Anda di halaman 1dari 4

Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam

mengembangkan kualitas sumber daya manusia, sehingga merupakan faktor kunci dalam
pembangunan suatu bangsa. Gizi sangat berpengaruh juga terhadap produktivitas manusia
(Almatsier, 2002). Remaja merupakan salah satu sumberdaya manusia yang harus
diperhatikan karena remaja merupakan generasi penerus bangsa yang berperan penting dalam
pembangunan nasional dimasa yang akan datang. Dengan demikian, kualitas manusia dimasa
yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas remaja masa kini. Masa remaja memiliki
masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif yang disebut ”adolescence growth spurt”,
sehingga memerlukan zat gizi yang relatif besar jumlahnya (Sediaoetama, 2000)
Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh
kembang, kurangnya asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh
dari lingkungan pergaulan (ingin langsing).
Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus,
pendek dan pertumbuhan tulang tidak proposional), kurang zat besi dan gizi lain yang penting
untuk tumbuh kembang (Pardede, 2002). Menurut Arisman (2004), perempuan mengalami
pertumbuhan lebih dahulu (usia 10-12 tahun) dari pada laki-laki, karena tubuhnya
memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi. Oleh karena itu remajajuga membutuhkan
zat gizi yang cukup untuk mejamin pertumbuhan optimal (Khomsan, 2004)
Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal
pada usia 9 ─ 10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Asupan gizi pada usia remaja
diperlukan untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan yang drastis (Almatsier
2011). Masalah gizi yang terjadi pada remaja umumnya disebabkan oleh satu faktor yaitu
pola makan yang kurang tepat. Pola makan yang kurang tepat pada remaja dapat dipengaruhi
oleh dua hal, antara lain faktor lingkungan dan faktor personal atau individu dari remaja itu
sendiri. Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah yaitu
ketidakseimbangan antara asupan gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Pembatasan
asupan gizi pada remaja berkaitan erat dengan keinginan untuk mengontrol berat badansecara
berlebihan, ketidakpuasan dengan bentuk tubuh, timbulnya depresi ketika melihat orang yang
gemuk dengan orang yang tidak gemuk (Crow et al.2006 ). Berdasarkan Kemenkes 2010,
dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi kekurusan
pada remaja umur 16 ─18 tahun adalah 8.9 % terdiri dari 1.8% sangat kurus dan 7.1% persen
kurus. Selain itu, masalah gizi seperti kegemukan pada anak remaja usia 16 ─18 tahun secara
nasional yaitu 1.4%
Menurut Barners
et al.
2007, masa remaja
menghabiskan waktu di sekolah
selama kurang le
bih
delapan
jam dalam satu hari atau sepert
iga dalam waktu
sehari.
Anak usia remaja (14

19 tahun) lebih banyak menghabiskan waktu untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya (
Greca
& Harrison
2005)
. Remaja yang
banyak menghabiskan untuk berkumpul dengan teman sebaya menyebabkan
hubungan yang terbatas dan tertutup dengan orang tua dan keluarga (
Jennifer
&
Charlotte
2008)
. Salah satu faktor penting yang membentuk kebiasaan makan
teratur
pada anak usia remaja
adalah f
aktor li
ngkungan d
alam hal ini keluarga.
Menurut
Fulkerson
dan
Sztainer
(2006
), waktu makan anak remaja lebih teratur jika
makan bersama
-sama dengan keluarga dan ada dorongan serta kepercayaan dari
anggota keluarga. Waktu makan yang teratur akan berpengaruh
dengan tingkat
kecukupan gizi remaja yang baik pula.
Asupan gizi anak remaja perlu diperhatikan
terutama mereka yang bersekolah dengan fasilitas asrama sehingga tidak tinggal
bersama orang tua. S
iswa
yang tinggal di asrama biasanya
banyak menghabiskan
waktu
untuk berbagai kegiatan yang padat
di sekolah
maupun di asrama (Zakiah
N
et al
. 2011).

Kegiatan yang padat akan membuat siswa hanya


mengandalkan
waktu dan porsi makan yang disediakan oleh pihak penyelenggaraan makanan di
asrama
atau sekolah
. Menurut
Luo
et al
.
(2009), asupan zat gizi pada siswa yang
tinggal di asrama lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang tidak tinggal di
asrama.
Beranjak dari hal tersebut, penting
dilakukan pengkajian tentang
tingkat
asupan
siswa yang tinggal di asrama. Selain itu,
sistem penyelenggaraan makanan
di asrama
perlu dikaji
yang meliputi tiga elemen penting yaitu
input
, proses dan
output
. Ketiga elemen penting ini tercakup dalam satu sistem yang salingberkaitan
dan secara tidak langsun
g berpengaruh terhadap tingkat
asupan
gizi siswa serta
daya terima siswa terhadap m
akanan yang disediakan
.

Anda mungkin juga menyukai