Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah bila tekanan darah

yang terukur dengan alat sphygmomanometer baik manual maupun digital lebih

dari nilai normal yaitu 120/80 mmHg (milimeter air raksa). Sering juga disebut

sebagai silent killer (pembunuh diam - diam) karena tidak bergejala. Tanda pasti

dari hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara rutin

(Haryono, 2013).

Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi

mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka

ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025. Dari 972 juta

pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di

Negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2011).

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada

umur diatas 18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka Belitung (30,9 %),

diikuti Kalimantan Selatan (30,8 %), Kalimantan Timur (29,6 %), Jawa Barat

(29,4 %), dan Jawa Timur (26,2 %) yang menjadi urutan ke lima provinsi dengan

angka kejadian hipertensi terbesar (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data dari profil kesehatan provinsi NTB, prevalensi penyakit

tidak menular (PTM) di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus meningkat

terutama penyakit hipertensi. Pada tahun 2017 prevalensi hipertensi di NTB


2

mencapai 47 %, sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 62 %

(ProfilKesehatanProvinsi NTB, 2018).

Laporan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur penderita

hipertensi tahun 2017, menunjukkan bahwa penderita hipertensi diseluruh

wilayah Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah penderita baru terdiagnosa

hipertensi sebanyak 57. 963 jiwa,penderita lama sebanyak 12.069 jiwa.,

meninggal karena hipertensi sebanyak 463 jiwa. Pada tahun 2018 penderita baru

hipertensi bertambah sebanyak 3.467 jiwa.

Sedangkan laporan jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Denggen

pada tahun 2017 dari umur 45-70 tahun sebanyak 293 jiwa. Penderita hipertensi

terus bertambah sampai dengan bulan November 2018 meningkat menjadi 336

jiwa.

Penyakit hipertensi sering disebut sebagai salah satu penyakit degeneratif.

Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak

terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya

seperti stroke sehingga dapat menimbulkan kematian (Gunawan, 2012). Untuk

mengatasi penyakit hipertensi digunakan beberapa terapi salah satunya adalah

terapi herbal dengan menggunakan rebusan daun Salam.

Daun Salam biasanya dimanfaatkan sebagai pelengkap bumbu dapur,

kulit pohonnya digunakan sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu dan

buahnya dapat dimakan. Tanaman ini berkhasiat sebagai obat hipertensi, sebagai

analgetik, obat maag dan penyakit diabetes melitus. Kandungan senyawa


3

flavonoid yang ada di dalam daun Salam dapat digunakan sebagai pengobatan

hipertensi, menurunkan kadargula darah dan kadar kolesterol (Candra, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Vania Aprilia Saputra (2012) tentang

Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Tekanan Darah Pada Laki-laki Dewasa

menunjukkan penurunan yang signifikan setelah diberikan rebusan daun Salam

kepada 30 subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki usia 19-23 tahun yang

meminum air rebusan daun Salam sebanyak 200 ml. Data yang diukur adalah

tekanan darah sistol dan diastol dalam satuan mmHg dan dianalisis menggunakan

uji “t” berpasangan (a = 0,05) dengan program komputer. Tingkat kemaknaan

berdasarkan nilai p = 0.05. Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata tekanan

darah sesudah meminum air rebusan daun Salam 105,20/71,80 mmHg, lebih

rendah daripada sebelum meminum air rebusan daun salam sebesar 118,83/77,93

mmHg (p< 0,01). Simpulan penelitian ini adalah air rebusan daun Salam

menurunkan tekanan darah sistole dan diastole.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di Puskesmas Denggen

terhadap penderita hipertensi yang sudah berobat dan mengikuti program

PROLANIS, dari 35 orang penderita hipertensi tidak ada yang pernah mencoba

daun Salam sebagai obat herbal penurun tekanan darah, setiap orang mengatakan

bahwa mereka hanya mengetahui tanaman daun Salam hanya digunakan sebagai

bumbu masakan, mereka tidak mengetahui tentang daun Salam bisa menurunkan

tekanan darah, cara mengkonsumsi serta manfaat dari tanaman daun salam

tersebut. Selama ini masyarakat penderita hipertensi hanya mengkonsumsi obat –

obat kimia untuk mengatasi hipertensi mereka yang tinggi tanpa memikirkan
4

efek samping dari obat kimia tersebut. Berdasarkan latar masalah dan fenomena

yang terjadi diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap PenurunanTekanan Darah pada

Lansia Di Puskesmas DenggenTahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah“Apakah ada

pengaruh rebusan daun Salam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di

Puskesmas Denggen tahun 2019 ? ”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rebusan

daun Salam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Puskesmas

Denggen Kabupaten Lombok Timur tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tekanan darah lansia sebelum diberikan rebusan daun

Salam di Puskesmas Denggen.

b. Mengidentifikasi tekanan darah lansia setelah diberikan rebusan daun

Salam di Puskesmas Denggen.

c. Menganalisa apakah ada pengaruh rebusan daun Salam terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia di Puskesmas Denggen.


5

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peneliti dan mampu

menerapkan khasiat daun Salam pada penyakit hipertensi baik di masyarakat

maupun keluarga.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi di

perpustakaan untuk menambah informasi bagi pembaca atau mahasiswa

tentang pengaruh rebusan daun Salam terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

c. Bagi Puskesmas Denggen

Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada

lanjut usia selain terapi farmakologi sehingga dapat memberikan pelayanan

yang berbeda dan efisien.

d. Bagi Responden

Dapat mengetahui manfaat daun Salam dan meningkatkan

kemandirian responden dalam menangani masalah sendiri dengan terapi

herbal.

e. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau acuan

untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


6

E. KeaslianPenelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Skripsi Metode Penelitian Persamaan Perbedaan


1 Vania Aprilia Pengaruh Rebusan Air Desain penelitian Variabel Variabel
Saputra (2012) Daun Salam Terhadap menggunakan Quasi independen, dependen,
Tekanan Darah Pada Eksperimen dengan design danlokasi dan
Laki-Laki Dewasa rancangan penelitian rancangan waktu
One grup pre test post penelitian. penelitian,
test. Jumlah sampel 30 dan tehnik
orang laki-laki sampling
berumur 19-23 tahun. penelitian.
2 Iswidhani, dkk Perbedaan Tekanan Desain penelitian Rancangan Variabel
(2014) darah Pasien Hipertensi menggunakan pre penelitian, dependen,
Sebelum Dan Sesudah Eksperimen dengan Karakteristik design
Pemberian Jus rancangan penelitian responden, dan penelitian,
mentimun Di Puskesmas One grup pre test post tehnik lokasi dan
Denggen Kecamatan test. Jumlah sampel 10 sampling waktu
Selong Kabupaten orang. penelitian. penelitian.
Lombok Timur.

No Nama Peneliti Judul Skripsi Metode Penelitian Persamaan Perbedaan


3 Kurnia Apryani Perbedaan Efektifitas Desain penelitian Variabel Variabel
Saputri (2012) Antara Jus Mentimun menggunakan pre dependen, independen,
dan Jus Tomat Terhadap Eksperimen dengan rancangan design
Penurunan Tekanan rancangan penelitian penelitian dan penelitian,
Darah Pada Penderita One grup pre test post tehnik lokasi dan
Hipertensi di Desa test. Jumlah sampel 20 sampling waktu
Sokawera Kecamatan orang. penelitian. penelitian.
Patikraja Banyumas.

Anda mungkin juga menyukai