Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PASIEN KOMA

RUMAH SAKIT UMUM GMIM PANCARAN KASIH MANADO


Jl. Sam Ratulangi XIII, Titiwungen, Manado – 95113
Telp. (0431) 863237, 867186, 865800. Fax. (0431) 857628, e-mail : rspkhospital@gmail.com

1
BAB I
DEFINISI

A. DEFINISI
1. Koma adalah keadaan klinis ketidaksadaran dimana pasien tidak tanggap terhadap
dirinya sendiri dan lingkungan. (Brunner dan Suddart, 2001).
Koma adalah keadaan penurunan kesadaran dan respon dalam bentuk yang berat,
kondisinya seperti tidur yang dalam dimana pasien tidak dapat bangun dari tidurnya.(W.
Sudoyo dkk, 2006).
Mati batang otak adalah suatu kondisi koma yang dalam/koma irreversible dimana
terjadi hilangnya fungsi batang otak yang komplet dan ireversibel.
2. Peralatan bantu hidup dasar adalah peralatan yang diperlukan untuk menunjang
kehidupan dan memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti kebutuhan akan oksigen,
cairan dan nutrisi.
3. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis. Menurut Teori
Abraham Maslow:Hierarchy of Needs /Hirarki Kebutuhan, manusia memiliki 5 macam
kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs
(kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih
sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-
actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).
4. Kebutuhan fisiologis (Physiological) dalam hirarki kebutuhan dasar manusia adalah
jenis kebutuhan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua
manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga
kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks.
5. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner
dan Suddarth, 1996).
.
B. TUJUAN
1. Mampu melakukan skrining dan asesmen terhadap pasien koma yang beresiko
memerlukan peralatan bantu hidup dasar
2. Mampu melakukan tindakan keperawatan dan medis pada pasien yang koma
3. Mampu melakukan monitoring pasien koma dan memberikan rasa nyaman kepada
pasien
4. Mampu mengidentifikasi risiko yang terjadi pada pasien dalam kondisi koma
5. Mampu melakukan upaya pencegahan, pengurangan dan penanganan risiko yang
terjadi pada pelayanan pasien dengan kondisi koma
2
6. Mampu memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien
7. Mampu melakukan pencatatan atas pengelolaan yang diberikan pada berkas rekam
medis pasien

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP
Penggolongan Koma Menurut Penyebab Koma:
1. Penyakit Intra Kranial
a. Trauma sistem syaraf pusat
1) Contusio cerebri
2) Commusio cerebri
3) Fraktur cerebri
4) Hematoma epidural
5) Hematoma subdural
6) Hematoma intracerebral
b. Gangguan peredaran darah otak
1) Stroke hemmorhagic
2) Stroke non hemmorhagic (emboli serebri, trombosis serebri)
3) Perdarahan subarakhnoid
c. Infeksi sistem syaraf pusat
1) Meningitis
2) Abses otak
3) Virus enchepalitis
d. Tumor sistem syaraf pusat
1) Perdarahan dalam tumor serebri
2) Edema serebri sekitar tumor serebri
e. Serangan kejang kejang (epilepsi)
f. Penyakit degeneratif sistem syaraf pusat
g. Peningkatan tekanan intra kranial berbagai sebab
2. Penyakit ekstra kranial
a. Vaskuler : syok, payah jantung, hipertensi, hipotensi
b. Metabolik : Asidosis metabolik, hypoglikemia, hyperglikemia, hypokalemia,
hyperkalemia, hipoksia, hiperkarbia, coma diabetikum, dll.
c. Keracunan : alkohol, narkotika, barbiturat, tranquilizer, dll.
d. Infeksi sistemik berat : pneumonia, typoid, dll.
e. Trauma fisik : hypothermia, elektrokoagulasi

4
B. UNIT KERJA
1. Instalasi Gawat Darurat
2. ICU
3. Instalasi Rawat Inap

C. KEWENANGAN PELAKSANA
1. Dokter
2. Perawat
3. PPA lain

5
BAB III
TATALAKSANA

A. TATALAKSANA ASESMEN PASIEN KOMA


Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan, meliputi:
a. Penyakit yang diderita sebelumnya mengarahkan kepada penyebab yang mendasari
koma misalnya metabolic (adanya riwayat Diabetes Mellitus), gangguan
neurovaskuler (Hipertensi), dan riwayat penyakit lain yang berhubungan seperti ginjal,
hepar, epilepsi, penyakit darah.
b. Keluhan sebelum jatuh koma (nyeri kepala, pusing, kejang).
c. Terjadinya koma mendadak atau perlahan-lahan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Pemeriksaan persistem
1) Sistem pernafasan: nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, bau nafas dan
kepatenan jalan nafas.
a) Gangguan jalan nafas,
b) Gangguan pernafasan: apneu,Cheyne stokes, Kusmaul, Ataxing breathing
(pernafasan cepat-dangkal dan tidak teratur), adanya gagal nafas
2) Sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler): nilai tekanan darah, nadi
dan irama, kualitas dan frekuensi
3) Sistem persyarafan
Pemeriksaan neurologi meliputi:
a) Status kesadaran: nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
Glascow Coma Scale terdiri dari 3 bagian penilaian (membuka mata, respon
verbal, dan respon motorik).Skor8 atau di bawahnya pada umumnya diterima
sebagai definisi koma.Skor semakin rendah lebih dalam koma.Skor terendah
3 menunjukkan koma.
b) Kelainan pupil dan bola mata: penampang pupil, perbandingan pupil kanan
dan kiri, bentuk, reflek.
4) Sistem perkemihan : nilai frekuensi BAK, volume BAK, adakah retensio urine
5) Sistem gastrointestinal : nilai kemampaun menelan, peristaltik, adakah stress
ulcer, eliminasi (BAB, adakah retensi alvi)
6) Sistem integumen : nilai warna, turgor, tektur kulit, adakah luka/ lesi
7) Sistem muskulo skeletal: nilai adanya kontraktur, kekuatan otot, kemampuan
mobilisasi.

6
3. Diagnostik Tes Dari Koma
a. Tes laboratorium: glukosa darah, nitrogen urea, dan elektrolit (Natrium, kalium,
klorida, kalsium, dan bikarbonat), BGA, hitung darah lengkap, hematokrit, dan waktu
pembekuan, tes fungsi hati, dan kultur darah.
b. Computerized tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI).
c. Cerebro spinal test(pemeriksaan cairan tulang belakang/lumbal pungsi).

B. TATA LAKSANA PERAWATAN PASIEN KOMA


1. Penatalaksanaan perawatan dasar pada pasien koma:
a. Memenuhi kebutuhan Oksigen
b. Memenuhi kebutuhan zat makanan dan cairan (nutrisi)
c. Memelihara kebersihan tubuh
d. Mempertahankan miksi dan defekasi dapat berlangsung secara teratur
e. Mencegah terjadinya infeksi skunder
f. Mencegah terjadinya decubitus
2. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan klien dengan koma:
a. Memenuhi kebutuhan Oksigen:
1) Bebaskan jalan nafas: Jika ada sekret lakukan suction, jika sumbatan oleh
pangkal lidah pasang orofaringeal tube atau nasofaringeal tube.Jika pernafasan
masih belum bebas, pasang endotracheal tube
2) Beri bantuan oksigen jika nafas adekuat dengan berbagai alat terapi oksigen
seperti nasal prong, simple masker, masker non re breathing, jacksen rees, dll
3) Berikan bantuan nafas (jika terjadi apneu, hipoventilasi, gasping) dengan cara
bag to mask (dengan BVM), atau intubasi endotracheal
4) Jika mungkin terdapat indikasi yang sesuai, berikan bantuan ventilasi mekanik
b. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.
Pemberian nutrisi bisa melalui enteral atau parenteral. Jika tidak ada kontra indikasi,
pemberian enteral lebih diprioritaskan dan secepat mungkin diberikan dalam waktu
48 jam.
c. Memenuhi kebutuhan eliminasi urine.
Memasang kateter jika terjadi retensi urine.
d. Memenuhi kebutuhan eliminasi feses.
Rectum : BAB 2-3 hari sekali, kalau perlu dilakukan gliserin secara rectal atau
pencahar.
e. Perawatan mata : tutup kelopak mata yang terbuka, beri tetes mata.
f. Perawatan kulit : beri pelembab / lotion / minyak setelah mandi agar tidak timbul
maserasi

7
g. Mencegah komplikasi resiko trombus dan pressure ulcer/ ulkus dekubitus dengan
mobilisasi setiap 2 jam, latihan pasif ROM
h. Mengatur posisi kepala head up (jika tidak ada kontra indikasi) untuk mencegah
komplikasi pneumoni, resiko aspirasi, atelektasis, resiko emboli paru.

i. Kontrol glukosa darah.


Mempertahankan glukosa darah tidak lebih dari 140-180 mg/dl. Melakukan monitor
terhadap kemungkinan terjadi hiperglikemi pada pasien koma dengan pengamatan
tanda: diaforesis, takikardi, lethargy, tremor, kejang.

C. TATA LAKSANA PASIEN DENGAN ALAT BANTU HIDUP DASAR MANUAL


1. Pastikan ukuran alat sesuai dengan pasien, yaitu
a. Jika menggunakan orofaringeal tube, ukuran dimulai dari angulus mandibula sampai
pertengahan dagu atau dari tragus sampai sudut bibir
b. Jika menggunakan nasofaringeal tube ukuran sebesar jari kelingking pasien,
panjang dari tragus sampai nares
2. Pastikan alat terpasang dengan tepat dan patent (tidak ada resiko jatuh atau tertelan).
3. Alat bantuan nafas seperti jakson rees, bag and mask (BVM) pastikan tidak ada
kebocoran dan ukuran bag sesuai pasien
4. Monitor adanya sumbatan atau kotoran pada alat. Lakukan suction jika terdapat cairan.
5. Ganti dan bersihkan alat pembebasan jalan nafas sederhana (OPA/NPA) setiap hari
minimal setiap 12 jam
6. Observasi daerah kulit di bawah tempat pemasangan. Pastikan tidak ada luka akibat
penekanan alat.
7. Pada pasien menggunakan ETT (Endotrachel Tube):
a. Kaji pernafasan: RR, irama, pergerakan dada
b. Periksa suara nafas tiap 2 - 4 jam
c. Berikan oksigen sesuai indikasi (dengan bag and mask/jacson rees atau respirator)
d. Lakukan restrain
e. Lakukan suction secara berkala, catat warna, jumlah dan konsistensi serta bau
sputum
f. Hindari gigitan pada ETT dengan memasang oropharingeal tube (OPA)
g. Lakukan oral hygiene tiap 6 jam dan lepas OPA ketika oral hygiene
h. Ganti plester ETT tiap hari
i. Jika diperlukan ambil sampel kultur sputum

8
8. Pada pasien yang menggunakan tracheostomy:
a. Monitor frekuensi nafas, irama, suara nafas setiap 2 – 4 jam
b. Lakukan restrain pada pasien yang tidak sadar
c. Lakukan suction jika diperlukan untuk membebaskan jalan nafas
d. Lakukan perawatan tracheostomy setiap pagi dan sore serta ganti kassa jika kotor
e. Batasi gerakan tracheal canule
f. Lakukan humidifikasi dengan nebulizer setiap 4 jam
g. Lakukan oral hygiene setiap 6 jam
h. Ganti anak kanul setiap 4 jam
i. Pada pasien yang sadar, fasilitasi pasien untuk tetap berkomunikasi dengan bahasa
non verbal atau tulisan

D. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI RISIKO PADA PASIEN KOMA


Risiko yang mungkin dapat terjadi pada pasien dengan kondisi koma adalah:
1. Ulkus decubitus, yaitu luka yang timbul pada bagian tubuh yang tertekan sebagai akibat
imobilisasi. Daerah yang sering mengalami ulkus decubitus terutama daerah tonjolan
tulang (misalnya daerah sacrum, ischiadicum/tulang panggul, tumit)
2. Trombosis vena dalam (Deep Vein Thrombosis)
3. Pneumonia
4. Infeksi saluran kemih (ISK)
5. Hypotensi orthostatic
6. Stress ulcer

E. TATA LAKSANA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN RISIKO


Untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat tirah baring yang lama dapat
dilakukan intervensi sebagai berikut:
1. Mencegah komplikasi terjadi ulkus decubitus:
a. Menjaga kelembaban kulit/mukosa dengan pemakaian lotion
b. Menjaga pakaian dan linen agar selalu kering
c. Menjaga personal hygiene pasien
d. Melakukan mobilisasi miring kanan/kiri setiap 2 jam
e. Memakai kasur angin untuk menghindari penekanan pada bidang yang keras
2. Mencegah komplikasi terjadi emboli/thrombosis vena:
a. Melakukan mobilisasi dan ROM pasif
b. Pemberian anti trombotik misalnya heparin (LMWH) sesuai indikasi
3. Mencegah terjadi pneumonia:
a. Melakukan mobilisasi dan ROM pasif
b. Mengatur posisi baring head up 300 jika tidak ada komplikasi
9
c. Melakukan fisioterapi nafas dengan metode clapping, vibrasi, postural drainage
d. Melakukan humidifikasi dan nebulisasi
4. Mencegah infeksi saluran kemih (ISK):
a. Melakukan perawatan kateter dan menjaga kebersihan alat kelamin (vulva/penis)
hygiene
b. Melakukan mobilisasi pasif ataupun aktif sedini mungkin untuk mencegah kondisi
statis pada sistem perkemihan yang memungkinkan retensi urin dan akumulasi
sedimen yang dapat menjadi media pertumbuhan kuman
c. Mengganti kateter urin setiap pemakaian 7 – 10 hari
5. Mencegah terjadi komplikasi hypotensi orthostatic dengan melakukan mobilisasi pasif
sedini mungkin
6. Mencegah terjadi stress ulcer/perdarahan mukosa lambung:
a. Melakukan mobilisasi pasif sedini mungkin
b. Memberikan pengobatan untuk menjaga keasaman lambung misalnya pemberian
antasida, golongan simetidin dan obat golongan proton pump inhibitor

F. TATA LAKSANA PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI KEPADA PASIEN DAN


KELUARGA
1. Informasi yang diberikan meliputi kemungkinan komplikasi yang terjadi
2. Indikasi dilakukan prosedur tindakan pengobatan ataupun asuhan
3. Jenis tindakan dan pengobatan yang diberikan
4. Risiko atas tindakan yang diberikan

10
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Edukasi dan pendidikan kepada pasien dan/keluarganya tentang indikasi, dan resiko
didokumentasikan pada lembar rekam medis.
2. Pernyataan persetujuan tindakan.
3. Dokumentasi pelayanan resusitasi pada rekam medis.
4. Dokumentasikan setiap hasil asessmen dan tindakan yang dilakukan pada pasien koma
yang menggunakan bantuan hidup dasar meliputi: waktu pemasangan, jenis dan ukuran
alat yang digunakan, volume cuff yang diberikan, komplikasi/ resiko yang terjadi,
frekuensi dan hasil tindakan suction meliputi karakteristik, jumlah dan warna sputum.

11

Anda mungkin juga menyukai