Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
ABSTRAK
Penelitian ini berkaitan dengan Inisiasi Gerakan Darul Islam/ Tentara Islam
Indonesia (DI/TII) Aceh pada tahun 1950-1953 dalam perspektif pergerakan sosial. Adapun
Tujuan penelitian ini adalah untuk: mengetahui tahapan inisiasi gerakan DI/TII di Aceh
tahun 1950-1953 dalam perspektif pergerakan sosial. Penyusunan skripsi ini menggunakan
jenis metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik studi dokumentasi
kepustakaan yang bersumber dari berbagai buku bacaan serta wawancara untuk
mendapatkan data di lapangan, dan penelitian ini mengunakan teknik snowball sampling
dalam penentuan informan. Hasil dari peneitian menunjukkan bahwa kelompok PUSA,
ialah kelompok yang sangat dirugikan dari kebijakan-kebijakan Pemerintah Pusat pada
awal tahun 1950-1953, Seperti dihilangkannya status provinsi Aceh, Rasionalisasi
Kesatuan Militer Aceh dan Razia pada bulan Agustus 1951. Kebijakan tersebut mengancam
kedudukan mereka sebagai pemimpin Aceh pada masa itu. Kebijakan-kebijakan
Pemerintah Pusat tersebut juga diprovokasikan oleh kelompok “sisa-sisa feodal” yang tidak
menginginkan kepemimpin Aceh dikuasai oleh kelompok PUSA. Pada Tahun 1951-952
kebijakan Pemerintah Pusat semakin berdampak buruk bagi mayoritas masyarakat Aceh.
Kelompok PUSA terus melakukan upaya penolakan terhadap kebijakan itu, mulai dari
penanaman ideologi dan doktrin melalui retorika dalam rapat rahasia maupun rapat terbuka,
sampai pada pengorganisasian masyarakat demi melawan Pemerintah Pusat beserta
kebijakannya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Kelompok PUSA melihat bahwa
dampak dari kebijakan Pemerintah Pusat tidak hanya merugikan mereka saja, namun juga
masyarakat Aceh secara luas. Indikasi tersebut memberikan kesempatan waktu dan juga
kondisi bagi kelompok PUSA untuk mengarahkan emosi masyarakat kepada perlawanan
secara kolektif untuk melawan institusi yang mapan yaitu Pemerintah Pusat. Sebagaimana
tipe Gerakan Sosial yang diuraikan William Kornblum, Gerakan Sosial berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai, Gerakan DI/TII Aceh merupakan Revolutionary Movement (Gerakan
Revolusioner) yang bertujuan untuk mengubah tatanan sosial, institusi dan stratifikasi
masyarakat Aceh secara menyeluruh.
ABSTRACT
This research is related to The Initiation Movement of Darul Islam/ Tentara Islam
Indonesia (DI/TII) Aceh in 1950-1953 in Social Movement perspective. The purpose of this
research is: to know the stage of the initiation movement of DI/TII Aceh in 1950-1953 in
Social Movement perspective. The making of this thesis is using the qualitative research
method by using the study of literature documentary technic sourced by various literatures
along with interview in the field to get the data, this research is also using the snowball
sampling technic to determine the informant. The result of this research shows that PUSA
group was highly disadvantaged by the policies of Central Government in early 1950-1953,
such as the removal of Aceh province’s status, the rationalization of Aceh’s military units,
and the raid in August 1951. Those policies threatened their populations as the leader of
Aceh at the time. Those policies were also provoked by the party of ‘feudalism’s remains’
who did not want Aceh was leaded by PUSA group. In 1951-1952, the Central
Government’s policies gave more harmful impacts to the majority of Aceh’s population.
1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
The PUSA group kept trying to reject toward those policies, started by brainstorming the
ideology and indoctrinating by rhetoric at close and open meeting, until interfering the
community’s organizations only to fight the Central Government along with its policies.
The summary of this research is: PUSA group observed that the impact of Central
Government’s policies were not only disadvantage them, but also Aceh’s population
widely, those Indications gave them the time opportunity and also a perfect condition for
PUSA group to steer the people’s angers toward the resistance collectively to fight the
steady institution which was Central Government. As William Kornblum described about
Social Movement types, Social Movement based on the goals they seek to achieve. DI/TII
Aceh movement was a Revolutionary Movement that aimed to change the whole of social
fabric, institution, and stratification of Aceh’s populations.
PENDAHULUAN
2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
orang yang akan menjadi anggota suatu perkumpulan, suku, kelompok umur
dan sebagainya (KBBI, 1991).
Dalam menginisiasikan sebuah Gerakan Sosial seperti DI/TII di Aceh,
tentunya tidak cukup dengan terlibatnya para tokoh dan pemimpin atau
penggagasnya saja, dan juga melihat pemberontakan yang diarahkan kepada
Republik Indonesia yang merupakan lembaga mapan dan konvensional.
Namun juga harus adanya upaya kolektif dan tujuan kolektif serta tindakan
kolektif dari penggagasnya dalam menghambat proses perubahan sosial.
Sesuai yang diungkapkan Anthony Giddens,
“gerakan sosial sebagai upaya kolektif untuk mengejar kepentingan
bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama atau gerakan bersama
melalui tindakan kolektif di luar lingkup lembaga-lembaga yang
mapan” (Fadillah, 2006: 1)
Dalam menginisiasi gerakan DI/TII Aceh, Tgk. M. Daud Beureueh
selaku Kepala Negara Islam Indonesia daerah Aceh dan juga selaku
penggagas pemberontakan beserta kerabat dan rekan-rekannya, tentu
melalui tahapan dan prosesnya sehingga berhasil dideklarasikannya DI/TII
dia Aceh. Ditambah lagi dapat dipengaruhinya masyarakat yang memegang
peranan penting di setiap desa dengan disumpahkan, pamong praja di
kecamatan hingga bupati-bupati dan wedana daerah Aceh.
Sebelum dideklarasikan DI/TII pada tahun 1953, telah ada upaya
penanaman ideologi Islam ke seluruh masyarakat, menyadarkan masyarakat
atas kondisi krisis kemakmuran daerah Aceh serta menyadarkan masyarakat
atas diskriminasi yang diciptakan terhadap pegawai Aceh. (Insider, 1950:
58-61) Selanjutnya, setelah Kongres Ulama di Medan pada bulan April
tahun 1953, sebagai pimpinan kongres Tgk. M. Daud Beureueh, dengan
suara bulat dan sepakat merumuskan beberapa hal yang menjadi tujuannya
berdasarkan kondisi Republik Indonesia yang sudah kacau balau. Poin
pentingnya ialah mensukseskan Pemilu mendatang agar seluruh umat Islam
memilih Islam sebagai dasar negara dan mengembalikan kembali dasar
negara Republik Indonesia ke dalam falsafah Islam. Jika usaha tersebut
tidak dicapai kemenangannya, maka cara-cara illegal pun akan ditempuh.
(Gelanggang, 1956: 10-13).
Setelah kembalinya Tgk. M. Daud Beureueh dari Medan, diadakannya
rapat-rapat rahasia para pimpinan dan kerabat-kerabatnya dan berlanjut pada
rapat umum yang dihadiri oleh masyarakat di setiap sudut daerah sehingga
menyerupai kampanye pemilu. Tidak hanya itu, pada saat-saat tersebut juga
dibentuknya pandu-pandu Islam di setiap daerah yang melakukan latihan
kilat militer, dibentuknya susunan angkatan perang dan bergabungnya putra-
putra Aceh yang memiliki jabatan publik dan perwira TNI beserta
pasukannya. (Chaidar, 2008: 108-112)
Karena minimnya penulisan secara ilmiah mengaitkan DI/TII di Aceh
dengan perspektif Social Movement serta melihat keberhasilan tahapan atau
proses inisiasi kurun waktu 1950-1953, dan juga melihat pemberontakan ini
sebagai pemberontakan melawan pemerintahan yang mapan. Maka hal
tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian terkait persoalan
ini.
3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
TINJAUAN PUSTAKA
4
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
5
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
METODE PENELITIAN
6
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
1. Data primer yaitu data yang bersumber dari text book, antara lain
buku bacaan, artikel, makalah, jurnal, majalah/surat kabar, internet
dan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah Inisiasi Gerakan
DI/TII Aceh tahun 1950-1953.
2. Data sekunder, dalam hal ini bersumber dari orang sebagai informan
yaitu, akademisi, tokoh masyarakat dan keluarga yang terlibat dan
paham terkait kajian tersebut.
Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian ini yaitu
kepustakaan dan lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara
membaca buku teks, jurnal, yang berkaitan dengan penelitian ini.
Sedangkan penelitian lapangan dilakukan dengan cara wawancara langsung
informan yang sudah ditetapkan.
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data secara bertahap.
Pertama dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen
sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari proyek yang diteliti yang
berkenaan dengan fokus penelitian. Kedua, dilakukan dengan merangkum
hal-hal pokok yang ditemukan dalam susunan yang sistematis, yaitu data
disusun dengan cara menggolongkan ke dalam pola, tema, unit atau kategori
sehingga tema sentral dapat diketahui dengan mudah kemudian diberi
makna sesuai materi penelitian. Ketiga, dilakukan pengujian tentang
kesimpulan yang telah diambil dengan data pembandingan yang bersumber
dari hasil pengumpulan data dan penunjang lainnya. Pengujian ini
dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan
kesimpulan yang diambil dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan
hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli.
7
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
dari kelompok pemimpin dan ulama PUSA yang terlebih dahulu merasakan
dampak dari pada realita sosial yang bersumber dari kebijakan Pemerintah
Pusat.
Kolektifitas yang diperoleh tidak saja hanya pada tujuan mewujudkan
Darul Islam/ Negara Islam, tetapi juga berlandaskan kondisi ekonomi dan
sosial masyarakat yang telah terkena dampak secara signifikan dari
kebijakan-kebijakan Pemerintah Pusat yang sangat merugikan masyarakat.
Seperti efek dari pada pencabutan izin perdagangan barter yang ada di Aceh.
Keberhasilan kampanye-kampanye dalam meyakinkan masyarakat oleh
kelompok PUSA membuktikan kepada masayarakat Aceh bahwa yang
menjadi dalang dalam semua permasalahan ialah Pemerintah Pusat.
Sehingga secara tidak lansung mengefektifkan tindakan kolektif yang
digagas oleh kelompok PUSA tersebut.
Sesuai dengan temuan penelitian, PUSA sendiri merupaka organisasi
masyarakat yang sangat populer di Aceh pada masa itu, populeritasnya itu
juga menguntungkan organisasi tersebut dalam memobilisasi masyarakat
dalam melakukan tindakan kolektif melawan pemerintahan yang mapan.
Kondisi sosial masyarakat Aceh tidak hanya mengancam ekonomi,
agama, politik di Aceh namun juga mengancam struktur sosial masyarakat
Aceh. Sebelum kelonmpok PUSA memegang pemerintahan di Aceh, kaum
Uleebalang menempatkan stratra yang tertinggi dalam pemerintahan, tidak
hanya golongan Ulama dari kelompok PUSA, tetapi juga masyarakat Aceh
secara luas merasakan penderitaan atas tidak seimbangnya kondisi sosial,
ekonomi, agaman dan politik di Aceh pada masa itu. Realiata sosial yang
dirasakan pada rentetan tahun 1950-1953 mengindikasikan bahwa hal
tersebut memungkinkan terulang kembali. Bahkan akan mengubah tatanan
masyarakat Aceh seperti yang terjadi pada pemerintahan Uleebalang.
Sehingga upaya dan tindakan secara kolektif dilakukan untuk mengubah
tatanan serta stratifikasi yang tidak diinginkan oleh kelompok Ulama dari
PUSA dan masyarakat Aceh secara luas.
8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
tempat yang khusus di dalam diri masyarakat Aceh. Hal demikian yang
menyebabkan kurang efektifnya kampanye “sisa feodal” untuk
mengarahkan emosi masyarakat kepada kelompok PUSA. Realita sosial
yang ada juga menjadi penyebab yang sangat efektif, dengan mempolitisasi
kemarahan masyarakat secara luas sehingga mampu melahirkan gerakan
kolektif untuk melawan Pemerintah Pusat.
Sesuai dengan William Kornblum, tipe Gerakan Sosial berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, Gerakan DI/TII Aceh merupakan Revolutionary
Movement (Gerakan Revolusioner) yang betujuan untuk mengubah tatanan
sosial, institusi dan stratifikasi masyarakat Aceh secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor : 10
http://jim.unsyiah.ac.id/JIMFISIP
B. Sumber Internet
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital%2F20289661-S-Dibyareswari+Utami+Putri.pdf.
Diakses pada tanggal 25 Juni 2016, Pukul 20.45 WIB
http://journal.uny.ac.id/index.php/humaniora/article/view5462/4754. Diakses
pada tanggal 21 April 2016, Pukul 19.30 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14850/1/09E01247.pdf.
Diakses pada tanggal 26 Juni 2016, Pukul 22.30 WIB
Youtube, Mata Najwa 30 Maret 2011 : Revolusi Tiga Imam DI/TII, diakses 20
Februari 2016
10