Anda di halaman 1dari 4

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 KRONOLOGI KEJADIAN


Kronologi terjadinya kegagalan salah satu utilitas bangunan berupa
sistem transportasi vertikal pada gedung yang berupa lift. Lift tersebut
terletak di tower B Gedung Nestle Kompleks Perkantoran Arkadia, Jalan TB
Simatupang, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Akibat lift yang
jatuh itu, terdapat sejumlah korban.
Untuk mengetahui kondisi lift Gedung Nestle memang sulit,
sebab penjagaan gedung yang berada di kompleks Arcadia sangatlah
diperketat. Pengelola sangat tertutup. Ada puluhan petugas keamanan
yang berjaga di lokasi kejadian. Karena untuk mengunjungi perkantoran
tersebut membutuhkan kartu akses karyawan, sehingga untuk
mendapatkan informasi soal lift Gedung Nestle yang jatuh, maka harus
ditempuh dengan berbagai cara.

Gambar 3.1 Kondisi Gedung Nestle

21
Salah seorang saksi mata yang tidak ingin namanya disebutkan
membenarkan informasi tentang lift jatuh tersebut. Pria tersebut
menginfokan bahwa ada lift jatuh dari lantai tujuh ke lantai tiga, sebelum
sampai tujuan lift tersebut jatuh karena tali sling-nya putus. kata pria
berkacamata itu. Dia menjelaskan bahwa peristiwa ini terjadi pada pukul
10.00 WIB dan di dalam lift yang terjatuh itu terdapat tiga orang yang
kemudian menjadi korban. Dua orang di antaranya adalah karyawan Nestle,
DS dan KA, satu orang lagi berinisial AR. DS dan KA diketahui meninggal
dunia, Sementara itu AR diketahui mengalami luka berat. Korban langsung
dilarikan ke Rumah Sakit Siloam, Jalan TB simatupang.

3.2 PENYEBAB PERMASALAHAN


Usai melakukan penyelidikan dan penyidikan, polisi menemukan
sejumlah fakta pelanggaran terkait insiden jatuhnya lift, di Tower B
Gedung Nestle Perkantoran Hijau Arkadia, Jalan TB Simatupang,
Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kapolres Metro Jakarta
Selatan Komisaris Besar Polisi Wahyu Hadiningrat mengatakan, setelah
melakukan penyelidikan dan penyidikan, polisi menemukan sejumlah
pelanggaran yang dilakukan teknisi PT Eltek Indonutama selaku
perusahaan yang ditunjuk PT Nestle untuk melakukan perawatan lift.
Wahyu selaku polres menjelaskan bahwa lift tersebut terdiri dari
dua bagian rope atau tali. Pertama main rope atau tali utama yang berada
di tengah lift, kedua governoor rope berjumlah empat tali sebagai
penyangga lift agar seimbang. Akan tetapi ditemukan governoor rope
yang seharusnya ketebalannya adalah 8 milimeter, namun yang
terpasang 6 milimeter. Selain menjadi penyangga, tali itu berfungsi
untuk automatic break atau rem otomatis. Jadi jika lift terjatuh terdapat
rem otomatis. Namun, pada peristiwa itu rem otomatis tidak berfungsi
sebab ketebalan tali berbeda. Pada Sling Main Rope seharusnya
terpasang tiroid (main safety) dan klem sling. Namun, tiroid itu tidak
terpasang dan klem patah.

22
Temuan selanjutnya, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans RI Nomor: PER.03/Men/1999
tentang syarat keselamatan dan kesehatan kerja lift pengangkut barang
serta orang) bahwa teknisi yang melaksanakan perbaikan harus memiliki
sertifikasi dari Kemenakertrans. Namun, dua teknisi tersebut tidak
memiliki izin atau kualifikasi untuk melaksanakannya, Dua teknisi
berinisial SF dan HR melaksanakan perbaikan lift tersebut berdasarkan
surat perintah yang dikeluarkan Direktur Utama PT Eltek Indonutama
berinisial SM.
Tujuan dari mengganti governoor rope dari yang seharusnya 8
milimeter menjadi 6 milimeter oleh PT Eltek Indonutama adalah untuk
mengambil keuntungan. Penyidik akhirnya menetapkan tiga orang
sebagai tersangka terkait insiden jatuhnya lift di Gedung Arkadia, yang
menyebabkan dua orang meninggal dunia dan satu luka berat. Ketiga
tersangka itu adalah Direktur PT Eltek Indonutama berinisial SM, dan dua
orang teknisi SF dan HR. Mereka dijerat Pasal 359 dan 360 KUHP terkait
kelalaian.

Gambar 3.2 Tersangka Terkait Insiden Jatuhnya Lift

23
3.3 DAMPAK KERUSAKAN
Dampak dari insiden jatuhnya lift di Tower B Gedung Nestle
Kompleks Perkantoran Arcadia, Jalan TB Simatupang, Kebagusan, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan, yaitu memakan dua orang korban jiwa dan satu
orang mengalami luka berat. Kejadian tersebut menyebabkan para
karyawan diliburkan keesokan harinya. Lalu, kerusakan fisik yang
ditimbulkan adalah lepasnya main rope atau tali utama, dan hanya sebagian
kecil kerusakan terjadi pada atap lift. Lift tersebut akhirnya ditutup dan tidak
dapat difungsikan untuk sementara waktu, sehingga hanya terdapat satu lift
di bagian tengah gedung untuk dapat dioperasikan bagi karyawan Nestle.

Gambar 3.3 Kondisi Lift Gedung Nestle

24

Anda mungkin juga menyukai