Anda di halaman 1dari 61

DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Profil Konsentrasi Manajemen Kewirausahaan 1


Visi 1
Misi 1
Mata Kuliah Konsentrasi 1
Tim Pengajar 2

Pengelolaan Inovasi Menuju Keunggulan Kompettif 3


‐ Yuyun Wirasasmita

Pengaruh Jiwa Intrapreneurship Karyawan Dan Budaya Organisasi 5


Terhadap Produktvitas Di PT. Aart Jaya
‐ Ira Paramart
‐ Yuyun Wirasasmita
‐ Yunizar

Kewirausahaan Sosial: Sebuah Tinjauan Analitis 16


‐ Tubagus Alan Satria Nugraha
‐ Tent Utami
‐ Yunizar

i
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

PROFIL
Konsentrasi Manajemen Kewirausahaan
VISI
Mensosialisasikan dan menerapkan kewirausahaan dalam segala bidang untuk akselerasi pembangunan.
Kewirausahaan adalah “Way of Thinking” yang mengacu kepada pengidentfikasian peluang (Opportunity
Driven) dan mewujudkannya sehingga memberikan nilai yang signifikan kepada pemrakarsanya dan
masyarakat.

MISI
 Menggalakkan pendidikan dan pelathan kewirausahaan seluas‐luasnya kepada masyarakat.
Termasuk masyarakat kampus/para mahasiswa
 Konsentrasi kewirausahaan yang dikelola program MM untuk menghasilkan sarjana kualifikasi S2
yang ingin menjadi:
 Ultrapreneur yaitu entrepreneur dengan skala nasional dan internasional (Global Entrepreneur)
 Intrapreneur: yaitu manajer yang berwawasan entrepreneur, yaitu mengembangkan
entrepreneurship di perusahaan‐perusahaan
 Menjadi karyawan pemerintah/perbankan/lembaga non pemerintah yang ditugasi mengembangkan
kewirausahaan

MATA KULIAH KONSENTRASI


1. Ilmu dan Seni Kewirausahaan (3SKC)
2. Manajemen Kreatvitas dan Inovasi (3SKC)
3. Perencanaan & Simulasi Bisnis (3SKC)
4. Global Enterpreneur (3SKC)

Deskripsi Mata Kuliah:

1. Ilmu dan Seni Kewirausahaan (3 SKS)


Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kewirausahaan, serta meningkatkan
kemampuan dalam menganalisis profil kewirausahaan; etika kewirausahaan; dimensi global
kewirausahaan; serta meningkatkan kreatvitas melalui pola pikir kewirausahaan (Entrepreneurial
Mind) dalam rangka membantu untuk mewujudkan gagasan/ide menjadi realitas. Menjadi seorang
wirausaha akan lebih daripada sebuah pekerjaan atau karier, karena akan mampu mengakses pasar,
mengembangkan rencana pemasaran; perencanaan strategik; menganalisis isu‐isu finansial, dan
peluang‐peluang usaha baik nasional maupun internasional, sehingga dapat menyusun rencana usaha,
serta mengungkap dan memecahkan persoalan tentang kasus‐kasus yang berkaitan dengan
kewirausahaan.
Topik‐topik yang dibahas mencakup: Konsep Kewirausahaan; Proses Kewirausahaan; Karakteristik dan
Motvasi Kewirausahaan; Etka dan Tanggung Jawab Sosial; Kewirausahaan, Pemikiran Kewirausahaan
dari Gagasan ke Realitas; Pengaksesan Pasar dan Peluang Pasar; Perencanaan Pasar dan Strategi
Pemasaran; Perencanaan Strategik dan Akuisisi Perusahaan yang ada; Menciptakan Perencanaan
Finansial yang Solid; Manajemen Aliran Kas; Membangun Organisasi Entrepreneurial; Sumber Modal
Sendiri dan Metode Pembiayaan Perusahaan Baru; Pemeliharaan dan Pengembangan Usaha
(Structuring Seed and Venture Deals); Strategi Exit : Dijual dan Sukses.

2. Manajemen Kreatvitas dan Inovasi (3 SKS)


Mengembangkan potensi kreatf dan merangsang inovasi melalui “suara hat” yang merupakan
bisikan rahasia untuk mencapai keberhasilan, sebagai perwujudan individu yang memiliki jiwa
wirausaha. Dengan demikian perlu diberikan pengetahuan serta pemahaman tentang pentngnya
kreatvitas dan inovasi dalam berwirausaha. Kreatvitas, lebih dari yang disadari oleh sebagian besar
orang, meskipun tdak saling percaya satu sama lain, para penyadur (adaptor) dan inovator adalah
Edisi September 2010 |
1
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

orang yang kreatf. Kemudian, mengetahui dan memahami pula tentang bagaimana cara manajemen
dapat mengembangkan dan mendukung lingkungan yang kreatf, agar karyawan memperlihatkan
kreatvitas, prakarsa, kaya sumber, dan mengerjakan segala sesuatu di luar wewenang tanggung
jawab serta di luar struktur perintah, tapi tetap berada dalam pengendalian manajemen. Dengan
menyadari bentuk‐bentuk kreatf, maka mereka yang berjiwa wirausaha dapat menyesuaikan
kemampuan karyawannya dengan kebutuhan organisasi.
Pembahasan materi tentang manajemen kreatvitas; Pengembangan potensi kreatf; Kreatvitas dan
keselarasan dalam rangka mencari keseimbangan; Mengelola orang‐orang kreatf; dan Menuai
imajinasi untuk memecahkan masalah dengan kreatif. Selanjutnya, membahas juga tentang: keunikan
inovasi berdasarkan pengetahuan; cara manajemen mempengaruhi penciptaan gagasan; merangsang
inovasi agar tumbuh gairah dalam mencari gagasan‐gagasan yang baik dalam suatu organisasi; serta
efektf dalam mengelola inovasi.

3. Kewirausahaan Global (3 SKS)


Berkembangnya bisnis secara global menuntut manajer‐manajer yang memiliki wawasan bisnis
global. Mata kuliah ini membahas berbagai aspek terkait dengan kegiatan bisnis secara global,
diantaranya analisis pasar global, strategi memenangkan persaingan global, pemasaran berbasis pada
penggunaan IT, serta pengetahuan manajemen lintas budaya.
4. Perencanaan dan Simulasi Bisnis (3 SKS)
Memberikan pengetahuan serta kemampuan dalam menyusun Perencanaan Bisnis yang merupakan
studi dari suatu organisasi sebagai pedoman dalam melaksanakan aktvitasnya, kemudian dituangkan
dalam bentuk program pelaksanaan dengan melakukan penggabungan dari berbagai faktor pada
kondisi dan situasi saat ini dan masa yang akan datang dalam rangka mencapai suatu hasil tertentu.
Dengan memahami Lima Poin Model Perencanaan Bisnis (The Five‐star Model Business Planning),
yang meliputi Feasibility, Direction, Operation, System, dan Growth & Contingencies. Kemudian
pemahaman tentang tga komponen utama dalam Perencanaan Bisnis, yang terdiri dari : Aims
(penetapan tujuan), Analysis, dan Acton. Dengan demikian, diharapkan dapat terbentuk perencanaan
bisnis yang siap untuk diaplikasikan, sebagai realisasi dari gagasannya yang menjadi tujuan dari
seorang wirausaha.
Ruang lingkup materi yang dibahas dalam perencanaan bisnis, diantaranya: Menentukan misi dan
tujuan yang akan dicapai; Menentukan sasaran pasar yang akan dicapai; Merencanakan strategi
pemasarannya. Kemudian membahas tentang analisis lingkungan dari organisasi bisnis baik internal
maupun eksternal, sehingga diharapkan akan mampu menganalisis peluang‐peluang yang ada di
pasar sasaran. Pembahasan berikutnya adalah perencanaan mengenai Keuangan,Organisasi,
Pengelolaan Sumber Daya Manusia, serta Sistem operasinya yang dapat mendukung tercapainya
tujuan perusahaan. Perencanaan bisnis dapat membantu menetapkan hasil‐hasil yang tepat, dengan
dukungan dari setap orang dalam organisasi yang menyadari tanggung jawabnya atas tugas‐tugas
tertentu.

TIM PENGAJAR
 Ketua : Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita, M.Sc.
 Sekretaris : Yunizar, S.E., M.Sc., Ph.D.
 Pengajar : 1. Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita, M.Sc.
2. Prof. Dr. Maman Kusman, S.E., M.B.A.
3. Prof. Dr. Yuyus Suryana, S.E., M.S.
4. Dr. Tatang Sulaeman, S.E.
5. Yunizar S.E., M.Sc., Ph.D.
6.Harry Suharman, S.E., M.A., Ak.
7. Sutsna, S.E., M.S.
2 | Edisi September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

PENGELOLAAN INOVASI
MENUJU KEUNGGULAN KOMPETITIF

Oleh :
Yuyun Wirasasmita

Edisi September 2010 | 3


BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

I. Mengapa baru memasuki perubahan Fenomena di atas


Inovasi abad XXI: drasts merupakan
Pentng/Why 1. Tingkat tantangan sekaligus
Innova‐ kompetsi yang juga peluang yang
tion Matters ? semakin dahsyat dihadapi setap
2. Teknologi baru aspek bisnis dari
Ungkapan‐ dihasilkan mulai strategi dasar
ungkapan “Innovate sampai kepada
dalam tempo
now or pay latter” kegiatan‐kegiatan
yang lebih
(inovasi sekarang rutn. Menghadapi
atau membayar singkat
tantangan‐
kemudian) atau 3. Pasar dan tantangan di atas
“innovate or kondisi bagaimana
evaporate” (inovasi ekonomi perusahaan dapat
atau menguap) seluruh dunia bertahan dan maju.
telah disuarakan Jawabannya : “They
menjadi lebih
oleh manajer‐ must be innovative”.
manajer yang tdak stabil
Suatu pilihan yang
berpengalaman 4.
sulit antara
dalam bidang bisnis. Bisnis
kemajuan/ prosper
sema
dan
Perusahaan‐ kin
kehancuran/evapor
perusahaan yang meng
ate. Tetapi inovasi
mengalami global
ha‐nya dapat terjadi
kesulitan, yaitu 5. Komposisi dalam suatu sistem
mengalami pekerjaan yang terkait dengan
penurunan daya terus komitmen dari para
saing pada berubah, manajer, struktur
umumnya adalah organisasi yang kon‐
demikian juga
perusahaan yang dusif, kemampuan
merasa mencapai nilai‐nilai
pengidentfikasian
comfort zone karyawan dan dan pemanfaatan
karena harapannya sumber‐sumber
keberhasilan‐ 6. Lingkungan inovasi, sum‐ ber
keberhasilan pada usaha daya manusia yang
masa lampau. mengalami kreatf, dan lain‐lain.
peru‐ bahan‐
Tetapi memasuki Bukt‐bukt bahwa
abad XXI ini suatu perubahan
inovasi telah
fenomena baru drasts, membawa
dirasakan bahwa sehingga perusahaan kepada
tingkat penurunan semakin kejayaan telah
daya saing semakin kompleks banyak diungkap.
cepat. Life cycle dari Inovasi telah
7. Setap aspek
produk hanya dalam menghasilkan
bisnis mengalami
hitungan bulan. berbagai produk
peru‐
bahan‐ dengan varian yang
Suatu
2 | Edisifenomena
September 2010 beragam,
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

memenuhi
kebutuhan pasar.
Telah dicontohkan
oleh Toyota yang
telah meng‐ hasilkan
berbagai jenis
kendaraan untuk
pasar Amerika.
Demikian juga Nokia
yang telah meng‐
hasilkan berbagai
jenis handphone,
atau Sony yang
telah meng‐ hasilkan
50 model portable
audio player.

Penelitan lebih
lanjut
mengemukakan
bahwa
30% dari
penjualan dan
laba karena
keberhasilan inovasi
baik dalam proses
maupun dalam
produk. Tetapi
kemudian difahami
juga bahwa
dampak inovasi
tdak hanya untuk
kemajuan
perusahaan, tetapi
juga berdampak
terhadap kemajuan
negara sebagai
keseluruhan.
Sepert diungkap
oleh Baumol :
“Virtually all of
the economic
growth that has
occured since the
eigh‐ teenth century
is ultimately
attributable to
innovation”. Edisi September 2010 | 3
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

2 | Edisi September 2010


BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

Kesimpulan inovasi daya manusia, dan didefinisikan tinuous innovations


secara konsisten managemen creativity: thinking dan breathrough
merupakan keuangan. Demikian new thing, innovations.
ingredient/unsur juga disiplin ilmu innovation: doing
yang penting untuk yang diperlukan new thing. Incremental
mening‐ katkan untuk inovasi adalah innovaton adalah
kemampuan multdisiplin. Jenis inovasi inovasi yang
bertahan dan mengacu kepada dikerjakan secara
pertumbuhan Kreatvitas sering proses dan produk bertahap, yang
perusahaan, hal ini didefinisikan yang dihasilkan. Kita menghasilkan
berlaku juga untuk sebagai kemampuan mengenal : perbaikan‐
negara dalam rangka menghasilkan incremental perbaikan baik yang
meningkatkan gagasan baru yang innovations, kecil atau sampai
kesejahteraan bermanfaat. Tingkat radical/ discon‐ kepada perbaikan‐
masyarakatnya. kebaruan/ novelty perbaikan yang
dan besar.
II. Apa Yang kemanfaatan/value Radical/discontinuo
Disebut Inovasi ? dari gagasan us innovation
Apa Yang menjadi ciri adalah inovasi yang
Disebut kecanggihan membawa dampak
Kreativitas ? kreatvitas. Gagasan terhadap
yang dihasilkan penemuan‐
Pertama, perlu ditndak lanjut penemuan/ inovasi
dipahami bahwa menjadi “Workable sebelumnya
antara kreatvitas concept” atau menjadi
dan inovasi tdak gagasan yang dapat usang/obsolete.
terpisahkan. dioperasional. Disebut juga
Kretvitas adalah “Workable concept” destructive
batu loncatan untuk ditndak‐ lanjut innovation.
inovasi (creativity is menjadi “Invention”, Breakthrough
the springboard for dari inventon innovation,
innovation). Inovasi ditndak lanjut penemuan yang
akan mat/berhent menjadi inovasi. memungkinkan
tanpa kreatvitas Sehingga inovasi tumbuhnya industri‐
(innovation will die dapat didefinisikan : industri baru.
without creativity). Innovaton =
Perlu pula dipahami Invention + III. Sumber‐Sumber
lingkup inovasi tdak Implementation/Co Inovasi (Sources
terbatas dalam mmercializa‐ tion. of
produk atau Apabila kreatvitas Innovation)
proses saja, tetapi menghasil sesuatu
meliput berbagai yang Diktum Peter
aspek manajemen bermanfaat/bergun Drucker : “every
sepert inovasi a, inovasi menghasil organization ‐
dalam struktur sesuatu yang sangat not just business‐
organisasi, manaje‐ berguna/bermanfaa needs one core
men pemasaran, t untuk semua competence
manajemen sumber pihak. Sering juga Edisi: September 2010 | 3
Innovation”.
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

Ungkapan Peter utama, tetapi hanya


Drucker tdak dapat meng‐
dapat diragukan hasilkan inovasi
lagi. Tetapi apabila ada dalam
masalahnya organisasi yang
bagaimana inovasi memungkinkan
dihasilkan dan terjadinya inovasi.
dimana sumber‐
sumber inovasi. Para Individu‐individu
pakar mengatakan yang mempunyai
bahwa inovasi potensi untuk
datang dari berbagai menghasilkan
sumber. inovasi adalah
individu yang
Teori‐teori tentang menguasai teknik‐
inovasi: menurut teknik pengem‐
Gaynor misalnya
untuk terjadinya
inovasi harus ada
budaya/culture,
sumber‐sumber,
infrasutruk‐ tur dan
proses. Menurut
dia kehadiran
inovasi dapat
didesain/dipolakan
dengan
memperhatkan
unsur‐
unsur/variabel tadi.
Kebutuhan inovasi
karena adanya
kebutuhan atau
frustasi/masalah
yang memerlukan
pemecahan
(frustation is the
mother of inno‐
vation). Sumber
inovasinya sendiri
adalah individual,
lembaga sepert
perusahaan,
lembaga penelitan,
universitas. Diantara
sumber‐sumber
tersebut individu
merupakan sumber2010
2 | Edisi September
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

Edisi September 2010 | 3


BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

bangan kreativitas diidentfikasi, 1. Visi bersama, Diperlukan visi


sepert teknik brain‐ peroalannya kepemimpinan bersama sebagai
storming, mind bagaimana me‐ dan kehen‐ dak pengikat
mapping, metode nyusun organisasi berinovasi sekaligus
check lists Osborn, untuk (shared visions, pedoman arah
metode menghasilkan leadership, the yang dituju.
morphology, dan inovasi. will to onnovate) Inovasi
seba‐ gainya. merupakan
Individu‐individu IV. Menyusun kebutuhan
yang mempunyai Organisasi Untuk untuk suatu
potensi sebagai Mendo‐ organisasi untuk
inovator juga rong Inovasi bisa bertahan
memiliki sifat dan tumbuh,
tertentu sepert Merencanakan tada hari tanpa
sifat‐sifat : inovasi memerlukan inovasi.
keingintahuan yang suatu proses. Proses Diperlukan
tinggi, keterbukaan inovasi biasanya kepemimpinan
terhadap penga‐ dimulai dengan yang menghar‐
laman, toleran pengidentfikasian gai orang‐orang
terhadap masalah, peru‐ yang inovatf,
ketdakpastian, musan gagasan, memelihara
kemandirian dalam konseptualisasi, komunikasi dua
berfikir dan pengem‐ bangan, arah, memiliki
bertindak dan lain‐ pengujian, diakhiri komitmen yang
lain. dengan peluncuran kuat untuk
produk. berinovasi.
Sumber inovasi juga
karena adanya Untuk 2. Struktur organisasi
interaksi antara yang fleksibel
perusahaan yang pelaksanaannya Disamping
saling membutuh‐ memerlukan pe‐
kan sehingga nyusunan organisasi
pendelegasian
terjadi yang dapat
wewenang,
pengelompokan/ mendorong ke arah
struktur yang
cluster. Cluster‐ tersebut. Di sini
bersifat organik
cluster ini sangat hanya akan dibahas
sebagai
potensial sebagai persyaratan tentang
kebalikan
sumber inovasi, baik komponen‐
struktur
untuk inovasi yang komponen yang organisasi yang
didorong oleh pasar diperlukan dalam bersifat
(demand pull suatu organisasi. mekanistk,
innovation) atau Diantara komponen potensial untuk
yang didorong oleh dari organisasi yang mendorong
pe‐ ngembangan berpotensi inovasi.
ilmu (science push mendorong inovasi
innovation). Apabila antara lain yang 3. Individu‐individu
sumber‐sumber terpenting : kreatf
2 | Edisi telah
inovasi dapat
September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

Mengadakan dengan meng‐


pelatihan‐ hargai kreatvitas
pelathan pe‐ dan penghargaan
nguasaan teknik‐ terhadap orang‐
teknik kreativitas orang kreatf,
sepert logical menghin‐ dari
framework ketegangan/fleks
approach, mind ibel/toleran
mapping, terha‐ dap
brainstorming kegagalan.
dan lain‐lain.

4. Kerjasama tm.
Mendorong
kerjasama tim.
Gagasan berasal
dari perorangan.
Akan tetapi
untuk sampai
kepada inovasi
diperlukan tm.
Innovation =
invention +
implemen‐
tation/commerci
alization adalah
produk dari suatu
tm.

5. Keterlibatan
yang tnggi
dari semua
bagian.
Inovasi
memerlukan
keterlibatan
semua pihak dan
berbagai disiplin
ilmu.

6. Iklim inovatf
Sikap pimpinan
terhadap
lingkungan,
menciptakan
iklim kreatf
Edisi September 2010 | 3
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

4 | Edisi September 2010


BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

7. Sumber‐ B
sumber/resource a
s termasuk dana c
yang memadai. a
a
Dengan
n
memperhatkan
unsur‐unsur
tersebut :
organisasi Baumol W (2002):
mempunyai
potensi untuk The Free Market
merealisasikan
Innovation
potensi inovatf.
Machine,
V. Purwa
Wacana Princeton Univer‐
(Final
sity Press
Thought)

Kapabilitas untuk 1. Christensen C


menghasilkan (2002): The
inovasi tdak Innovator’s
mudah. Bukan tugas Dilemma.
sekali jadi, Harvard Business
memerlukan proses School Press
dan usaha yang 2. Van de Ven
terus menerus, juga (2002) : The
memerlukan usaha Innovation
untuk terus Journey. Oxford
memelihara Press
momentum yang
3. Richards T (1997
telah dibangun
Problem Solving
dengan cermat.
Aldershot
Tidak ada organisasi
yang sempurna 4. Gaynor, H
untuk menjamin Gerard (2002) :
dihasilkannya Innovation by
inovasi, tetapi selalu Design. Amacom.
ada peluang untuk
bereksperimen dan
perbaikan yang
terus menerus.

Edisi September 2010 | 5


BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

PENGARUH JIWA INTRAPRENEURSHIP KARYAWAN DAN


BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PRODUKTIVITAS
DI PT. AARTI JAYA
Oleh :
Ira Paramart ‐
Yuyun Wirasasmita ‐
Yunizar ‐

Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh jiwa intrapreneurship
karyawan dan budaya organisasi terhadap produktivitas di PT. Aarti Jaya, baik secara simultan
maupun secara parsial.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif verifikatif. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk menjawab dan mengungkapkan bagaimana jiwa intrapreneurship
karyawan, budaya organisasi dan produktivitas di PT. Aarti Jaya. Sedangkan tujuan verifikatif
untuk mengungkap bagaimana pengaruh dari jiwa intrapreneurship karyawan dan budaya
organisasi terhadap produktivitas. Pengumpulan data menggunakan metode survey dengan
sumber data primer dan sekunder, dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 126 responden,
yaitu karyawan PT. Aarti Jaya. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jiwa intrapreneurship karyawan dan budaya
organisasi terhadap produktivitas adalah sebesar 68,26%.

Kata Kunci : Jiwa Intrapreneurship Karyawan, Budaya Organisasi, Produktvitas

4 | Edisi September 2010


BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

I sangat ketat, oleh dalam bekerja produktvitas di PT.


. karena itu agar Aart Jaya.
perusahaan garmen menghasilkan
P dituntut untuk produktvitas yang
e memiliki tnggi.
n produktvitas,
Membangun jiwa
d kualitas, dan daya
intrapreneurship
a saing yang tnggi.
akan membuat
h Produktvitas karyawan efektf
u merupakan hasil dalam bekerja,
l kerja kar‐ yawan intrapreneur
u sehingga peranan membantu
a jiwa intrapre‐ karyawan yang
n neurship dan mempunyai ide‐ide
1.1 budaya organisasi bagus menyalurkan
Latar sangat dibutuhkan sumber daya
Belak untuk mendukung perusahaan untuk
ang karyawan membangun
Penel produk‐produk yang
itan lebih unggul.
Budaya organisasi
Perusahaan garmen merupakan
merupakan salah cerminan dari bagai‐
satu industri yang mana cara manajer
pentng dalam dan karyawan
perekonomian meman‐ dang
Indonesia. organisasi mereka.
Perusahaan garmen Organisasi‐
harus mampu organisasi yang
menghadapi berbagi tanggung
berbagai jawab secara
perubahan besar terbuka dan jujur
dalam menuntun industri
perekonomian mereka ke dalam
internasional, kualitas dan
adanya ACFTA produktvitas.
(ASEAN‐China Free
Trade Agreement) Berdasarkan
akan berdampak fenomena di atas,
pada maka penulis
perkembangan tertarik untuk
industri garmen. melakukan
Mengingat potensi penelitan mengenai
pasar yang pengaruh jiwa
demikian besar intraprneurship
maka persaingan karyawan dan
produk garmen di budaya organisasi
pasar duniapun terhadap Edisi September 2010 | 5
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

10 | Edisi September 2010


BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

1.2 i s kesenjangan antara


Rumusan a t ilmu dengan
Masalah n a keinginan pasar).
Penelita k
Adapun tujuan
n a 2.2
dari penelitan
Karakeris
Rumusan masalah ini adalah : 2
tk
penelitan secara .
1. Untuk Intrapren
jelas dirumuskan 1
mengetahui eurship
sebagai berikut :
dan
I Antonic dan Hisrich
1. Bagaimana jiwa menganalisis
n (2003)
intrapreneurship bagaimana jiwa
t mengemukakan
karya‐ wan, intrapreneurshi
r karakteristk
budaya p karyawan,
a intrapreneurship
organisasi dan budaya
p sebagai berikut:
produktvitas di organisasi dan
r 1. Understands
PT. Aart Jaya. produktvitas di
e the environment
PT. Aart Jaya.
2. Bagaimana n (me‐
pengaruh jiwa 2. Untuk e mahami
intrapreneur‐ mengetahui u lingkungan).
ship karyawan dan r
dan budaya menganalisis s
organisasi baik bagaimana jiwa h
secara simultan intrapreneurshi i
maupun parsial p karya‐ wan p
terhadap dan budaya
produktvitas di Menurut Antonic
organisasi baik
PT. Aart Jaya. dan Hisrich (2003)
secara simultan
intra‐ preneurship
maupun parsial
1 adalah
berpengaruh
. “Intrapreneurship
terhadap
3 refers to emergent
produktvitas di
behavioural
PT. Aart Jaya.
intentions and
T
behaviours that
u I
are related to
j I
departures from the
u .
customary ways of
a
doing business in
n K
existing
a
organizations.”
P j
(Intrapreneurship
e i
sebagai
n a
kewirausahaan yang
e n
terjadi di dalam
l
organisasi yang
i P merupakan
t u jembatan Edisi September 2010 |
11
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

2. Visionary and . Robbins (2001) p


flexible (memiliki 3 mengemukakan a
visi dan karakteristk budaya n
dapat B organisasi, yaitu : ).
menyesuaikan u 1. Innovation and
diri). d risk taking 2
a (inovasi dan .
3. Encourage
y pengambilan 5
team work
a resiko).
(mendorong
2. Attention to P
terbentuknya
O detail (perhatan ke r
kerja tm).
r rincian). o
4. Encourage g 3. Outcome d
open a orientation u
discussion n (orientasi k
(mendorong i hasil). t
terbentuknya s 4. People i
diskusi a orientation v
terbuka). s (orientasi i
i orang). t
5. Builds a
5. Team a
coalition of Menurut Robbins orientatio s
supporters (2001) budaya n
(membangun organisasi adalah Whitmore (dalam
(orientasi
koalisi “Organizational Sedarmayant, 2001)
tim).
pendukung). culture refers to a men‐ definisikan
6.
6 system of shared produktvitas adalah
Aggre
. meaning held by ”Productivity is a
sivene
members that measure of the use
ss
distinguishes the of the resources of
P (keagr
organization from an organization and
e esifan)
other is usually expressed
r .
organizations.” as a ratio of the
s 7
(Budaya output obtained by
i .
organisasi sebagai the use resources to
s S
suatu sistem makna the amount of the
t t
bersama yang resources‐
s a
dianut oleh employed.”
b
anggota‐anggota (Produktvitas
( il
yang mem‐ bedakan sebagai suatu
g it
organisasi itu dari ukuran atas
i y
organisasi‐ penggunaan sumber
g (k
organisasi lain). daya dalam suatu
i e
organisasi yang
h m
2.4 biasanya
) a
Karakterist dinyatakan
. n
k Budaya t
Organisasi
2 12 | Edisi September 2010 a
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

Edisi September 2010 |


13
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

sebagai rasio dari keluaran yang dicapai kondisi variabel penelitan pada saat
dengan sumber daya yang digunakan). dilakukan, sedangkan penelitan verifikatf
untuk menguji kebenaran dari suatu
2.6 Dimensi Produktvitas hipotesis. Untuk memperoleh kesimpulan
dalam menjawab hipotesis penelitan
Whitmore (dalam Sedarmayanti, 2001)
digunakan metode penelitan survey.
menyatakan dimensi produktvitas terbagi
atas :
3.2 Cara Penentuan Data
1. Efektvitas.
2. Efisiensi. Penelitan ini menggunakan sampling jenuh.
Menurut Sugiyono (2003) sampling jenuh
2.7 Kerangka Pemikiran yaitu suatu teknik di mana memilih seluruh
anggota populasi sebagai sampel, yang
menjadi populasi adalah seluruh karyawan
PT. Aart Jaya, yaitu sebanyak 126 orang.

3.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilita


Validitas menunjukkan sejauhmana suatu
alat pengukur dapat mengukur apa yang
ingin diukur. Jadi dapat dikatakan semakin
tnggi validitas suatu alat ukur, maka alat
ukur tersebut semakin valid sasarannya atau
semakin menunjukkan ketepatan apa yang
2.8 Hipotesis seharusnya diukur. Pengujian validitas
menggunakan rumus korelasi pearson, yaitu :
1. “Ada pencapaian jiwa intrapreneurship
karyawan di PT. Aart jaya.”
“Ada pencapaian budaya organisasi di PT.
rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
Aart jaya.”
“Ada pencapaian produktivitas di PT.
{ ( ) }{
2
( ) 2

Aart jaya.” }N ∑ X 2

∑ X N
∑ Y −
2
∑Y
2. “Jiwa intrapreneurship karyawan berpe‐
ngaruh positf terhadap produktvitas di Bila suatu butir/item pertanyaan mempunyai
PT. Aart jaya.” korelasi Pearson (r) > 0.3 maka butir
“Budaya organisasi berpengaruh positif pertanyaan itu dikatakan valid, jika r < 0.3
terhadap produktvitas di PT. Aart Jaya.” maka tdak valid.
“Jiwa intrapreneurship karyawan dan Reliabilitas adalah tngkat keterpercayaan
budaya organisasi berpengaruh baik hasil suatu pengukuran, yaitu pengukuran
secara simultan maupun parsial terhadap yang mampu memberikan hasil ukur yang
produktvitas di PT. Aart Jaya.” terpercaya (reliabel). Pengujian reliabilitas
menggunakan rumus alpha cronbach, yaitu :
III. Metode Penelitan
3.1 Jenis Penelitian dan Metode Yang
⎡ N ⎤ ⎡ ∑ σite
2
Digunakan ⎤
α= ⎢ N − 1⎥ ⎢ m
Jenis penelitan yang dilakukan ada pene‐
litan ini adalah deskriptf‐verifikatf. Pene‐
14
litan| Edisi
deskriptf untuk mengungkapkan
September 2010
BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

⎥ ⎣
⎣ ⎦
∑ σ⎥ t2
⎦ot
a
l

Edisi September 2010 |


15
IV. karyawan berada organisasi di
Ha dalam kategori perusahaan tidak
sil sedang, hal ini terlalu melekat
da mengin‐ dikasikan dalam setap
n bahwa tdak semua perilaku
Pe karyawan memiliki karyawannya.
Produktvitas
m jiwa
4.3 Analisis berada dalam
ba intrapreneurship,
Deskriptf Variabel kategori, hal ini
ha masih terdapat
mengindikasikan
sa karyawan yang pasif Produk‐
bahwa produktvitas
n dalam bekerja. tvitas
masih harus
4.1 Analisis Dari hasil tanggapan ditngkatkan
4.2 Analisis
Deskriptf responden karena dirasa
Deskriptf Variabel
Variabel Jiwa diperoleh total skor masih kurang baik.
Budaya
Int untuk variabel
Organisasi
ra produktvitas adalah 4.4
pr Dari hasil tanggapan 2 Hubu
en responden 5 ngan
eu diperoleh total skor 4 Antar
rs untuk variabel 4 Varia
hi budaya organisasi . bel
p adalah 7133.
Skor K
Ka Skor tertinggi o
rya tertinggi = 5 = 5 x 6 x r
wa x 17 x 126 126 = 3780 e
n = 10710 Skor l
Dari hasil tanggapan Skor terendah a
responden terendah= = 1 x 6 x s
diperoleh total skor 1 x 17 x 126 = 756 i
untuk variabel jiwa 126 = Range
intrapre‐ neurship 2142 = 3780 – 756 B
karyawan adalah Range = 604,8 i
5400. = 10710 – 5 v
Skor tertinggi 2142 = a
= 5 x 13 x 1713,6 r
126 = 8190 5 i
Skor a
terendah t
= 1 x 13 x
126 = 1638
Range
= 8190 – 1638 Budaya organisasi
= 1310,4 berada dalam
5 kategori sedang, hal
ini mengindikasikan
Jiwa Kolerasi
bahwa budaya
intrapreneurship menunjukkan
indikasi awal adanya i
hubungan antar c
variabel. Dari tabel i
terlihat bahwa e
kolerasi bivariat n
t
seluruh variabel
s
adalah signifikan a

(probability
dibawah 0,05).

4
. ܲܲ௬ ε√1 െെ
5 0,682 െെൌ
0,5639
P
e
r
s
a
m
a
a
n
Diagram Jalur Jiwa
Intrapreneurship
J Karyawan dan
a Budaya
l Organisasi
Terhadap
u
Produktvit
r as

K
o
e
f
i
s
i
e
n

J
a
l
u
r
C
o
e
f
f
4.6 Pengujian Hipotesis
Hasil Uji‐t Pada Masing‐Masing Variabel
1. Pengujian simultan dengan uji F
• Ho : Pyx1 = Pyx2 = 0 (Tidak terdapat Hasil
Variabel t hitung t tabel
pengaruh yang signifikan antara jiwa Pengujian
intrapreneurship karyawan dan budaya jiwa
intrapreneurship 0,540 1,9794 Ditolak
organisasi terhadap produktivitas). karyawan
• H1 : Sekurang‐kurangnya ada sebuah budaya organisasi 10,891 1,9794 Diterima
minimal Pyxi ≠ 0 ; i = 1, 2 (Terdapat Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pengaruh yang signifikan antara jiwa nilai thitung untuk variabel jiwa inrapreneurship
intrapreneurship karyawan dan budaya karyawan (X1) lebih kecil dari nilai ttabel,
organisasi terhadap produktivitas). sedangkan nilai thitung untuk variabel budaya
k
(n − k − 1) ∑ P YX 1 r YX 1
organisasi (X2) lebih besar dari nilai ttabel. Ini
F = i =1 berart variabel jiwa intrapreneurship
k (1 − ∑ P YX 1 r YX 1 ) karyawan (X1) secara parsial tdak
berpengaruh terhadap produktvitas (Y),
Pengujian Hipotesis Jiwa Intrapreneurship
sedangkan variabel budaya organisasi (X2)
Karyawan dan Budaya Organisasi Terhadap
secara parsial berpengaruh terhadap
Produktvitas
produktvitas (Y).
Hipotesis Alternatif F Hitung F Tabel Ket.
4.7 Pengaruh Langsung dan Tidak
X1 dan X2 secara
simultan berpengaruh 131,783 3,0698 Diterima Langsung
terhadap Y
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Jiwa
Intrapreneurship Karyawan dan Budaya Organisasi
• Karena nilai Fhitung = 131,783 > Ftabel = Terhadap Produktivitas
3,0698 maka keputusan uji adalah Varia‐ Koefisien Pengaruh
Pengaruh
Total
Tidak
hipotesis nol ditolak. Hasil uji dapat bel Jalur Langsung
Langsung
Pengaruh

disimpulkan bahwa untuk jiwa X1 0,040 0,16% 2,24% 2,4%


X2 0,797 63,52% 2,24% 65,8%
intrapreneurship karyawan dan budaya Total 68,26%
organisasi secara simultan
mempengaruhi produktvitas. Pengaruh Langsung
2. Pengujian parsial dengan uji t Jiwa intrapreneurship karyawan terhadap
• Ho:Pyx1 = 0 (Tidak terdapat pengaruh produktvitas di PT. Aart Jaya sebesar 0,16%
positf jiwa intrapreneurship karyawan dan budaya organisasi terhadap produktvitas
terhadap produktvitas). di PT. Aart Jaya sebesar 63,52%.
• H1 : Pyx1≠0 (Terdapat pengaruh positf
jiwa intrapreneurship karyawan Pengaruh Total
terhadap produktvitas).
Pengaruh secara bersama‐sama jiwa
• Ho:Pyx2 = 0 (Tidak terdapat pengaruh
intrapreneurship karyawan dan budaya
positf budaya organisasi terhadap
organisasi terhadap produktivitas di PT. Aart
produktvitas). Jaya sebesar 68,26%, sedangkan sisanya
• H1:Pyx2≠0 (Terdapat pengaruh positf
sebesar 31,8% dipengaruhi oleh faktor lain.
budaya organisasi terhadap produk‐
tvitas).
P yx i
ti =
(1 − R 2 yx 1... yxk )CR j
n − k −1
V. Kesimpulan menunjukkan 2. Walaupun kan budaya
budaya organisasi
dan Saran bahwa organisasi di PT. dalam setap
peningkatan Aart Jaya sudah perilakunya.
5.1 Kesimpulan cukup baik, akan
produktvitas di
tetapi pihak 3. Dari hasil
Berdasarkan hasil PT. Aarti Jaya perusahaan analisis statstk
dan pada saat ini tetap harus diketahui bahwa
pembahasan, lebih di dorong mengevaluasi Pyε sebesar
disimpulkan hal‐hal oleh budaya budaya 0,5639%, oleh
organisasi, karena itu
sebagai berikut : organisasi yang sehingga budaya disarankan
diterima dan organisasi dapat kepada penelit
1. Jiwa lain untuk
dirasakan oleh terus
intrapreneurship dipertahankan. menelit lebih
karyawan. lanjut faktor‐
karyawan dan Bagi karyawan
budaya kontrak perlu faktor residual
5.2 Saran lebih yang
organisasi PT. mempengaruhi
Berdasarkan diperhatkan
Aart Jaya kesejahteraanny peningkatan
berada pada kesimpulan maka produktvitas
dapat diajukan saran‐ a, sehingga
kategori saran penelitan mereka merasa
sedang. Hal bagian dari selain X1
sebagai berikut :
perusahaan dan (jiwa intra‐
ini 1. Untuk tmbul rasa preneurship
mengindikasikan meningkatkan jiwa memiliki karyawan) dan
bahwa tdak terhadap PT. X2 (budaya
intrapreneurship Aart Jaya. organisasi) di PT.
semua karyawan karyawan Dengan adanya Aart Jaya untuk
memiliki jiwa diperlukan hal‐hal rasa memiliki, pengembangan
intrapreneurship sebagai berikut : karyawan akan ilmu
, dan budaya a. Para tergerak untuk pengetahuan
pimpinan menerap‐ dalam bidang
organisasi tdak ilmu manajemen
terlalu melekat harus
bersedia kewirausahaan.
dalam setap untuk
perilaku mendengar VI. Referensi
karyawan‐ nya. dan
menghargai Al‐Rasyid, H. 1994.
2. Secara simultan, ide‐ide yang Analisis
jiwa bagus, dari Jalur(Path
siapapun Analysis) sebagai
intrapreneurship sumbernya.
karyawan dan b. Memberikan Sarana Statistik
budaya organisasi penghargaan dalam Analisis
berpeng‐ aruh pada mereka Kausal. Bandung :
yang pantas. LP3S Fakultas
terhadap c. Dikarenakan
produktvitas. Ekonomi UNPAD.
pengaruh
Secara parsial, jiwa intrapre‐ Arfida. 2003.
pengaruh budaya neurship Ekonomi Sumber
karyawan
organisasi lebih tdak Daya Manusia.
besar daripada signifikan, Jakarta : Ghalia.
pengaruh jiwa maka harus
diadakan B, Antonic dan
intrapreneurship Hisrich R.D. 2003.
pelathan
karyawan. Maka intrapreneuri Clarifying the
hal ini al. Intrapreneurship
Concept. Journal Creative Muscles.
of Small Business Pittsburgh
and Business Times.
Management, 10
Hill, M.E. 2003. The
(1): 7‐24.
Development of
Budihardjo, Andreas. an Instrument to
2003. Peranan Measure
Budaya Intrapreneur‐
Perusahaan : ship :
Suatu Entrepreneurship
Pendekatan Within the
Sistematik dalam Corporate
Mengelola Setting. Full
Perusahaan. Thesis Submitted
Internatonal in Fulfillment of
Journal of The Requirement
Training and for the Degree
Development 9 ; Master of Arts in
2. Prasetya Mulya Industrial
Management Psychology.
Journal Vol. VIII
No. 14.
Bygrave, William D.
1994. The
Portable MBA in
Entrepreneurship.
Singapore : John
Wiley and Sons,
Inc.
Cooper, Donald R.
2006. Business
Research
Methods. 9th
Editon. New York
: The McGraw‐Hill
Companies, Inc.
Gomes, Faustno C.
2003. Manajemen
Sumber
Daya Manusia.
Yogyakarta : CV.
Andi Offset.
Harris, Rebecca.
2009.
Intrapreneuring
Ofers Workers a
Chance to Stretch
Kountur, Ronny. Scientfic Rhinek Salimun. 2000.
2004. Metode Conference a Cipta. Multivarriate
Penelitian untuk Business and Analysis :
Pinchot, Gifford.
Penulisan Management. Structural
1985.
Skripsi dan Luthuania. Equation
Intrapreneuring :
Tesis. Jakarta : Modelling (SEM),
McShane, Steven dan Why You Don’t
PPM. Lisrel, dan Amos.
Mary Von Glinow. Have to Leave
Malang : UM
Kreitner, Robert 2003. the Corporation
Press.
dan Angelo Kinicki. Organizational to Become an
2005. Behaviour. 2nd Entrepreneur. Schein, Edgar H.
Perilaku Edition. New New York : 2004.
Organisasi York: Harper and Row. Organizational
(Organizational McGra Culture and
Robbins, Stephen P.
Behaviour). Edisi w‐Hill Leadership. 3rd
2001.
5. Terjemahan Compa Editon. San
Organizational
Erly Suandy. nies, Fransisco :
Behaviour. 7th
Jakarta : Salemba Inc. Jossey‐Bass.
Edition. Prentce
Empat.
Morris, Michael H. Hall, Englewood Schermerhorn, John
Luthans, Fred. 2002. dan Donald F. Clifts, N.J. R. 2008.
Organizational Kuratko. 2002. Management. 9th
Behaviour. Corporate Edition. Ohio: Ohio
9th Edition. Entrepreneurship. University.
Singapore : Mason, OH :
McGraw‐Hill Sedarmayant. 2001.
South‐Western
I Sumber Daya
College
n Manusia dan
Publishers.
t Produktivitas Kerja.
Munandar, Ashar S. Bandung: Mandar
e
2001. Psikologi Maju.
r
Industri dan
n Sinungan,
Or
a Muchdarsyah. 2005.
ga
t Produktivitas
ni
i Apa dan
sa
o Bagaimana.
si.
n Jakarta: Bumi
Ja
a Aksara.
ka
l
rt Sitepu, Nirwana SK.
.
a: 1994. Analisis
Markovska, Monika. UI Jalur (Path
2008. Pr Analysis).
Intrapreneurship es Bandung :
: Way of Work s. Jurusan
in Statstka FMIPA
Ndraha, Taliziduhu.
Organizations UNPAD.
2005. Teori
for Improvement
Budaya Stoner, James A.F., R.
of Working
Organi Edward Freeman,
Quality. 5th
sasi. Gilbert Jr, Daniel
Internatonal
Jakarta: R. 1996.
Manajemen. Jilid
1. Alih Bahasa

Alexander
Sindoro.
Jakarta :
Prenhallindo.
Sugiyono. 2003 .
Metode Penelitian
Adminis‐
trasi. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2009.
Statistika untuk
Penelitian.
Bandung :
Alfabeta.
Timpe, A Dale. 2002.
Seri Manajemen
Sumber
Daya Manusia :
Seri 7
Produktivitas.
Jakarta
: PT. Gramedia.
Winardi, J.
2008.
Entrepreneur dan
Entrepreneurship.
Jakarta : Kencana.
Winarto, Paulus.
2002. First Step
to be an
Entrepreneur.
Jakarta : Elex
Media
Komputndo.
KEWIRAUSAHAAN SOSIAL: SEBUAH TINJAUAN ANALITIS
Oleh:
Tubagus Alan Satria Nugraha ‐
Tent Utami ‐
Yunizar ‐

“Di atas sendi yang ketiga dapat didirikan tonggak demokrasi ekonomi. Tidak lagi orang
seorang atau satu golongan kecil yang mesti menguasai penghidupan orang banyak seperti
sekarang, melainkan keperluan dan kemauan rakyat yang banyak harus menjadi pedoman
perusahaan dan penghasilan. Sebab itu, segala tangkai penghasilan besar yang mengenai
penghidupan rakyat harus berdasar pada milik bersama dan terletak di bawah penjagaan
rakyat dengan perantaraan badan‐badan perwakilannya” (Mohammad Hatta, 1932).
PENDAHULUAN
Konsep kewirausahaan sosial pertama kali
Kemiskinan, polusi, buta‐huruf, atau pema‐ 2
berkembang di Inggris pada tahun 1840an .
nasan global adalah sebagian dari permasa‐ Di Indonesia konsep ini menjadi sesuatu yang
lahan‐permasalahan sosial yang dihadapi “baru tapi lama”, dimana konsep kewira‐
masyarakat dunia. Dalam perspektf ekono‐ usahaan sosial sebenarnya identk dengan
mi, permasalahan‐permasalahan tersebut konsep koperasi yang merupakan perwu‐
sesungguhnya adalah bentuk dari kegagalan judan ideal dari UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1,
pasar (market failures). Intervensi pemerin‐ yang ironisnya semakin tenggelam seiring
tah dalam perekonomian baik di negara ber‐ perjalanan sejarah perekonomian Indonesia.
kembang ataupun di negara maju seringkali Kebanyakan masyarakat Indonesia dan juga
gagal menyelesaikan permasalahan‐perma‐ para pengambil kebijakannya cenderung
salahan yang ada secara menyeluruh. melihat tujuan kewirausahaan sebatas pada
Namun menyelesaikan masalah adalah sifat economic value creation dan profit maxi‐
1
alamiah manusia . Fenomena yang terjadi mization dengan ttk berat kepentngan pada
adalah selalu muncul individu‐individu yang shareholders sepert cara pandang ekonomi
memiliki inisiatf untuk menyelesaikan neoklasik. Padahal kewirausahaan juga
permasalahan‐permasalahan di sekitarnya, mempunyai potensi social value creation jika
baik secara perorangan atau berkelompok, ttk berat kepentngan dialihkan kepada
dimana motfnya bukanlah untuk mendapat‐ kepentingan bersama (masyarakat), yaitu
kan profit namun terpenuhinya social utility. penyelesaian permasalahan‐permasalahan
Untuk dapat menyelesaikan suatu perma‐ sosial.
salahan tentunya individu‐individu tadi Makalah ini akan mengulas kewirausahaan
membutuhkan cara‐cara yang spesifik, salah sosial pertama‐tama dengan menjelaskan
satunya adalah dengan menggunakan konsepsi pengertan dan pendefinisiannya,
kegiatan usaha (business) sebagai alat untuk kemudian melakukan tnjauan analits
menciptakan nilai‐nilai (sosial) dalam rangka berdasarkan sejarah perkembangannya dan
mencapai tujuan‐tujuan sosial yang permasalahan‐permasa‐ lahan yang dihadapi
diharapkan. Hal inilah yang biasa disebut terutama berdasarkan pengalaman empiris di
dengan istlah kewirausahaan sosial (social Inggris sebagai negara yang pertamakali
entrepreneurship). melembagakan kewirausahaan sosial. Terakhir
akan dianalisis potensi kontribusi
1
http://en.wikipedia.org/wiki/Problem_solving 2
Li & Wong, Social Enterprise Policies of The UK, Spain,
and Hong Kong, Legislatve Council of Hong Kong, 2007,
hal 3.
16 | Edisi September 2010
5
kewirausahaan sosial di Indonesia. Diharapkan Deakins & Freel, 2009 dalam http://en.wikipedia.org/
makalah ini dapat memberikan sudut pandang
baru mengenai bentuk lain kewirausahaan
untuk kemudian menjadi inspirasi bagi para
pelaku wirausaha, pengambil kebijakan, serta
masya‐ rakat pada umumnya dalam
menghadapi permasalahan‐permasalahan sosial
yang ada.
Makalah ini disusun dengan metode pene‐
litan sekunder melalui studi kepustakaan
(termasuk pencarian data dengan internet)
dengan pendekatan deskriptif‐analits, yang
biasa digunakan dalam penelitan‐penelitian
sosial. Tujuan metode penelitan dengan pen‐
dekatan deskriptf‐analits adalah memberi‐
kan gambaran secara sistemats, faktual, dan
akurat mengenai fakta‐fakta, sifat‐sifat serta
hubungan diantara fenomena‐fenomena
3
yang diselidiki .

KONSEPSI KEWIRAUSAHAAN SOSIAL


Untuk dapat menjelaskan pengertan men‐
dasar dari kewirausahaan sosial tentunya
harus dimulai dengan menjelaskan penger‐
tan kewirausahaan itu sendiri. Jiwa dari
kewirausahaan adalah konsep value creation.
Hal ini pula yang menjadi ide dasar bagi Jean‐
Baptste Say ketka mencetuskan terminologi
4
entrepreneur pada awal abad ke‐19 . Salah
satu pengertian wirausahawan yang sering
dijadikan acuan adalah definisi dari Joseph
Schumpeter yang mengatakan bahwa
wirausahawan adalah inovator, seseorang
yang memperkenalkan teknologi kepada
pasar, meningkatkan efisiensi dan produk‐
tfitas, atau menciptakan barang atau jasa
5
baru . Dalam definisi Schumpeter ini juga
terlihat adanya faktor value creation dalam
bentuk adaptasi teknologi, peningkatan
efisiensi dan produktfitas, serta inovasi

3
Kenneth D. Bailey, Methods of Social Research, The
Free Press, London, 1987, hal 38.
4
Martn & Osberg, Social Entrepreneurship: The Case for
Definition, Stanford Social Innovaton Review, 2007, hal
31. BULETIN MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN |
17
produk dan jasa baru. Faktor lain adalah salahan sosial adalah kemiskinan, polusi,
adanya keinginan (wants) dan kebutuhan pelanggaran hak asasi manusia, diskriminasi,
(needs) serta peluang (opportunity) sepert atau pemanasan global.
dalam definisi kewirausahaan yang dinyata‐
6 Dalam kata lain, ketka seseorang berusaha
kan oleh Robbin dan Coulter . Dapat kita
menyelesaikan sebuah permasalahan sosial
simpulkan inti dari kewirausahaan adalah
dengan bersikap sebagai seorang wirausaha,
value creation untuk pemenuhan kebutuhan
dengan karakter yang dikatakan oleh Peter
dimana kebutuhan ini dilihat sebagai sebuah Drucker: selalu melihat perubahan (termasuk
peluang. adanya masalah sosial); melakukan respons
Dari pengertan diatas kita melangkah atas perubahan itu; serta mengelolanya
8
kepada pengertan kewirausahaan sosial. sebagai sebuah peluang , maka proses
Sama dengan pengertan kewirausahaan, tersebut adalah sebuah bentuk kewira‐
kewirausahaan sosial adalah juga mengenai usahaan sosial. Beberapa definisi baku dari
value creation untuk pemenuhan kebutuhan. kewirausahaan sosial diantaranya dikemuka‐
Namun secara lebih spesifik, pemenuhan kan dalam laporan Global Entrepreneurship
9
kebutuhan yang dimaksud adalah penye‐ Monitor , yaitu: kewirausahaan sosial adalah
lesaian permasalahan‐permasalahan sosial
(social issues), yaitu suatu permasalahan, 6
Robbin & Coulter, Management, Prentce Hall, 2007,
kontroversi, atau keduanya, yang berkaitan hal 44.
dengan norma sosial, yang secara langsung 7
http://en.wikipedia.org/wiki/Social_issues
8
atau tidak langsung mempengaruhi sese‐ Gorgi Filipov, Entrepreneurship And The Commerciali‐zation of
Inventions And Research Results, WIPO‐IFIA Internatonal
orang, beberapa, atau semua anggota dari Symposium on The Commercializaton of Inventons In The
7
suatu masyarakat . Beberapa contoh perma‐ Global Market, 2002, hal 2.
9
Harding & Harding, Social Entrepreneurship in the UK, Delta
wiki/Entrepreneur. Economics Report, 2008, hal 9.

18 | Edisi September 2010


upaya‐upaya baik yang dilakukan oleh sosial keberhasilannya diukur dari manfaat
13
individu, kelompok, atau perusahaan yang yang dirasakan oleh masyarakat .
memiliki basis tujuan sosial dan komunitas,
dimana profit yang didapatkan diinvestasikan
kembali kepada aktfitas usaha itu sendiri
bukan kepada investor. Definisi ini sama
10
dengan definisi pemerintah Inggris . Definisi
11
menurut Andrew M. Wolk : kewirausahaan
sosial adalah upaya dalam merespons kega‐
galan pasar dengan transformatf melalui
inovasi yang financially sustainable, dengan
tujuan menyelesaikan permasalahan sosial.
12
Definisi menurut Wikipedia : kewira‐
usahaan sosial adalah upaya yang dilakukan
oleh seseorang yang mencermat adanya
suatu permasalahan sosial kemudian mene‐ Gambar 1. Matriks Perbedaan Kewirausahaan
14
rapkan prinsip‐prinsip wirausaha untuk men‐ Sosial, Aktivitas Sosial, dan Lembaga Jasa Sosial
ciptakan dan mengatur sebuah usaha dalam
Kewirausahaan sosial adalah irisan dari tiga
rangka melakukan perubahan sosial. sektor dalam perkonomian yaitu: sektor
Dari definisi‐definisi diatas dapat disim‐ swasta (bisnis), sektor publik (pemerintah),
pulkan adanya ciri spesifik yang dimiliki dan sektor ketga yaitu sektor non‐profit
seorang wirausahawan sosial jika diban‐ (voluntary).
dingkan dengan aktvis sosial yaitu seorang
wirausahawan sosial tidak hanya melaku‐
kan tndakan persuasif yang bersifat tdak
langsung seperti kampanye, propaganda,
atau penggalangan dukungan, namun
secara aktf melakukan tndakan yang
bersifat solutf terhadap permasalahan
sosial yang ada. Ciri lain dalam kewira‐
usahaan sosial adalah usaha yang dila‐
kukan bersifat sustainable dalam pendana‐
an, sehingga tdak bergantung kepada dana
dari pihak ketga seperti pada sebuah
yayasan. Sedangkan untuk membedakan
Gambar 2. Keterkaitan Kewirausahaan Sosial
wirausaha sosial dan wirausaha bisnis 15
Dengan Tiga Sektor Dalam Perekonomian
dapat dilihat dari ukuran keberhasilannya,
yaitu jika wirausaha bisnis mengukur 13
Setyanto P. Santosa, Peran Social Entrepreneurship Dalam
keberhasilan dari kinerja keuangannya Pembangunan, 2007, hal 1.
(profit ataupun sales) maka wirausaha
14
Martin & Osberg, Social Entrepreneurship: The Case for
Definition, Stanford Social Innovaton Review, 2007, hal
38.
10
Li & Wong, Social Enterprise Policies of The UK, Spain, and Problems, The Small Business Economy, 2007, hal 151.
12
Hong Kong, Legislative Council of Hong Kong, 2007, hal Executive http://en.wikipedia.org/wiki/Social_entrepreneurship
Summary.
11
Andrew M. Wolk, Social Entrepreneurship and Goverment: A
New Breed of Entrepreneurs Developing Solutions to Social
15
Andrew M. Wolk, Social Entrepreneurship and
Goverment: A New Breed of Entrepreneurs Developing
Solutions to Social Problems, The Small Business
Economy, 2007, hal 164.
Apa yang dilakukan oleh Muhammad Yunus lumnya, beberapa referensi
ketika mendirikan Grameen Bank di menyebutkan
161718
, salah satu perints kegiatan
Bangladesh adalah sebuah contoh nyata yang kewirausahaan sosial adalah Robert Owen
sangat baik dalam menjelaskan yang pada awal abad‐19 menggagas gerakan
kewirausahaan sosial. Yunus mampu melihat koperasi di Inggris. Pada awalnya Owen adalah
permasalahan ketadaan akses pendanaan seorang wirausaha di bidang perdagangan
bagi usaha‐usaha mikro yang dijalankan oleh kapas yang ingin mensejahterakan
perempuan‐ perempuan dari kelompok karyawannya dengan me‐ nempatkan mereka
miskin di Bangladesh, kemudian mampu pada lingkungan yang nyaman dengan akses
melihat fakta bahwa usaha‐usaha mikro ini pendidikan yang baik untuk para karyawan
adalah usaha‐ usaha yang sehat dengan aliran dan anak‐anaknya. Jadi tujuan sosial masih
keuangan yang baik sehingga bisa membayar merupakan tujuan tambahan yang sifatnya
cicilan secara reguler dengan baik ketika philantropist dari kegiatan usahanya.
dipinjamkan sejumlah dana, Yunus juga
melihat peluang bahwa usaha‐usaha ini bisa Kemudian Owen menetapkan tujuan sosial
berkembang dan bertambah jumlahnya jika sebagai tujuan utama ketika dia mencoba
diberikan akses pendanaan, dan bahkan menerapkan gagasan "villages of co‐
usaha‐usaha ini bisa menyerap tenaga kerja ‐ operation" pada dua komunitas masyarakat
tenaga kerja baru, memberikan penghasilan‐ pekerja di Inggris dan Amerika Serikat,
penghasilan baru, sehingga pada akhirnya dimana para pekerja diharapkan dapat
menjadi solusi nyata dari per‐masalahan mengeluarkan diri mereka sendiri dari kemis‐
kemiskinan di Bangladesh. Kemudian Yunus kinan dengan cara menanam makanan mere‐
melakukan tndakan dengan mendirikan bank ka sendiri, membuat pakaian mereka sendiri,
kredit untuk usaha mikro, dimana keuntungan dan secara keseluruhan memenuhi kebu‐
yang didapatkan terus bergulir untuk tuhan mereka sendiri dengan melakukan
mengembangkan usaha‐usaha mikro yang usaha bersama berbasis komunitas wilayah
19
lainnya dan menumbuhkan usaha‐
usaha mikro baru. Yunus menyikapi desa . Meskipun kedua usaha tersebut ber‐
perma‐
salahan‐permasalahan sosial sebagai seorang akhir dengan kegagalan, namun gagasan
wirausahawan, persis seperti apa yang Owen menginspirasi lahirnya gerakan kope‐
dikatakan oleh Drucker. rasi di kalangan pekerja industri di Inggris.

PERKEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL Bisa disimpulkan dari fakta sejarah diatas


& PERMASALAHANNYA bahwa konsep awal koperasi, yaitu usaha
bersama untuk memenuhi kebutuhan
Kewirausahaan sosial tentunya berkembang bersama, adalah konsep yang sama dengan
seiring dengan perkembangan peradaban konsepsi dasar kewirausahaan sosial. Namun
manusia itu sendiri. karena adanya pada perkembangannya, koperasi dan kewi‐
permasalahan sosial dan upaya manusia untuk rausahaan sosial seolah‐olah berjalan sendiri‐
menyelesaikannya adalah sesuatu yang sendiri. Koperasi mengalami penyempitan
alamiah dan pasti terjadi dalam intensitas yang art sehingga sering dimaknai hanya sebagai
berbeda‐beda antara satu kelompok
masyarakat dengan yang lainnya. 16
Setyanto P. Santosa, Peran Social Entrepreneurship
Dalam Pembangunan, 2007, hal 1.
Jika merujuk pada pengertan 17
Li & Wong, Social Enterprise Policies of The UK, Spain,
kewirausahaan sosial seperti yang dijelaskan and Hong Kong, Legislatve Council of Hong Kong, 2007,
pada bagian sebe‐ hal 1.
18
http://en.wikipedia.org/wiki/Social_entrepreneurship
19
http://en.wikipedia.org/wiki/Cooperatve_movement
suatu enttas legal yang dimiliki dan dikontrol Zakat Indonesia. Namun perkembangan
20
secara demokrats oleh para anggotanya . kewirausahaan sosial cenderung bersifat
Kuatnya pengaruh kapitalisme dalam sporadik. Hal ini tdak lepas dari masih
perekonomian dunia menyebabkan banyak kurangnya du‐kungan dari pemerintahan
koperasi saat ini telah kehilangan semangat negara‐negara di dunia ataupun dari
sosialnya. Para anggota koperasi bersikap lembaga‐lembaga formal internasional. Salah
sepert pemegang saham perusahaan, kemu‐ satu negara yang paling awal dalam melihat
dian mengupah orang‐orang untuk menjadi potensi dan memberikan dukungan kebijakan
pengurus koperasi dan menjadikan maksi‐ bagi perkembangan kewirausahaan sosial
malisasi profit sebagai tujuan utama, karena adalah Inggris.
beranggapan semakin besar profit maka se‐
makin sejahtera anggotanya. Kewirausahaan Di Inggris perkembangan kewirausahaan
sosial lebih banyak dipraktekan oleh para sosial dapat dikatakan sangat pesat karena
philantropist melalui yayasan‐yayasan sosial besarnya perhatan dan dukungan peme‐
ataupun oleh aktvis‐aktvis sosial. rintah. Selain itu pendirian sekolah khusus
kewirausahaan sosial tahun 1997 oleh
Terminologi wirausahawan sosial (social Michael Young, menyebabkan negara ini
entrepreneur) dan kewirausahaan sosial mempunyai sumber daya manusia dengan
(social entrepreneurship) sendiri pertamakali keahlian yang memadai di bidang kewira‐
digunakan dalam literatur sosial pada tahun usahaan sosial, baik sebagai pelaku
1960‐an dan kemudian digunakan secara luas wirausaha sosial maupun sebagai pengambil
pada tahun 1980 dan 1990‐an oleh beberapa kebijakan. Pemerintah Inggris sudah mengako‐
pelaku kewirausahaan sosial sepert Bill modir kegiatan kewirausahaan sosial sebagai
Drayton, pendiri Ashoka, sebuah organisasi sebuah sektor usaha tersendiri sejak awal
penggiat kewirausahaan sosial internasio‐ tahun 1990‐an dalam golongan “social
nal, dan Michael Young yang mendirikan enterprise”, dengan mendefinisikan wirausaha
21
School for Social Entrepre‐neurs di Inggris . sosial sebagai suatu bisnis dengan tujuan
22
Saat ini kewirausahaan sosial telah menjadi sosial . Pada tahun 2001, Departemen
salah satu sektor perekonomian yang telah Per‐
diapresiasi peranannya dalam menyelesaikan dagangan dan Industri pemerintahan
per‐masalahan‐permasalahan sosial yang Inggris
dihadapi masyarakat dunia. Apresiasi ini mendirikan Social Enterprise Unit untuk meng‐
ditegaskan oleh hadiah Nobel perdamaian koordinasi pihak‐pihak yang terkait dengan
pada tahun 2006 yang diberikan kepada sektor usaha sosial, mengidentfikasi isu‐isu
Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank di yang dihadapi, dan memberikan rekomen‐dasi
Bangladesh, yang merupakan sebuah bentuk untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi
dari wirausaha sosial. tumbuhnya usaha‐usaha sosial baru dan
menjaga keberlangsungan usaha‐usaha
Selain Yunus, sebenarnya sangat banyak sosial
wirausahawan sosial lain yang kontribusinya yang telah
23
diakui oleh masyarakat dunia, diantaranya ada .
Victoria Hale dengan Institute for OneWorld
Health, Robert Redford dengan Sundance Terdapat beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh usaha‐usaha sosial di Inggris,
24
yaitu :

22
Institute, dan Abu Syauqi dengan Rumah
Li & Wong, Social Enterprise Policies of The UK, Spain,
20 and Hong Kong, Legislatve Council of Hong Kong, 2007,
http://en.wikipedia.org/wiki/Cooperatve
hal 3.
21
http://en.wikipedia.org/wiki/Social_entrepreneurship 23
Ibid, hal 3.
24
Ibid, hal 7‐8.
1. Kurangnya l sebagai suatu buhan usaha‐usaha
pemahaman . pilihan karir. 25
sosial . Selain itu
akan pe‐ranan • Penyedia pada undang‐
kewirausahaan 2. Kurangnya data‐ undang tentang
jasa data empiris
sosial dari pihak‐ perusahaan tahun
pihak yang mengenai 2004, Pemerintah
keuangan/penda
terkait dengan kewirausahaan Inggris
sektor ini, naan sosial, sepert menambahkan suatu
akibatnya: tdak jumlah dan bentuk perusahaan
memiliki
keyakinan pertumbuhan, atau enttas legal
atas
• Para sehingga baru yang
kepastan
pemerintah dinamakan
usaha dan
mengalami Community Interest
pengambil resiko dari
kesulitan dalam Companies, dengan
usaha‐
melakukan aturan dan
usaha sosial,
kebijakan meng‐ perencanaan ketentuan yang
sehingga ragu
dan penyediaan diper‐ untukkan
dalam
dukungan. khusus sesuai
abai‐ memberikan
Selain itu belum dengan karakteristik
kan potensi pinjaman.
sektor ini adanya bentuk
dalam • Lembaga yang dibutuhkan
menye‐ enttas legal 26
usaha‐usaha sosial .
lesaikan sosial tidak dengan aturan Hasilnya,
masalah‐ yang spesifik
menyadari usaha‐usaha sosial
masalah untuk usaha tumbuh hingga
sosial dan sosial
potensi mencapai populasi
ekonomi. menimbulkan
kewirausahaa yang relatif besar
• Pelaku n sosial kebingungan
sebagai cara dan memberikan
untuk
usaha tdak terutama bagi dampak yang cukup
mandiri dan calon‐calon
melepaskan signifikan pada
melihat usaha wirausahawan pereko‐ nomian
sosial diri dari
sebagai sosial. secara makro. Pada
rekana ketergantung
n an terhadap tahun 2007 di Inggris
potensi Sebagai upaya
al. terdapat lebih dari
dana pihak dalam menghadapi
• Penyedia jasa 55.000 usaha sosial,
ketiga. masalah‐ masalah
• Kebanyakan 5% dari total jumlah
pendukung ini, pada tahun 2002 usaha yang ada di
usaha tdak anggota pemerintah Inggris seluruh negara.
mengeluarkan Dengan kontribusi
melihat masyarakat
usaha sosial kebijakan stratejik lebih dari £8 milyar
sebagai
klien belum untuk pada tahun 2006,
terinspirasi
p untuk mempromosikan atau hampir
mendirikan
o usaha‐usaha sosial, mencapai 1% dari
usaha‐usaha
t kemudian pada 2006
27
PDB Inggris .
sosial dan
e mengeluarkan
belum
n kebijakan lainnya POTENSI
melihat
s untuk mendukung KEWIRAUSAHAAN
bekerja di
i perkembangan dan SOSIAL DI
sektor ini
a pertum‐ INDONESIA
e
UUD 1945 Pasal 33 r I
Ayat 1 berbunyi: s b
“Pereko‐ nomian a i
disusun sebagai m d
usaha bersama dan a ,
berdasarkan atas .
azas kekeluargaan”,
dimana sebelumnya h
Tanpa
ayat ini memiliki a
mengaitkannya l
penjelasan dengan dengan koperasi,
kalimat yang ke‐
berbunyi: “Bangun 4
wirausahaan sosial
perusahaan yang .
justru dapat men‐
sesuai dengan itu jadi 28
R. Baswir,
ialah koperasi”,
Selamatkan
yang dihapuskan 2 Koperasi!,
pada aman‐
5 Bisnis
demen Pasal 33
In
UUD 1945 di tahun
28 do
2002 . I ne
Jika kita kaitkan hal b sia
ini dengan i O
penjelasan di d nli
bagian sebelumnya , ne
bahwa konsep
,
koperasi h 13
sama dengan a /0
konsep dasar l 7/
kewirausahaan
20
sosial, maka
3 09
kewirausahaan
. .
sosial sesung‐
guhnya adalah jiwa 2

dari ekonomi 6
kerakyatan
yang dimaksud oleh
founding fathers I
bangsa b
Indonesia. Dimana i
kegiatan‐kegiatan d
usaha, ,
yang
menghidupkan h
perekonomian, a
diba‐ l
ngun untuk
menyelesaikan 1
permasalahan‐ 0
permasalahan sosial .
yang menjadi 2
kebutuhan 7
b
alternatf dalam masyarakat muslim nilai sosial yang karena mampu
menyelesaikan di Indonesia, yang diciptakan. memberikan daya
permasa‐ lahan‐ kemudian menjadi cipta nilai‐
permasalahan sosial tujuan dalam Selain sebagai solusi nilai sosial maupun
di Indonesia dengan mendirikan sebuah permasalahan ekonomi, yaitu :
30

menggunakan usaha sosial. Pada sosial, potensi


pendekatan social pelaksanaan kewirausahaan 1. Menciptakan
enterprise, dimana usahanya, sosial lainnya adalah kesempatan kerja.
tujuan perusahaan penerapan strategi peranannya dalam
pembangunan Di Amerika
bukan untuk kewirausahaan juga Serikat
kepentingan dilakukan dalam ekonomi
berdasarkan
pemegang saham pengelolaan zakat, data Johns
tetapi untuk mulai dari Hopkins
kepentingan manajemen University,
masyarakat, organisasi yang angkatan kerja
sehingga profit yang dipimpin seorang di sektor non‐
29
dihasilkan digulirkan Chief Executive profit saat ini
kembali sebagai Officer, menerapkan htt mencapai
modal dalam branding dan p:/ 10.5% dari
menyelesaikan per‐ marketing strategy, /w total
masalahan‐ membangun ww angkatan kerja
permasalahan sosial kepercayaan .ru yang ada,
yang diha‐ dapi donatur, ma dengan
masyarakat. menerapkan hza pertumbuhan
teknologi IT untuk kat. lapangan kerja
Salah satu contoh efisiensi, investasi org 5.3% lebih
sukses pada human capital / banyak dari
kewirausahaan melalui pelathan‐ sektor
sosial di Indonesia pelathan, bahkan 31
swasta .
adalah Rumah Zakat mendaftarkan hak Dengan
Indonesia (RZI) atas kekayaan
yang didirikan permasalahan
intelektual (paten)
oleh Abu Syauqi sosial yang
untuk logo, merek,
pada tahun 1998 di relatf lebih
barang, dan jasa
Bandung. RZI besar, di
yang dimiliki.
menggunakan Indonesia
Hasilnya hanya
enttas legal potensi
dalam kurun waktu
yayasan dan hanya penyediaan
10 tahun dana yang
mengelola dana lapangan
dikelola RZI
pihak ketga, sesuai kerja bisa jadi
mengalami pening‐
dengan fungsinya lebih besar
katan yang
sebagai amil zakat dari apa yang
signifikan, dari Rp
yang mengikut terjadi di
0.8 milyar di tahun
syariat Islam. Abu Amerika
1999 menjadi Rp
Syauqi mampu Serikat. Selain
107,3 milyar di
menangkap peluang itu
tahun29
belum tergarapnya kewirausahaan
2009 . Tentunya
potensi zakat sosial
tngginya
dengan maksimal memberikan
pertumbuhan da‐
untuk pula
na yang dikelola
menyelesaikan peluang kerja
bermuara kepada
permasalahan‐ kepada
tngginya
permasalahan sosial penyandang
pertumbuhan
cacat Sedangkan
untuk kewirausahaan
dilibatkan sosial akan
dalam mampu untuk
kegiatan pro‐ mengatasinya
d karena
u memang
k dilakukan
t dengan penuh
i dedikasi.
f Menurut Bill
. Drayton: social
entrepreneurs
2. Melakukan need and
inovasi dan deserve
kreasi baru loyalty. Their
terhadap work is not a
produksi job, it is their
barang life.
ataupun jasa
yang
dibutuhkan
masyarakat.
Berbagai
inovasi 30
Setyanto P. Santosa,
terhadap jasa Peran Social
kemasyarakata Entrepreneurship
n yang selama Dalam Pembangunan,
ini tdak 2007, hal
tertangani oleh 3‐6.
pemerintah
31
dapat Andrew M. Wolk,
dilakukan oleh Social
kewirausahaan Entrepreneurship and
sosial sepert Goverment: A New
misalnya: Breed of
penanggulanga Entrepreneurs
n HIV dan Developing Solutions
narkoba, to Social Problems,
pemberantasa The Small Business
n buta huruf, Economy, 2007, hal
kurang gizi. 162.
Seringkali
standar
pelayanan
yang dilakukan
pemerintah
tdak mengena
sasaran karena
terlalu kaku
mengikut
standar yang
ditetap‐ kan.
3. Menjadi modal sosial. 4. Peningkatan kesetaraan (equity
Modal sosial merupakan bentuk yang promotion).
paling pentng dari berbagai modal yang Salah satu tujuan pembangunan eko‐
dapat diciptakan oleh wirausahawan nomi adalah terwujudnya kesetaraan
sosial karena walaupun dalam kemi‐
traan ekonomi yang paling utama ada‐ dan pemerataan kesejahteraan mas‐
lah nilai‐nilai: saling pengertian (shared yarakat. Dan melalui kewirausahaan
value), kepercayaan (trust), dan budaya sosial tujuan tersebut akan dapat
kerjasama (culture of cooperation), ke‐ diwujudkan, karena para pelaku bisnis
semuanya ini adalah modal sosial. yang semula hanya memikirkan
Keberhasilan negara Jerman dan Jepang pencapaian keuntungan yang maksimal,
adalah karena akar dari long‐term selanjutnya akan tergerak pula untuk
relationship dan etka kerjasama yang memikirkan pemerataan pendapatan
mampu untuk menumbuhkan inovasi
agar dapat dilakukan pembangunan
dan mengembangkan industri di negara
masing‐masing. Bank Dunia menyatakan ekonomi yang berkelanjutan. Contoh
pula bahwa per‐masalahan yang krits keberhasilan Grameen Bank adalah
dalam penang‐gulangan kemiskinan salah satu bukti dari manfaat ini.
adalah modal sosial yang tdak me‐
madai. Dibawah ini digambarkan “vi‐ KESIMPULAN
rtous circle of social capital” yang di‐
awali dengan penyertaan awal dari mo‐ • Kewirausahaan sosial adalah mengenai
dal sosial oleh wirausahawan sosial. value creation untuk penyelesaian
Selanjutnya dibangun jaringan keper‐ permasalahan‐permasalahan sosial
cayaan dan kerjasama yang makin me‐ dengan menggunakan prinsip kewira‐
ningkat sehingga dapat akses kepada
pembangunan fisik, aspek keuangan usahaan.
dan sumber daya manusia. Pada saat • Seorang wirausahawan sosial akan
unit usaha dibentuk (organi‐zational secara aktf melakukan tindakan yang
capital) dan saat usaha sosial mulai
bersifat solutf terhadap permasalahan
menguntungkan maka makin banyak
sarana sosial dibangun. sosial yang ada. Ciri kewirausahaan
sosial adalah usaha yang dilakukan
bersifat sustainable dalam pendanaan.
Keberhasilan wirausaha sosial diukur
dari manfaat yang dirasakan oleh mas‐
yarakat.
• Sejarah kewirausahaan sosial dimulai di
Inggris pada awal abad ke‐19 dalam
bentuk koperasi, dan mengalami
perkembangan di tahun 1980‐an dan
1990‐an. Saat ini kewirausahaan sosial
telah menjadi salah satu sektor
perekonomian yang telah diapresiasi
peranannya dalam menyelesaikan per‐
masalahan‐permasalahan sosial yang
Gambar 3. The Virtous Circle of Social Capital
32 dihadapi masyarakat dunia.
• Perkembangan kewirausahaan so‐sial
32
Leadbeater, 1997 dalam Setyanto P. Santosa, Peran cenderung bersifat sporadik. Hal ini
Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, 2007, hal
5.
tdak lepas dari masih kurangnya
dukungan dari sosial di pemerintah. Social
pemerintahan Indonesia Apa Problems, The
negara‐ negara dengan yang dilakukan Small Business
di dunia menggunakan pemerintah Economy, 2007.
ataupun dari pende‐ Inggris dapat
Gorgi Filipov,
lembaga‐ katan menjadi
Entrepreneurs
lembaga perusahaan. panduan yang
hip And The
formal Potensi lain baik, yaitu
Commercializa
internasional. adalah dimulai dengan
tion of
peranannya memberikan
• Inggris Inventions And
dalam pengakuan
Research
pembangunan terhadap
merupakan Results, WIPO‐
eko‐ nomi wirausaha
IFIA Inter‐
karena mampu sosial dengan
negara dengan natonal
memberikan mendefinisikan
perkembangan Symposium on
kewirausahaan daya cipta kemudian
sosial The Commer‐
nilai‐nilai sosial menggo‐
yang pesat cializaton of
maupun longkannya
terutama Inventons In
ekonomi, secara spesifik
karena The Global
yaitu: sebagai salah
dukungan Market, 2002.
menciptakan satu sektor
kebijakan kesempatan usaha, Harding & Harding,
pemerintahnya kerja, mempromosik Social
sejak awal melakukan an‐ nya, lalu Entrepre‐
tahun 2000‐an. inovasi dan mendukung neurship in
Kurangnya kreasi baru perkembangan the UK,
pemahaman terhadap dan Delta
akan peranan produksi pertumbuhann Economics
kewirausahaan barang ya melalui Report,
sosial dari ataupun jasa kebijakan yang 2008.
pihak‐pihak yang efektf.
yang terkait Kenneth D. Bailey,
dibutuhkan
menjadi per‐ Methods of Social
masyarakat, REFERENSI
masalahan Research, The
menjadi modal
yang dihadapi Andrew M. Wolk, Free Press,
sosial, dan
kewira‐ Social London, 1987.
meningkatan
usahaan sosial kese‐ taraan. Entrepreneurs Li & Wong, Social
di Inggris. hip and Enterprise
• Agar potensi Goverment: A
• Di Indonesia Policies of
New Breed of The UK, Spain,
kewirausahaan Entrepreneurs
kewirausahaan and Hong
Developing Kong,
sosial da‐ Solutions to Legislatve
sosial dapat
pat Council of
menjadi diwujudkan di
solusi dalam Indonesia, Hong Kong,
menyelesaikan diperlukan
permasalahan‐ adanya 2007.
permasalahan dukungan dari
Martn & Osberg,
Social i/Social_issue
Entrepreneurs s
hip: The Case
for Definition, http://www.r
Stanford Social umahzakat.or
Innovaton
g/
Review, 2007.
R. Baswir,
Selamatkan
Koperasi!, Bisnis
Indonesia
Online,
13/07/2009.
Robbin & Coulter,
Management,
Prentice
Hall, 2007.
Setyanto P. Santosa,
Peran Social
Entrepre‐
neurship Dalam
Pembangunan,
2007.
http://en.wikipedia.or
g/wiki/Cooperatve
http://en.wikipedia.or
g/wiki/Cooperatve_
movem
ent
http://en.wikipedi
a.org/wiki/Entrep
reneur.
http://en.wikipedi
a.org/wiki/Proble
m_solving
http://en.wikipedia.org/
wiki/Social_entreprene
ur
ship
http://en.wiki
pedia.org/wik

Anda mungkin juga menyukai