https://ardianragilpamungkas.blogspot.com/2019/03/peran-indonesia-dalam-hubungan.html
Sifat politik luar negeri inilah yang mewarnai pola kerja sama Bangsa Indonesia dengan
negara lain. Dengan kata lain, dalam menjalin hubungan internasional dengan negara lain Indonesia
selalu menitikberatkan pada peran atau konstribusi yang dapat diberikan oleh Bangsa Indonesia bagi
kemajuan peradaban dan perdamaian dunia.
Hal ini dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa di bawah ini yang dengan jelas menggambarkan
bentuk kerja sama yang dikembangkan Bangsa Indonesia.
a. Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang ke-60 pada tanggal 28
September 1950. Meskipun pernah keluar dari keanggotaan PBB pada tanggal 7 Januari 1965
sebagai bentuk protes atas diterimanya Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB, akan tetapi pada tanggal 28 September 1966 Indonesia masuk kembali menjadi anggota PBB
dan tetap sebagai anggota yang ke-60
b. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 yang
melahirkan semangat dan solidaritas negara-negara Asia-Afrika yang kemudian melahirkan Dasasila
Bandung.
c. Keaktifan Indonesia sebagai salah satu pendiri Gerakan Non-Blok (GNB) pada tahun 1961,
bahkan pada tahun 1992 dalam Konferensi Negara-negara Non-Blok yang berlangsung di Jakarta,
Indonesia ditunjuk menjadi Ketua GNB. Melalui GNB ini secara langsung Indonesia telah turut serta
meredakan ketegangan perang dingin antara blok Barat dan blok Timur.
d. Terlibat langsung dalam misi perdamaian Dewan Keamanan PBB dengan mengirimkan
Pasukan Garuda ke negara-negara yang dilanda konflik seperti Konggo, Vietnam, Kamboja, Bosnia
dan sebagainya. Bahkan, pada tahun 2007, Indonesia ditetapkan menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Indonesia menjadi salah satu pendiri ASEAN (Assosiaciation of South-East Asian
Nation) yaitu organisasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, bahkan Sekretariat Jenderal
ASEAN berada di Jakarta.
f. Indonesia aktif juga dalam beberapa organisasi internasional lainnya. Hal ini dibuktikan
dengan tercatatnya Indonesia sebagai anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), organisasi negara-
negara pengekspor minyak (OPEC), dan kerja sama ekonomi Asia Pasifik (APEC).
https://prezi.com/acfmfmmfe3ou/peran-indonesia-dalam-hubungan-internasional/
https://www.haruspintar.com/tujuan-negara-indonesia/
https://brainly.co.id/tugas/5375741
https://kumparan.com/tagar-nusantara/indonesia-berperan-dalam-melaksanakan-ketertiban-dunia-
yang-berdasarkan-cita-cita-bangsa
NOMOR 2
https://belmawa.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Strategi-Menghadapi-Paham-
Radikalisme-Terorisme.pdf
Berbagai cara mencegah radikalisme dan terorisme agar tidak semakin menjamur, terutama di
bangsa Indonesia ini, antara lain:
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja, tetapi juga
ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga keyakinannya kepada
Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan benar, dalam artian haruslah seimbang
antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat tercipta kerangka pemikiran yang
seimbang dalam diri.
Demikian beberapa cara mencegah radikalisme dan terorisme yang biasanya muncul di kalangan
masyarakat, bahkan Negara, termasuk Indonesia sendiri. Cara pencegahan ini harus diketahui dan
dilakukan oleh siapapun, terlebih generasi muda yang merupakan ujung tombak penerus bangsa di
masa depan. Apalagi mengingat generasi muda masih mudah terpengaruh dengan pemahaman-
pemahaman baru yang biasanya muncul di tengah-tengah masyarakat sehingga mereka rentang
terpancing untuk terpengaruh ke dalamnya. Sedemikian sehingga mudah tertanam di pikirannya
untuk mengikuti pemahaman-pemahaman radikal yang dapat memicu tidak kekerasan dan konflik.
Oleh karena itu, upaya pencegah juga harus lebih ditetankan dan dilakukan kepada para generasi
muda yang merupakan ujung tombak penerus bangsa di masa depan.
https://guruppkn.com/cara-mencegah-radikalisme-dan-terorisme
NOMOR 3
https://www.cermati.com/artikel/10-kiat-yang-bisa-dilakukan-untuk-bersaing-menghadapi-mea
Ibarat menghadapi pertempuran, sekelompok pasukan yang ingin pergi bertempur tentu harus
melakukan persiapan agar bisa memenangkan pertempuran. Kecil kemungkinan pasukan
tersebut akan bisa menang jika datang ke medan pertempuran hanya berbekal nyali dan
semangat. Musuh pasti sudah mempersiapkan perlengkapan terbaik mereka agar kesempatan
untuk menang kian besar. Karena itu, pasukan mana dengan persiapan yang lebih baik, hampir
bisa dipastikan akan menang dalam pertempuran.
Begitu juga dengan datangnya berlakunya pasar bebas ASEAN. Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) menjadi arena persaingan antarnegara-negara Asia Tenggara. Tidak hanya di arena
olahraga dalam bentuk SEA Games, tetapi dalam konteks kompetisi dalam bidang ekonomi,
satu sama lain negara-negara ASEAN bersaing.
Meskipun pada dasarnya, MEA membuka kesempatan negara-negara ASEAN untuk bisa
meningkatkan taraf perekonomian mereka, tetapi dalam praktiknya akan ada persaingan
antarnegara-negara ini untuk bisa menjadi pemimpin dalam distribusi barang dan jasa yang
kian mudah ke depannya. Setiap negara peserta MEA dipastikan akan saling bersaing satu sama
lain untuk saling berebut pangsa pasar di Asia Tenggara.
Berikut ini beberapa fakta yang perlu diketahui terkait dengan MEA yang bisa jadi informasi
yang bermanfaat, yaitu:
1. MEA sudah dijadikan rencana sejak lama, tetapi baru pada tahun 2015 diberlakukan untuk pasar
perdagangan di Indonesia.
2. MEA membuka kesempatan bagi seluruh pekerja di kawasan Asia Tenggara untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka karena cakupan ketersediaan lapangan pekerjaan yang luas.
3. Produk-produk, baik dari Indonesia dan negara lain, dapat diperdagangkan dengan bebas dan legal
tentunya. Karena sudah banyak produk Indonesia yang diakui, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
4. Memacu Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya.
5. Produk dalam negeri mau tidak mau akan bersaing dengan produk luar negeri yang masuk ke
Indonesia.
Berjalannya MEA di negara Asia Tenggara diharapkan akan mewujudkan beberapa tujuan, di
antaranya:
1. Menjadikan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang sangat kompetitif di antara negara-negara Asia
Tenggara agar bisa bersaing dengan kawasan lainnya.
2. MEA menjadikan ASEAN sebagai wilayah untuk melakukan pembangunan ekonomi secara merata
tanpa adanya kesenjangan sosial.
3. Daerah-daerah di tanah air diharapkan bisa fokus secara penuh untuk membangun ekonomi dalam
era globalisasi saat ini.
4. Menjadikan ASEAN sebagai pasar produksi tunggal.
Dengan memperhatikan perkembangan positif dari MEA, secara perlahan mulai terbuka
beberapa peluang kerja sama dan manfaat seperti yang dijelaskan di bawah ini.
Sejak diberlakukan, MEA memberikan banyak kesempatan bagi pelaku bisnis di Indonesia
untuk menjalin kerja sama dengan banyak pebisnis dari negara lain. Bentuk kerja sama yang
dilakukan memberi berbagai manfaat, di antaranya:
3. Meningkatnya Investasi
MEA bisa menjadi jalan bagi meningkatnya nilai investasi yang dilakukan para pengusaha di
perdagangan internasional.
6. Menyejahterakan Masyarakat
Berjalan beriringan dengan semakin majunya perekonomian negara pada masa MEA maka
kesejahteraan masyarakat di negara tersebut juga akan meningkat. Saat melihat berbagai
manfaat yang bisa dihasilkan maka penting bagi setiap pelaku usaha, tenaga kerja, dan
Pemerintah untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menghadapi MEA.
Keberadaan MEA perlu disikapi secara positif. Negara yang cepat tanggap, baik dalam inovasi,
pembuatan regulasi, maupun penyediaan infrastruktur, berpeluang untuk mendapatkan banyak
keuntungan dari penyelenggaraan MEA. Bagi pelaku bisnis, berikut ini beberapa kiat-kiat yang
bisa dilakukan agar benar-benar merasakan keuntungan dari penyelenggaraan MEA.
1. Leadership
Jiwa kepemimpinan yang baik sangat dibutuhkan dalam situasi atau pekerjaan apa pun,
termasuk pada masa MEA saat ini. Orang-orang dengan jiwa kepemimpinan akan memiliki
kemampuan untuk mengatur dan sangat peduli terhadap kemajuan kelompok atau perusahaan
yang dipimpinnya. Pemimpin yang memiliki jiwa leadership akan berusaha sekuat tenaga
demi kemajuan perusahaannya.
2. Public Speaking
Baik sebagai perwakilan perusahaan maupun tenaga kerja, memiliki kemampuan public
speaking jelas penting dalam karier atau menjalankan bisnis apa pun, termasuk dalam
penyelenggaraan MEA. Dengan memiliki kemampuan ini, seseorang bisa menarik perhatian
orang lain agar mau menuruti kemauannya. Tentu saja hal ini bisa dimanfaatkan sebagai alat
pemasaran yang efektif.
3. Bahasa Asing
Bersaing secara internasional mau tidak mau pasti dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa asing. Terlebih jika menguasai bahasa-bahasa yang digunakan negara-
negara ASEAN, tentu akan sangat mendukung dalam era MEA ini.
4. Project Management
Project management adalah kemampuan seseorang dalam membuat rancangan sebuah proyek.
Dalam hal ini, yang dirancang adalah waktu pengerjaan, kekuatan, dan kelemahan yang bisa
membawa proyek akan berhasil atau justru akan menemui kegagalan.
6. Networking
Sudah jelas bahwa jaringan yang luas bisa meningkatkan potensi keuntungan yang bisa
didapatkan perusahaan. Memiliki kemampuan dalam menjalin relasi akan semakin berpeluang
dalam meraih kesuksesan pada masa depan.
7. Rendah Hati
Dorong diri kita untuk selalu rendah hati dalam segala hal. Setelah berhasil meningkatkan
kemampuan diri dan menguasai banyak keahlian, bukan berarti kita menjadi sombong dan
berhenti belajar. Orang yang mau terus belajar akan menjadi aset yang penting dalam
perusahaan pada masa MEA.
8. Openness
Berbenturan dengan budaya lain adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari dalam pasar
bebas internasional. Baik pekerja maupun pebisnis tetap perlu menerima perbedaan pandangan
dan budaya agar tercipta harmoni dan keselarasan demi mendapatkan keuntungan yang lebih
banyak.
10. Profesionalisme
Pada era MEA dan sebelumnya, bisa dikatakan profesionalisme adalah karakter yang sangat
diperlukan, baik oleh calon tenaga kerja yang ingin bekerja di luar negeri maupun pengusaha
Indonesia yang akan menjalin kerja sama dengan perusahaan asing. Berpikir dan bekerja secara
profesional akan mengundang pujian dari orang lain.
https://www.cermati.com/artikel/peluang-dan-tantangan-dalam-masyarakat-ekonomi-asean-mea
NOMOR 4
https://www.kompasiana.com/alyashabrina/5a92201f5e13733ca45f6292/peran-indonesia-dan-oki-
dalam-penyelesaian-konflik-yerusalem
Pada Rabu, (6/12) waktu AS. Presiden Donald Trump telah memberikan pernyataan sepihak
bahwa Yerusalem adalah ibukota Israel. Tidak hanya itu, presiden Donald Trump juga
mengatakan dalam pidatonya bahwa ia akan memindahkan kedutaan besar Amerika Serikat
di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Menurut Presiden Donald Trump rencananya ini dapat
membantu menyelesaikan konflik antara Isreal dan Palestina.
Pernyataan dari Trump ini telah melanggar konensus internasional atas Yerusalem, dunia
internasional selama ini menganggap Yerusalem adalah wilayah yang harusnya berada di
bawah kewenangan internasional, dan diberikan status hukum dan politik yang terpisah
(separated body). Sikap ini diambil PBB, dalam resolusi Majelis Umum PBB Nomor 181
tahun 1947. Resolusi ini juga memberikan mandat berdirinya negara Arab (Palestina) dan
negara Yahudi (Israel) yang masing-masing berstatus merdeka.
Sikap Presiden Trump juga menuai banyak protes terutama dari Palestina dan negara
mayoritas muslim seperti Indonesia, Malaysia, dan negara-negara anggota OKI (Organisasi
Konferensi Islam). Namun tidak hanya itu, negara-negara Eropa yang menjadi sekutu
Amerika ikut mengecam keputusan sepihak Donald Trump. Karena telah memicu berbagai
pertentangan pada akhirnya PBB melakukan resolusi penolakan terhadap pernyataan Presiden
Donald Trump yang mendukung Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Dari 193 anggota, sembilan negara yang menolak resolusi tersebut adalah Israel, Honduras,
Togo, AS, Palau, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, dan Guatemala. Sementara dua
pertiga negara anggota PBB termasuk Jerman, Prancis, Italia, Belanda, Belgia, Portugal,
Swiss, Swedia, Norwegia, Spanyol dan Yunani memilih untuk mendukung resolusi tersebut.
Kali ini, berbeda dengan di Dewan Keamanan PBB, AS tidak memiliki hak veto di Majelis
Umum. Hukum internasional juga memandang Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur
sebagai "wilayah yang diduduki" dan menganggap semua permukiman Yahudi yang
dibangun di wilayah tersebut ilegal.
Dengan menangnya suara dari berbagai negara untuk mendukung resolusi PBB, Presiden AS,
Donald Trump, mengancam memutuskan bantuan keuangan kepada negara-negara yang
mendukung resolusi PBB untuk menentang Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal ini juga
ditegaskan oleh kedutaan besar AS, Nikki Haley, yaitu "Presiden akan mengamati
pemungutan suara dengan hati-hati dan sudah meminta saya melaporkan tentang negara-
negara yang menentang kami. Kami akan mencatat masing-masing semua suara dalam
masalah ini."
Dalam kasus ini Indonesia memiliki peran yang penting dalam menyatukan suara untuk
mendukung resolusi PBB. Salah satu organisasi yang bekerja sama dalam menyelesaikan isu
ini dengan Indonesia adalah OKI. Organisasi Kerja Sama Islam atau yang biasa disebut OKI
merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang kerja sama antara negara-negara dengan
penduduk Islam terbanyak di dunia. Awal terbentuknya adalah karena keprihatinan negara-
negara Islam atas berbagai masalah yang diahadapi umat Islam, khususnya setelah Zionis
membakar bagian dari Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969.
Indonesia dan OKI telah memberikan kontribusi yang besar untuk menyelesaikan permasalah
yang menimpa Yerusalem. Salah satu di antaranya adalah dengan diadakannya KTT OKI ke-
12. KTT tersebut telah menghasilkan "Cairo Final Communique". KTT ini memuat memuat
isu politik, komunitas dan minoritas muslim di negara non-OKI, HAM, terorisme, pelucutan
senjata, Islamophobia, voting di forum internasional, kemanusiaan, kerja sama ekonomi,
sosial-budaya, iptek, pendidikan, kesehatan, lingkungan dan perubahan iklim, informasi,
keuangan dan administrasi, dan keorganisasian OKI.
Selain itu, dimuat juga resolusi mengenai Palestina dan Al-Quds Al-Sharif sebagai hasil dari
sesi khusus mengenai pemukiman di wilayah Palestina; memuat kecaman atas tindakan Israel
terhadap Palestina dan imbauan kepada masyarakat internasional, termasuk kepada Dewan
Keamanan (DK) PBB, untuk mengimplementasikan resolusi terkait isu Palestina; serta
Deklarasi mengenai situasi di Mali yang antara lain memuat rencana pembentukan Special
Fund yang sifatnya sukarela guna mendukung pembangunan ekonomi di Mali.
Meskipun begitu, saat ini OKI belum memiliki suara yang bulat terhadap resolusi PBB.
Dalam hal ini Indonesia memberikan dukungannya. Hal ini dapat dilihat dari pidato Presiden
Jokowi yang ikut memberikan saran kepada negara-negara anggota OKI yang belum
mendapatkan suara bulat untuk mendukung Palestina. Presiden Joko Widodo memberikan
enam saran untuk penyelesaian masalah Yerusalem yang disampaikan pada KTT Luar Biasa
OKI, Istanbul, Turki, Rabu (13/12/2017). Beliau menyatakan bahwa OKI harus memberikan
penolakan tegas terhadap pengakuan sepihak AS tersebut. Menurut beliau Two state
solution merupakan satu-satunya solusi dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina.
Selain itu, Presiden Jokowi juga mengajak semua negara yang memiliki kedutaan besar di Tel
Aviv untuk tidak mengikuti langkah Amerika Serikat memindahkannya ke Yerusalem. Jika
OKI telah membulatkan suaranya untuk mendukung Palestina hal ini juga dapat menjadi
motor untuk menggerakkan dukungan negara-negara yang belum mengakui kemerdekaan
Palestina untuk segera melaksanakannya.
Presiden Jokowi menyerukan sejumlah negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan
Israel untuk meninjau kembali hubungan diplomatik tersebut. Menurut Jokowi, hal itu sesuai
dengan sejumlah resolusi OKI sebelumnya. "Anggota OKI harus mengambil langkah
bersama dalam hal meningkatkan bantuan kemanusiaan, peningkatan kapasitas, dan kerja
sama ekonomi terhadap Palestina," ujar Jokowi.
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180609173619-106-304875/indonesia-dinilai-bisa-
perjuangkan-palestina-di-pbb
Bagikan :
Menlu Retno Marsudi menyebut isu Palestina akan jadi salah satu fokus Indonesia setelah terpilih sebagai
anggota tak tetap DK PBB. (Dok. Kemlu RI)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tekad pemerintah Indonesia yang ingin terus memperjuangkan
Palestina di Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-bangsa (DK PBB)dinilai bisa menemukan titik
terang, meski akan memakan waktu yang tak singkat. Alasannya, Indonesia punya modal
sebagai negara yang konsisten menjaga perdamaian.
Philip J. Vermonte, pengamat dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai
Indonesia bisa menyelesaikan misi tersebut karena telah dikenal sebagai negara yang konsisten
menyelesaikan konflik dan mencintai perdamaian.
Hal ini terbukti dengan langkah perdamaian dalam menyelesaikan konflik di Tanah Air.
Lihat juga:
Menlu Retno Sebut Isu Palestina Jadi Fokus RI di DK PBB
"Seperti saat pemerintah berhasil menyelesaikan konflik di Aceh dan Poso, itu menunjukkan
pemerintah berupaya agar konflik berakhir dengan jalan damai," ujar Philip
kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (9/6).
Pada 2005 silam, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden ke-6 Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) berhasil menyudahi konflik puluhan tahun yang terjadi di Aceh. Kala itu,
petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bersedia menandatangani perjanjian Helsinki.
Selang setahun berikutnya, pemerintah menyudahi konflik di Poso, Sulawesi Tengah dengan
membentuk empat kesepakatan. Mulai dari menghidupkan kelompok kerja Malino, mengakhiri
aksi teror, membentuk tim bersama untuk mengusut insiden di Tanah Runtuh, hingga
menghidupkan kondisi sosial-ekonomi di Poso.
Lihat juga:
Empat Fokus Indonesia sebagai Anggota DK PBB
"Bahkan, tak hanya di internal, Indonesia juga pernah terlibat dalam penyelesaian konflik di
regional, seperti masalah di Kamboja, Rohingya, dan Filipina Selatan. Ini menjadi modal, track
record (rekam jejak) yang konsisten," katanya.
Konflik di Kamboja terjadi pada 1988, saat itu Vietnam membantu People's Republic of
Kampuchea (PRK) untuk mengkudeta Khmer Merah. Kemudian, Indonesia menjadi penengah
dengan memediasi kedua negara. Setelah itu, kata Philip, Vietnam menyetujui untuk mengakhiri
konflik dengan menarik pasukan.
Kemudian, Indonesia juga pernah menjadi mediator perjanjian antara Moro National Liberation
Front (MNLF) dan Filipina yang berkonflik sejak 1993 dan berakhir pada 1996. Lalu, pada konflik
Rohingya pada 2017 lalu, pemerintah Indonesia aktif membantu pengungsi Rohingya dan
mendorong agar Bangladesh dan Myanmar segera mengembalikan pengungs, serta
menyelesaikan masalah diantara keduanya.
Lihat juga:
Indonesia Terpilih sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB
Kendati begitu, Philip menyebut perlu satu kunci agar perjuangan Indonesia terhadap Palestina
di PBB bisa berhasil, yaitu memaksimalkan peta pendekatan yang sesuai. Pasalnya, setiap
konflik dinilainya tak sama, meski opsi penyelesaian secara damai tetap terbuka.
"Misalnya, dengan terus menggalang dukungan pihak-pihak lain juga agar pendekatannya
penyelesaian lebih sesuai," pungkasnya.
Tak hanya akan membawa isu Palestina, Indonesia juga akan mendorong terbentuknya
pendekatan komprehensif global untuk memerangi terorisme, radikalisme, dan ekstremisme.
Menurut Philip, Indonesia juga bisa menyukseskan jalannya misi itu. Bahkan, ia menyebut
Indonesia bisa menjadi jembatan antara petinggi-petinggi negara di kawasan Eropa yang
menentang keras terorisme dengan negara-negara Islam yang cenderung lebih rumit disatukan.
"Jadi kalau Indonesia yang memimpin (komunikasi), ini bisa menjadi penengah, dengan
membuka dialog antara Eropa dengan negara Islam," terangnya.
Alasannya, di hadapan negara Eropa, Indonesia memiliki komitmen yang cukup besar dalam
memerangi terorisme, terlihat dari upaya penanggulangan dan penindakan terhadap teroris
selama ini.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi menegaskan bahwa
Indonesia akan kembali membawa isu Palestina di PBB. Hal ini disampaikannya usai Indonesia
kembali terpilih untuk keempat kalinya sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 2019-
2020.
Indonesia memiliki empat fokus yang akan diusung saat menempati kursi DK PBB. Pertama,
memperkuat ekosistem perdamaian dan stabilitas global. Kedua, berupaya meningkatkan sinergi
antara organisasi kawasan dengan DK PBB dalam menjaga perdamaian.