Fraktur PDF
Fraktur PDF
II
1. Deskripsi
2. Pola Garis Fraktur
3. Level Fraktur (Lokalisasi)
4. Evaluasi Fraktur (Assessment)
5. Fraktur Terbuka
6. Fraktur Patologis
7. Penyembuhan Fraktur (healing process)
8. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Pada Proses Penyambungan Fraktur
9. Beberapa Terminologi Komplikasi Proses Penyambungan Fraktur
10. Diagnosis
11. Pemeriksaan Radiologi
12. Manajemen Fraktur :
a. Terapi Konservatif
b. Terapi Operatif
13. Pasca Tindakan Pada Fraktur
14. Perawatan di Rumah Sakit
15. Komplikasi Fraktur
16. Fraktur pada Anak-Anak
17. Terminologi / Sinerai
18. Soal-Soal
SATUAN ACARA PENGAJARAN - 2
(SAP-2)
A. Tujuan Instruksional
1. Umum : Pada akhir pertemuan, diskusi dan peragaan mahasiswa dapat
memahami dan melakukan penetalaksanaan penderita fraktur secara
efesien dan efektif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
pencegahan pada masyarakat.
Objektif:
Mahasiswa kedokteran diharapkan dapat :
1. Memahami macam-macam deskripsi fraktur
2. Menjelaskan penyebab fraktur
Deskripsi
Batasan fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang artinya
terjadi pemutusan tulang maupun jarigan kartilago. Kejadian ini dapat inkomplit
atau komplit sebagai akibat trauma. Energi yang sampai ke tulang melebihi dari
batas kekuatan tulang sehingga terjadi fraktur. Energi yang sampai ke tulang
tergantung dari jenis (ringan, berat, dsb), arah dan kecepatan trauma tersebut.
Trauma dapat langsung (direct), seperti terkena pukulan dari benda yang
bergerak atau kejatuhan maupun dipukul, atau tidak langsung (indirect), seperti
gaya memutar atau gaya membengkok pada tulang. Gaya ini juga sering
mengakibatkan terjadinya dislokasi. Apabila kondisi tulang tempat terjadi fraktur
tersebut terdapat kelainan patologis seperti tumor atau osteoporosis /
osteomalacia maka disebut fraktur patologis. Trauma lain yang menyebabkan
fraktur adalah gaya penekanan yang terus - menerus (chronic stress / overuse)
yang disebut fatique fracture.
Fraktur kompresi sering terjadi pada korpus vertebra akibat gaya trauma
fleksi atau pada kalkaneus akibat jatuh dan ketinggian dan fraktur ini terjadi pada
daerah tulang kanselous (Gb.8).
Fraktur avulsi dapat diakibatkan oleh kontraksi otot yang mendadak
sehingga tempat perlekatan otot tersebut tertepas dan membawa fragmen tulang
daerah tersebut. Kejadian ini sering pada daerah basis metatarsal V, karena
tarikan otot peroneus, tibial turosity atau upper pole dari patella oleh otot
quadriceps, dan trochanter minor oleh otot iliopsoas. Fraktur avulsi sering terjadi
pada perlekatan ligament atau kapsul sendi dan sering berhubungan dengan
kejadian dislokasi sendi (Gb.9). Kejadian ini dimasukkan klasifikasi AO tipe A.
Fraktur Patologis
Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang mengalami
kelainan patologis sehingga tulang itu menjadi lemah dan trauma ringan (trivial
injury) saja akan terjadi pemutusan tulang adapun pada orang normal tidak akan
menghasilkan fraktur. Kondisi kelemahan tulang itu dapat akibat kelainan
kongenital, metabolik dan neoplastik. Kelainan tersebut meliputi: 1).
Osteoporosis, penyakit ini sering menimbulkan fraktur seperti fraktur tulang
belakang, fartur kolum femoris dan fraktur Codes. Hal ini dapat diakibatkan oleh
penurunan hormon pada usia lanjut, atau disuses osteoporosis, artritis reumatik,
dan kekurangan vitamin C. 2). Osteomalasia, karena kelemahan pada proses
mineralisasi jaringan osteoid seperti penyakit ricket, tetapi juga terjadi pada menu
makanan yang kurang kalsium atau pengeluaran kalsium pada renal acidosis
dimana terjadi pengeluran fosfat yang berlebihan seperti sindron Fanconi atau
gangguan absorbsi vitamin D seperti penyakit steatorrhoea. 3). Penyakit Paget,
sering terlihat pada fraktur femur dan tibia yang umumnya adalah fraktur sires
dan bila terjadi fraktur komplrt maka garis fraktur adalah transversal. Penyakit
dapat beruba menjadi sarkomatous. Perubahan tulang sangat mirip dengan
penyakit hiperparathyroidisme dan kadangkala seperti tumor metastase. 4).
Osteitis, tulang mendadak mengalami kolap akibat proses infeksi. Daerah itu
terjadi proses destruksi tulang seperti tuberkulosis. 5). Osteogenesis
imperfekta, yang merupakan penyakit herediter (dominant transmission) dengan
karakteristik tulang mudah patah (fragility of bone) akibatnya tulang panjang
menjadi bengkok (bowing), deformities of bone modeling (kelainan bentuk
tulang), fraktur patologis dengan gangguan pertumbuhan. Penderita tuli dengan
skelera wama kebiruan. Proses penyambungan fraktur sangat cepat dan dengan
konservatif cukup berhasil. 6). Simple bone cyst, seperti enchondromata di
metakarpal, metatarsal dan phalang sering menimbulkan fraktur Pada anak umur
5-12 tahun unicameral bone cyst sering menimbulkan fraktur patologis terutama
di humerus proksimal dan diafisi. Kortek menipis tapi jarang ekspansi. 7). Tumor
maligna sekunder, sering berasal dan tumor paru-paru atau bronkhus,
mammae, prostat atau ginjal. Adapun lokalisasi sering pada tulang belakang,
bagian subtrokhanter femoris dan humerus diafisis. 8). Tumor maligna primer,
meliputi osteogenik sarcom, khondrosarcom, fibrosarcom, Ewing tumor dan
osteoklastoma yang mengalami keganasan.
Pemeriksaan pada fraktur patologis meliputi riwayat penyakit penderita
dan keluarga, pemeriksaan klinis yang mencakup pemeriksaan pelvis,
pemeriksaan X-ray torak, pelvis, survey kepala dan tulang, laju endap darah,
darah rutin dan differential cell count serum kalsium.fosfat, alkaline phosphatase,
dan kalau periu acid phosphatase, pemeriksaan serum protein, eletrophoresis,
Bence-Jones proteose, Ct-scan, biopsi medula osium, biopsi tulang dan
kadangkala pemeriksaan X-ray orang tua.
DIAGNOSIS
Anda harus bisa menuliskan diagnosis fraktur yang didasarkan pada jenis
tulang yang patah (femur, tibia, dan sebagainya), lokalisasinya (proksimal,
tengah, distal dan sebagainya), pola garis fraktur (simpel seperti transversal,
oblik, kominutif, dan sebagainya) dan integritas kulit daerah tulang yang
mengalami fraktur (tertutup atau terbuka ). Sebagai contoh: fraktur femur distal
dengan garis fraktur transversal tertutup sinister.
Untuk mencapai diagnosis Anda perlu membuat riwayat keluhan
penderita dengan deskripsi yang jelas, mencakup biomekanisme trauma, lokasi
dan derajat nyeri serta kondisi penderita sebelum kecelakaan seperti penyakit
hipertensi dan sebagainya. Pemeriksaan fisik pada penderita fraktur selalu
dimulai dengan look, kemudian feel dan terakhir movement. Kesalahan
diagnosis jarang terjadi karena deformitas yang hebat dan jelas pada
pertengahan tulang panjang, apalagi teriihat tulang patah melalui luka yang
terbuka.
Pada inspeksi (look) bagfan lesi teriihat asimetri dari bentuk maupun
posture, kebiruan, atau kerusakan kulit akibat trauma maupun edema (swelling)
yang terlokalisir dan berakhir menjadi diffuse.
Pada palpasi (feel) terasa nyeri tekan (tenderness) yang terlokalisir pada
daerah fraktur, gerakan abnomal, krepitasi, dan deformitas. Jangan lupa
memeriksa gangguan sensibilitas dan temperatur bagian distal lesi serta nadinya.
Pemeriksaan gerakan (movement) dapat secara pasif dan aktif pada
sendi terdekat dari fraktur perlu dikerjakan dengan teliti. Pemeriksaan sendi
dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi perluasan fraktur ke sendi tersebut.
Umumnya suspek fraktur dapat dibuat hanya dari riwayat dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan Radiologi
Untuk setiap penderita yang diperkirakan fraktur, pemeriksaan radiologis
yang Anda minta hanya sebagai konfirmasi / diagnosis, rencana terapi dan kritik
medicolegal pada tindakan pertama yang dilakukan terhadap penderita tersebut
serta perkiraan prognosis nya. Oleh karena itu pada permintaan X-ray proyeksi
dan daerah / ara yang diminta harus jelas. Kadangkala proyeksi khusus seperti
proyeksi oblik diperlukan atau sisi sehat guna perbandingan terutama pada anak-
anak atau proyeksi stress guna menentukan adanya lesi pada ligamen sebagai
stabilitas sendi. Bahkan pemeriksaan yang lebih canggih seperti MRI, CT-scan
dan lainnya perlu dipikirkan untuk informasi yang rinci terhadap penderita. Ada
beberapa kesalahan yang harus Anda pikirkan seperti: fraktur scaphoid sukar
dilihat dengan proyeksi konvensional / standard maka perlu proyeksi khusus.
Fraktur kalkaneus memerlukan visualisasi tulang kalkaneus dengan proyeksi
tangensial dengan ataupun tanpa proyeksi oblik Pada pemotretan kolum femur
yang kurang terpusat pada lehernya maka visualisasi fraktur tersebut sukar
dilihat. Demikian juga fraktur avulsi pada tibial spine yang tidak terfokus pada
daerah tersebut akan mengalami kesukaran dalam menilai lesi daerah itu.
Ada beberapa kesalahan dalam penilaian radiograph seperti: penderita
lanjut usia dengan keluhan tidak dapat menyangga berat badannya dengan
salah satu tungkai bawah setelah jatuh. Untuk hal ini Anda memerlukan
pemeriksaan yang teliti adanya fraktur kolum femoris. Bila ditemukan daerah
tersebut utuh maka perlu dicari adanya fraktur pada rami pubik. Pada penderita
fraktur patela karena dashboard injury, maka perlu dicari apakah ada fraktur
femur dan dislokasi sendi panggul. Fraktur kalkaneus akibat jatuh dari ketinggian,
perlu pemeriksaan yang teliti pada sisi lainnya. Penderita dengan sprain ankle
pertu diperiksa kaki secara keseluruhan karena sering disertai fraktur basis
metatarsal ke lima sebagai akibat trauma inversi. Penderita tidak sadar perlu
pemeriksaan leher, torak dan pelvis.
24. Menjelaskan klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo dan Scoring Sardjito
Table 2. Sardjito Scoring System
25. Melakukan tindakan debridement dan irigasi
26. Memahami pemberian antibiotik dan anti-tetanus
Prinsip penangan fraktur terbuka adalah debridement yaitu membuang
jaringan mati dan kontaminasi yang disertai irigasi sebanyak dua liter, sebelum
luka ditutup dilakukan irigasi lagi sebanyak dua liter. Pemasangan fiksasi dalam
didasarkan tipe fraktur terbuka. Tipe I dan II dipasang fiksasi dalam adapun tipe
III dipasang fiksasi luar. Luka pada fraktur terbuka tipe III ditutup dalam
perawatan hari ke 3 - 5 apabila tanda - tanda infeksi tidak ada. Setiap hari pada
luka yang terbuka dilakukan debridement dan irigasi sebanyak satu liter. Pasca
operasi selalu diberikan suntikan antibiotika selama 3-5 hari dan dilanjutkan
antibiotika per oral selama 10 hari. Pada tipe I dan II diberikan suntikan
cephalosponn, tipe III kombinasi cephalosponn dan aminoglikosid. Apabila
kecelakaan di daerah pertanian atau di jalan raya periu diberikan peniciline .
Penilaian neurovascular bagian distal lesi hams dilakukan secara teliti, demikian
juga membuat keputusan untuk melakukan amputasi primer (primary amputation)
harus objektif dan opini penderita tanpa orang ketiga. Mangled Extrimity Severe
Score (MESS) dapat membantu untuk menentukan tidakan tersebut. Cara ini
adalah penilaian kuantitatif terhadap keparahan trauma (Tabel. 3)
27. Menginterpreta si penilaian Mangled Extremity Severe Score (MESS)
Tabel 3. Mangled Extremity Severity Score (MESS)
Amputasi primer dilakukan bila total MESS lebih dari 6, atau iskhemi lebih dari 6
jam karena kerusakan otot-otot sudah bersifat irreversible atau terputusnya saraf
tibialis walaupun dilakukan penyambungan tetap menggang fungsi karena
adanya nyeri neurogenik
33. Memahami perbedaaan fraktur pada anak dibandung dengan fraktur pada
orang dewasa
35. Menjelaskan klasifikasi fraktur pada pusat pertumbuhan tulang panjang pada
anak (epiphyseal plate)
Karena tulangnya lebih elastis maka pembengkokan (bowing) tulang
sering terjadi tanpa terlihat pemutusan tulang tersebut. Fraktur torus (Gb.21) dan
greenstick atau fraktur stres banyak terjadi pada anak dan sangat jarang pada
orang dewasa.
Perlu Anda diketahui penyembuhan fraktur pada anak lebih cepat
dibanding dengan orang dewasa karena periosteum yang tebal, karena di
periosteum tersebut mempunyai banyak sel-sel osteogenik untuk penyembuhan
fraktur. Bila terjadi kerusakan periosteum akan mengakibatkan penundaan
penyembuhan yang diharapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyebuhan fraktur di fisis lebih cepat daripada di metafisis dan lebih cepat lagi
dibanding dengan di diafisis. Sebagai contoh fraktur pada femur penderita
dawasa terjadi penyambungan minggu ke 16-20 secara terapi konservatif. Tetapi
pada anak penyambungan terjadi pada minggu ke 4 - 6 bahkan pada bayi
penyambungan terjadi pada minggu ke 2.
Trauma pada tulang anak yang perlu Anda perhatikan adalah trauma
pada fisis (epiphyseal plate) sesuai pembagian dan Rang yang merupakan
modifikasi dari Satter-Harris seperti pada Tabel. 4.