Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia sebagai
organ pengatur keseimbangan tubuh dan organ pembuangan zat-zat yang tidak
berguna serta bersifat toksis. Fungsi ginjal yang terpenting adalah untuk
mempertahankan homeostasis bio kimiawi yang normal dalam tubuh, hal ini
dilakukan dengan cara mengeksresikan zat-zat yang tidak diperlukan lali melalui
proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Sindrom Nefrotik
merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan
suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif,
hipoalbuminemia, hiperkolesteronemia serta edema.

Sindroma nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik


glomerulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif (3,5
g/hari), hipoalbuminemia (<3,5 g/dl), hiperkolesterolemia, dan lipiduria. Pada
proses awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala
tersebut harus ditemukan. Proteinuria masif merupakan tanda khas SN, tetapi pada
SN yang berat yang disertai kadar albumin serum rendah, ekskresi protein dalam
urin juga berkurang.

Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada


SN. Hipoalbuminemia,hiperlipidemia,lipiduria,gangguan keseimbangan nitrogen,
hiperkoagulabilitas,gangguan metabolisme kalsium, tulang, dan hormon tiroid
sering dijumpai pada SN. Umumnya pada SN fungsi ginjal normal kecuali
sebagian kasus yang berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir (PGTA).
Pada beberapa episode, SN dapat sembuh sendiri dan menunjukkan respons yang
baik terhadap terapi steroid, tetapi sebagian lain dapat berkembang menjadi
kronik.

Sindrom nefrotik pada anak dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak
terjadi pada usia 1-2 tahun dan 8 tahun.3,4 Pada anakanak yang onsetnya dibawah
usia 8 tahun, ratio antara anak laki-laki dan perempuan bervariasi dari 2:1 hingga
3:2. Pada anak yang lebih tua, remaja dan dewasa, prevalensi antara laki-laki dan
perempuan kira-kira sama.

Data dari International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC)


menunjukkan bahwa 66% pasien dengan minimal change nephrotic syndrome
(MCNS) dan focal segmental glomerulosclerosis (FSGS) adalah laki-laki dan
untuk membrano proliferative glomerulonephritis (MPGN) 65 % nya adalah
perempuan.

Sindroma nefrotik dapat disebabkan oleh GN primer atau sekunder akibat


infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin, dan akibat
penyakit sistemik. Glomerulonefritis primer / idiopatik merupakan penyebab SN
yang paling sering. Penyebab sekunder akibat infeksi yang sering dijumpai
misalnya pada GN pascainfeksi streptokokus atau infeksi virus hepatitis B, akibat
obat misalnya obat antiinflamasi nonsteroid atau preparat emas organik, dan
akibat penyakit sistemik misalnya pada lupus eritematosus sistemik dan diabetes
melitus.

Berdasarkan pemikiran bahwa penyebab SN sangat luas maka anamnesis,


pemeriksaan fisik, serta pemeriksaaan urin termasuk pemeriksaan sedimen perlu
dilakukan dengan cermat. Pemeriksaan kadar albumin dalam serum, kolesterol,
dan trigliserida juga membantu penilaian terhadap SN. Anamnesis penggunaan
obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit sistemik lain perlu
diperhatikan. Pemeriksaan serologik dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder.
Pemeriksaan serologik sering tidak banyak memberikan informasi dan biayanya
mahal. Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologik hanya dilakukan berdasarkan
indikasi yang kuat.

Batu ginjal (renal lithiasis) adalah penyakit yang berasal dari gumpalan kecil
dan keras yang terbentuk di dalam ginjal. Batu ginjal dapat disebabkan oleh
berbagai hal. Pada skenario yang umum, batu ginjal terbentuk ketika urin
berkonsentrasi, mineral mengkristal dan menggumpal. Sakit batu ginjal biasanya
dimulai pada sisi tubuh atau punggung, dibawah pinggul serta bergerak ke perut
bagian bawah dan pangkal paha. Rasa nyeri sering berubah seiring pergerakan
batu ginjal pada saluran urin.

Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam
kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang
menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri
punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai
dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan
tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah
dalam.

Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk
di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis,
nefrolitiasis).
Batu ginjal dapat ataupun tidak menyebabkan tanda dan gejala sampai batu
tersebut bergerak didalam ureter pipa yang menghubungkan ginjal dan kandung
kemih. Batu ginjal terbentuk ketika komponen urin cairan dan berbagai mineral
dan asam hilang keseimbangan. Ketika hal ini terjadi, urin terdapat lebih banyak
zat yang mengkristal, seperti kalsium, oxalate dan uric acid, daripada cairan.

Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam,


menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering
berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi
saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di
dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi.
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran
di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sindrom nefrotik dan batu ginjal ?
2. Apa tanda-tanda sindrom nefrotik dan batu ginjal ?
3. Apa etiologi sindrom nefrotik dan batu ginjal ?
4. Bagaimana patofisiologi sindrom nefrotik dan batu ginjal?
5. Apa manifestasi klinis sindroma nefrotik ?
6. Bagaimana penataklaksanaan diet sindrom nefrotik dan batu ginjal ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi sindrom nefrotik dan batu ginjal
2. Untuk mengetahui tanda-tanda klinis sindrom nefrotik dan batu ginjal
7. Untuk mengetahui etiologi sindrom nefrotik dan batu ginjal
8. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom nefrotik dan batu ginjal
3. Untuk mengetahui penatalaksaan diet penyakit sindrom nefrotik dan
batu ginjal

D. Manfaat
1. Memahami defenisi sindrom nefrotik dan batu ginjal
2. Memahami tanda-tanda klinis sindrom nefrotik dan batu ginjal
3. Memahami etiologi sindrom nefrotik dan batu ginjal
4. Memahami patofisiologi sindrom nefrotik dan batu ginjal
5. Memahami penatalaksaan diet penyakit sindrom nefrotik dan batu
ginjal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1.1 Sindrom Nefrotik

Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,


hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama
pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin
yang kental akibat proteinuria berat.
Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik:
proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema.
Sindroma nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria massif,
hipoalbuminemia, hiperlipemia, dan edema (Wong, Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Vol. 2).

Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Syndrom Nefrotik :


1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik
Sindroma)
Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada
anak usia sekolah.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen, seperti lupus eritematosus
sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi sistem endokarditis,
bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindroma Nefirotik Kongenital
Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi
yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah
edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan
kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak
dilakukan dialisis.

1.1.1 Etiologi

Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh GN (glomerulonefritis) primer


dan sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung
(connective tissue disease), obat atau toksin, dan akibat penyakit sistemik yaitu :

Glomerulonefritis primer:

 GN lesi minimal (GNLM)


 Glomerulosklerosis fokal (GSF)
 GN membranosa (GNMN)
 Gn membranoproliferatif (GNMP)

GN proliferatif lain Glomerulonefritis sekunder akibat:

Infeksi

 HIV, hepatitis virus B dan C


 Sifilis,malaria, skistosoma
 Tuberkulosis, lepra

Keganasan

 Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma hodgkin, mieloma


multipel, dan karsinoma ginjal

Penyakit jaringan penghubung

 Lupus eritematosus sistemik, artritis rematoid, MCTD (mixed connective


tissue disease)

Efek obat dan toksin

 Obat antiinflamasi non steroid, preparat emas, penisilinamin, probenesid,


air raksa, kaptropil, heroin.
Lain-lain

 Diabetes melitus, amiloidosis, pre-eklamsia, rejeksi alograf kronik, refluks


vesikoureter, atau sengatan lebah.

Glomerulonefritis prmer atau idiopatik merupakan penyebab sindrom


nefrotik yang paling sering. Dalam kelompok GN primer, GN lesi minimal
(GNLM), glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS), GN membranosa
(GNMN), dan GN membranoproliferatif (GNMP) merupakan kelainan
histopatologik yang sering ditemuka. Dari 387 biopsi ginjal pasien SN dewasa
yang dikumpulkan di jakarta antara 1990-1999 dan representatif untuk dilaporkan,
GNLM didapatkan pada 44,7%, GNMsP (GN mesangioproliferatif) pada 14,2%,
GSFS pada 11,6%, GNMP pada 8.0%, dan GNMN pada 6,5%.

Penyebab sekunder akibat infeksi yang sering dijumpai misalnya pada GN


pasca infeksi streptokokus atau infeksi virus hepatitis B, akibat obat misalnya obat
antiinflamasi non-steroid atau preparat emas organik, dan akibat penyakit sistemik
misalnya pada lupus eritematosus sistemik dan DM.

1.1.2 Manifestasi Klinik

Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan
cekung bila pitting, dan umumnya ditemukan disekitar mata (preorbital), pada
area ekstremitas (sakrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala
lain seperti malese, sakit kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.

1.1.3 Patofisiologi

1. Pada berbagai kondisi kerusakan membran kapiler glomerulus yang serius


seperti pada glomerulonefritis kronis, DM dengan glomerulosklerosis interkapiler,
amiloidosis ginjal, lupus eritematosus sistemik (SLE), dan tumor ganas sekunder
(pada dewasa tua).

2. Hipoalbuminemia akibat penurunan tekanan onkotik, menyebabkan edema


menyeluruh dimana cairan keluar dari permukaan vaskular.

3. Penurunan volume sirkulasi dan penurunan aktivitas sistem reninangiotensin


yang menyebabkan retensi sodium dan edema.
4. Mekanisme peningkatan lipid yang tidak diketahui.

1.1.4 Pemeriksaan Diagnostik

a. Uji urine

 Protein urine - meningkat


 Urinalisis – cast hialin dan granular , hematuria
 Dipstick urine – positif untuk protein dan darah
 Berat jenis urine – meningkat

b. Uji darah

 Albumin serum – menurun


 Kolesterol serum – meningkat
 Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsentrasi)
 Laju Endap Darah (LED) – meningkat
 Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan

c. Diagnostik

 Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin.

1.1.6 Penatalaksana Gizi

Penuntun diet anak :

a). Tujuan Diet

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan faal ginjal.


2. Mencegah dan mengurangi retensi natrium/air.
3. Menganti protein yang keluar bersama urin.
4. Mengupayakan agar anak tetap tumbuh dan berkembang secara normal
dengan memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal serta
meningkatnya kualitas hidup anak.

b). Syarat Diet

Syarat diet sindrom nefrotik adalah:


1. Energi sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan ideal sesuai tinggi
badan aktual.
2. Protein diberikan sesuai AKG (2 g/kg BB/hari), diutamakan yang bernilai
biologik tinggi.
3. Lemak cukup <30% dari total energi diutamakan lemak tidak jenuh,
rendah kolesterol (<200mg).
4. Natrium dibatasi sesuai dengan beratnya retensi air (0,5-2 g).
5. Vitamin dan mineral diberikan sesuai AKG terutama kalsium dan vitamin
D.

c). Makanan yang dianjurkan

Sumber Energi : beras, kentang, makaroni,bihun misoa, ubi, singkong,


talas,tepung beras, terigu, maizena, hunkwe, havermut, gula, minyak
margari/mentega yang sudah dihilangkan garamnya, santan.

Sumber Protein : Daging, ikan, ayam, susu rendah lemak, kacang-kacangan, dan
hasil olahannya seperti tahu, tempe, oncom.

Sumber Serat : semua sayuran segar, sayur yang diawet tanpa garam dapur,
natrium benzoate, dan soda, semua buah segar, buah yang diawet tanpa garam
dapur.

Lain-lain : Teh, sari buah.

d). Makanan yang tidak dianjurkan

Sumber energi : roti, biskuit, dan kue-kue yang diolah dengan garam dapur, soda
kue, margarin, mentega.

Sumber Protein : Otak, ginjal, lidah, keju,daging, ikan dan telur yang diawetkan
dengan garam, atau ikatan natrium lainnya. Seperti : daging asap, ham bacon,
ebi,dendeng, abon, ikan asin,kornet, serden, telur asin, telur pindang dan
sebagainya. Kacang-kacangan yang diawet dengan garam atau ikatan natrium
lainnya seperti: keju, kacang tanah, tahu asin, tauco.

Sumber serat : sayuran yang diawetkan dengan garam dapur dan ikatan natrium
lainnya seperti : sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan,acar, buah-buahan yang
diawetkan dengan garam dapur dan ikatan natrium lainnya seperti : buah dalam
kaleng, manisan buah dan sebagainya.

Penuntun diet :

a). Jenis Diet

Tinggi Protein Rendah Garam (TP RG) atau diet NS

b). Tujuan

1. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.


2. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
3. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.
4. Mengontrol hipertensi.
5. Mengatasi anoreksia.

c). Syarat Diet

1. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, yaitu


35 kkal/kg BB perhari.
2. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB atau 0,8 g/kg BB ditambah jumlah
protein yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein
bernilai biologik tinggi.
3. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari total kebutuhan energi. Perbandingan
lemak jenuh, lemak jenuh tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1:1:1.
4. KH sebagian sisa kebutuhan energi. Utamakan pergna KH kompleks.
5. Nartium dibatasi, yaitu 1-4 gram sehari, tergantung berat ringannya
edema.
6. Kolesterol dibatasi , 300 mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan
trigliserida darah.
7. Cairan disesuaikan dengn banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
urin ditambahkan 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit
dan pernapasan.
1.2 Batu Ginjal

Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih).

Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).


Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).

Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilangtimbul, biasanya di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut
menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita
mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu
bisa menyebabkan infeksi saluran kemih.

Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih
yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika
penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.

Jenis penyakit yang lainnya :

1). Batu Saluran Kemih (Urolithiasis)

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) adalah kondisi dimana terdapat masa


keras berbentuk batu kristal di sepanjang saluran kemih sehingga menimbulkan
rasa nyeri, pendarahan dan infeksi. Pembentukan batu disebabkan oleh
peningkatan jumlah zat kalsium, oksalat dan asam urat dalam tubuh atau
menurunnya sitrat sebagai zat yang menghambat pembentukan batu.
Batu saluran kemih dikelompokkan berdasarkan lokasi terdapatnya batu
dalam saluran kemih antara lain batu ginjal, saluran ureter, kandung kemih, dan
uretra.Proses pembentukan batu yaitu berasal dari endogen (umur,keturunan, jenis
kelamin,kelainan anatomis ginjal) dan eksogen (iklim,kebiasaan makan) .

2). Batu Kalsium oksalat dan Kalsium Fosfat


Batu Kalsium oksalat dan Kalsium Fosfat adalah batu ginjal yang terdiri
dari batu oksalat (80%), tunggal atau bergabung dengan kalsium fosfat. Umumnya
Hiperkalsiuria (>200 mg dalam urin sehari) terjadi karena tingginya absorpsi
kalsium.

3). Batu asam urat


Batu asam urat adalah penyakit yang berkaitan dengan penyakit gout
artritis, yaitu penyakit yang bersifat malignant dan penyakit gastrointestinal yang
disertai dengan diare. Penyakit ini berpengaruh terhadap metabolism purin. Batu
asam urat terbentuk karena hiperurikemia, dehidrasi, atau nilai pH urin yang
rendah (bersifat asam). Makanan yang mengandung purin tinggi,umumnya
menghasilkan urin yang bersifat asam dan meningkatkan eksresi asam urat
melalui urin.

1.2.1 Gejala Batu Saluran Kemih (BSK)


 Nyeri dan pegal di daerah pinggang. Lokasi nyeri tergantung di mana batu
itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri akibat dari hidronefrosis yang
rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada
costoverteral. .
 Hematuria Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena
adanya trauma yang disebabkan adanya batu atau terjadi kolik.
 Infeksi Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun
infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.
 Kencing panas dan nyeri.
 Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal.

1.2.2 Faktor resiko Batu Saluran Kemih (BSK)


Pria cenderung 4 kali lebih beresiko terkena penyakit batu saluran kemih
dibandingkan perempuan. Dapat disebabkan oleh saluran kemih pada perempuan
lebih pendek didandingkan dengan laki-laki. Biasanya terjadi pada laki-laki yang
berusia 45 tahun sedangkan perempuan 41 tahun.

1.2.3 Pencegahan
Upaya pencegahan merupakan stategi yang dilakukan secara individu
dalam menghalangi sesuatu hal yang buruk dapat terjadi. Upaya pencegahan pada
penyakit batu saluran kemih dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan cairan
untuk mengurangi resiko pembentukan batu di saluran cerna.
Hindari mengkonsumsi tomat kaya akan sodium dan anggur juga
cranberry kaya akan oksalat, meningkatkan jumlah konsumsi makanan yang
mengandung asam sitrat seperti lemon, jeruk dan melon3 juga meningkatkan
asupan kalium tubuh dengan mengonsumsi produk susu, ikan sarden, dan kacang
almond, mengurangi konsumsi makanan yang mengandung senyawa oksalat
seperti bayam dan kentang serta mengonsumsi minyak ikan sebanyak 1.200
mg/hari.

1.2.4 Efek Samping Pengobatan Medis


Penyakit batu ginjal jika tidak diobati dengan tepat maka dapat
menyumbat saluran kemih sehingga meningkatkan rasa sakit kemudian menjadi
gagal ginjal. Pengobatan batu ginjal dapat dilakukan dengan prosedur membuat
sayatan yang besar pada tubuh pasien sehingga terdapat resiko tinggi dalam
melakukannya. Seiring perkembangan teknologi, prosedur dalam membuat
sayatan besar tidak dilakukan lagi sehingga operasi dapat dilakukan tanpa rawat
inap.

1.2.5 Patofisiologi
Batu saluran kemih biasanya timbul karena adanya kerusakan pada sistem
keseimbangan organ ginjal kita. Dua aktivitas yang berlawanan pada fungsi ginjal
yaitu ginjal harus mengolah air, dan ginjal juga harus mengekskresikan materi
yang derajat kelarutannya rendah. Dua aktivitas berlawanan ini harus
diseimbangkan dalam adaptasi terhadap diet, iklim dan aktivitas (Wortmann,
2012).
Secara teori batu saluran kemih terbentuk di saluran kemih terutama
daerah-daerah yang sering mengalami penghambatan aliran urin (Purnomo, 2011).
Ada beberapa teori yang menerangkan proses pembentukan batu saluran kemih.
1). Teori Supersaturasi
Kalsium, oksalat dan fosfat membentuk banyak senyawa kompleks terlarut
yang stabil dengan komposisinya terdiri atas zat itu sendiri dan substansi urin
lainnya. Akibatnya, aktivitas ion bebas dari zat itu lebih rendah dari pada
konsentrasi kimiawinya, dan hanya dapat diukur melalui teknik tidak langsung.
Penurunan ligan seperti sitrat dapat meningkatkan aktivitas ion tanpa mengubah
konsentrasi kalsium dalam urin.
Supersaturasi urin dapat ditingkatkan melalui dehidrasi atau melalui
ekskresi yang berlebihan dari pada kalsium, oksalat, fosfat sistin atau asam urat.
Selain itu pH urin juga perlu diperhatikan karena fosfat dan asam urat merupakan
asam lemah yang akan meningkatkan konsentrasi pada pH yang rendah
(Wortmann, 2012).
Inisiasi dan pembentukan batu ini menggambarkan bahwa pembentukan
kristal-kristal diawali dari dalam ginjal. Agar kristal terbentuk urin harus jenuh
sehubungan dengan materi batu yang akan terbentuk, hal inilah yang disebut
supersaturasi. Tingkat kejenuhan ini berkorelasi dengan pembentukan batu, maka
menurunkan tingkat kejenuhan ini efektif untuk mencegah kekambuhan batu
(Worcester et al, 2008).
2). Nukleasi
Batu terbentuk di dalam saluran kemih karena adanya inti batu (nucleus).
Pertikel yang kelewat supersaturasi akan mengalami pengendapan dan memulai
nukleasi sehingga akhirnya membentuk batu (Purnomo, 2011).
3). Penghambat Kristalisasi
Inti yang stabil harus tumbuh dan berkelompok untuk membentuk sebuah
batu yang mempunyai arti klinis. Urin mempunyai banyak inhibitor poten pada
proses pertumbuhan dan pengelompokan kalsium oksalat dan kalsium fosfat,
tetapi tidak berfungsi untuk penghambatan asam urat, sistin atau struvit.
Piroposfat anorganik adalah inhibitor poten untuk kalsium fosfat dari pada
kalsium oksalat. Glikoprotein menghambat pembentukan kalsium oksalat (Favus
et al, 2000).
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat, xanthyn, sistin, silikat dan unsur
lainnya :
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu sekitar 70 sampai 80 persen dari
seluruh kasus batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini bisa tunggal atau
gabungan terdiri atas kalsium oksalat saja atau dengan kalsium fosfat. (Purnomo,
2011).
Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
1). Hiperkalsiuri adalah kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300
mg/24 jam. Penyebab terjadinya hiperkalsiuri ini bisa berupa hiperkalsiuri
idiopatik yang bersifat hereditar. Selain itu pada beberapa pasien hal ini terjadi
karena tingginya absorpsi kalsium (Wortmann, 2012).
2). Hiperoksaluri adalah ekskresi oksalat urin yang melebihi 45 gram per hari.
Pasien yang mengalami gangguan ini banyak terjadi pada pasien sehabis
menjalani pembedahan usus dan yang banyak mengkonsumsi diet kaya oksalat
(Purnomo, 2011).
3). Hiperurikosuria adalah kadar asam urat dalam urin melebihi 850 mg/24 jam
(Purnomo, 2011). Sekitar 20% kalsium oksalat pembentuk batu karena
hiperurikosuria (Aspilin et al, 2010).
4). Hipositraturia di temukan pada 20% sampai 40% pembentukan batu kalsium
(Aspilin et al, 2010).
b. Batu Struvit
Akibat infeksi saluran kemih akan menyebabkan terbentuk batu struvit.
Bakteri yang menyerang umumnya dari spesies Proteus, yang mempunyai urase,
yaitu enzim yang mendegradasi urea menjadi NH3 dan CO2 . NH3 mengalami
hidrolisis menjadi NH4+ dan menaikkan pH menjadi 8 sampai 9.
CO2 mengalami hidrasi menjadi H2CO3 dan selanjutnya berdisosiasi
menjadi CO32- yang mengalami presipitasi dengan kalsium menjadi CaCO3.
NH4+ terpresipitasi dengan PO43- dan Mg 2+ membentuk MgNH4PO4. Hasilnya
adalah batu kalsium karbonat tercampur dengan struvit (Favus et al, 2000).
c. Batu Sistin
Sistinuria bisa terbentuk melalui defek transpor asam amino yang
terganggu pada sikat pembatas di tubulus ginjal dan sel epitel di intersitium. Batu
ini hanya terbentuk pada pasien dengan sistinuria (Favus et al, 2000).
d. Batu Asam urat
Batu asam urat biasanya berkaitan dengan penyakit gout arthritis, yaitu
penyakit yang mempunyai sifat malignant serta penyakit yang menyerang
gastrointestinal yang disertai dengan diare. Batu asam urat ini paling sedikit
diderita pasien batu ginjal tetapi secara signifikan lebih umum di antara
pembentuk batu dengan sindrom metabolik.
Urin yang terlalu asam merupakan salah satu penyebab kelainan utama
nefrolitiasis asam urat selain itu bisa juga disebabkan hiperurikemia dan dehidrasi.
Batu asam urat ini merupakan 5 – 10% dari seluruh batu saluran kemih.

1.2.6 Managemen Diet


1). Pada Pasien Batu Ginjal (Diet Nefrolitiasis)
a. Tujuan Diet adalah mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali
batu ginjal, meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara
mengencerkan urin melalui peningkatan asupan cairan, memberikan diet
sesuai dengan komponen utama batu ginjal.
b. Syarat Diet adalah energi diberikan sesuai dengan kebutuhan, protein
sedang, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total, lemak sedang, yaitu
15 -25% dari kebutuhan energi total, karbohidrat sisa dari kebutuhan
energi total, cairan tinggi, yaitu 2,5 – 3 liter/hari, setengahnya dari
minuman air putih, pembatasan makanan sesuai dengan jenis batu.
2). Pada Pasien Batu Kalsium Oksalat dan Kalsium Fosfat (Diet Rendah Oksalat
Tinggi Sisa Asam)
a. Tujuan Diet adalah untuk mencegah atau memperlambat terbentuknya
batu kalsium oksalat atau batu kalsium fosfat.
b. Syarat diet adalah energi sesuai kebutuhan, protein sedang, yaitu 10-
15% dari kebutuhan energi total atau 0,8 g/kg BB/hari, lemak sesuai
kebutuhan, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total, karbohidrat sisa dari
kebutuhan energi total, cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, setengahnya
dari minuman air putih, natrium sedang, yaitu 2300 mg (setara dengan 5
gram garam dapur), pemberian ini untuk menghindari adanya kalsiuria,
kalsium normal, yaitu 500 -800 mg/hari.
Pembatasan kalsium tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
keseimbangan kalsium negatif, serat tidak larut air tinggi, karena serat
dapat mengikat kalsium, sehingga membatasi penyerapannya, oksalat
rendah dengan cara membatasi makanan tinggi oksalat, fosfat normal.
Dengan Diet Rendah Fosfat tidak dapat mencegah pembentukan batu
fosfat.
c. Bahan makanan yang dibatasi
1) Sumber kalsium : susu dan keju serta makanan yang dibuat dari susu,
teri dan ikan yang dimakan dengan tulang.
2) Sumber oksalat : makanan yang dapat meningkatkan ekskresi oksalat
melalui ginjal yaitu kentang, ubi, bayam, bit, stroberi, anggur, kacang-
kacangan, teh dan coklat.
3. Pada Pasien Batu Asam Urat (Diet Rendah Purin Tinggi Sisa Basa)
a. Tujuan Diet adalah membantu menurunkan kadar asam urat dalam
plasma darah, meningkatkan pH urin menjadi 6-6, 5.
b. Syarat diet adalah energi sesuai kebutuhan, protein cukup, yaitu 10-15%
dari kebutuhan energi total, lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan
energi total, karbohidrat sisa dari kebutuhan energi total, hindari bahan
makanan sumber protein yang mengandung purin > 100 mg/100 gram
bahan makanan, makanan yang menghasilkan sisa basa tinggi diutamakan,
dan yang menghasilkan sisa asam tinggi dibatasi, cairan tinggi yaitu, 2,5-3
liter/hari, setengahnya berasal dari air putih, mineral dan vitamin cukup.
c. Bahan makanan yang cenderung menghasilkan sisa basa tinggi
1) Susu : susu, susu asam, dan krim.
2) Lemak : minyak kelapa, kelapa dan santan.
3) Sayuran : semua jenis sayuran terutama bayam dan bit.
4) Buah : semua jenis buah.
d. Bahan makanan yang cenderung menghasilkan sisa asam tinggi
1) Sumber karbohidrat : nasi, roti, dan hasil terigu lainnya, macaroni,
spageti, cereal, mi, cake dan kue kering.
2) Sumber protein : daging, ikan, kerang, telur, keju, kacang-kacangan dan
hasil olahannya.
3) Sumber lemak : lemak hewan.
e. Bahan makanan yang bersifat netral
1) Sumber karbohidrat : jagung, tapioca, gula, sirup dan madu.
2) Sumber lemak : minyak goreng selain minyak kelapa, margarine dan
mentega.
3) Minuman : kopi dan teh.

1.2.7 Penatalaksanaan Diet


a). Jenis Diet
b). Tujuan
1. Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal
2. Meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan urin
melalui peningkatan asupan cairan.
3. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal
c). Syarat diet
1. Energi diberikan sesuai kebutuhan
2. Protein sedang ,yaitu 10-15% dari kebutuhan total energi.
3. Lemak sedang ,yaitu 15-25% dari kebutuhan total energi.
4. KH sisa dari kebutuhan total energi.
5. Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hr, separonyaberasal dari minuman
6. Pembatasan makanan sesuai dengan jenis batu.

Anda mungkin juga menyukai