Anda di halaman 1dari 15

URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN APRESIASI SISWA TERHADAP


KEARIFAN BUDAYA LOKAL

Heri Cahyono & Iswati


Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara No.166 Kota Metro Lampung 34111
e-mail: hericahyono808@gmail.com & iswatiummetro@yahoo.com

Abstract
Indonesia is a pluralistic country. Plurality, apart to become a wealth and pride, of course also be
a crucial challenge. Multicultural education is an activity in developing human potential that is
able to appreciate the wide range of differences and an effort to increase students’ appreciation of the
wisdom of the local culture. This paper is a literature review encouraging the multicultural educa-
tion as an educational concept that is very urgent to be implemented in the education unit, given
once occurred various problems of conflicts caused by cultural differences. This paper examines how
the concept of multicultural education, multicultural education curriculum development in schools,
the development of multicultural education in the school curriculum, and the role of multicultural
education in improving the students’ appreciation of the local cultural wisdom.
Keywords: multicultural Education, the students’ appreciation, local wisdom

Abstrak
Indonesia merupakan negara yang majemuk. Kemajemukan selain mampu menjadi sebuah
kekayaan dan kebanggaan tentu juga menjadi sebuah tantangan yang krusial. Pendidikan multi-
kultural merupakan suatu kegiatan dalam mengembangkan potensi manusia yang mampu meng-
hargai berbagai macam perbedaan dan sebagai usaha dalam meningkatkan apresiasi siswa terhadap
kearifan budaya lokal yang ada. Tulisan ini merupakan sebuah kajian literatur yang memandang
pendidikan multikultural merupakan sebuah konsep pendidikan yang sangat urgent untuk diim-
plementasikan dalam satuan pendidikan, mengingat kerap sekali terjadi berbagai permasalahan
konflik yang dilatar belakangi oleh perbedaan budaya. Tulisan ini mengkaji bagaimana konsep
pendidikan multikultural, pengembangan kurikulum pendidikan multikultural di sekolah, pengem-
bangan kurikulum pendidikan multikultural di sekolah, dan peran pendidikan multikultural dalam
meningkatkan apresiasi siswa terhadap kearifan budaya lokal.
Kata kunci: pendidikan multikultural, apresiasi siswa, budaya lokal

15
16 | Elementary Elementary Vol. 3 Edisi Januari-Juni 2017

Pendahuluan Kemajemukan masyarakat Indonesia paling


Indonesia merupakan salah satu negara terbesar tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik,
di dunia, sebagai negara yang memiliki jumlah pertama secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan
penduduk sekitar 249,9 juta jiwa ini menunjukan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
bahwa bangsa indonesia sangat beragam dilihat perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan
dari kondisi sosio-kultural yang beraneka ragam. kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh
Nasikun menjelaskan bahwa kemajemukan adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan
masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.3 Sehingga
dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal, ia perbedaan-perbedaan tersebut akan menjadi
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan beban atau kekayaan tergantung bagaimana cara
sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, mengolahnya. Dengan semboyan Bhineka Tunggal
adat, serta perbedaan kedaerahan, dan kedua secara Ika yang telah dicetuskan oleh para founding fathers
vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan bangsa ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat
vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang hidup bersama berdampingan dalam suasana aman,
cukup tajam.1 Hefner mengilustrasikan Indonesia damai, dan sejahtera. Sehingga sebagai usaha
sebagaimana juga Malaysia dan Singapura memiliki dalam meningkatkan apresiasi siswa terhadap
warisan dan tantangan pluralisme budaya (cultural kearifan lokal tidak akan lepas dari peran sebuah
pluralism) secara lebih mencolok, sehingga lembaga pendidikan. Sehingga menurut Muhaimin
dipandang sebagai lokus klasik bagi bentukan baru yang dikutip Sapendi menyatakan, ada tiga kunci
masyarakat majemuk (plural society).2 pokok yang dapat dipakai untuk mengembangkan
pendidikan multikultural. Pertama, diintegrasikan
Keberagaman tersebut selain mampu menjadi
melalui pembelajaran dengan metode diskusi
sebuah kekuatan dan kekayan serta kebanggaan
pada kelompok-kelompok kecil. Kedua, berupa
tersendiri, akan tetapi kemajemukan tersebut pun
kepekaan terhadap informasi terutama berkaitan
menjadi sebuah tantangan tersendiri seperti halnya
isu-isu masyarakat multikultural, sebab didalamnya
dapat memicu berbagai permasalahan. Sehingga jika
terdapat ethno-kultural dan agama, demokrasi dan
diibaratkan multikulturalitas bangsa Indonesia ini
pluralitas, kemanusiaan universal dan subyek lain
dapat diibaratkan sebuah pisau yang memiliki mata
yang relevan. Ketiga, mengubah paradigma dengan
ganda. Di satu sisi ia dapat menjadi potensi yang
menanamkan sikap saling menghormati, tulus dan
berharga dalam membangun peradaban bangsa,
toleran terhadap keanekaragaman budaya ditengah
namun disisi lain apabila tidak dapat dikendalikan
masyarakat, dengan memperkuat basik spiritual
dengan sebaik mungkin, multikulturalitas tersebut
yang peka terhadap masalah sosial-keagamaan.4
akan melahirkan berbagai macam konflik yang
mampu memecah belah sendi-sendi persatuan dan Dari latarbelakang diatas dapat dirumuskan
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara bahkan bagaimana urgensi pendidikan multikultural
disintegrasi bangsa. disekolah sebagai usaha dalam meningkatkan
apresiasi siswa terhadap budaya lokal. Sehingga
tujuan tulisan ini berusaha memaparkan bagaimana
1
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: pt.
RajaGrafindo Persada., 2007. Hal. 33 3
Opcite, Nasikun, Sistem Sosial..... Hal. 33
2
Hefner, Robert W. Politik Multikulturalisme: 4
Sapendi, INTERNALISASI NILAI-NILAI
Menggugat Realitas Kebangsaan. Terjemahan oleh Bernardus MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN
Hidayat dari judul asli The Politics of Multiculturalism, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Pluralism and Citizenship in Malaysia, Singapore, and (Pendidikan Tanpa Kekerasan), RAHEEMA: Jurnal Studi
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 2007. Hal. 16 Gender dan Anak
URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ..... | 17

urgensi pendidikan multikulutal tersebut dan secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya,
bagaimana implementasinya didalam satuan ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status
pendidikan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik social, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian
yaitu menggunakan teori-teori para ahli tentang dalam proses pendidikan.8 Ahli lain, Sleeter dan
pendidikan multikultural dalam ruang merawat Grant dan Smith sebagaimana dikutip Zamroni
budaya lokal yang kemudian dilakukan analisa mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai
agar ditemukan titik efektifitas terhadap urgensi suatu pendekatan progresif untuk melakukan
pendidikan multikultural. transformasi pendidikan yang secara holistik
memberikan kritik dan menunjukkan kelemahan-
kelemahan, kegagalan-kegagalan dan diskriminasi
Pembahasan yang terjadi di dunia pendidikan.9
Konsep Pendidikan Multikultural
Sejalan dengan berbagai pemikiran diatas maka
Pengertian Pendidikan Multikultural adalah
disini Muhaemin el Ma’hadi berpendapat bahwa
merupakan suatu gerakan pembaharuan dan proses
secara sederhana pendidikan multikultural dapat
untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang
didefinisikan sebagai pendidikan tentang keragaman
setara untuk seluruh siswa. Sebagai sebuah gerakan
kebudayaan dalam merespon perubahan demografis
pembaharuan, istilah pendidikan multikultural
dan kultural lingkungan masyarakat tertentu
masih dipandang asing bagi masyarakat umum,
atau bahkan dunia secara keseluruhan (global).10
bahkan penafsiran terhadap definisi maupun
Sehingga Multikulturalisme adalah landasan budaya
pengertian pendidikan multikultural juga masih
yang terkait dengan pencapaian civility (keadaban),
diperdebatkan di kalangan pakar pendidikan.
yang amat esensial bagi terwujudnya demokrasi
Seperti pendapat Andersen dan Cusher bahwa
yang berkeadaban, dan keadaban yang demokratis.11
pendidikan multikultural diartikan sebagai
pendidikan mengenai keragaman kebudayaan.5 Multikultural merupakan suatu konsep dan
Kemudian James Banks mendefinisikan pendidikan implementasi yang belum sepenuhnya disadari
multikultural sebagai pendidikan untuk people of segenap warga masyarakat. Setiap manusia terlahir
color.6 Artinya pendidikan multikultural ingin dalam keadaan berbeda satu sama lain, membawa
mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan sejumlah karakter fisik dan psikis yang berbeda,
(anugrah Tuhan/ sunatullah) kemudian bagaimana di samping itu setiap individu memiliki sistem
kita mampu mensikapi perbedaan tersebut dengan keyakinan, yang berbeda belum sepenuhnya bisa
penuh toleran dan semangat egaliter.7 diterima dengan nalar kolektif masyarakat. Nalar
kolektif masyarakat tentang multikultural masih
Sedangkan Hernandez, mengartikan
terkooptasi logisentrisme, tafsir hegemonik yang
pendidikan multikultural sebagai perspektif yang
mengakui realitas sosial, politik, dan ekonomi 8
Hernandez, Hilda. Multicultural Education: A teacher
yang dialami oleh masing-masing individu dalam Guide to linking Context, Process, and Content, New Jersy &
pertemuan manusia yang kompleks dan beragam Ohio : Prentice Hall. 1989.
9
Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat
Multikultural. Yogyakarta: Gavin Kalam Utama, 2011. Hal. 114
5
Mahfud, Choirul. Pendidikan Multikultura, Yogyakarta 10
Muhaemin el Ma’hadi, Multikulturalisme dan
: Pustaka Pelajar. 2008, Hal.175 Pendidikan Multikultural, 27 Mei 2004
6
Ibid, 11
Azra, Azyumardi, Demokrasi Multikultural . Harian
7
Ibid, Republika, 12 Agustus 2004.
18 | Elementary Elementary Vol. 3 Edisi Januari-Juni 2017

sarat prasangka, curiga, kebencian, dan reduksi kelompok atau suku bangsa tersebut tidak
terhadap kelom-pok yang ada diluar dirinya. menyadari dari mana asal warisan kebijaksanaan
Tingkat pemahaman masyarakat Indonesia tentang tersebut. Generasi berikutnya terkondisikan untuk
multikultural sangat beragam. Namun demikian, menerima “kebenaran-kebenaran” tersebut tentang
pada mayoritas masyarakat Indonesia telah sadar kehidupan di sekitar mereka, karena norma dan nilai
akan pentingnya multikultural ini sebagai kekuatan tertentu telah ditetapkan oleh generasi sebelumnya.
bangsa, dan bukannya potensi untuk mencerai Namun demikian, norma dan nilai tertentu dari
beraikan persatuan dan kesatuan. suatu daerah atau suku bangsa, dapat diterima atau
tidak tergantung dari persepsi, pengetahuan dan
Secara konseptual,12 M.G.Smith dalam Abdul
keyakinan dari orang-orang yang bersangkutan.
Rachman mendefinisikan bahwa multikultural
bangsa sebagai sesuatu yang lebih dari hanya Pada umumnya individu-individu cenderung
keragaman kebudayaan. Masyarakat yang benar- menerima dan mempercayai apa yang dikatakan
benar bersifat plural hanyalah apabila ada sesuatu budaya mereka. Hal ini dapat dipahami, karena
keanekaragaman yang resmi (diakui) di dalam manusia yang hidup tumbuh dan berkembang
sistem dasar dari kelembagaan-kelembagaan yang dipengaruhi oleh keluarga dan masyarakat dimana
diwajibkan. Kejelasan dari konsep M.G.Smith kita dibesarkan dan tinggal. Tentunya terlepas
karena ia bertolak dari premis bahwa sistem dari bagaimana validatas obyektif masukan
kelembagaan apapun cenderung mengarah kepada dan penanaman budaya ini pada diri kita. Pada
integrasi dan kekentalan internal sementara setiap umumnya individu akan mengabaikan atau menolak
kelompok-kelompok yang berbeda akan cenderung apa yang bertentangan “kebenaran” kultural atau
membentuk suatu kesatuan sosial budaya yang bertentangan dengan kepercayan-kepercayaan yang
berdekatan. diyakininya.
Terlepas dari konteks wilayah dan zaman Budaya adalah gaya hidup unik suatu
yang memang sangat berpengaruh munculnya kelompok manusia tertentu (Dedi Mulyana,2001).
sebuah konsep, namun kecenderungan adanya Budaya merupakan pengetahuan yang dapat
penyeragaman terhadap bermacam-macam suku dikomunikasikan, sifat-sifat perilaku dipelajari
bangsa. Kecenderungan ini akan menempatkan yang juga ada pada anggota-anggota dalam suatu
suku bangsa tertentu yang mayoritas sebagai unsur kelompok sosial dan berwujud dalam lembaga-
yang berhak mengatasnama dirinya “mewakili lembaga artefak-artefak mereka. E.B.Taylor,
masyarakat”. Walau-pun pada kenyataannya dapat pakar Antropologi menyebutkan budaya sebagai
menimbulkan sikap primodial yang menguta- keseluruhan dimensi meliputi pengetahuan,
makan kepentingan suatu kelompok atau komunitas kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat,
masyarakat tertentu. dan kemampuan-kemampuan atau kebiasaan-
kebiasaan lain yang diperoleh angggota-anggota
Pada dasarnya manusia menciptakan budaya
suatu masyarakat. Dalam hal ini setiap kelompok
atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu
budaya menghasilkan jawaban-jawaban khususnya
adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis
sendiri terhadap tantangan-tantangan hidup seperti
mereka. Kebiasaan-kebiasaan, praktek-praktek, dan
kelahiran, pertumbuhan, hubungan-hubungan
tradisi-tradisi untuk terus hidup dan berkembang
sosial, dan bahkan kematian.
diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya
dalam suatu masyarakat tertentu. Pada gilirannya Sebagaimana telah kita ketahui bahwa budaya
memberikan identitas kepada sekelompok orang
12
Dadang Syahroni, http://dedimulyana96.blogspot.
co.id/2015/03/makalah-persatuan-dan-kesatuan-bangsa.html.
terhadap karakteristik kulturnya. Beberapa aspek
URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ..... | 19

budaya tampak jelas dalam perilaku manusia, namun hubungan, dan cara-cara memelihara kohesi
ada pula aspek lainnya tersembunyi. Sebagian dari dan konsensus kelompok. Banyak cara atau
aspek-aspek budaya ini eksplisit dalam adat dan pendekatan yang berlainan untuk menganalisis dan
pengetahuan masyarakat, dan mungkin berwujud mengkategorikan suatu budaya agar budaya tersebut
dalam hukum adat, tradisi-tradisi yang dipercayai lebih mudah dipahami.
oleh kelompok masyarakatnya.
Secara sederhana pendidikan multikultural,
Di antara sekian banyak definisi budaya, dapat didefinisikan sebagai “pendidikan untuk/
ada definisi yang menyebutkan budaya sebagai tentang keragaman kebudayaan dalam merespon
rancangan-rancangan yang tercipta secara historis perubahan demografis dan kultural lingkungan
untuk hidup untuk hidup yang bisa rasional, masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara
irasional dan nonrasional. Perilaku rasional dalam keseluruhan”.13 Pendidikan multikultural dapat
suatu budaya didasarkan atas apa yang dianggap dilihat dari 3 (tiga) aspek: konsep, gerakan, dan
kelompok masuk akal untuk mencapai tujuan- proses. 14 Dari aspek konsepnya, pendidikan
tujunannya. Perilaku irasional menyimpang dari multikultural dipahami sebagai ide yang
norma-norma yang diterima suatu masyarakat dan memandang semua siswa tanpa memperhatikan
mungkin bersumber dari frustasi seseorang dalam gender dan kelas sosial mereka, etnik mereka, ras
usaha memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. mereka, dan atau karakteristik-karakteristik kultural
Perilaku irasional akan dilakukan orang tanpa lainnya memiliki kesempatan yang sama untuk
disertai logika dan kemungkinan besar sebagai belajar di kelas. Dari aspek gerakannya, pendidikan
suatu respons emosional. Perilaku nonrasional tidak multikultural didefinisikan sebagai usaha untuk
berdasarkan logika, tidak juga bertentangan dengan mengubah sekolah-sekolah dan institusiinstitusi
ekspetasi-ekspetasi yang masuk akal. Banyak pendidikan sehingga siswa dari semua kelas sosial,
perilaku termasuk ke dalam kedua jenis ini. Kita gender, ras, dan kelompok-kelompok kultural
tidak menyadari mengapa kita melakukan perilaku memiliki kesempatan yang sama untuk belajar.
itu, mengapa kita mempercayai yang kita lakukan, Perubahan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada
atau bahwa mungkin berpra-sangka menurut kurikulum, tetapi juga aspek lain seperti metode,
pandangan orang-orang di luar kelompok budaya strategi, manajemen pembelajaran, dan lingkungan
kita. sekolah. Dari aspek prosesnya, pendidikan
multikultural dapat dipahami sebagai proses untuk
Manusia menciptakan budaya tidak hanya
mencapai tujuan agar kesetaraan pendidikan dapat
sebagai suatu mekanisme adaptif terhadap
dicapai oleh semua siswa. Kesetaraan pendidikan,
lingkungan biologis dan geofisik mereka tetapi
seperti kemerdekaan dan keadilan tidak mudah
juga sebagai alat untuk memberikan adil dari evolusi
dicapai, karena itu proses ini harus berlangsung
sosial kita. Dengan demikian manusia sebagai
terus-menerus.
mahluk individu, akan melekat sifat-sifat bawaan
yang dapat disebabkan dari sifat generasi manusia
sebelumnya. Dalam perkembangannya lingkungan
geofisik dimana kita tinggal dan berada seperti
rumah, sekolah, tempat ibadah, tempat kantor,
atau tempat lainnya memberikan konteks budaya Rustam Ibrahim, ADDIN, Vol. 7, No. 1, Februari 2013
13

Sapendi, INTERNALISASI NILAI-NILAI


14
yang berpengaruh terhadap perilaku kita. Budaya
MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN
memudahkan kehidupan untuk memecahkan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
masalah-masalah dengan menerapkan pola-pola (Pendidikan Tanpa Kekerasan), RAHEEMA: Jurnal Studi
Gender dan Anak
20 | Elementary Elementary Vol. 3 Edisi Januari-Juni 2017

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Perbedaan-perbedaan pada diri anak didik


Multikultural di Sekolah yang harus diakui dalam pendidikan multikultural,
Wacana pendidikan multikulturalisme antara lain mencakup penduduk minoritas etnis
memang sempat menghangat di media masa dan dan ras, kelompok pemeluk agama, perbedaan
banyak menjadi bahan diskusi di sejumlah forum, agama, perbedaan jenis kelamin, kondisi ekonomi,
tapi sayangnya tidak diikuti dengan sejumlah daerah/asal-usul, ketidakmampuan fisik dan mental,
upaya secara sungguh-sungguh dan kontinue kelompok umur, dan lain-lain.16 Melalui pendidikan
untuk mempormulasikannya kedalam gagasan multikultural ini anak didik diberi kesempatan dan
yang lebih aflikatif. Bahkan dapat dikatakan, upaya pilihan untuk mendukung dan memperhatikan satu
mempromosikan konsep pendidikan multikultural atau beberapa budaya, misalnya sistem nilai, gaya
sebagai bagian dari upaya meredam potensi konflik hidup, atau bahasa.17
horisontal maupun vertikal bangsa akibat salah
Pendidikan multikultural bisa muncul
paham soal SARA belum berjalan secara signifikan.
berbentuk bidang studi, program dan praktik yang
S ebagai implikasinya, upaya-upaya direncanakan lembaga pendidikan untuk merespon
memperlunak kebekuan dan mencairkan tuntutan, kebutuhan, dan aspirasi berbagai
kekakuan pemikiran keagamaan dan kemanusiaan kelompok. Sebagaimana ditunjukkan oleh Grant
dari masing- masing agama dan budaya belum dan Seleeten dalam Sutarno,18 Meminjam sistem
dianggap terlalu penting untuk digiring kearah klasifikasi Robinson, Nasikun menyampaikan
pendidikan. Mulai dari segi materi dan metodelogi bahwa ada tiga perspektif multikulturalisme di
yang diajarkan disekolah, pesantren, seminar, dan dalam sistem pendidikan: (1) perspektif ”cultural
masyarakat umumnya, memiliki kencenderungan assimilation”; (2) perspektif ”cultural pluralism”; dan
untuk mengajarkan pendidikan agama secara parsial (3) perspektif ”cultural synthesis”.19
(kulitnya saja).
James Banks menjelaskan bahwa pendidikan
Implementasi pendidikan multikultur pada multikultural memiliki lima dimensi yang saling
jenjang pendidikan dasar dan menengah, dapat berkaitan dan dapat membantu guru dalam
dilakukan secara komprehensif melalui pendidikan mengimplementasikan beberapa program yang
kewargaan dan melalui Pendidikan Agama, mampu merespon terhadap perbedaan pelajar
dapat dilakukan melalui pemberdayaan slot- (siswa), 20 yaitu: Dimensi integrasi isi/materi
slot kurikulum atau penambahan atau perluasan (content integration), Dimensi konstruksi
kompetensi hasil belajar dalam konteks pembinaan pengetahuan (knowledge construction), Dimensi
akhlak mulia, memiliki intensitas untuk membina pengurangan prasangka (prejudice ruduction),
dan mengembangkan kerukunan hidup antar
umat beragama, dengan memberi penekanan pada 16
Baker G.C. Planning dan Organizing for Multicultural
Instruction. (2nd). California: Addison-Elsey Publishing
berbagai kompetensi dasar sebagaimana telah
Company, 1994. Hal. 11
terpapar di atas. Kemudian, juga harus dilakukan 17
http://eprints.uny.ac.id/307/1/PENDIDIKAN_
dalam pendekatan deduktif dengan kajian yang M U LT I K U LT U R A L _ DA L A M _ P L U R A LI S M E _
BANGSA.pdf
relevan, kemudian dikembangkan menjadi norma- 18
Sutarno. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Ditjen
norma keagamaan, norma hukum, etik, maupun Dikti.(2007)
norma sosial kemasyarakatan.15 19
Nasikun. Imperatif Pendidikan Multikultural di
Masyarakat Majemuk. Makalah. Disampaikan di Universitas
Muhammadiyah Surakarta Sabtu, 8 Januari 2005 di Ruang
Seminar FE UMS.
https://alvazghany.wordpress.com/2012/11/09/
15 20
James Banks, Multiethnic Education: Theory and
membumikan-pendidikan-multikultural-di-sekolahan/ Practice, 3rd ed. Boston; Allyn and Boston, 1994. Hal. 196.
URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ..... | 21

Dimensi pendidikan yang sama/adil (equitable Lingkungan sosial yang aman dan nyaman dapat
pedagogy) dan Dimensi pemberdayaan budaya diciptakan oleh guru melalui bahasa yang dipilih,
sekolah dan struktur sosial (empowering school hubungan simpatik antar siswa, dan perlakuan adil
culture and social structure).21 terhadap siswa yang beragam budayanya.
Dari aspek metodik, strategi dan manajemen
pembelajaran merupakan aspek penting dalam 3. Gaya pengajaran guru (teaching style).
pendidikan multikultural. Harry K. Wong, Selain lingkungan fisik dan sosial, siswa
penulis buku How to be an Active Teacher the First juga memerlukan gaya pengajaran guru yang
Days of School, sebagaimana dikutip Linda Starr menggembirakan. Menurut Garcia gaya pengajaran
mendefinisikan manajemen pembelajaran sebagai guru merupakan gaya kepemimpinan atau teknik
“praktik dan prosedur yang memungkinkan guru pengawalan yang digunakan guru dalam proses
mengajar dan siswa belajar.” Terkait dengan praktik pembelajaran (the kind of leadership or governance
dan prosedur ini, Ricardo L. Garcia dalam Blajan techniques a teacher uses). Dalam proses pembelajaran,
Konradus22 menyebutkan 3 (tiga) faktor dalam gaya kepemimpinan guru sangat berpengaruh bagi
manajemen pembelajaran, yaitu: ada-tidaknya peluang siswa untuk berbagi pendapat
dan membuat keputusan. Gaya kepemimpinan
1. Lingkungan fisik (physical environment) guru berkisar pada otoriter, demokratis, dan
bebas (laizzes faire). Gaya kepemimpinan otoriter
Untuk menciptakan lingkungan fisik yang
tidak memberikan peluang kepada siswa untuk
aman dan nyaman, guru dapat mempertimbangkan
saling berbagi pendapat. Apa yang diajarkan
aspek pencahayaan, warna, pengaturan meja dan
guru kepada siswa ditentukan sendiri oleh sang
kursi, tanaman, dan musik. Guru yang memiliki
guru. Sebaliknya, gaya kepemimpinan guru yang
pemahaman terhadap latar belakang budaya
demokratis memberikan peluang kepada siswa
siswanya, akan menciptakan lingkungan fisik yang
untuk menentukan materi yang perlu dipelajari
kondusif untuk belajar.
siswa. Selanjutnya, guru yang menggunakan gaya
kepemimpinan bebas (laizzes faire) menyerahkan
2. Lingkungan sosial (human environment)
sepenuhnya kepada siswa untuk menentukan materi
21
Content Integration: Dimensi ini digunakan oleh pembelajaran di kelas. Untuk kelas yang beragam
guru untuk memberikan keterangan dengan “poin kunci” latar belakang budaya siswanya, agaknya, lebih cocok
pembelajaran dengan merefleksi materi yang berbeda-beda.
dengan gaya kepemimpinan guru yang demokratis.
Knowledge construction: Suatu dimensi dimana para guru
membantu siswa untuk memahami beberapa perspektif dan Adapun pendekatan dalam pendidikan
merumuskan kesimpulan yang dipengaruhi oleh disiplin
pengetahuan yang mereka miliki. Prejudice ruduction: multikultural telah berkembang sejak tahun 1960-an
Guru melakukan banyak usaha untuk membantu siswa dapat diidentifikasi dengan empat pendekatan yang
dalam mengembangkan perilaku positif tentang perbedaan mengintegrasikan materi etnis dan multikultural ke
kelompok. Equitable pedagogy: Dimensi ini memperhatikan
cara-cara dalam mengubah fasilitas pembelajaran sehingga dalam kurikulum:
mempermudah pencapaian hasil belajar pada sejumlah siswa
1. Pendekatan Kontribusi ( the contribution
dari berbagai kelompok. Empowering school culture and social
structure: Dimensi ini penting dalam memperdayakan budaya approach)
siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari kelompok Pendekatan ini mencerminkan sedikitnya
yang berbeda. Lihat. Rustam Ibrahim, ADDIN, Vol. 7, No. 1,
Februari 2013 jumlah keterlibatan dalam pendekatan
22
Blajan Konradus, Majalah Ilmiah INDIKATOR, pendidikan multikultural. Hal ini
Volume XIII, Nomor 1, Maret 2011  lihat. http:// dimasukkan dengan memilih buku-buku
jurnalonlineuniflor.blogspot.co.id/2012/04/majalah-ilmiah-
indikator-edisi-maret_17.html dan kegiatan yang merayakan hari libur,
22 | Elementary Elementary Vol. 3 Edisi Januari-Juni 2017

pahlawan, dan acara khusus dari berbagai negatif atas keragaman telah melahirkan penderitaan
budaya. panjang bagi umat manusia. Di Indonesia sendiri,
2. Pendekatan Aditif (The Additive Approach) konflik kekerasan yang melibatkan suku, agama, ras
dan golongan (SARA) masih sering terjadi. Berbagai
Dalam konten ini pendekatan, konsep,
peristiwa berdarah seperti di ambon, poso, sampit,
tema, dan perspektif ditambahkan ke
sambas dan berbagai daerah lainnya memberikan
kurikulum tanpa mengubah struktur
gambaran betapa rentannya gesekan yang terjadi
dasar. Ini melibatkan menggabungkan
akibat adanya perbedaan pandangan, pola hidup dan
literatur oleh dan tentang orang-orang
gesekan kebudayaan antara masyarakat mayoritas
dari beragam budaya ke dalam kurikulum
dan minoritas.
utama tanpa mengubah kurikulum.
Sebagai contoh, memeriksa perspektif Rapuhnya kehidupan berbangsa dan bernegara
asli Amerika tentang Thanksgiving akan serta pengakuan atas hak-hak asasi manusia saat
menambahkan keragaman budaya dengan ini mendorong munculnya gerakan pengakuan
pandangan tradisional Thanksgiving. dan persamaan akan keragaman budaya serta
3. Pe n d e k a t a n Tr a n s f o r m a s i ( The eksistensinya di dalam masyarakat yang dikenal
Transformation Approach) dengan istilah multikulturalisme. Secara sederhana
multikulturalisme dapat dipahami sebagai sikap
Pendekatan ini benar-benar mengubah
bagaimana masing-masing kelompok bersedia
struktur kurikulum dan mendorong siswa
untuk menyatu (integrate) tanpa mempedulikan
untuk melihat konsep, isu, tema, dan
keragaman budaya yang dimiliki. Mereka semua
masalah dari perspektif etnik dan beberapa
melebur, sehingga pada akhirnya ada proses
sudut pandang. Sebagai contoh, sebuah
“hibridisasi” yang meminta setiap individu untuk
unit pada  Thanksgiving  akan menjadi
tidak menonjolkan perbedaan masing-masing
seluruh unit mengeksplorasi konflik
kultur.
budaya
4. Pendekatan Sosial Aksi (The Social Action Sebuah kesadaran akan pentingnya
Approach ) multikulturalisme tersebut hanya dapat berkembang
Pendekatan ini menggabungkan dengan baik apabila secara terus-menerus dilatihkan
pendekatan transformasi dengan kegiatan dan dididikkan pada generasi-generasi selanjutnya
untuk berjuang untuk perubahan sosial. melalui pendidikan. Dengan pendidikan, sikap saling
Siswa tidak hanya diperintahkan untuk menghargai terhadap perbedaan akan berkembang
memahami dan pertanyaan isu-isu sosial, bila generasi penerus dilatih dan disadarkan akan
tapi juga melakukan sesuatu yang penting pentingnya penghargaan pada orang lain dan
tentang hal itu. budaya lain. Oleh karena pendidikan multicultural
sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai konflik
horizontal,  seperti keragaman suku, ras dan agama
Memelihara Persatuan dalam Perbedaan serta konflik vertical seperti tingkat pendidikan,
Kebijakan yang sentralistis dan pengawalan yang ekonomi dan sosial budaya bangsa Indonesia.
ketat terhadap isu perbedaan telah menghilangkan
Peran pendidikan di dalam multikulturalisme
kemampuan masyarakat untuk memikirkan,
hanya dapat dimengerti di dalam kaitannya dengan
membicarakan dan memecahkan persoalan yang
falsafah hidup, kenyataan sosial, yang akan meliputi
muncul dari perbedaan secara terbuka, rasional dan
disiplin-disiplin yang lain seperti agama, social
damai. Sejarah menunjukkan, pemaknaan secara
science, antropologi, sosiologi dsb. Dengan demikian
URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ..... | 23

multikulturalisme dan pendidikan bukanlah masalah bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang
teknis pendidikan belaka, tetapi memerlukan dapat mengatasi sekaligus menjembatani jalinan
suatu konsep pemikiran serta pengembangan yang antarkomponen bangsa.
meminta partisipasi antar disiplin. Pendidikan
Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa,
multikultural dapat dijadikan sarana untuk mengikis
dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku
perbedaan-perbedaan yang dapat menjadi buah bagi
bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda,
adanya perpecahan.
namun selain perbedaan suku-suku itu juga
Realitas suatu bangsa yang menunjukkan memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik
adanya kondisi keanekaragaman budaya, menga­ tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang
rahkan pada pilihan untuk menganut asas multi­ berasaskan kekeluargaan.
kulturalisme. Dalam asas multikultu­ralisme ada
Untuk dapat bersatu kita harus memiliki
kesadaran bahwa bangsa itu tidak tunggal, tetapi
pedoman yang dapat menyeragamkan pandangan
terdiri atas sekian banyak komponen yang berbeda.
kita dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-
Multikluturalisme menekankan prinsip tidak ada
hari. Dengan demikian, akan terjadi persamaan
kebudayaan yang tinggi dan tidak ada kebudayaan
langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia.
yang rendah di antara keragaman budaya tersebut.
Pedoman tersebut adalah Pancasila, kita harus dapat
Semua kebudayaan pada prinsipnya sama-sama ada
meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai
dan karena itu harus diperlakukan dalam konteks
suku bangsa di Indonesia.
duduk sama rendah dan berdiri  sama tinggi. Asas itu
pulalah yang diambil oleh Indonesia, yang kemudian Membiasakan bersahabat dan saling membantu
dirumuskan dalam semboyan yaitu “bhineka tunggal dengan sesama warga yang ada di lingkungan kita,
ika”. seperti gotong royong akan dapat memudahkan
tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa.
“Bhinneka Tunggal Ika” merupakan
Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib
alat pemersatu bangsa. Bhinneka Tunggal
sepenanggungan, sebangsa, dan sehati dalam
Ika merupakan semboyan bangsa kita yang
kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan
mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang
kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah.
berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri
atas berbagai suku yang beranekaragam budaya Dalam pandangan Koentjaraningrat Indonesia
daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, dapat disebut sebagai negara plural terlengkap  di
memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu dunia di samping negara Amerika.23 Di Amerika
bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu dikenal semboyan et pluribus unum, yang mirip
juga bendera kebangsaan merah putih sebagai dengan bhineka tunggal ika, yang berarti  banyak
lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di namun hakikatnya satu. Semboyan Bhineka
bawah falsafah dan dasar negara Pancasila. Tunggal Ika memang menjadi sangat penting
ditengah beragamnya adat dan budaya Indonesia.
Realitas historis menunjukkan bahwa bangsa
Menjadi barang percuma, apabila semboyan penuh
Indonesia berdiri tegak di antara keragaman
makna tersebut hanya menjadi pelengkap burung
budaya yang ada. Salah satu contoh nyata yaitu
garuda penghias dinding. Bhineka Tunggal Ika
dengan dipilihnya bahasa Melayu sebagai akar
bermakna berbeda beda tetapi tetap satu jua, sebuah
bahasa persatuan yang kemudian berkembang
semboyan jitu yang terbukti berhasil menyatukan
menjadi bahasa Indonesia. Dengan kesadaran
yang tinggi semua komponen bangsa menyepakati
23
Koentjaraningrat, Masalah Kesukubangsaan dan
sebuah konsensus bersama untuk menjadikan Integrasi Nasional, Jakarta : UIP, 1993, Hal. 55
24 | Elementary Elementary Vol. 3 Edisi Januari-Juni 2017

bangsa dengan sejuta suku, bangsa yang kaya akan Kita mesti bangga, memiliki suku dan budaya
ideologi, menjadi sebuah bangsa yang utuh dan yang beragam. Keragaman suku dan budaya
merdeka. Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai
pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benar-benar harganya. Bangsa asing saja banyak yang berebut
memahami maknanya. Negara kita juga memiliki belajar budaya daerah kita. Bahkan kita pun sempat
alat-alat pemersatu bangsa yang lain, yakni: kecolongan, budaya asli daerah kita
1. Dasar Negara Pancasila
2. Bendera Merah Putih sebagai bendera Pendidikan Multikultural Dalam Meningkatkan
kebangsaan Apresiasi Siswa Terhadap Kearifan Budaya
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Lokal
dan bahasa persatuan Penyelenggaraan pendidikan multicultural
4. Lambang Negara Burung Garuda didunia pendidkan diyakini dapat menjadi solusi
5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi
di masyarakat. Oleh karena itu urgensi Pendidikan
6. Lagu-lagu perjuangan
Multikultural Di Indonesia, dijabarkan sebagai
Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang
berikut:
sengaja diciptakan agar persatuan dan kesatuan
bangsa tetap terjaga. Persatuan dalam keragaman
1. Sebagai sarana alternatif pemecahan konflik
memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam
Spectrum kultur masyarakat Indonesia yang
keragaman harus dipahami oleh setiap warga
amat beragam menjadi tantangan bagi dunia
masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai
pendidikan guna mengolah perbedaan tersebut
berikut :
menjadi suatu asset, bukan sumber perpecahan.
1. Kehidupan yang serasi, selaras dan Saat ini, pendidikan multicultural mempunyai dua
seimbang tanggung jawab besar, yaitu menyiapkan bangsa
2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya luar
3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber di era globalisasi dan menyatukan bangsa sendiri
masalah yang terdiri dari berbagai macam budaya.
4. Pembangunan berjalan lancar Memang pendidikan kebangsaan dan ideology
Adapun sikap yang perlu dikembangkan untuk telah banyak diberikan diperguruan tinggi,
mewujudkan persatuan dalam keragaman antara namun pendidikan multicultural belum diberikan
lain: dengan proporsi yang benar. Maka, sekolah dan
perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan
1. Tidak memandang rendah suku atau
dapat mengembangkan pendidikan multicultural
budaya yang lain
dengan model masing-masing sesuai asas otonomi
2. Tidak menganggap suku dan budayanya
pendidikan atau sekolah. Pendidikan multicultural
paling tinggi dan paling baik
sebaiknya lebih ditekankan pada mata pelajaran
3. Menerima keragaman suku bangsa dan kebangsaan dan moral.
budaya sebagai kekayaan bangsa yang tak
Pada dasarnya, model-model pembelajaran
ternilai harganya
sebelumnya yang berkaitan dengan kebangsaan
4. Lebih mengutamakan negara daripada
memang sudah ada. Namun, hal itu masih
kepentingan daerah atau suku masing-
kurang memadai sebagai sarana pendidikan guna
masing.
URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ..... | 25

menghargai perbedaan masing-masing suku, budaya, Dunia pendidikan kita saat ini sangat berat
etnis. Hal itu terlihat dengan munculnya konflik dan kompleks. Maka, upaya antisipasi perlu
yang kerap terjadi pada realitas kehidupan berbangsa dipikirkan secara serius. Jika tidak ditanggapi
dan bernegara saat ini. Hal itu menunjukkan bahwa dengan serius dan disertai solusi konkret, utamanya
pemahaman toleransi masih amat kurang. pada pendidikan kita yang bertanggung jawab
Hingga detik ini, jumlah siswa dan mahasiswa penuh atas kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang memahami apa yang sebenernya ada di dinegeri ini, maka anak-anak generasi bangsa ini
balik budaya suatu bangsa masih sangat sedikit. bisa kehilangan arah, tercerabut dari akar budayanya
Menurut Suyanto, pakar pendidikan, masyarakat sendiri. Coba kita bayangkan, jika persinggungan
justru mengetahui lebih dalam mengenai stereotip budaya hanya terjadi antar budaya yang berbeda,
suatu suku bangsa dibandingkan mengenal apa itu mungkin masih mudah di atasi. Tetapi, dalam
yang sebenarnya dimiliki suku tersebut. Padahal, era globalisasi seperti saat ini, pertemuan antar
dalam konteks diskursus pendidikan multicultural, buadaya sudah luar biasa dan kompleks. Maka,
memahami makna di balik realitas budaya suatu jelas dimungkinkan terjadinya gesekan dan tarik
suku bangsa, itu merupakan hal yang esensial. Maka, ulur yang saling mempengaruhi antar budaya. Dan
penyelenggaraan pendidikan multicultural dapat sangat dimungkinkan kekhawatiran Samuel P.
dikatakan berhasil bila terbentuk pada diri siswa Huntington dalam tesisnya The Clash of Civilization
dan mahasiswa sikap hidup saling toleran, tidak akan terwujud. Menurut H.A.R. Tilaar, pendidikan
bermusuhan dan tidak berkonflik yang disebabkan multicultural telah menjadi suatu tuntutan yang
oleh perbedaan budaya, suku, bahasa, adat istiadat tidak dapat ditawar-tawar dalam membangun
atau lainnya. Indonesia baru. Dalam pandangan guru besar
emeritus Program Pascasarjana UNJ ini, pendidikan
multicultural memerlukan kajian yang mendalam
2. Supaya Siswa Tidak Tercerabut dari Akar
mengenai konsep dan praksis pelaksanaanya.24
Budaya
Selain sebagai sarana alternatif pemecahan Konsep pendidikan multicultural belum dikaji
konflik, pendidikan multicultural juga signifikan secara serius pada dunia pendidikan kita. Tetapi,
dalam membina siswa agar tidak tercerabut dari bila ditilik secara yuridis, sebetulnya Undang-
akar budaya yang ia miliki sebelumnya, tatkala Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003
ia berhadapan dengan realitas sosial budaya di telah memberikan peluang untuk menjabarkan lebih
era globalisasi. Dalam era globalisasi saat ini, lanjut terhadap konsep pendidikan multicultural,
pertemuan antarbudaya menjadi ancaman serius utamanya dalam pasal 4 ayat 1 yang mengatur
bagi anak didik. Untuk mensikapi realitas global tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan
tersebut, siswa hendaknya diberi penyadaran akan yang mempertimbangkan nilai-nilai cultural
pengetahuan yang beragam, sehingga mereka masyarakat yang sangat beragam. Sebetulnya,
memiliki kompetensi yang luas akan pengetahuan realitas multicultural yang ada di Indonesia
global, termasuk aspek kebudayaan. merupakan kekayaan yang bisa menjadi modal
untuk mengembangkan suatu kekuatan budaya.
Mengingat beragamnya realitas kebudayaan
Selain itu, ia juga sebagai kekayaan yang luar biasa,
di Negara ini, dan di luar negeri, siswa pada era
yang tidak dimiliki orang lain. Maka, jelas bahwa
globalisasi ini sudah tentu perlu diberi materi
kekayaan tersebut patut kita jaga dan lestarikan.
tentang pemahaman banyak budaya, atau pendidikan
multikulturalisme, agar siswa tidak tercerabut dari
akar budayanya itu. 24
Berita Harian Republika, Jum’at 17 September 2004
26 | Elementary Elementary Vol. 3 Edisi Januari-Juni 2017

3.
Sebagai landasan Pengembangan sesuatu yang dapat diterjemahkan sebagai hasil
Kurikulum Nasional belajar. Keragaman itu menjadi suatu variable bebas
Dalam melakukan pengembangan kurikulum yang memiliki kontribusi sangat signifikan terhadap
sebagai titik tolak dalam proses belajar mengajar, atau keberhasilan kurikulum, baik sebagai proses maupun
guna memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran sebagai hasil.
yang harus dikuasai oleh siswa dengan ukuran atau Oleh karena itu, keragaman tersebut harus
tingkatan tertentu. Pendidikan multicultural sebagai menjadi faktor yang diperhitungkan dalam
landasan pengembangan kurikulum menjadi sangat menentukan filsafat, teori, visi, pengembangan
penting. dokumen, sosialisasi,dan pelaksanaan kurikulum.
Pemerintah, bersama para pakar dari PT, perlu Pengembangkan kurikulum dengan menggunakan
menyusun konsep pendidikan multicultural untuk pendekatan pengembangan multicultural harus
dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. didasarkan pada empat prinsip. Pertama, keragaman
Sehingga, generasi muda memiliki ketahanan dan budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat.
identitas nasional dan pada gilirannya ancaman Kedua, keragaman budaya dijadikan dasar dalam
disintegrasi bangsa dapat dicegah. Maka, pendidikan mengembangkan berbagai komponen kurikulum,
multicultural perlu dimasukan ke dalam kurikulum seperti tujuan, konten, proses, dan evaluai. Ketiga,
pendidikan, mulai SD hingga Perguruan Tinggi budaya dilingkungan unit pendidikan adalah sumber
(PT), agar generasi muda Indonesia memiliki belajar dan objek studi yang harus dijadikan bagian
identitas nasional. Atau dapat juga dirumuskan dari kegiatan belajar siswa. Keempat, kurikulum
materi tersendiri yang di dalamnya mencakup esensi berperan sebagai media dalam mengembangkan
pendidikan multicultural. kebudayaan daerah dan nasional.

Dengan cara ini diharapkan bahwa generasi Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik,
muda di Negara ini setidaknya-tidaknya memiliki dan kemampuan ekkonomi adalah suatu realita
identitas nasional, sehingga mereka tidak mudah masyarakat dan bangsa Indonesia. Realitas tersebut
dipecah belah, dan mampu bersaing di era memang berposisi sebagai objek peripheral dalam
perdagangan bebas dan era globalisasi seperti proses pengembangan kurikulum nasional. Posisi
saat ini. Negara yang berpenduduk majemuk sebagai objek menguntungkan karena ia seringkali
seperti Amerika, Australia dan Kanada pun telah di abaikan oleh para otoritas pengembang
mengajarkan pendidikan multicultural pada sekolah kurikulum. Sayangnya, kedudukannya yang menjadi
formal dan informal. objek berubah menjadi subjek dan penentu dalam
implementasi kurikulum, tetapi tetap dijadikan
Menurut Hamid Hasan,25 bahwa masyarakat
landasan ketika guru mengembangkan kurikulum.
dan bangsa Indonesia memiliki keragaman sosial
Padahal, keragaman itu seperti telah disebutkan
budaya, aspirasi politik dan kemampuan ekonomi.
berpengaruh langsung terhadap kemampuan guru
Keragaman tersebut berpengaruh langsung
dalam melaksanakan kurikulum, kemampuan
terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan
sekolah dalam menyediakan pengalaman belajar,
kurikulum, kemampuan sekolah dalam menyediakan
dan kemampuan siswa dalam berproses dalam
pengelaman belajar, dan kemampuan siswa dalam
belajar dan dalam mengolah informasi menjadi
berproses, belajar dan mengolah informasi menjadi
sesuatu yang dapat diterjemahkan sebagai hasil
25
S. Hamid Hasan, Multikultural Untuk Penyempurnaan belajar.
Kurikulum Nasional, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 026,
6, Oktober, 2000, 510-523 Posisi keragaman sebagai variable bebas
memang berada pada tataran sekolah dan
URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ..... | 27

masyarakat dimana suatu kurikulum dikembangkan saling menghargai, menghormati, toleransi antara
dan diharapkan menjadi pengubah yang tangguh satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Dalam
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dapat konteks ini ditegaskan, bahwa perbedaan bukan
diperkirakan (perceived needs of a society). Secara menjadi penghalang untuk bersatu padu meraih
nyata, pengaruh tersebut berada pada diri guru tujuan dan mewujudkan cita-cita dalam kehidupan
yang bertanggungjawab terhadap pengembangan berbangsa dan bernegara sebagaimana termaktub
kurikulum, bukan pada siswa yang menjalani dalam UUD 1945 dan Pancasila.
kurikulum. Ki Hadjar Dewantara menyatakan
Model multikulturalisme ini sebenarnya telah
bahwa kebudayaan merupakan faktor penting
digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa
sebagai akar pendidikan suatu bangsa.26
(founding fathers) Indonesia dalam mendesain
Ahli kurikulum lain seperti Print menyatakan apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa,
pentingnya kebudayaan sebagai landasan bagi sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal
kurikulum dengan mengatakan : curriculum is a 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa
construct of that culture.27 Kebudayaan merupakan (Indonesia) adalah puncak kebudayaan di daerah”.
totalitas cara manusia hidup dan mengembangkan Upaya membangun Indonesia yang multikultural
pola kehidupannya sehingga ia tidak saja menjadi hanya mungkin dapat terwujud bila:
landasan dimana kurikulum dikembangkan tetapi
a. Konsep multikulturalisme menyebar luas
juga menjadi target hasil pengembangan kurikulum.
dan dipahami urgensinya bagi bangsa
Secara intrinsic, para pengembang kurikulum dalam
Indonesia yang multicultural ini, juga
merumuskan filosofi, visi dan tujuan pendidikan,
adanya keinginan bangsa Indonesia pada
sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan,
tingkat nasional maupun lokal untuk
pandangan hidup, dan keyakinan hidupnya.
mangadopsi dan menjadikannya sebagai
pedoman hidup.
4. Menuju Masyarakat Indonesia yang
b. Adanya kesamaan pemahaman di
Multikultural
antara para ahli mengenai makna
Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi multikulturalisme bagi kehidupan
(perombakan tatanan kehidupan menuju tatanan berbangsa dan bernegara.
yang lebih baik) di atas adalah terciptanya sebuah
c. Upaya-upaya lain yang dapat dilakukan
“masyarakat multikultural Indonesia”. Dalam
guna mewujudkan cita-cita ini.
masyarakat multikultural ditegaskan, bahwa corak
d. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat
masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika ini
disamakan dengan konsep keanekaragaman
bukan hanya dimaksudkan pada keanekaragaman
secara sukubangsa atau kebudayaan saja
suku bangsa, melainkan juga keanekaragaman
yang menjadi ciri masyarakat majemuk,
kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia
karena multikulturalisme menekankan
secara keseluruhan.
keanekaragaman kebudayaan dalam
Eksistensi keberagaman kebudayaan tersebut kesederajatan atau kesetaraan budaya.
selalu dijaga/ terjaga yang bisa tampak dalam sikap

26
Ki Hajar Dewantara, Dasar-dasar pendidikan, dalam Kesimpulan
karya Ki Hajar Dewantara bagian pertama : pendidikan (
Yogyakarta : Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1936, Pendidikan Multikultural adalah merupakan
1945, 1946. suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk
27
M. Print, Curricullum Development and Design (St. menciptakan lingkungan pendidikan yang setara
Leonard : Allen & Unwin Pty, Ltd, 1993. Hal. 201
28 | Elementary Elementary Vol. 3 Edisi Januari-Juni 2017

untuk seluruh siswa, Dari aspek konsepnya, http://eprints.uny.ac.id/307/1/PENDIDIKAN_


pendidikan multikultural dipahami sebagai ide yang M U LT I K U LT U R A L _ D A L A M _
memandang semua siswa tanpa memperhatikan PLURALISME_BANGSA.pdf
gender dan kelas sosial mereka, etnik mereka, ras
James Banks, Multiethnic Education: Theory and
mereka, dan atau karakteristik-karakteristik kultural
Practice, 3rd ed. Boston; Allyn and Boston,
lainnya memiliki kesempatan yang sama untuk
1994
belajar di kelas. Implementasi pendidikan multikultur
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dapat Kebangsaan. Terjemahan oleh Bernardus Hidayat
dilakukan secara komprehensif melalui pendidikan dari judul asli The Politics of Multiculturalism,
kewargaan dan melalui Pendidikan Agama, Pluralism and Citizenship in Malaysia,
dapat dilakukan melalui pemberdayaan slot- Singapore, and Indonesia. Yogyakarta: Kanisius,
slot kurikulum atau penambahan atau perluasan 2007.
kompetensi hasil belajar dalam konteks pembinaan
Ki Hajar Dewantara, Dasar-dasar pendidikan, dalam
akhlak mulia, memiliki intensitas untuk membina
karya Ki Hajar Dewantara bagian pertama
dan mengembangkan kerukunan hidup. Sehingga
: pendidikan, Yogyakarta : Majelis Luhur
dalam hal ini terdapat empat pendekatan yang
Persatuan Taman Siswa, 1936, 1945, 1946.
mengintegrasikan materi etnis dan multikultural
ke dalam kurikulum yakni Pendekatan Kontribusi Koentjaraningrat, Masalah Kesukubangsaan dan
(the contribution approach), Pendekatan Aditif (The Integrasi Nasional, Jakarta : UIP, 1993
Additive Approach), Pendekatan Transformasi (The
Transformation Approach), Pendekatan Sosial Aksi M. Print, Curricullum Development and Design, St.
(The Social Action Approach ). Leonard : Allen & Unwin Pty, Ltd, 1993.

Mahfud, Choirul. Pendidikan Multikultura,


Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008
Daftar Pustaka
Muhaemin el Ma’hadi, Multikulturalisme dan
Azra, Azyumardi, Demokrasi Multikultural. Harian
Pendidikan Multikultural, 27 Mei 2004
Republika, 12 Agustus, 2004
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: pt.
Baker G.C. Planning dan Organizing for
RajaGrafindo Persada. 2007
Multicultural Instruction. (2nd). California:
Addison-Elsey Publishing Company, 1994 , Imperatif Pendidikan Multikultural di
Masyarakat Majemuk. Makalah. Disampaikan
Berita Harian Republika, Jum’at 17 September 2004
di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Blajan Konradus, Majalah Ilmiah INDIKATOR, Sabtu, 8 Januari 2005 di Ruang Seminar FE
Volume XIII, Nomor 1, Maret 2011  UMS.

Hefner, Robert W. Politik Multikulturalisme: Rustam Ibrahim, ADDIN, Vol. 7, No. 1, Februari
Menggugat Realitas 2013

Hernandez, Hilda. Multicultural Education: A S. Hamid Hasan, Multikultural Untuk


teacher Guide to linking Context, Process, and Penyempurnaan Kurikulum Nasional, Jurnal
Content, New Jersy & Ohio : Prentice Hall, Pendidikan dan Kebudayaan, 026, 6, Oktober,
1989 2000
URGENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ..... | 29

S a p e n d i , I N T ER N A LI S A S I N I L A I - Internet
NILAI MULTIKULTURAL DALAM http://jurnalonlineuniflor.blogspot.co.id/2012/04/
P EM B ELA JA RA N P EN D I D I KA N majalah-ilmiah-indikator-edisimaret_17.html
AGAMA ISLAM DI SEKOLAH (Pendidikan
Tanpa Kekerasan), RAHEEMA: Jurnal Studi https://alvazghany.wordpress.com/2012/11/09/
Gender dan Anak. membumikan-pendidikanmultikultural-di-
sekolahan/
Sutarno. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Ditjen
Dikti, 2007 http://dedimulyana96.blogspot.co.id/2015/03/
makalah-persatuan-dan-kesatuan bangsa.html
Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat
Multikultural. Yogyakarta: Gavin Kalam
Utama, 2011

Anda mungkin juga menyukai