007 tentang panduan
penyelenggaraan peralatan jalan di jalan Nasional.
Pemasangan
1. Pemasangan Tiang Penyangga
 Pembuatan lubang pondasi kedalaman serta basic lubangnya sesuai dengan gambar (1.
145 x 600 x 600) mm.
 Di bagian tiang yang tertanam ditanah mesti dipasang angkur paling sedikit 3 (tiga)
buah.
 Membuat perlindungan tiang dari peluang turun, basic lubang mesti dikeraskan dengan
susunan pasir padat minimum setebal 100 mm.
 Tiang penyangga mesti dipasang pada posisi tegak lurus.
 Lubang dicor dengan adukan perbandingan semen, pasir serta koral 1 : 2 : 3.
Tanah di tepi pondasi dipadatkan dengan alat pemadat (stamper).
 Sisi pondasi yang menonjol di atas permukaan tanah 100 mm.
Pemasangan tiang penyangga mesti dikerjakan dengan cara jeli serta cermat, karenanya
butuh pemerikasaan ketinggian serta jarak hingga akurasi 10 mm (1 cm).

2. Pemasangan lempengan besi


 Lempengan besi direntangkan pada 3 (tiga) tiang serta lubang tempat penyambungan
diletakkan sesuai sama pemasangannya.
 Apabila memakai besi siku penyambung (bracket), besi ini ditempatkan pada
tempatnya.
Tiap-tiap 2 (dua) lempengan besi yang berdampingan diikat pada satu tiang dengan
memakai baut serta mur yang sesuai sama untuk pengamanan baut bisa dibengkokkan
atau dilas.
 Jika pada keadaan di mana peletakan pagar pengaman jalan menikung supaya memakai
lempengan besi (beam) yang melengkung untuk mempermudah pengikatan lempengan
besi (beam) pada tiang (post) yang dipadukan dengan pemasangan rambu Chevron serta
sesuai dengan bentuk tikungan.
 Semuanya baut yang terpasang mesti dimatikan hingga tidak dapat terlepas.

3. Penyetelan
Pada ke-2 ujung pagar pengaman jalan bisa dilekukkan hingga permukaan tanah atau di beri
pengaman untuk keselamatan pengguna jalan.

4. Kontrol Akhir
 Kemampuan berdirinya tiang penyangga.
 Ketepatan penyambungan pada lempeng besi dengan lempengan besi atau lempengan
besi dengan lengan lempengan besi (sleeve beam).
METODE PEKERJAAN
LAYANAN PEMELIHARAAN JALAN
NAMA PAKET : PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM RUAS PALLANGGA - SAPAYA -
BTS. JENEPONTO DI KAB. GOWA
PROPINSI : SULAWESI SELATAN

Layanan Jalanan berdasarkan Indikator Kinerja dengan Batas Waktu Tanggap Penanganan.

PEKERJAAN PEMELIHARAAN LAYANAN JALAN (Lump Sum)


- Layanan Pemeliharaan Perkerasan
- Layanan Pemeliharaan Bahu Jalan
- Layanan Pemeliharaan Selokan, Saluran Air, Galian & Timbunan

Layanan Pemeliharaan Perkerasan

a. Lubang
Tidak Boleh ada lubang dengan diameter lebih dari 10 cmdan kedalaman lebih dari 4 cm pada
bagian jalan.
• Waktu Tanggap penanganan :
Harus selesai diperbaiki dalam waktu 5 (lima) hari.

b. Retakan
Tidak Boleh ada lubang dengan diameter lebih dari 10 cmdan kedalaman lebih dari 4 cm pada
bagian jalan.
- Tidak boleh ada retakan yang lebih lebar dari 3 mm untuk permukaan aspal / fleksibel.

- Tidak boleh ada retakan yang lebih lebar dari 5 mm untuk permukaan kaku
- Luas retakan tidak boleh lebih besar 10% setiap 100 m panjang jalan
• Waktu Tanggap penanganan :
Harus selesai diperbaiki dalam waktu maksimum 7 (tujuh) hari.

c. Amblas :
Tidak boleh ada bagian yang amblas lebih dari 3 cm dengan luasan permukaan yang lebih besar
5% setiap 100 meter jalur jalan.
• Waktu Tanggap penanganan :
Harus selesai diperbaiki dalam waktu maksimum 5 (lima) hari.

d. Pelepasan Butir
Tidak boleh ada bagian yang permukaan jalan yang mengalami pelepasan butir.

• Waktu Tanggap penanganan :


Harus selesai ditutup dalam waktu 7 (tujuh) hari.
e. Kebersihan
Permukaan jalan harus bersih dan bebas dari tanah, lapukan, sampah dan benda lainnya yang
membahayakan lalu lintas.
• Waktu Tanggap penanganan :
Pembersihan paling lambat 1 (satu) hari

METHODE PELAKSANAAN,
Perbaikan Lubang :
• Semua lubang harus ditambal. Semua perkerasan struktural yang tidak utuh (unsound) harus digali
dan diisi kembali. Tepi dan dasar lubang harus digali sampai bahan yang utuh (sound).
• Pada permukaan yang telah disiapkan harus bersih dan bebas dari air yang tergenang sebelum
penambalan dimulai.
• Setiap lapisan harus diisi dan dipadatkan dalam satu operasi, dimulai dari lapisan yang paling
bawah. Pengisian dan pemadatan umumnya harus sesuai dengan Spesifikasi yang berkaitan
dengan bahan yang digunakan, kecuali cara manual boleh digunakan untuk pengisian dan
pemadatan. Lapis perekat harus digunakan sesuai takaran dan disemprotkan sampai merata untuk
melapisi semua permukaan yang akan diisi oleh campuran aspal.
• Setelah penambalan selesai, mesin gilas mekanis atau pelat berpenggetar harus digunakan untuk
memadatkan lapisan teratas.
Perkerasan Tanpa Penutup Aspal :
• Untuk perkerasan tanpa penutup aspal yang berlubang banyak dan keriting (corrugation),
permukaan jalan itu harus dipangkas sedikit dengan motor grader secara rutin, terutama pada
musim kemarau, agar dapat mengendalikan ketidak-rataan dan keriting (corrugation). Bilamana
SK, 10.1(2). Layanan Pemeliharaan Bahu Jalan

a. Lubang
Tidak Boleh ada lubang dengan diameter lebih dari 15 cm dan kedalaman lebih dari 5 cm pada
bagian jalan.
• Waktu Tanggap penanganan :
Harus selesai diperbaiki dalam waktu 7 (tujuh) hari.
b. Kemiringan melintang
Kemiringan melintang bahu harus sesuai desain / rencana,
• Waktu Tanggap penanganan :
Perbaikan harus selesai paling lambat 28 (dua puluh delapan) hari.
c. Elevasi / Ketinggian :
Beda tinggi bahu jalan dengan tepi perkerasan jalan tidak lebih dari 5 cm.
• Waktu Tanggap penanganan :
Harus selesai diperbaiki dalam waktu maksimum 7 (tujuh) hari.
d. Amblas :
Tidak boleh ada bagian yang amblas lebih dari 5 cm dengan luasan permukaan yang lebih besar
5% setiap 100 meter bahu jalan.
• Waktu Tanggap penanganan :
Harus selesai diperbaiki dalam waktu maksimum 7 (tujuh) hari.
e. Kebersihan
Bahu jalan harus selalu bersih dan bebas dari tanaman, lapukan, sampah dan benda lainnya yang
mengganggu fungsi bahu jalan.
• Waktu Tanggap penanganan :
Harus selesai diperbaiki dalam waktu maksimum 1 (satu) hari.

METHODE PELAKSANAAN,
• Bahu jalan memerlukan perataan kembali untuk menghilangkan lubang-lubang kecil atau
memerlukan pembentukan kembali untuk meningkatkan kerataan atau drainase;
• Bahu jalan memerlukan pemadatan tambahan agar dapat memberi pelayanan yang lebih baik;

• Bahu jalan tertutup rumput/gulma yang tinggi (lebih dari 5cm tinggi) dan/atau semak-semak
sehingga akan mengurangi keamanan jalan atau jarak pandang.
• Bahu jalan dengan bahan-bahan yang lepas, benda-benda yang tidak dikehendaki atau bahan-
bahan lainnya yang tidak berkaitan dengan fungsi jalan;
• Bahu jalan yang tidak memerlukan penggalian atau pembongkaran bahan tepi memerlukan
perataan kembali untuk mengalirkan air yang lancar dari perkerasan berpenutup aspal ke selokan
samping.

SK.10.1.(3) Layanan Pemeliharaan Selokan, Saluran Air,


Galian & Timbunan

a. Saluran Samping dengan pelapisan (Line Ditch) :


- Harus bersih dan tidak mengalami kerusakan struktur.
- Tidak boleh ada penyumbatan lebih besar 10% dari kapasitas saluran samping.
• Waktu Tanggap penanganan :
Kerusakan harus selesai diperbaiki dalam waktu maksimum 14 (empat belas) hari dan
penyumbatan 7 (tujuh) hari,
b. Saluran Samping tanpa pelapisan (Unline Ditch) :
- Harus bersih dan luasan penampang basah sesuai rencana.
- Tidak boleh ada penyumbatan lebih besar 10% dari kapasitas saluran samping.
• Waktu Tanggap penanganan :
Kerusakan harus selesai diperbaiki dalam waktu maksimum 14 (empat belas) hari dan
penyumbatan
c. Saluran Pengumpul 7 (tujuh) hari,
dan Pembuang ( Inlet dan outlet ) :
- Tidak ada kerusakan struktur dan berfungsi baik
- Tidak boleh ada penyumbatan lebih besar 10% dari kapasitas inlet / outlet..
• Waktu Tanggap penanganan :
Kerusakan harus selesai diperbaiki dalam waktu maksimum 14 (empat belas) hari dan
penyumbatan 7 (tujuh) hari,
d. Saluran Melintang Jalan
- Tidak ada kerusakan struktur dan berfungsi baik
- Tidak boleh ada penyumbatan lebih besar 10% dari kapasitas saluran melintang,
• Waktu Tanggap penanganan :
Kerusakan harus selesai diperbaiki dalam waktu maksimum 14 (empat belas) hari dan
penyumbatan 7 (tujuh) hari,
e. Lereng Timbunan dan Galian
- Pada Lereng Timbunan tidak ada deformasi dan erosi serta dapat berfungsi dengan
baik.
- Pada lereng galian harus stabil dan perkuatan lereng mencukupi untuk menahan erosi
dan berfungsi dengan baik.
• Waktu Tanggap penanganan :
Deformasi atau longsoran harus selesai diperbaiki selambat - lambatnya 14 (empat
belas) hari,

METHODE PELAKSANAAN,
• Selokan dan saluran air lama maupun yang baru dibuat harus dijaga agar bebas dari semua bahan
yang lepas, sampah, endapan dan pertumbuhan tanaman yang tidak dikehendaki yang mungkin
akan menghalangi aliran air permukaan. Pemeliharaan semacam itu harus dilaksanakan secara
teratur berdasarkan rutinitas dan segera setelah aliran permukaan akibat hujan lebat telah berhenti
mengalir
• Selama periode hujan lebat, Penyedia Jasa harus menyediakan regu pemeliharaan yang akan
berpatroli di lapangan dan mencatat setiap sistem drainase yang kurang berfungsi akibat
penyumbatan atau karena hal lain. Setiap kelainan pada drainase dicatat pada saat tersebut, seperti
luapan air, kekurangan kapasitas, erosi, alinyemen struktur drainase yang kurang tepat atau
rancangan lainnya yang kurang cocok, harus dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan, dan Direksi
Pekerjaan akan mengeluarkan perintah yang sesuai dengan langkah yang harus diambil.
• Pekerjaan pemeliharaan rutin untuk timbunan dan galian harus mencakup pemotongan rumput,
semak-semak, dan pohon-pohon kecil yang tingginya sudah lebih dari 5 cm dan/atau sudah
berumur 2 minggu sejak pemotongan terakhir, mana yang lebih dulu tercapai, untuk memperbaiki
penampilan di dalam atau di samping jalan yang dibangun atau memperbaiki jarak pandang atau
tikungan selama Periode Pelaksanaan fisik
Pekerjaan memotong tersebut harus tersisakan tidak lebih tinggi dari 5 cm. Pekerjaan lain yang
mencakup perbaikan lereng yang tidak stabil, pekerjaan pengembalian kondisi atau perbaikan
drainase yang bersangkutan dan stabilitas dengan tanaman harus dilaksanakan dan dibayar
menurut ketentuan dalam Spesifikasi.

Makassar, 22 Agustus 2019


PT. PRADANA BERKAH UTAMA

Zulfiani Dahlan
Direktris

Anda mungkin juga menyukai