Anda di halaman 1dari 6

HAK – HAK NARAPIDANA

Hak hak Narapidana yaitu :


1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya.
2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.
3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.
5. Menyampaikan keluhan.
6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak
dilarang.
7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.
8. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya.
9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).
10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga.
11. Mendapatkan pembebasan bersyarat.
12. Mendapatkan cuti menjelang bebas.
13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

 REMISI “adalah pengurangan menjalani masa pidana yang diberikan kepada Narapidana
dan Anak yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan”(permen No. 3 tahun 2018 Pasal 1 ayat (3))
Syarat untuk dapat diberikan REMISI adalah sebagai berikut :
1. Berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan:
o tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan
terakhir, terhitung sebelum tanggal pemberian Remisi; dan
o telah mengikuti program pembinaan yang diselenggarakan oleh Lapas dengan
predikat baik.
2. Telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan.
Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika
dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara,
kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi
lainnya, selain syarat di atas, ada syarat tambahan, yaitu:
a. bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar
perkara tindak pidana yang dilakukannya;
b. telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan
pengadilan untuk Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana
korupsi; dan
c. telah mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan oleh Lapas
dan/atau Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, serta menyatakan ikrar:
1. kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia secara tertulis
bagi Narapidana Warga Negara Indonesia, atau
2. tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara
tertulis bagi Narapidana Warga Negara Asing, yang dipidana karena
melakukan tindak pidana terorisme.

 ASIMILASI “adalah proses pembinaan Narapidana dan Anak yang dilaksanakan dengan
membaurkan Narapidana dan Anak dalam kehidupan masyarakat. (Permen Nomor 3 Tahun
2018 Pasal 1 ayat (4))
Syarat untuk dapat diberikan ASIMILASI adalah sebagai berikut :
Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) Permenkumham 3/2018, Narapidana yang dapat diberikan
Asimilasi harus memenuhi syarat:
1) berkelakuan baik dibuktikan dengan tidak sedang menjalani hukuman disiplin
dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir;
2) aktif mengikuti program pembinaan dengan baik; dan
3) telah menjalani 1/2 (satu per dua) masa pidana.
Syarat Pemberian Asimilasi Bagi Narapidana yang Melakukan Tindak Pidana
Tertentu
Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan
prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan
kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya,
persyaratan pemberian asimilasi berbeda dibandingkan dengan persyaratan pemberian
asimilasi pada umumnya. Persyaratannya adalah sebagai berikut
1) berkelakuan baik dibuktikan dengan tidak sedang menjalani hukuman disiplin
dalam kurun waktu 9 (sembilan) bulan terakhir;
2) aktif mengikuti program pembinaan dengan baik; dan
3) telah menjalani 2/3 (dua per tiga) masa pidana dengan paling singkat 9 (sembilan)
bulan.

 CUTI, Mengunjungi Keluarga adalah program pembinaan untuk memberikan kesempatan


kepada Narapidana dan Anak untuk berasimilasi dengan keluarga dan masyarakat. (Permen
Nomor 3 Tahun 2018 Pasal 1 ayat (5))
Syarat untuk dapat diberikan CUTI adalah sebagai berikut
Dalam Pasal 67 Cuti Mengunjungi Keluarga dapat diberikan kepada Narapidana yang
memenuhi syarat:
a. berkelakuan baik dan tidak pernah melakukan pelanggaran tata tertib dalam tahun
berjalan;
b. masa pidana paling singkat 12 (dua belas) bulan bagi Narapidana;
c. tidak terlibat perkara lain yang dijelaskan dalam surat keterangan dari pihak Kejaksaan
Negeri setempat;
d. telah menjalani 1/2 (satu per dua) dari masa pidananya bagi Narapidana;
e. ada permintaan dari salah satu pihak keluarga yang harus diketahui oleh ketua rukun
tetangga dan lurah atau kepala desa setempat;
f. ada jaminan keamanan dari pihak keluarga termasuk jaminan tidak akan melarikan diri
yang diketahui oleh ketua rukun tetangga dan lurah atau kepala desa setempat atau
nama lainnya;
g. telah layak untuk diberikan izin Cuti Mengunjungi Keluarga berdasarkan pertimbangan
yang diberikan oleh tim pengamat pemasyarakatan atas dasar laporan penelitian
kemasyarakatan dari Bapas setempat, tentang pihak keluarga yang akan menerima
Narapidana, keadaan lingkungan masyarakat sekitarnya, dan pihak lain yang ada
hubungannya dengan Narapidana yang bersangkutan.
 PEMBEBASAN BERSYARAT “Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti
Bersyarat adalah program pembinaan untuk mengintegrasikan Narapidana dan Anak ke
dalam kehidupan masyarakat setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Permen
Nomor 3 Tahun 2018)
Syarat untuk dapat diberikan Pembebasan Bersyarat adalah sebagai berikut :
Dalam Pasal 82 Pembebasan Bersyarat dapat diberikan kepada Narapidana yang telah
memenuhi syarat:
a. telah menjalani masa pidana paling singkat 2/3 (dua per tiga), dengan ketentuan
2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut paling sedikit 9 (sembilan) bulan;
b. berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling singkat 9 (sembilan) bulan
terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana;
c. telah mengikuti program pembinaan dengan baik, tekun, dan bersemangat; dan di
masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana

Penyampaian keluhan diatur dalam Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan menyatakan :
(1) setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak menyampaikan keluhan
kepada Kepala LAPAS atas perlakuan petugas atau sesama penghuni terhadap dirinya.
4) (2) Keluhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan apabila perlakuan tersebut
benar-benar dirasakan dapat mengganggu hak asasi atau hak-hak Narapidana dan Anak
Didik Pemasyarakatan yang bersangkutan atau Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan lainnya.
5) (3) Keluhan dapat disampaikan secara lisan atau tulisan dengan tetap memperhatikan tata
tertib LAPAS.
6) (4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian dan penyelesaian keluhan diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.
7) Terkait dengan hak narapidana untuk menyampaikan keluhan, terdapat tiga penggolongan
narapidana dalam hal penyampian keluhan yaitu:
8) 1. Keluhan terkait dengan sarana dan prasarana dalam lembaga pemasyarakatan
9) 2. Keluhan narapidana terhadap petugas lembaga pemasyarakatan
10) 3. Keluhan narapidana terhadap perlakuan narapidana lain dalam lembaga pemasyarakatan.
Hak asasi narapidana yang dijelaskan pada Pasal 14 Ayat (1) huruf e Undang-undang Nomor
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menjelaskan jika narapidana tidak diperlakukan adil
baik oleh petugas pemasyarakatan maupun oleh sesama narapidana bisa melakukan keluhan.

Pasal 4 Permenkumham 6/2013:


Setiap Narapidana atau Tahanan dilarang:
a. mempunyai hubungan keuangan dengan Narapidana atau Tahanan lain maupun dengan
Petugas Pemasyarakatan;
b. melakukan perbuatan asusila dan/atau penyimpangan seksual;
c. melakukan upaya melarikan diri atau membantu pelarian;
d. memasuki Steril Area atau tempat tertentu yang ditetapkan Kepala Lapas atau Rutan tanpa izin
dari Petugas pemasyarakatan yang berwenang;
e. melawan atau menghalangi Petugas Pemasyarakatan dalam menjalankan tugas;
f. membawa dan/atau menyimpan uang secara tidak sah dan barang berharga lainnya;
g. menyimpan, membuat, membawa, mengedarkan, dan/atau mengkonsumsi narkotika dan/atau
prekursor narkotika serta obat-obatan lain yang berbahaya;
h. menyimpan, membuat, membawa, mengedarkan, dan/atau mengkonsumsi minuman yang
mengandung alkohol;
i. melengkapi kamar hunian dengan alat pendingin, kipas angin, televisi, dan/atau alat
elektronik lainnya;
j. memiliki, membawa dan/atau menggunakan alat elektronik, seperti laptop atau
komputer, kamera, alat perekam, telepon genggam, pager, dan sejenisnya;
k. melakukan pemasangan instalasi listrik di dalam kamar hunian;
l. membuat atau menyimpan senjata api, senjata tajam, atau sejenisnya;
m. membawa dan/atau menyimpan barang-barang yang dapat menimbulkan ledakan dan/atau
kebakaran;
n. melakukan tindakan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun psikis, terhadap sesama
Narapidana, Tahanan, Petugas Pemasyarakatan, atau tamu/pengunjung;
o. mengeluarkan perkataan yang bersifat provokatif yang dapat menimbulkan terjadinya
gangguan keamanan dan ketertiban;
p. membuat tato, memanjangkan rambut bagi Narapidana atau Tahanan Laki-laki, membuat
tindik, mengenakan anting, atau lainnya yang sejenis;
q. memasuki blok dan/atau kamar hunian lain tanpa izin Petugas Pemasyarakatan;
r. melakukan aktifitas yang dapat mengganggu atau membahayakan keselamatan pribadi atau
Narapidana, Tahanan, Petugas Pemasyarakatan, pengunjung, atau tamu;
s. melakukan perusakan terhadap fasilitas Lapas atau Rutan;
t. melakukan pencurian, pemerasan, perjudian, atau penipuan;
u. menyebarkan ajaran sesat; dan
v. melakukan aktifitas lain yang dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban Lapas
atau Rutan.
Pasal 8 Permenkumham 6/2013:

Narapidana atau Tahanan yang melanggar tata tertib, dijatuhi:


a. hukuman disiplin tingkat ringan;
b. hukuman disiplin tingkat sedang; atau
c. hukuman disiplin tingkat berat.

Pasal 9 Permenkumham 6/2013:


(1) Hukuman Disiplin tingkat ringan, meliputi:
a. memberikan peringatan secara lisan; dan
b. memberikan peringatan secara tertulis.
(2) Hukuman Disiplin tingkat sedang, meliputi:
a. memasukkan dalam sel pengasingan paling lama 6 (enam) hari; dan
b. menunda atau meniadakan hak tertentu dalam kurun waktu tertentu berdasarkan hasil Sidang
TPP.
(3) Menunda atau meniadakan hak tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat
berupa penundaan waktu pelaksanaan kunjungan.
(4) Hukuman Disiplin tingkat berat, meliputi:
a. memasukkan dalam sel pengasingan selama 6 (enam) hari dan dapat diperpanjang selama 2
(dua) kali 6 (enam) hari; dan
b. tidak mendapatkan hak remisi, cuti mengunjungi keluarga, cuti bersyarat, asimilasi, cuti
menjelang bebas, dan pembebasan bersyarat dalam tahun berjalan dan dicatat dalam register F
dan.
(5) Untuk alasan kepentingan keamanan, seorang Narapidana/Tahanan dapat dimasukkan dalam
pengasingan dan dicatat dalam register H
.
Berdasarkan Pasal 10 huruf l Permenkumham 6/2013, narapidana yang melakukan pelanggaran
berupa “melengkapi untuk kepentingan pribadi di luar ketentuan yang berlaku dengan alat
pendingin, kipas angin, kompor, televisi, slot pintu, dan/atau alat elektronik lainnya di kamar
hunian” dapat dijatuhi Hukuman Disiplin tingkat berat.

Anda mungkin juga menyukai