Anda di halaman 1dari 14

NOMOR 1

https://ardianragilpamungkas.blogspot.com/2019/03/peran-indonesia-dalam-hubungan.html

Sifat politik luar negeri inilah yang mewarnai pola kerja sama Bangsa Indonesia dengan
negara lain. Dengan kata lain, dalam menjalin hubungan internasional dengan negara lain Indonesia
selalu menitikberatkan pada peran atau konstribusi yang dapat diberikan oleh Bangsa Indonesia bagi
kemajuan peradaban dan perdamaian dunia.
Hal ini dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa di bawah ini yang dengan jelas menggambarkan
bentuk kerja sama yang dikembangkan Bangsa Indonesia.
a. Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang ke-60 pada tanggal 28
September 1950. Meskipun pernah keluar dari keanggotaan PBB pada tanggal 7 Januari 1965
sebagai bentuk protes atas diterimanya Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB, akan tetapi pada tanggal 28 September 1966 Indonesia masuk kembali menjadi anggota PBB
dan tetap sebagai anggota yang ke-60
b. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 yang
melahirkan semangat dan solidaritas negara-negara Asia-Afrika yang kemudian melahirkan Dasasila
Bandung.

c. Keaktifan Indonesia sebagai salah satu pendiri Gerakan Non-Blok (GNB) pada tahun 1961,
bahkan pada tahun 1992 dalam Konferensi Negara-negara Non-Blok yang berlangsung di Jakarta,
Indonesia ditunjuk menjadi Ketua GNB. Melalui GNB ini secara langsung Indonesia telah turut serta
meredakan ketegangan perang dingin antara blok Barat dan blok Timur.

d. Terlibat langsung dalam misi perdamaian Dewan Keamanan PBB dengan mengirimkan
Pasukan Garuda ke negara-negara yang dilanda konflik seperti Konggo, Vietnam, Kamboja, Bosnia
dan sebagainya. Bahkan, pada tahun 2007, Indonesia ditetapkan menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Indonesia menjadi salah satu pendiri ASEAN (Assosiaciation of South-East Asian
Nation) yaitu organisasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, bahkan Sekretariat Jenderal
ASEAN berada di Jakarta.

Sumber: www.vivanews.comGambar 5.4


TNI menjadi bagian dari misi perdamaian dunia.
e. Ikut serta dalam setiap pesta olah raga internasional mulai dari SEA (South East Asian)
Games, Asian Games, Olimpiade, dan sebagainya.

f. Indonesia aktif juga dalam beberapa organisasi internasional lainnya. Hal ini dibuktikan
dengan tercatatnya Indonesia sebagai anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), organisasi negara-
negara pengekspor minyak (OPEC), dan kerja sama ekonomi Asia Pasifik (APEC).

g. Menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan berbagai negara yang ditandai dengan


pertukaran perwakilan diplomatik dengan negara yang bersangkutan. Sampai saat ini, Indonesia
sudah menjalin kerja sama bilateral dengan 162 negara. Sebagai wujud dari kerja sama tersebut, di
negara kita terdapat kantor kedutaan besar dan konsulat jenderal negara lain. Begitu juga dengan
kantor kedutaan besar dan konsulat jenderal negara kita yang terdapat di negara lain.

https://prezi.com/acfmfmmfe3ou/peran-indonesia-dalam-hubungan-internasional/

https://www.haruspintar.com/tujuan-negara-indonesia/

https://brainly.co.id/tugas/5375741

https://kumparan.com/tagar-nusantara/indonesia-berperan-dalam-melaksanakan-ketertiban-dunia-
yang-berdasarkan-cita-cita-bangsa

NOMOR 2

https://belmawa.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Strategi-Menghadapi-Paham-
Radikalisme-Terorisme.pdf
Berbagai cara mencegah radikalisme dan terorisme agar tidak semakin menjamur, terutama di
bangsa Indonesia ini, antara lain:

1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar


Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan tindak terorisme ialah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan tentang ilmu pengetahuan
ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun, terutama kepada para generasi muda. Hal ini
disebabkan pemikiran para generasi muda yang masih mengembara karena rasa keingintahuannya,
apalagi terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak
pengaruh globalisasi.

Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja, tetapi juga
ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga keyakinannya kepada
Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan benar, dalam artian haruslah seimbang
antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat tercipta kerangka pemikiran yang
seimbang dalam diri.

2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar


Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindak terorisme ialah
memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah memperkenalkan ilmu
pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya ialah tentang bagaimana cara
untuk memahamkan ilmu pengetahuan tersebut. Karena tentunya tidak hanya sebatas mengenal,
pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan. Sedemikian sehingga apabila pemahaman akan
ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu agama sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yang
dimiliki akan semakin kuat. Dengan demikian, maka tidak akan mudah goyah dan terpengaruh
terhadap pemahaman radikalisme sekaligus tindakan terorisme dan tidak menjadi penyebab
lunturnya bhinneka tunggal ika sebagai semboyan Indonesia.

3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial


Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme dan
tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka kesenjangan
sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme tidak
ingin terjadi pada suatu Negara termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah dan
rakyat haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang
menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat.
Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga selalu memberikan dukungan dan kepercayaan
kepada pihak pemerintah bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik
sebagai pengayom rakyat dan pemegang kendali pemerintahan Negara.

4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan


Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di tingkat Negara. Sebagaimana
kita sadari bahwa dalam sebuah masyarakat pasti terdapat keberagaman atau kemajemukan, terlebih
dalam sebuah Negara yang merupakan gabungan dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu,
menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan
untuk mencegah masalah radikalisme dan terorisme. Salah satu yang bisa dilakukan dalam kasus
Indonesia ialah memahami dan penjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,
sebagaimana semboyan yang tertera di sana ialah Bhinneka Tunggal Ika.

5. Mendukung Aksi Perdamaian


Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme agar tidak
terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar tindakan tersebut tidak
semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita tinjau lebih dalam bahwa munculnya
tindakan terorisme dapat berawal dari muncul pemahaman radikalisme yang sifatnya baru, berbeda,
dan cenderung menyimpang sehingga menimbulkan pertentangan dan konflik. Oleh karena itu, salah
satu cara untuk mencegah agar hal tersebut (pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme) tidak
terjadi ialah dengan cara memberikan dukungan terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh
Negara (pemerintah), organisasi/ormas maupun perseorangan.

6. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme Dan Terorisme


Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan kepada pihak-pihak yang
memiliki kewenangan apabila muncul pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme, entah itu kecil
maupun besar. Contohnya apabila muncul pemahaman baru tentang keagamaan di masyarakat yang
menimbulkan keresahan, maka hal pertama yang bisa dilakukan agar pemahaman radikalisme tindak
berkembang hingga menyebabkan tindakan terorisme yang berbau kekerasan dan konflik ialah
melaporkan atau berkonsultasi kepada tokoh agama dan tokok masyarakat yang ada di lingkungan
tersebut. Dengan demikian, pihak tokoh-tokoh dalam mengambil tindakan pencegahan awal, seperti
melakukan diskusi tentang pemahaman baru yang muncul di masyarakat tersebut dengan pihak yang
bersangkutan.

7. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan


Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk mencegah
munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Meningkatkan pemahaman ini ialah
terus mempelajari dan memahami tentang artinya hidup bersama-sama dalam bermasyarakat
bahkan bernegara yang penuh akan keberagaman, termasuk Indonesia sendiri. Sehingga sikap
toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping menaati semua ketentuan dan peraturan yang
sudah berlaku di masyarakat dan Negara. Dengan demikian, pasti tidak akan ada pihak-pihak yang
merasa dirugikan karena kita sudah paham menjalan hidup secara bersama-sama berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan di tengah-tengah masyarakat dan Negara.

8. Menyaring Informasi Yang Didapatkan


Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan informasi yang
didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya kemajuan teknologi
seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana saja. Sehingga penyaringan terhadap
informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, di mana informasi yang
benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita harus
bisa menyaring informasi yang didapat sehingga tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan,
dan terpengaruh untuk langsung mengikuti informasi tersebut.

9. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme


Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan pemahaman radikalisme
dan melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan tentang apa itu sebenarnya
radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak orang yang mengerti tentang arti
sebenarnya dari radikalisme dan terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut sangatlah berbahaya
bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-sama dalam dasar kemajemukan
atau keberagaman. Jangan lupa pula untuk mensosialisasikan tentang bahaya, dampak, serta cara-
cara untuk bisa menghindari pengaruh pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. (baca : cara
merawat kemajemukan bangsa Indonesia)

Demikian beberapa cara mencegah radikalisme dan terorisme yang biasanya muncul di kalangan
masyarakat, bahkan Negara, termasuk Indonesia sendiri. Cara pencegahan ini harus diketahui dan
dilakukan oleh siapapun, terlebih generasi muda yang merupakan ujung tombak penerus bangsa di
masa depan. Apalagi mengingat generasi muda masih mudah terpengaruh dengan pemahaman-
pemahaman baru yang biasanya muncul di tengah-tengah masyarakat sehingga mereka rentang
terpancing untuk terpengaruh ke dalamnya. Sedemikian sehingga mudah tertanam di pikirannya
untuk mengikuti pemahaman-pemahaman radikal yang dapat memicu tidak kekerasan dan konflik.
Oleh karena itu, upaya pencegah juga harus lebih ditetankan dan dilakukan kepada para generasi
muda yang merupakan ujung tombak penerus bangsa di masa depan.

https://guruppkn.com/cara-mencegah-radikalisme-dan-terorisme

NOMOR 3

https://www.cermati.com/artikel/10-kiat-yang-bisa-dilakukan-untuk-bersaing-menghadapi-mea

10 Kiat yang Bisa Dilakukan untuk


Bersaing Menghadapi MEA
Edited by Cermati.com • 9 Februari 2017

Ibarat menghadapi pertempuran, sekelompok pasukan yang ingin pergi bertempur tentu harus
melakukan persiapan agar bisa memenangkan pertempuran. Kecil kemungkinan pasukan
tersebut akan bisa menang jika datang ke medan pertempuran hanya berbekal nyali dan
semangat. Musuh pasti sudah mempersiapkan perlengkapan terbaik mereka agar kesempatan
untuk menang kian besar. Karena itu, pasukan mana dengan persiapan yang lebih baik, hampir
bisa dipastikan akan menang dalam pertempuran.

Begitu juga dengan datangnya berlakunya pasar bebas ASEAN. Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) menjadi arena persaingan antarnegara-negara Asia Tenggara. Tidak hanya di arena
olahraga dalam bentuk SEA Games, tetapi dalam konteks kompetisi dalam bidang ekonomi,
satu sama lain negara-negara ASEAN bersaing.

Baca Juga: Karakter Pengusaha yang Bisa Ditiru untuk


Menghadapi Pasar Bebas MEA
Agar Bisa Bersaing, Pahami Fakta dan
Karakteristik MEA Berikut ini

Karakteristik Negara-Negara ASEAN via foundersguide.com

Meskipun pada dasarnya, MEA membuka kesempatan negara-negara ASEAN untuk bisa
meningkatkan taraf perekonomian mereka, tetapi dalam praktiknya akan ada persaingan
antarnegara-negara ini untuk bisa menjadi pemimpin dalam distribusi barang dan jasa yang
kian mudah ke depannya. Setiap negara peserta MEA dipastikan akan saling bersaing satu sama
lain untuk saling berebut pangsa pasar di Asia Tenggara.

Berikut ini beberapa fakta yang perlu diketahui terkait dengan MEA yang bisa jadi informasi
yang bermanfaat, yaitu:

1. MEA sudah dijadikan rencana sejak lama, tetapi baru pada tahun 2015 diberlakukan untuk pasar
perdagangan di Indonesia.
2. MEA membuka kesempatan bagi seluruh pekerja di kawasan Asia Tenggara untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka karena cakupan ketersediaan lapangan pekerjaan yang luas.
3. Produk-produk, baik dari Indonesia dan negara lain, dapat diperdagangkan dengan bebas dan legal
tentunya. Karena sudah banyak produk Indonesia yang diakui, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
4. Memacu Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya.
5. Produk dalam negeri mau tidak mau akan bersaing dengan produk luar negeri yang masuk ke
Indonesia.
Berjalannya MEA di negara Asia Tenggara diharapkan akan mewujudkan beberapa tujuan, di
antaranya:

1. Menjadikan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang sangat kompetitif di antara negara-negara Asia
Tenggara agar bisa bersaing dengan kawasan lainnya.
2. MEA menjadikan ASEAN sebagai wilayah untuk melakukan pembangunan ekonomi secara merata
tanpa adanya kesenjangan sosial.
3. Daerah-daerah di tanah air diharapkan bisa fokus secara penuh untuk membangun ekonomi dalam
era globalisasi saat ini.
4. Menjadikan ASEAN sebagai pasar produksi tunggal.
Dengan memperhatikan perkembangan positif dari MEA, secara perlahan mulai terbuka
beberapa peluang kerja sama dan manfaat seperti yang dijelaskan di bawah ini.

Manfaat MEA bagi Indonesia

MEA Terfoukus pada Kerja Sama di Bidang Ekonomi Negara-Negara ASEAN


via rumahcitakita.org

Sejak diberlakukan, MEA memberikan banyak kesempatan bagi pelaku bisnis di Indonesia
untuk menjalin kerja sama dengan banyak pebisnis dari negara lain. Bentuk kerja sama yang
dilakukan memberi berbagai manfaat, di antaranya:

1. Mestabilkan Perekonomian Negara


Hadirnya MEA diharapkan menjadi tonggak awal dalam menstabilkan perekonomian negara.
Hal ini bisa terwujud karena MEA bisa meningkatkan perekonomian negara.

2. Memberi Keuntungan dari Segi Ekspor dan


Impor
Nantinya akan ada lebih banyak kemudahan bagi produk-produk dari setiap negara untuk
keluar masuk ke negara-negara lain. Tidak ada lagi hambatan di bea cukai sehingga produk
akan lebih cepat datang dan lebih aman.

3. Meningkatnya Investasi
MEA bisa menjadi jalan bagi meningkatnya nilai investasi yang dilakukan para pengusaha di
perdagangan internasional.

4. Menjadikan Pebisnis Kreatif


Persaingan akan membuat para pebisnis berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi
penguasa di bidang yang mereka tekuni. Pebisnis akan mencoba berbagai cara kreatif demi
menarik lebih banyak konsumen, yang ujungnya tentu untuk lebih banyak mengeruk
keuntungan.
5. Menambah Laba bagi Negara
Tidak bisa dipungkiri bahwa negara yang bisa meningkatkan nilai ekspornya pada era MEA
ini otomatis akan meningkatkan laba bagi negara.

6. Menyejahterakan Masyarakat
Berjalan beriringan dengan semakin majunya perekonomian negara pada masa MEA maka
kesejahteraan masyarakat di negara tersebut juga akan meningkat. Saat melihat berbagai
manfaat yang bisa dihasilkan maka penting bagi setiap pelaku usaha, tenaga kerja, dan
Pemerintah untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menghadapi MEA.

Beberapa Kiat Praktis dalam Menghadapi


MEA
Dengan Berlakunya MEA, Persaingan Kerja Semakin Ketat via chotot.com

Keberadaan MEA perlu disikapi secara positif. Negara yang cepat tanggap, baik dalam inovasi,
pembuatan regulasi, maupun penyediaan infrastruktur, berpeluang untuk mendapatkan banyak
keuntungan dari penyelenggaraan MEA. Bagi pelaku bisnis, berikut ini beberapa kiat-kiat yang
bisa dilakukan agar benar-benar merasakan keuntungan dari penyelenggaraan MEA.

1. Leadership
Jiwa kepemimpinan yang baik sangat dibutuhkan dalam situasi atau pekerjaan apa pun,
termasuk pada masa MEA saat ini. Orang-orang dengan jiwa kepemimpinan akan memiliki
kemampuan untuk mengatur dan sangat peduli terhadap kemajuan kelompok atau perusahaan
yang dipimpinnya. Pemimpin yang memiliki jiwa leadership akan berusaha sekuat tenaga
demi kemajuan perusahaannya.
2. Public Speaking
Baik sebagai perwakilan perusahaan maupun tenaga kerja, memiliki kemampuan public
speaking jelas penting dalam karier atau menjalankan bisnis apa pun, termasuk dalam
penyelenggaraan MEA. Dengan memiliki kemampuan ini, seseorang bisa menarik perhatian
orang lain agar mau menuruti kemauannya. Tentu saja hal ini bisa dimanfaatkan sebagai alat
pemasaran yang efektif.
3. Bahasa Asing
Bersaing secara internasional mau tidak mau pasti dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa asing. Terlebih jika menguasai bahasa-bahasa yang digunakan negara-
negara ASEAN, tentu akan sangat mendukung dalam era MEA ini.

4. Project Management
Project management adalah kemampuan seseorang dalam membuat rancangan sebuah proyek.
Dalam hal ini, yang dirancang adalah waktu pengerjaan, kekuatan, dan kelemahan yang bisa
membawa proyek akan berhasil atau justru akan menemui kegagalan.

5. Negosiasi dan Mediasi


Pengusaha yang pandai dalam hal negosiasi dan mediasi bisa dengan cepat memutuskan
persoalan atau masalah. Pada era pasar bebas, interaksi dengan perusahaan asing tentu akan
memberikan perbedaan cara pandang yang berbeda dengan yang kita alami setiap hari. Karena
itu, memiliki kemampuan tersebut akan sangat membantu memecahkan persoalan.

6. Networking
Sudah jelas bahwa jaringan yang luas bisa meningkatkan potensi keuntungan yang bisa
didapatkan perusahaan. Memiliki kemampuan dalam menjalin relasi akan semakin berpeluang
dalam meraih kesuksesan pada masa depan.
7. Rendah Hati
Dorong diri kita untuk selalu rendah hati dalam segala hal. Setelah berhasil meningkatkan
kemampuan diri dan menguasai banyak keahlian, bukan berarti kita menjadi sombong dan
berhenti belajar. Orang yang mau terus belajar akan menjadi aset yang penting dalam
perusahaan pada masa MEA.

8. Openness
Berbenturan dengan budaya lain adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari dalam pasar
bebas internasional. Baik pekerja maupun pebisnis tetap perlu menerima perbedaan pandangan
dan budaya agar tercipta harmoni dan keselarasan demi mendapatkan keuntungan yang lebih
banyak.

9. Ingin Tahu dan Kritis


Menjadi orang yang kritis akan mendorong orang tersebut untuk menjadi orang yang selalu
berpikir ke depan. Setiap kesalahan bisa menjadi kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk
perbaikan. Rasa ingin tahu akan membuat seseorang untuk selalu mendapatkan pengetahuan
yang lebih banyak dari yang sudah mereka miliki.

10. Profesionalisme
Pada era MEA dan sebelumnya, bisa dikatakan profesionalisme adalah karakter yang sangat
diperlukan, baik oleh calon tenaga kerja yang ingin bekerja di luar negeri maupun pengusaha
Indonesia yang akan menjalin kerja sama dengan perusahaan asing. Berpikir dan bekerja secara
profesional akan mengundang pujian dari orang lain.

Baca Juga: 8 Profesi yang Penuh Persaingan dalam Masyarakat


Ekonomi ASEAN (MEA)
Berubah dari Sekarang sebagai Awalan yang
Baik
Perubahan diri menjadi personal yang lebih baik dengan memanfaatkan kiat-kiat di atas bisa
menjadi awalan yang baik dalam menghadapi era MEA yang penuh dengan persaingan
antarnegara, baik produk maupun jasa. Tenaga kerja yang mempunyai persiapan yang baik dan
pengusaha yang punya integritas dan inovasi yang kreatif ke depannya akan memiliki peluang
yang bagus untuk bisa menjadi pemimpin dalam pasar bebas MEA.

https://www.cermati.com/artikel/peluang-dan-tantangan-dalam-masyarakat-ekonomi-asean-mea

NOMOR 4

https://www.kompasiana.com/alyashabrina/5a92201f5e13733ca45f6292/peran-indonesia-dan-oki-
dalam-penyelesaian-konflik-yerusalem

Peran Indonesia dan OKI dalam


Penyelesaian Konflik Yerusalem
25 Februari 2018 09:31 Diperbarui: 25 Februari 2018 10:09 2779 1 1

Pada Rabu, (6/12) waktu AS. Presiden Donald Trump telah memberikan pernyataan sepihak
bahwa Yerusalem adalah ibukota Israel. Tidak hanya itu, presiden Donald Trump juga
mengatakan dalam pidatonya bahwa ia akan memindahkan kedutaan besar Amerika Serikat
di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Menurut Presiden Donald Trump rencananya ini dapat
membantu menyelesaikan konflik antara Isreal dan Palestina.

Pernyataan dari Trump ini telah melanggar konensus internasional atas Yerusalem, dunia
internasional selama ini menganggap Yerusalem adalah wilayah yang harusnya berada di
bawah kewenangan internasional, dan diberikan status hukum dan politik yang terpisah
(separated body). Sikap ini diambil PBB, dalam resolusi Majelis Umum PBB Nomor 181
tahun 1947. Resolusi ini juga memberikan mandat berdirinya negara Arab (Palestina) dan
negara Yahudi (Israel) yang masing-masing berstatus merdeka.

Sikap Presiden Trump juga menuai banyak protes terutama dari Palestina dan negara
mayoritas muslim seperti Indonesia, Malaysia, dan negara-negara anggota OKI (Organisasi
Konferensi Islam). Namun tidak hanya itu, negara-negara Eropa yang menjadi sekutu
Amerika ikut mengecam keputusan sepihak Donald Trump. Karena telah memicu berbagai
pertentangan pada akhirnya PBB melakukan resolusi penolakan terhadap pernyataan Presiden
Donald Trump yang mendukung Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Dari 193 anggota, sembilan negara yang menolak resolusi tersebut adalah Israel, Honduras,
Togo, AS, Palau, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, dan Guatemala. Sementara dua
pertiga negara anggota PBB termasuk Jerman, Prancis, Italia, Belanda, Belgia, Portugal,
Swiss, Swedia, Norwegia, Spanyol dan Yunani memilih untuk mendukung resolusi tersebut.
Kali ini, berbeda dengan di Dewan Keamanan PBB, AS tidak memiliki hak veto di Majelis
Umum. Hukum internasional juga memandang Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur
sebagai "wilayah yang diduduki" dan menganggap semua permukiman Yahudi yang
dibangun di wilayah tersebut ilegal.

Dengan menangnya suara dari berbagai negara untuk mendukung resolusi PBB, Presiden AS,
Donald Trump, mengancam memutuskan bantuan keuangan kepada negara-negara yang
mendukung resolusi PBB untuk menentang Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal ini juga
ditegaskan oleh kedutaan besar AS, Nikki Haley, yaitu "Presiden akan mengamati
pemungutan suara dengan hati-hati dan sudah meminta saya melaporkan tentang negara-
negara yang menentang kami. Kami akan mencatat masing-masing semua suara dalam
masalah ini."

Dalam kasus ini Indonesia memiliki peran yang penting dalam menyatukan suara untuk
mendukung resolusi PBB. Salah satu organisasi yang bekerja sama dalam menyelesaikan isu
ini dengan Indonesia adalah OKI. Organisasi Kerja Sama Islam atau yang biasa disebut OKI
merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang kerja sama antara negara-negara dengan
penduduk Islam terbanyak di dunia. Awal terbentuknya adalah karena keprihatinan negara-
negara Islam atas berbagai masalah yang diahadapi umat Islam, khususnya setelah Zionis
membakar bagian dari Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969.

Indonesia dan OKI telah memberikan kontribusi yang besar untuk menyelesaikan permasalah
yang menimpa Yerusalem. Salah satu di antaranya adalah dengan diadakannya KTT OKI ke-
12. KTT tersebut telah menghasilkan "Cairo Final Communique". KTT ini memuat memuat
isu politik, komunitas dan minoritas muslim di negara non-OKI, HAM, terorisme, pelucutan
senjata, Islamophobia, voting di forum internasional, kemanusiaan, kerja sama ekonomi,
sosial-budaya, iptek, pendidikan, kesehatan, lingkungan dan perubahan iklim, informasi,
keuangan dan administrasi, dan keorganisasian OKI.

Selain itu, dimuat juga resolusi mengenai Palestina dan Al-Quds Al-Sharif sebagai hasil dari
sesi khusus mengenai pemukiman di wilayah Palestina; memuat kecaman atas tindakan Israel
terhadap Palestina dan imbauan kepada masyarakat internasional, termasuk kepada Dewan
Keamanan (DK) PBB, untuk mengimplementasikan resolusi terkait isu Palestina; serta
Deklarasi mengenai situasi di Mali yang antara lain memuat rencana pembentukan Special
Fund yang sifatnya sukarela guna mendukung pembangunan ekonomi di Mali.

Meskipun begitu, saat ini OKI belum memiliki suara yang bulat terhadap resolusi PBB.
Dalam hal ini Indonesia memberikan dukungannya. Hal ini dapat dilihat dari pidato Presiden
Jokowi yang ikut memberikan saran kepada negara-negara anggota OKI yang belum
mendapatkan suara bulat untuk mendukung Palestina. Presiden Joko Widodo memberikan
enam saran untuk penyelesaian masalah Yerusalem yang disampaikan pada KTT Luar Biasa
OKI, Istanbul, Turki, Rabu (13/12/2017). Beliau menyatakan bahwa OKI harus memberikan
penolakan tegas terhadap pengakuan sepihak AS tersebut. Menurut beliau Two state
solution merupakan satu-satunya solusi dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina.

Selain itu, Presiden Jokowi juga mengajak semua negara yang memiliki kedutaan besar di Tel
Aviv untuk tidak mengikuti langkah Amerika Serikat memindahkannya ke Yerusalem. Jika
OKI telah membulatkan suaranya untuk mendukung Palestina hal ini juga dapat menjadi
motor untuk menggerakkan dukungan negara-negara yang belum mengakui kemerdekaan
Palestina untuk segera melaksanakannya.
Presiden Jokowi menyerukan sejumlah negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan
Israel untuk meninjau kembali hubungan diplomatik tersebut. Menurut Jokowi, hal itu sesuai
dengan sejumlah resolusi OKI sebelumnya. "Anggota OKI harus mengambil langkah
bersama dalam hal meningkatkan bantuan kemanusiaan, peningkatan kapasitas, dan kerja
sama ekonomi terhadap Palestina," ujar Jokowi.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180609173619-106-304875/indonesia-dinilai-bisa-
perjuangkan-palestina-di-pbb

Indonesia Dinilai Bisa Perjuangkan Palestina di


PBB
Yuli Yanna Fauzie, CNN Indonesia | Sabtu, 09/06/2018 20:35 WIB

Bagikan :

Menlu Retno Marsudi menyebut isu Palestina akan jadi salah satu fokus Indonesia setelah terpilih sebagai
anggota tak tetap DK PBB. (Dok. Kemlu RI)

Jakarta, CNN Indonesia -- Tekad pemerintah Indonesia yang ingin terus memperjuangkan
Palestina di Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-bangsa (DK PBB)dinilai bisa menemukan titik
terang, meski akan memakan waktu yang tak singkat. Alasannya, Indonesia punya modal
sebagai negara yang konsisten menjaga perdamaian.

Philip J. Vermonte, pengamat dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai
Indonesia bisa menyelesaikan misi tersebut karena telah dikenal sebagai negara yang konsisten
menyelesaikan konflik dan mencintai perdamaian.
Hal ini terbukti dengan langkah perdamaian dalam menyelesaikan konflik di Tanah Air.

Lihat juga:
Menlu Retno Sebut Isu Palestina Jadi Fokus RI di DK PBB
"Seperti saat pemerintah berhasil menyelesaikan konflik di Aceh dan Poso, itu menunjukkan
pemerintah berupaya agar konflik berakhir dengan jalan damai," ujar Philip
kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (9/6).

Pada 2005 silam, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden ke-6 Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) berhasil menyudahi konflik puluhan tahun yang terjadi di Aceh. Kala itu,
petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bersedia menandatangani perjanjian Helsinki.

Selang setahun berikutnya, pemerintah menyudahi konflik di Poso, Sulawesi Tengah dengan
membentuk empat kesepakatan. Mulai dari menghidupkan kelompok kerja Malino, mengakhiri
aksi teror, membentuk tim bersama untuk mengusut insiden di Tanah Runtuh, hingga
menghidupkan kondisi sosial-ekonomi di Poso.

Lihat juga:
Empat Fokus Indonesia sebagai Anggota DK PBB
"Bahkan, tak hanya di internal, Indonesia juga pernah terlibat dalam penyelesaian konflik di
regional, seperti masalah di Kamboja, Rohingya, dan Filipina Selatan. Ini menjadi modal, track
record (rekam jejak) yang konsisten," katanya.

Konflik di Kamboja terjadi pada 1988, saat itu Vietnam membantu People's Republic of
Kampuchea (PRK) untuk mengkudeta Khmer Merah. Kemudian, Indonesia menjadi penengah
dengan memediasi kedua negara. Setelah itu, kata Philip, Vietnam menyetujui untuk mengakhiri
konflik dengan menarik pasukan.

Kemudian, Indonesia juga pernah menjadi mediator perjanjian antara Moro National Liberation
Front (MNLF) dan Filipina yang berkonflik sejak 1993 dan berakhir pada 1996. Lalu, pada konflik
Rohingya pada 2017 lalu, pemerintah Indonesia aktif membantu pengungsi Rohingya dan
mendorong agar Bangladesh dan Myanmar segera mengembalikan pengungs, serta
menyelesaikan masalah diantara keduanya.

Lihat juga:
Indonesia Terpilih sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB
Kendati begitu, Philip menyebut perlu satu kunci agar perjuangan Indonesia terhadap Palestina
di PBB bisa berhasil, yaitu memaksimalkan peta pendekatan yang sesuai. Pasalnya, setiap
konflik dinilainya tak sama, meski opsi penyelesaian secara damai tetap terbuka.

"Misalnya, dengan terus menggalang dukungan pihak-pihak lain juga agar pendekatannya
penyelesaian lebih sesuai," pungkasnya.

Jadi Jembatan Eropa dan Negara Islam

Tak hanya akan membawa isu Palestina, Indonesia juga akan mendorong terbentuknya
pendekatan komprehensif global untuk memerangi terorisme, radikalisme, dan ekstremisme.

Menurut Philip, Indonesia juga bisa menyukseskan jalannya misi itu. Bahkan, ia menyebut
Indonesia bisa menjadi jembatan antara petinggi-petinggi negara di kawasan Eropa yang
menentang keras terorisme dengan negara-negara Islam yang cenderung lebih rumit disatukan.

"Jadi kalau Indonesia yang memimpin (komunikasi), ini bisa menjadi penengah, dengan
membuka dialog antara Eropa dengan negara Islam," terangnya.

Alasannya, di hadapan negara Eropa, Indonesia memiliki komitmen yang cukup besar dalam
memerangi terorisme, terlihat dari upaya penanggulangan dan penindakan terhadap teroris
selama ini.

Sedangkan di hadapan negara-negara Islam, dengan pendekatan sesama negara dengan


mayoritas penduduk beragama muslim, ini bisa menjadi daya dukung komunikasi tersebut. "Ini
bisa membuat kontroversi antara kedua pihak berkurang," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi menegaskan bahwa
Indonesia akan kembali membawa isu Palestina di PBB. Hal ini disampaikannya usai Indonesia
kembali terpilih untuk keempat kalinya sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 2019-
2020.

Indonesia memiliki empat fokus yang akan diusung saat menempati kursi DK PBB. Pertama,
memperkuat ekosistem perdamaian dan stabilitas global. Kedua, berupaya meningkatkan sinergi
antara organisasi kawasan dengan DK PBB dalam menjaga perdamaian.

Ketiga, mendorong terbentuknya pendekatan komprehensif global untuk memerangi terorisme,


radikalisme dan ekstremisme. Keempat, mendorong kemitraan global agar tercapai sinergi
antara penciptaan perdamaian dan kegiatan pembangunan berkelanjutan. (stu)

Anda mungkin juga menyukai