Seminar Appendik
Seminar Appendik
PENDAHULUAN
baik (Depkes, 2008). Perkembangan zaman saat ini, juga mempengaruhi gaya hidup
dalam sehari-hari, yang diduga sebagai salah satu penyebab apendisitis (Sander, 2011)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. ( Wim de Jong et al, 2010). Beberapa literatur menyebutkan
bahwa tindakan apendiktomi ini dapat timbul berbagai masalah keperawatan, salah satu
luka operasi atau insisi yang menyebabkan rusaknya jaringan tubuh dan putusnya ujung-
Insidens apendisitis di Negara maju lebih tinggi dari pada di Negara berkembang.
Namun, dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun. Hal ini di duga
disebabkan oleh meningkatnya penggunaaan makanan berserat pada diet harian. Apendisitis
dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang terjadi.
Insidens tertinggi pada kelompok umur 20 sampai 30 tahun, setelah itu menurun. Insidens
pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak dari pada wanita (Sjamsuhidajat, 2005)
terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya
(WHO 2014). Badan WHO (World Health Organization) menyebutkan insidensi apendisitis
di Asia dan Afrika pada tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Di
Indonesia insiden appendisitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah
pasien dari tahun ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari (Depkes, 2016), kasus
appendisitis pada tahun 2016 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien
appendisitis sebanyak 75.601 orang. Dinkes Sumatera Barat menyebutkan pada tahun 2017
jumlah kasus apendisitis di Sumatera Barat sebanyak 5.980 penderita dan 177 penderita
folikel limfosit, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat peradangan sebelumnya,
mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium (Mansjoer, 2009).
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus
yang berhubungan dengan muntah. Nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah dalam 2-12
jam, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi,
Tindakan pengobatan terhadap apendisitis dapat dilakukan dengan cara operasi. Operasi
apendiks dilakukan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan
membuang apendiks. Adapun respon yang timbul setelah tindakan apendiktomy untuk
kerusakan jaringan dan rusaknya ujung – ujung syaraf yang memyebabkan timbul masalah
Kerusakan intergritas jaringan akibat efek operasi apendiktomy yaitu salah satu masalah
keperawatan yang muncul pada klien post operasi apendisitis dapat diatasi oleh tugas
perawat dengan cara memantau perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari dengan
mencegah penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak lembab,
dan tidak kusut. Melakukan perawatan luka secara aseptik 2 kali sehari dan monitor
karakteristik luka meliputi warna, ukuran, bau dan pengeluaran pada luka. Perawat harus
selalu mempertahankan teknik steril dalam perawatan luka klien (Sjamsuhidajat & De Jong
2011).
Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus tentang penyakit apendiksitis mengenai pemberian “Asuhan keperawatan pada
klien Post Operasi Apendisitis” di Ruang Bedah RSUD Dr.Muhammad Zein Painan.
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Klien Post Operasi Apendisitis di Ruang Bedah
1.3.1Tujuan Umum
Observasi pada studi kasus ini juga mempunyai beberapa tujuan khusus, diantaranya
Apendisitis di Ruang di Ruang Bedah RSUD Dr.Muhammad Zein Painan tahun 2019
Apendisitis di Ruang Ruang Bedah RSUD Dr.Muhammad Zein Painan tahun 2019
manfaat kepada klien dan keluarga untuk dapat mengetahui cara perawatan luka
yang benar pada klien post operasi apendisitisdan teknik steril dalam perawatan
2. Bagi perawat
Hasil penelitian ini dapat di gunakan dalam pengkajian sampai evaluasi keperawatan
dengan teliti yang mengacu pada fokus permasalahan yang tepat sehingga dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara tepat khususnya pada klien post operasi
apendisitis
3. Institusi pendidikan
perkembangan ilmu keperawatan, terutama kajian pada klien dengan post operasi
tambahan referensi tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus post
operasi apendisitis
TINJAUAN PUSTAKA
pada usus buntu atau umbai cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya
fekalit (feses keras yang terutama disebabkan oleh serat) (Wim de Jong et
al, 2010).
pasti, namun usus buntu ini terkadang banyak sekali sel-sel yang berfungsi
untuk mempertahankan atau imunitas tubuh. Dan bila bagian usus ini
mengalami infeksi akan sangat terasa sakit yang luar biasa bagi
makanan keras yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi.
Setelah isi usus tercemar dan usus meradang timbulah kuman-kuman yang
faktor pencetusnya:
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
terbanyak.
2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus..
3) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
apendisitis adalah:
5. Pada anak biasanya rewel, nafsu makan turun karena focus pada
dapat terjadi.
2. Pada titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilicus dan
spina anterior ileum), terasa nyeri tekan local dan kekakuan otot
Suddarth, 2014).
pada kasus apendisitis adalah nyeri namun kadang bisa juga tanpa nyeri
terjadinya perforasi
2.1.4 Pathways
Apendisitis
Peradangan Jaringan
appendektomy
Luka post op
Luka insisi
Kerusakan jaringan
Keruskan
intergritas jaringan
2.1.5 Komplikasi
tenaga medis. Faktor penderita dapat berasal dari pengetahuan dan biaya.
Komplikasi 93% lebih sering terjadi pada anak kecil dibawah usia
2 tahun dan 40-75%% terjadi pada orang tua. Pada anak-anak dinding
1. Abses
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini
2. Perforasi
gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
3. Peritontis
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri
Gejala yang muncul antara lain: Demam 37,7’C, nyeri tekan atau
nyeri abdomen.
1. Penatalaksanaan Medis
pemebedahan dilakukan.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
ditoleransi.
4) Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda-
3. Penatalaksaan Keperawatan
nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan
angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat
Dermawan, 2010).
1. Pemeriksaan Fisik
angkat tingi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
5) Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Pemeriksaan Radiologi
membantu).
2) Ultrasonografi USG
3) CT-Scan.
USG.
75%,
2.3.1 Pengkajian
kesehatan klien ataupun masalah utama yang dialami oleh klien. Dalam
1. Identitas
medis.
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit
dengan skala nyeri lebih dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi
masing.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
4. Riwayat psikologis
5. Riwayat Sosial
gangguan dalam hubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi harus
menjalani operasi.
6. Riwayat Spiritual
keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam hal ibadah. Perlu dikaji
kesembuhannya.
7. Kebiasaan sehari-hari
akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal post
operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai diberikan setelah
8. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Association), 2015:
2) Pemeriksaan Fisik
mengencang (distensi).
apendsitis akut.
e. Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih
3) Sistem Pernafasan
4) Sistem Kardiovaskuler
6) Sistem Perkemihan
output urin, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intake oral
7) Sistem Muskuloskeletal
8) Sistem Integumen
9) Sistem Persarafan
pendengaran.
a. Pemeriksaan USG
Burney.
b. Foto polos
Normal: Tidak tampak ada kelainan pada organ
operasi.
Tabel 2.1 Diagnosa dan Intervensi (NANDA, 2015), (NOC, NIC, 2013)
b. Perawatan daerah
sayatan
1. Jelaskan prosedur
pada pasen,
gunakan persiapan
sensorik
2. Periksa daerah
sayatan terhadap
kemerahan,
bengkak atau
tanda tanda
dehiscense atau
eviserase
NIC
c. Perlindunga infeksi
NIC
secara umum maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada
dilakukan.
teratasi.
Aribowo, H & Andrifiliana, 2011, Infeksi Luka Operasi (Surgical Site Infection),
Yogyakarta, SMF Bedah RSUP Dr. Sarjito.
Clair S.T, 2013. Patient Education Partners in Your Surgical Care Appendectomy,
American collage of surgeons, Chicago.
Krismanuel, H., 2012, Pemulangan Awal dari Rumah Sakit Sesudah Apendisektomi
Terbuka Hubungannya dengan Infeksi Luka Operasi dan Penerimaan
penderita, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Mansjoer, 2009, Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat Edisi II, diterjemahkan
oleh A. Samik Wahab & Soedjono Aswin, Yogyakarta, Gadjah Mada
University.
R Tsamsuhidajat & Wim De jong, 2010, At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3, Jakarta, Erlangga.
Rahayuningsih dan Dermawan, 2010, Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk Pemula,
diterjemahkan oleh Lyndon Saputra, 147, Jakarta, Binarupa Aksara.
76
77
Smeltzer, S. C & Brenda G. Bare, 2014, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth’s Edisi 10, Jakarta, EGC.
Sjamsuhidajat & De Jong 2011, Penatalaksanaan Bedah Umum di RS, Jakarta, EGC.
Saksono, A.B., 2012, Karakteristik lokasi perforasi apendiks dan usia pada
pasien yang didiagnosis apendisitis akut perforasi di RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta, Skripsi, Fakultas Kedokteran, UPN Veteran Jakarta.