Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

Fajri Kaharismatika 1113016300061


Gita Verawati 1113016

DOSEN :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT.yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami,sehingga dapat menyusun makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad saw, karena berkat bimbingan
beliau kami tetap di jalan-Nya.

Penyusun berharap,makalah Belajar dan Pembelajaran yang kami susun dapat memberi
manfaat dan dapat mengambil hikmah dari hal-hal yang telah kami susun ini.

Tidak lupa pula dalam kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kami kepada Ibu Kinkin Suartini M.Pd selaku dosen Belajar dan Pembelajaran,yang telah
memberikan kami kesempatan untuk membahas materi ini. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada teman-teman atas dukungannya dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak seutuhnya sempurna,untuk itu kritik dan saran
dari berbagai pihak sangat kami harapkan,agar ke depan kami bisa menyusun makalah dengan
lebih baik. Harapan kami,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Penyusun

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan ........................................................................................... 1

A.Latar Belakang ......................................................................................... 1


B.. ...................................................................................... Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
D.Metode Penulisan ..................................................................................... 2
Bab II Pembahasan .......................................................................................... 3

A.Pengertian Pembelajaran Kooperatif ......................................................... 5


B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .............................................................. 5
C. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif ................................................... 6
D.Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ......................................... 8
E. Manfaat Pembelajaran Kooperatif ............................................................ 9
F. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif .................. 12
G.Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif ................................................ 13
H.Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif .......................................... 14
I. Beberapa Variasi Dalam Model Kooperatif Learning ............................ 14
Bab III Penutup ............................................................................................... 21

Kesimpulan .................................................................................................21
Daftar Pustaka .................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekitar tahun 1970-an belajar kompetitif dan individualistis telah mendominasi


pendidikan di Amerika Serikat. Siswa biasanya datang ke sekolah dengan harapan untuk
berkompetisi dan tekanan dari orang tua untuk menjadi yang terbaik. Dalam belajar
kompetitif dan individualistis, guru menempatkan siswa pada tempat duduk yang terpisah
dari siswa lain. Proses seperti itu masih terjadi dalam pendidikan di Indonesia sekarang
ini.

Jika disusun dengan baik, belajar kompetitif dan individualistis akan efektif dan
merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun demikian,
terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistis yaitu, (a)
kompetisi siwa kadang tidak sehat. Sebagai contoh jika seorang siswa menjawab
pertanyaan guru, siswa yang lain berharap agar jawaban yang di berikan salah, (b) siswa
berkemampuan rendah akan kurang termotivasi, (c) siswa berkemampuan rendah sulit
untuk sukses dan semakin tertinggal dan (d) dapat membuat frustasi siswa lainnya. Untuk
menghidari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa lain untuk mencapai
sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif.

Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam
menyelesaikan tugas tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap
anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan
kelompoknya. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivisme.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil tujuan di

iii
bentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa
untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama
bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi
yang di sajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar.

B. Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :

1. Mampu menjelaskan tujaan pembelajaran kooperatif.


2. Mampu menjelaskan konsep dasar pembelajaran kooperatif.
3. Mampu menjelaskan karakteristik pembelajaran kooperatif.
4. Mampu menjelaskan manfaat pembelajaran kooperatif.
5. Mampu menjelaskan unsur-unsur pembelajaran kooperatif.
6. Mampu menjelaskan prinsip pembelajaran kooperatif.
7. Mampu menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif.
8. Mampu menjelaskan variasi model pembelajaran kooperatif.

C. Rumusan Masalah
Dalam peyusunan makalah ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas
hanya meliputi :
1. Apa tujuan dari pembelajaran kooperatif?
2. Apa konsep dasar pembelajaran kooperatif?
3. Apa saja karakteristik pembelajaran kooperatif?
4. Apa saja manfaat pembelajaran kooperatif?
5. Apa saja unsur-unsur pembelajaran kooperatif?
6. Apa prinsip pembelajaran kooperatif?
7. Apa saja langkah-langkah pembelajaran kooperatif?
8. Apa saja variasi model pembelajaran kooperatif?

D. Metode Penulisan

iv
Metode yang kami lakukan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan metode
studi pustaka, yaitu mencari data dari beberapa buku referensi dan data dari internet, yang
berkaitan dengan materi yang diberikan.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajan Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pmbelajaran yang melibatkan partisipasi


siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati, 2002:25). Dalam
sistem beajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam
model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri
dan membantu sesama kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama sebuah kelompok
kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.
Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan
cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya 2006:239). Tom V. Savage (1987:217)
mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan
kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada
unsur dasar pembelajar kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran
kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif.
Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada
siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan
sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
Cooperative learning adalah teknik pengelompokkan yang didalamnya siswa
bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri
4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran
yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson dalam hasan,1996).

B. Tujun Pembelajaran Kooperatif

6
Johnson & Johson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif
adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam
suatu team,maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa
dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-
keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Louisell & Decamps,1992).

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya
jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama sampai mencapai tujuan tersebut.
Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting,yaitu hasil belajar
akademik,penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
sosial(Ibrahim,dkk,2000:7)

Para ahli telah menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan


kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas –tugas
akademik.

Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam


pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk
melatihkan keterampilan-keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-
keterampilan Tanya jawab. (Ibrahim,dkk,2000:9).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya


tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa


belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan membantu
untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

C. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

7
Pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar


kooperatif konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan
pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang
lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerja sama antara individu
sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari
teori Vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena
itu, banyak guru yang mngatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning
karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning
dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok
dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak (2001:19-20) bahwa
“pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar,
sehingga dapat diwujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.”
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu
interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa,
dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pmbelajaran
langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar kompetensi akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk
mengembangkan kompetensi sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang
model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

8
meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda
sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert
Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan
pembelajaran kooperatif. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi
memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang
sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan
akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih
dalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.

D. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi
pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat
dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada
proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin
dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam
pengertian penguasaan materi pembelajaran, tetapi juga
adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah
yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif(Rusman:2013).

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu : (1)


perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam
kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok, (2)
perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam
belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh
keberhasilan, (3) perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi
antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah
berbagai informasi. (Sanjaya, 2006:242)
Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai

9
berikut.
1. Pembelajaran Secara Tim
Pebelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan
secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa
belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif
Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga
fungsi, yaitu : (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang
harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk
mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi,
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang
agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai
kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3. Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan
dalam pembelajaran kooperatif. tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif
tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan
elalui aktifitas dalam kegiatan pembelajaran secara
berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu
didorong untuk mau dan sanggp berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaan yang telah
ditetapkan.

10
Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan
pola belajar iswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan
dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. (Muslim Ibraim, 2000:3)
Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan
kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan/atau
dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan
pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling bergantung satu sama lain untuk
mencapai satu penghargaan bersama.

E. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Zamroni (2000) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif


adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada
level individual. Disamping itu,belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas
sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif,diharapkan kelak akan muncul
generasi baru yang memilki prestasiakademik yang cemerlang dan memilki solidaritas
sosial yang kuat.

Mengapa pembeljaran kooperatif perlu? dalam situasi belajarpun sering terlihat


sifat individualistis siswa. Siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap
tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya
dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan
tidak mustahil akan dihasilkan warga negara yang egois, inklusif, introfert, kurang
bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang
bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang
menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi,
main keroyokan, saling sikut, dan mudah terprovokasi(Rusman:2013)
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak
digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan para ahli pendidikan. Hal ini
dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilaakukan oleh Siavin (1995) dinyatakan

11
bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan skaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleranis,
dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi
kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran
kooperatif diharapkan mampu meningktkan kualitas pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila : (1) guru menekankan
pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki
pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau
belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif
siswa, (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai
permaalahan. (Sanjaya,2006)
Manfaat khusus dari pembelajaran kooperatif adalah :

1. Pembelajaran Kooperatif mengajarkan nilai kerja sama.


Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa bahwa tolong menolong
adalah hal baik. Dalam sebuah ulasan terhadap sebuah riset,psikolog Marilyn Watson
mendapati bahwa “peluang menjadi anggota yang berkonstribusi dari sebuah
kelompok pertemanan yang adil dan berbudi pekerti adalah hal kondusif untuk
membangun kepedulian terhadap sesama anggota kelompok,membangun sikap-sikap
alturuistik,dan menceiptakan kecenderungan yang lebih besar untuk terlibat dalam
perilaku-perilaku spontan(Thomas:2013).

2. Pembelajaran Kooperatif dapat membangun komunitas di dalam kelas.


Pembelajaran kooperatif membantu siswa saling mengenal dan peduli
serta merasakan keanggotaan dalam setiap unit sosial maupun di dalam kelas.
Pembelajaran kooperatif juga dapat meredakan konflik-konfilik interpersonal. Dalam
beberapa studi lain,pembelajaran koopeatif didapati mampu menumbuhkan
penerimaan yang lebih besar terhadap temen sekelas yang menyandang cacat atau
yang berasal dari etnik atau latar belakang berbeda. Apabila buku-buku teks
multietnis,sejarah minoritas,dan diskusi kelas tentang hubungan rasial
siswa,kelompok kooperatif antara ras terbukti berhasil meningkatkan kualitas

12
hubungan rasial bahkan seringkali mendorong terjadinya persahabatan lintas ras
hingga tingkatan yang signifikan.

3. Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterempilan dasar kehidupan.


Keterampilan yang berkembang melalui pembelajaran kooperatif diantara
beberapa yang paling penting dalam kehidupan meliputi keterampilan mendengar,
mengambil perspektif orang lain, berkomunikasi dengan efektif,menyelesaikan
konflik,dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Sejumlah studi
menunjukan bahwa para siswa yang secara rutin mempraktekan pembelajaran
kooperatif ternyata mampu menguasai keterampilan moral antar personal ini dengan
lebih baik(Thomas:2013).

4. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian


akademis,penghargaan diri, dan sikap terhadap sekolah.
Siswa dengan kemampuan tinggi maupun rendah bisa menarik manfaat
dari kelompok pembelajaran kooperatif;beberapa study mengindikasikan pencapaian
yang sangat tinggi pada para siswa berkemampuan rendah.telah ditemukan hasil-
hasil positif untuk semua matapelajaran dan disemua jenjang kelas. Pembelajaran
kooperatif meningkatkan penghargaan diri dan sikap siswa terhadap sekolah. Dan
dalam sebuah ulasan terhadap 15 eksperimen berbasis kelas,didapati bahwa
pembelajaran kooperatif mampu memberikan pengaruh positif pada penghargaan diri
didalam hampir ¾ dari semua studi tersebut(Thomas:2013).

5. Pembelajaran kooperatif menawarkan sebuah alternative untuk


pengelompokan siswa.
Pembelajaran kooperatif menurut Oakes,menwarkan salah satu dari
beberapa cara terbaik untuk menghindari dampak negative pengelompokan dan
mencapai kesetaraan dalam pendidikan. Semua pihak bisa menarik manfaat dari
kerja sama kelompok dengan berbagai macam kemampuan, termasuk siswa yang
lebih pintar secara akademik. Mereka akan belajar bekerja sama dan peduli pada
orang lain yang berbeda dengan mereka dan mereka dapat menguasai bahan ajar

13
dengan tingkat yang lebih dalam ketika mereka membantu mengajarkannya pada
orang lain(Thomas:2013).

6. Pembelajaran Kooperatif berpotensi mengurangi aspek-aspek persaingan.


Sekarang ini, persainganlah, dan bukan kerja sama, yang mendominasi karakter
nasional kita. Kita semua mengetahui dengan baik pengaruh destruktif dari
persaingan yang tak terkendali: dalam bidang ekonomi dalam mengejar kesuksesan
telah mengarahkan para pelaku bisnis untuk melakukan apapun tanpa menghiraukan
pengaruhnya terhadap orang lain untuk memaksimalkan keuntungan. Dalam
lingkungan pribadi, banyak prang yang telah mengorbankan pernikahan,kehidupan
keluarga, dan bahkan kebahagiaan mereka sendiri untuk semua dorongan persaingan
yang menyita perhatian hanya demi meraih kesuksesan individual(Thomas:2013).
F. Unsur penting dan prinsip utama pembelajaran kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992), terdapat 5 unsur penting
dalam belajar koperatif yaitu :

1. Pertama , saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar
kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mecapai satu
tujuan yag terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua
anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan
bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2. Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat.Belajar kooperatif akan
meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini,terjadi dalam hal seorang siswa akan
membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok saling memberikan
bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam
kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini,siswa
yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi
yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai
masalah yang sedang dipelajari bersama.
3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : (a) membantu siswa yang
membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada
14
hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.

4. Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar


kooperatif,selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa
dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.
Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam
kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

5. Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses
kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana
mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain 5 unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif,model


pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model
pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut slavin (1995),
adalah sebagai berikut :

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang
ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada


belajar individual semua anggota kelompok.Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha
untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap
menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu
kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan
bahwa siswa berkemampuan tinggi,sedang,dan rendah sama-sama tertantang untuk
melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat
bernilai.

G. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Lie,2008) ada 5 unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut yaitu :

1. Prinsip ketergantungan positif yaitu dalam pembelajaran kooperatif,keberhasilan


dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok
15
tersebut.kberhasila kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota
kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling
ketergantungan.
2. Tanggung jawab perseorangan yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari
masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok
tersebut.
3. Interaksi tatap muka yaitu memberika kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling
memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi yaitu melatih siswa untuk berpatispasi aktif dan
komunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5. Evaluasi proses kelompok,yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka,agar selanjutnya
bias bekerja sama dengan lebih efektif.

H. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif


Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakkan pembelajaran kooperatif. Langka-langkah itu ditunjukkkan padaTabel

Langkah-Langkah Model Kooperatif


Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang


Menyampaikan tujuan dan memotivasi ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotavasi
siswa siswa belajar.

Fase-2 Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan


Menyajikan informasi jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya


Mengorganisasikan siswa ke dalam membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok koooperatif kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada


Membimbing kelompok bekerja saat mereka mengerjakan tugas mereka.

16
danbelajar

Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang


Evaluasi telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya


Memberikan penghargaan maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber :Ibrahim,dkk. (2000: 10)

I. Beberapa Variasi Dalam Model Cooperative Learning

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat


beberapa variasi dan model tersebut. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang
seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games
Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share
(TPS) dan Numbered Head Together (NTH) (Trianto:2009).

1. Student Teams Achivemeans Devision (STAD)


Pembelajaran koopratif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kookratif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlahanggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan
menyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan keolmpok, kuis,
dan penghargaan kelompok.
Slavin (dalam Nur, 2000:26) menyatakan bahwa STAD siswa ditempatkan dalam
tim belajar beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa
bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut,
pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Seperti hal pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe ST AD ini juga
membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

17
1. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat
pembelajaran, yang meliputi rencana pembelajaran(RP), buku siswa, Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
2. Membentuk kelompok koopratif
Membentuk anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam
kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok
lainnya yang relative homogen.
3. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah kuis. Misalnya pada pembelajaran
lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat
dijadikan skor awal.
4. Pengaturan Tempat Duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik,
hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila
tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang
menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
5. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD,


terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih
jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

2. Tim Ahli (Jingsaw)


a. Gambaran umum jingsaw
Jingsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman teman
dari Universitas Texas, dan adopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John
Hopkins.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Jingsaw
Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang)
 Langkah-langkah Pembelajaran Jingsaw
1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang)
18
2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-
bagi menjadi beberapa sub bab.
3) Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan
mengenai system ekspresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok
mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati.
4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.
6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu.
Persyaratan lain yang perlu disiapkan guru, antara: (1) Bahan Kuis; (2) Lembar
Kerja Siswa (LKS); dan (3) Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP). Sistem evaluasi
pada jingsaw sama dengan system evaluasi pada tipe STAD, yaitu pemberian skor
nilai baik secara individual maupun kelompok.
c. Jingsaw Tipe II
Jingsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen, 1996) dengan sedikit
perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe jingsaw, secara umum siswa dikelompokkan
oleh secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau
pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing masing anggota
kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek
kelompok tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi,
“ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari
kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” dikonsep yang ia pelajari. Kemudian
kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topic yang mereka kuasai kepada
tteman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain pada semua
topic yang diberikan.
Model pembelajaran Jingsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada
perbedaan mendasar antara pembelajaran Jingsaw I dan Jingsaw II, kalau pada tipe I,
awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya

19
sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman
segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara
keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi
expert. Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan
dibicarakan.
 Langkah-langkah Pembelajaran dengan jingsaw II
1) Orientasi
2) Pengelompokkan
3) Pembentukan dan Pembinaan kelompok expert
4) Diskusi (Pemaparan) kelompok ahli dalam grup)
5) Tes (Penilaian)
6) Pengakuan Kelompok

3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
kompleks dan ppaling suliit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh
Thelan. Dalam perkembanganny model ini diperluas dan dipertajam Sharan dari
Universitas Tel Aviv. Berrbedda dengan STAD dan Jigsaw, siswa telibat dalam
perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka.
Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada
pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar
siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
Dalam Implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan aanggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat
dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Sharan,dkk. (1984) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi
kkelompok meliputi 6 (enam) fase.

20
a. Memilih Topik
Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah yang biasanya
diitetapkan oleh guru. Kemudian siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam
anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas.
Komposisi kelompok hendaknya secara kademik maupun etnis.
b. Perencanaan koperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tuggas dan tujuan khusus yang
konsisten dengan subtopik yang telah dipiilih pada tahap pertama.
c. Implementasi
Siswa menerapkaan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua.
Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang
luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jeniis-jenis hasil belajar yang berbeda
baik di dalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan menawarrkan bntuan bila diperlukan.
d. Analisis dan sintetis
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan
merencakaan bagimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang
menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepad seluruh siswa.
e. Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidiknya dengan cara yang
menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu
sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektiif luas pada topik itu.
Presentasikan dikoordinasi oleh guru.
f. Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda-beda dari topik yang
sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas
sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukkan dapat berupa penilaian
individual atau kelompok.

4. Think Pair Share


Strategi think-pair-share (TPS) ataau berpikir berpasangan berbagi adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola
interaksi siswa. Strategi think-pair-share ini berkembang dari penelitian belajar
kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan
kooleganya di Universitas Meryland sesuia yang dikutip Arends (1997), Menyatakan
bahwa think-pair-share merupakan suatu car ayang efektif untuk membuat variasi
suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat member siswa lebih banyak
waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya

21
melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi
tanda tanya. Sekarang guru mengiginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa
yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think-pair-share
untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan
langkah-langkah (fase) berikut.
Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

5. Numbered Head Together (NHT)


Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered
Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur
empat fase sebagai NTH :
Fase 1 : Penomoran
Fase 2 : Mengajukan peratnyaan
Fase 3 : Berpikir Bersama
Fase 4 : Menjawab

6. Teams Games Tournament (TGT)


Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau
Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan
Keath Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-
anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu-ilmu
eksak, ilmu-ilmu social maupun bahasadari jenjang Pendidikan Dasar (SD,SMP)
hingga perguruan tinggi. TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pelajaran yang
dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian, TGT juga

22
dapat diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang
tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau
kinerja.
A. Langkah-langkah Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Secara rumit implementasinya TGT terdiri dari 4 komponen utama, antara lain : (1)
Presentasi guru (sama dengan STAD); (2) Kelompok belajar (sama dengan STAD);
(3) Turnamen; dan (4) Pengenalan Kelompok.
a. Guru menyiapkan :
 Kartu soal
 Lembar Kerja Siswa
 Alat/Bahan
b. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5 orang)
c. Guru mengarahkan aturan permainannya
B. Aturan (Skenario) permainan
C. Sistem Perhitungan Poin Turnamen

Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

STAD Jingsaw Invesrtigasi kelompok Pendekatan


struktural

Tujuan Informasia Informasi Informasi akademik Informasi akademik


Kognitif akademik akademik tingkat tinggi & sederhana
sederhana sederhana ketermpilan inkuiri

Tujuan Kerja kelompok Kerja kelompok Kerja sama dalam Keterampilan


Sosial dan kerja sama dan kerja sama kelompok kompleks kelompok dan
keterampilan social
Kelompok belajar Kelompok belajar Kelompok belajar Bervariasi, berdua,
heterogen dengan heterogen dengan heterogen dengan 5-6 bertiga,
4-5 orang anggota 5-6 orang anggota anggota homogen kelompokdengan 4-5
Struktur Tim menggunakan orang anggota
pola kelompok
‘asal’ &kelompok
ahli

Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanyasiswa Biasanya guru


topik

23
Siswa dapat Siswa Siswa menyelesaikan Siswa mengerjakan
menggunakan mempelajari inkuiri kompleks tugas-tugas yang
lembar kegiatan materi dalam diberikannsecara
Tugas utama dan saling kelompok ‘ahli’ sosial dan kognitif
membantu untuk kemudian
menuntaskan membantu
materi belajarnya anggota
kelompok asal
mempelajari
materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat Menyelesaikan proyek Bervariasi
berupa tes dan menulis laporan,
mingguan dapat menggunakan tes
essay
Pengakuan LembarPengetahu Publikasi lain Lembar pengakuan dan Bervariasi
an dan publikasi publikasi lain
lain

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Tujuan pokok belaja kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
2. Konsep dasar cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama
dalam kelompok.
3. Karakteristik umum pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
4. Manfaat pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

24
a. Pembelajaran Kooperatif mengajarkan nilai kerja sama.
b. Pembelajaran Kooperatif dapat membangun komunitas di dalam kelas.
c. Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterempilan dasar kehidupan.
d. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian akademis,penghargaan
diri, dan sikap terhadap sekolah.
e. Pembelajaran kooperatif menawarkan sebuah alternative untuk pengelompokan
siswa.
f. Pembelajaran Kooperatif berpotensi mengurangi aspek-aspek persaingan.
5. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat.
c. Tanggung jawab individual.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
e. Proses kelompok.
6. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Prinsip ketergantungan positif ,
b. Tanggung jawab perseorangan,
c. Interaksi tatap muka ,
d. Partisipasi dan komunikasi
e. Evaluasi proses kelompok.
7. Langkah-langkah pembelajaran kooperati adalah sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b. Menyajikan informasi
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok koooperatif
d. Membimbing kelompok bekerja danbelajar
e. Evaluasi
f. Memberikan penghargaan
8. Variasi Dalam Model Cooperative Learning terdiri dari
a. Student Teams Achivemeans Devision (STAD)
b. Tim Ahli (Jingsaw)
c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

25
d. Think Pair Share
e. Numbered Head Together (NHT)
f. Teams Games Tournament (TGT)

DAFTAR PUSTAKA

Lickona,Thomas.Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi PINTAR dan


BAIK. Bandung: Nusa Media 2013

Rusman. Model Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2013

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovati-Progrsif. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.2009

26
27

Anda mungkin juga menyukai