Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi
pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan
maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan
menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan
kinerja yang baik.
Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan penyebab
terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut pihak pimpinan
sebaiknya memberikan program orientasi kepada tenaga perawat/bidan yang baru pada hari
pertama mereka bekerja, karena perawat/bidan tidak dapat diharapkan bekerja dengan baik dan
patuh, apabila peraturan/prosedur atau kebijakan yang ada tidak diketahui, tidak jelas, atau
tidak dijalankan sebagai mestinya. Selain memberikan orientasi, pimpinan harus menjelaskan
secara rinci peraturan peraturan yang sering dilanggar, berikut rasional dan konsekwensinya.
Demikian pula peraturan/prosedur atau kebijakan yang mengalami perubahan atau
diperbaharui, sebaiknya diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif.
Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan yang diberikan telah gagal,
karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan untuk
melakukan kesalahan dan harus belajar dari kesalahan tersebut. Tindakan indisipliner
sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan prosedur yang
berlaku menurut tingkat pelanggaran dan klasifikasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Disiplin dalam SPK dan Standar Outcome dalam Mutu Pelayanan Kebidanan
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Disiplin dalam SPK dalam Mutu Pelayanan Kebidanan
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Outcome dalam Mutu Pelayanan Kebidanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Disiplin Standar Pelayanan Kebidanan (SPK)


Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan
yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar
pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang
bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan
keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan
Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan
2. Melindungi Masyarakat
3. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan
4. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari
5. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan
pendidikan (Depkes RI, 2001:2)
Format Standar Pelayanan Kebidanan
Dalam membahas tiap standar pelayanan kebidanan digunakan format bahasan sebagai beriku
:

1. Tujuan merupakan tujuan standar


2. Pernyataan standar berisi pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan, dengan
penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan.
3. Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam bentuk yang
dapat diatur.
4. Prasyarat yang diperlukan (misalnya, alat, obat, ketrampilan) agar pelaksana pelayanan dapat
menerapkan standar.
5. Proses yang berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar (Depkes
RI, 2001:2).
Dasar hukum penerapan SPK adalah:
1. Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992 (Diperbaharui UU Kesehatan No.36 tahun
2009)
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992 kewajiban tenaga kesehatan
adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, menghormati hak pasien, menjaga
kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien, memberikan informasi dan meminta persetujuan
(Informed consent), dan membuat serta memelihara rekam medik.
Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga
kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik.
Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan tugasnya sesuai
dengan profesi tenaga kesehatan serta mendapat penghargaan.
2. Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia tenggara
tahun 1995 tentang SPK
Pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada
setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar tertentu agar aman
dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO mengembangkan Standar Pelayanan
Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia, khususnya
untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat. Standar ini
diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan.
3. Pertemuan Program tingkat propinsi DIY tentang penerapan SPK 1999
Bidan sebagai tenaga profesional merupakan ujung tombak dalam pemeriksaan kehamilan
seharusnya sesuai dengan prosedur standar pelayanan kebidanan yang telah ada yang telah
tertulis dan ditetapkan sesuai dengan kondisi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes
DIY, 1999).
4. Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktek bidan. Pada BAB I yaitu tentang KETENTUAN UMUM pasal 1 ayat 6 yang berbunyi
Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
melaksanakan profesi secara baik.
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kebidanan serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar
pelayanan pofesi yang telah ditetapkan. Standar profesi pada dasarnya merupakan kesepakatan
antar anggota profesi sendiri, sehingga bersifat wajib menjadi pedoman dalam pelaksanaan
setiap kegiatan profesi (Heni dan Asmar, 2005:29)

B. Standar Outcome
1. Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien
2. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
3. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
4. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien
a) Kepuasan Pelanggan
Pembelian atau penggunaan jasa memutuskan memberikan suatu penilaian terhadap produk
atau jasa dan bertindak atas dasar itu. Apakah pembeli puas setelah membelanjakan tergantung
kepada penampilan yang ditawarkan dalam hubungannya dengan harapan pembeli.
Philip Kotler dalam bukunya “Marketing Management” , memberikan definisi tentang
kepuasan pelanggan (customer satisfaction): “Kepuasan adalah tingkat keadaan yang
dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan pemampilan atau outcome
produk yang dirasakan dalam hubungannya denagn harapan seseorang”.
Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan
harapan.
Ada 3 tingkat kepuasan :
1. Bila penampilan kurang dari harapan pelanggan tidak dipuaskan
2. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas
3. Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang
Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/ klien) dipengaruhi oleh
beberapa faktor :
1. pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, dalam hal ini aspek
komunikasi memegang peranan penting
2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukan oleh para petugas kesehatan, kemudahan dalam
melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para
pelanggan. Sikapa ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor inin akan berpengaruh pada
tingkat kepatuhan pasien (compliance)
3. Biaya (cost), tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral hazard pasien
dan keluarganya, “yang penting sembuh” sehingga menyebabkan mereka menerima saja jenis
perawatan dan teknologi yang ditawarkan petugas kesehatan. Akibatnya, biaya perawatan
menjadi mahal. Informasi terbatas yang dimiliki pasien dan keluarganya tentang perawatan
yang diterima dapat menjadi sumber keluhan pasien. Sistem asuransi kesehatan dapat
mengatasi masalah biaya kesehatan.
4. Bukti langsung penampilan fisik (tangibility); meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai
dan sarana komunikasi
5. Jaminan keamamnan yang ditunjukkan petugas kesehatan (assurance); kemampuan kesopanan
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan,
ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter.
6. Kehandalan (reliability); merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan.
7. Daya tanggap/ kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap keluhan pasien
(responsiveness); keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan
pelayanan dengan tanggap.
Nilai Standar Kepuasan
 Penampilan yg diperkirakan
 Kewajaran
 Berdasarkan norma, pengalamam
 Nilai
 Teloransi umum
 Ideal
 Keinginan atau janji penjual
 Kepantasan
Praktik Pelayanan Medis yang Baik
 Praktek rasional berdasarkan ilmu pengetahuan
 Menekankan pencegahan
 Memerlukan kerjasama yg cerdik
 Memperlakukan individu seutuhnya
 Mempertahankan hubungan pribadi akrab
 Dikoordinasikan dgn pekerjaan kesejahteraan sosia
 Mengkoordinasikan semua jenis pelayanan kesehatan
 Pelaksanaan semua pelayanan yang di perlukan
b) Efisiensi Kesehatan
1. Efisiensi mutu pelayanan kesehatan merupakan dimensi penting dari mutu karena efisiensi
akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan, apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada
umumnya terbatas.
2. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan
pelayanan kepada pasien dan masyarakat
3. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya yang dimiliki
4. Pelayanan yang kurang baik karena norma yang tidak efektif atau pelayanan yang salah harus
dikurangi atau dihilangkan, dengan cara ini kualitas dapat ditingkatkan sambil menekan biaya.
5. Pelayanan yang kurang baik, disamping menyebabkan risiko yang tidak perlu terjadi dan
kurang nyamannya pasien, seringkali mahal dan memakan waktu yang lama untuk
memperbaiki
6. Peningkatan kualitas memerlukan tambahan sumber daya, tetapi dengan menganilis efisiensi,
manajer program kesehatan dapat memilih intervensi yang paling cost – effective.
efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang
optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan
berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara
masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara
A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih
efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan
benar atau efisiensi.
c) Kefektivitasan Program
Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari
serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-
tujuan yang telah ditentukan.
Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah
ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
b. Pentingnya cara penyelesaian masalah
c. Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas
dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang
efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien
barangkali memakan waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa
mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya. Efisiensi terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Input
2. Output
d) Sistem untuk Meningkatkan Kinerja bidan : proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh
suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan. Sekumpulan prinsip-
prinsip pedoman untuk kegiatan di mana pekerjaan setiap individu memberikan sumbangan
bagi perbaikan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. “Bagaimana saya dapat membantu
orang lain untuk memahami arti pekerjaan bagi keseluruhan”.
e) 8 Prinsip Perbaikan Mutu
1. Keinginan untuk Berubah
a. Tidak hanya menemukan praktek yang tidak benar
b. Nyatakan secara terbuka keinginan untuk bekerja dalam kemitraan untuk meningkatkan
pelayanan.
2. Mendefinisikan Kualitas
Kemampuan pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
3. Mengukur Kualitas
a. Menggunakan metode statistik yang tepat untuk menafsirkan hasil pengukuran.
b. Perlu informasi atas proses, kebutuhan pelanggan, dan kualitas penyedia
4. Memahami Saling Ketergantungan
Fragmentasi tanggung jawab akan menimbulkan suboptimaze “saya bekerja dengan baik yang
lain tidak”
5. Memahami Sistem
Kesalahan yang terjadi disebabkan oleh sistem (85%) dan manusia (15%)
6. Investasi Dalam Belajar
Seluruh pakar menekankan pentingnya pelatihan/ pembelajaran. Mencari penyebab lalu
mendapatkan pengalaman utk perbaikan
7. Mengurangi Biaya
Mengurangi kerja sia-sia, duplikasi, kompleksitas yang tak perlu
8. Komitmen Pemimpin
Menunjukkan segala sesuatu baik itu dengan kata-kata maupun perbuatan atas komitmen yang
telah ditetapkan terutama untuk mutu
f) Pelayanan Prima
Pelayanan Prima (Excellent Service) menurut pengertian “ Pelayanan”, yang berarti “usaha
melayani kebutuhan orang lain” atau dari pengertian ”melayani “ yang berarti ”membantu
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang”. Dengan Prima atau excellent yang
berarti bermutu tinggi dan memuaskan.
Unsur unsur melayani prima sebagaimana dimaksud dengan pelayanan umum, sesuai
keputusan Menpan No. 81/1993, yaitu :
1) Kesederhanaan,
2) Kejelasan dan Kepastian,
3) Keamanan,
4) Keterbukaan,
5) Efisien,
6) Ekonomis,
7) Keadilan yang merata,
8) Ketepatan waktu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan
yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar
pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang
bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan
keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
Tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan
pemampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan
seseorang.
B. Saran
Penulis berharap semoga dengan pembahsan yang berjudul standar pelayanan kebidanan,
mampu meningkatkan standar-standar pelayanan kesehatan khususnya pada kesehatan ibu dan
anak.

DAFATAR PUSTAKA

- Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2006. Buku 1 Standar Pelayanan Kebidanan.
Jakarta
- depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan.pdf
- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan.
- http://evifaliswana.blogspot.com/2011/06/disiplin-dalam-spk.html
- http://zitzhun.blogspot.com/2013/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Anda mungkin juga menyukai