Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PANCA INDRA

PENGLIHATAN BUTA/KATARAK

Disusun Oleh:

1. M. Ilham Haqiqi

2. Puji Hapsari

3. Ulfa Ainul Iko

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1. Panca Indra Mata

Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera,

koroid dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat berwarna

putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang berbentuk transparan yang ada didepan

bola mata, cahaya akan masuk melewati bola mata tersebutsedangkan koroid

merupakan bagian tengah dari bola mata yang merupakan pembuluh darah. Dilapisan

ketiga merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina akan diputuskan leh retina

dengan bantuan aqneous humor,lensa dan vitous humor. Aqueous humor merupakan

cairan yang melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang elastis

yang berfungsi untuk akomodasi.

Hubungan usia dengan mata Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous humor

akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang

mengalami perubahan / penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata,

produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh

terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan

mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja

pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan

tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses

akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-bend dari jarak dekat maupun

jauh. Akomodasi merupakan hasil koordianasi atas ciliary body dan otot-otot ins,
apabial sesorang mengalami penurunan daya akomodasi makaorang tersebut disebut

presbiopi. 5 masalah yang muncul ada lansia :

a. Penurunan kemampuan penglihatan


Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah
progesifitas dan pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous humor,
perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata
kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan ADL, pada lansia yang berusia
lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami
atau jarang mengalami penurunan penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.

b. ARMD ( Age-related macular degeneration )


ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami
peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi
untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan
menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatan penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samara-samar dan kadang-
kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan
kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih kecil dan garis
lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada dasarnya orang yang
ARMD akan mengalami gangguan pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas
terhadap cahaya yang menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok.
Dalam kondisi yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total.
Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftomologi dengan bantuan berupa test intravena
fluorerensi ngiography.treatment Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan
dengan tembok laser (apabila akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam
keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri
dan memberikan pendidikan tentang ARMD.
c. Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia
60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan
medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat
glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler ( IOP )
pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan sebagai akibat
adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2,
gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan
nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang
berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang
kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
1) Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
2) Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
3) Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)

d. Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan di fokusing
terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada
usia > 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan,
pada saat membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan
melihat dimalam hari, penglihatan ganda. Penanganannya yang tepat adalah
pembedahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila
katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu
dilakukan pembedahan.

e. Entropi dan eutropi


Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan
gangguan penglihatan namun menyebabkan gangguan kenyamanan. Entropi adalh
kelopak mata yang terbuka lebar ini menyebabkan mata memerah entropi
terjadikarena adanya kelemahan pada otot konjungtifa.ektropi adalah penyempitan
konjungtiva
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan - lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa
mata.

2. Katarak Pada Lansia


Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat
dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi
usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan
mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada
di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di
Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok
Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia
harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata
disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,
semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak
(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan
mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh. Dalam keadaan normal
jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.
Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan
data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia
mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara
mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena
proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data
statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55
persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak
(Irawan, 2008).
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. LAPORAN PENDAHULUAN

1. Defenisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,

2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran

yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan

pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan

lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada

semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2. Anatomi Fisiologi

Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm,

yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat

dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan

memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.

Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

a. Lapisan luar, yang terdiri dari :

1) Sclera

Sklera adalah bagian mata yang berbentuk selaput putih keras dengan jaringan
fibrosa yang menutupi seluruh bola mata Anda (sepanjang jalan di sekitar),
kecuali bagian kornea. Di dalamnya terdapat otot yang menempel guna
menggerakkan mata yang menempel pada sklera.
2) Kornea

Kornea adalah jaringan berbentuk kubah transparan yang membentuk bagian mata
terdepan atau paling luar. Kornea berfungsi sebagai jendela dan sebagai jalan
masuk cahaya ke mata Anda.
b. Lapisan tengah, yang terdiri dari :

1) Koroid

Koroid adalah bagian mata yang berbentuk membran cokelat gelap yang terdapat
banyak pembuluh darah di dalamnya. Posisinya terletak di antara sklera dan
retina.
2) Badan (korpus) siliare

3) Iris

Iris dan pupil adalah bagian dari anatomi mata yang saling berhubungan satu
sama lain. Iris adalah membran berbentuk cincin yang mengelilingi sebuah
bulatan kecil berwarna lebih gelap di tengahnya.
c. Lapisan dalam, yang terdiri dari :

1) Retina

Retina adalah sebuah jaringan yang peka terhadap cahaya. Retina ini melapisi
permukaan bagian dalam mata. Sel di retina bisa mengubah cahaya masuk
menjadi impuls listrik. Impuls listrik ini dibawa oleh saraf optik (yang
menyerupai kabel televisi Anda) ke otak, yang akhirnya menafsirkannya sebagai
gambar atau objek yang mata lihat.
2) Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat

memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.

Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk

smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima

gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing
mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak

menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

3. Etiologi Katarak

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

a. Fisik

b. Kimia

c. Penyakit predisposisi

d. Genetik dan gangguan perkembangan

e. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

f. Usia

(Tamsuri, 2008)

4. Klasifikasi Katarak

a. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1) Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.

2) Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

3) Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

b. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1) Katarak traumatika

Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul

maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata

(katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X,

Radioaktif, dan benda asing.

2) Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia

tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

kortikosteroid dan chlorpromazine.

3) Katarak komplikata

Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,

katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan

miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

c. Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1) Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak

– bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2) Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan

terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi

dangkal.

3) Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan

lensa.

4) Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat

mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri,

2008).
5. Manifestasi Klinis Katarak

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien

mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil

sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya

ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah

pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi

bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan

tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama

bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang

lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

6. Komplikasi

Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit

katarak adalah sebagai berikut :

a. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

b. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Uji mata

b. Keratometri
c. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

d. A-scan ultrasound (echography)

e. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya

bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).

Darah putih: dibawah 10.000 normal

8. Penatalaksanaan

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan

pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan

prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan

pengisapan keluar melalui kanula.

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat

sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka

penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan

sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas,

kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan

terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan

akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam

penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.

Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang

berusia lebih dari 65 tahun keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia

local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata). Obat


penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia

sehubungan dengan draping bedah.

Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :

ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah

hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang

menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler

lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)

Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:

a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi

sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)


c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar

terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,

kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu

Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan

merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air

mata.

d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair

(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar

mata, sakit kepala (glaukoma akut).

e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,

gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh

peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes

(glaukoma).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok.

Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi, mencegah

dan merubah (Nursalam, 2001)

Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada

pasien dengan penyakit katarak adalah:


a. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreous.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

c. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan

sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya

ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap

rangsang.s

d. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan

b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan

kognitif.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada

diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan

dan menyimpulkan rencana dokumentasi(Nursalam,2001).

Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:

a. Diagnosa Keperawatan 1

Intervensi:

Mandiri:

1) Diskusi apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan

aktivitas, penampilan, balutan mata.


R/ Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkankerja sama dalam

pembatasan yang diperlukan.

2) Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak sakit

sesuai keinginan.

R/Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan

atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada

mata yang sakit, meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada jahitan

terbuka

3) Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata ,

membongkok.

R/ Menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO

4) Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari

anestesi.

R/ Memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat

meningkatkan TIO.

5) Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.

R/ Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO.

6) Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi,

visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi.

R/ Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan

gerakan mata.

7) Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.


R/ Ketidak nyamanan mungkin karena prosedur pembedahan; nyeri akut

menunjukkan TIO ddan/atau perdarahan, terjadi karena regangan atau tak

diketahui penyebabnya (jaringan sembuh banyak vaskularisasi, dan kapiler

sangat rentan).

8) Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata

tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.

Observasi hifema (perdarahan pada mata) pada mata dengan senter sesuai

indikasi.

R/ Menunjukkan proplaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh kerusakan

jahitan atau tekanan mata.

9) Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah

pir.

R/ Mual/muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera untuk

mencegah cedera okuler.

Kolaborasi:

1) Berikan obat sesuai indikasi:

a) Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)

R/ Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan. Membatasi

kerja enzim pada produksi akueus humor.

b) Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin (Diamox).

R/Diberikan untuk melumpuhkan otot siliar untuk dilatasi dan istirahat iris

setelah pembedahan bila lensa tidak terganggu.


c) Sikloplegis.

R/ Digunakan untuk ketidaknyamanan ringan, meningkatkan istirahat/

mencegah gelisah, yang dapat mempengaruhi TIO.

d) Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (Tyenol).

b. Diagnosa Keperawatan 2

Intervensi

Mandiri:

1) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.

R/Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area

operasi.

2) Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam

keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti balutan , dan

masukan lensa kontak bila menggunakan.

R/ Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi

silang.

3) Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang dioperasi.

R/ Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.

4) Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan , kelopak

bengkak , drainase purulen. Indentifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi

ISK.

R/ Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya

intervensi. Adanya ISK meningkatkan kontaminasi silang.

Kolaborasi:
1) Beri obat sesuai indikasi:

a) Antibiotik (topikal , parenteral, atau subkonjungtival).

R/Sediakan topikal diguna setelah profilaksis, dimana terapi lebih agresif

diperlukan bila terjadi infeksi.catatan: Steriod mungkin ditambahkan pada

antibiotik topikal bila pasien mengalami implantasi IOL

b) Streoid.

R/ Digunakan untuk menurunkan inflamasi.

c. Diagnosa Keperawatan 3

Intervensi

Mandiri

1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau keduanya terlibat.

R/ Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan

penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat

berlanjut pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya saja satu mata

diperbaiki per prosedur.

2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya.

R/ Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan. Menurunkan

cemas dan disorientasi pasca operasi.

3) Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala disorientasi ; pertahankan pagar

tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anestesia.


R/ Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami

keterbataasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua.

Menurunkan resiko jatuh bila pasien bingung/ tak kenal ukuran tempat tidur.

4) Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering;

dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.

R/ Memberi rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.

5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana

dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

R/ Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata

tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.catatan: iritasi lokal harus

dilaporkan ke dokter, tetapi jangan hentikan penggunaan obat sementara.

6) Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang tujuannya

memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik

mungkin ada.

R/ Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan

bingung, penglihatan/ meningkatkan risiko cedera sampai pasien belajar untuk

mengkompensasi.

7) Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan

pada sisi yang tak dioperasi.

R/ Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan

panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.


d. Diagnosa Keperawatan 4

Intervensi

Mandiri:

1) Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis tipe prosedur/lensa.

R/ Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program

pascaoperasi.

2) Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan

penglihatan berawan.

R/ Pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius. Pada beberapa

pasien kapsul posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dalam 2 minggu

sampai beberapa tahun pascaoperasi, memerlukan terapi laser untuk

memperbaiki defisit penglihatan.

3) Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.

R/ Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.

4) Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah medis

pasien, contoh peningkatan hipertensi,PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang

tepat memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.

R/ Penggunaan obat mata topiukal, contoh agen simpatomimetik , penyekat

beta ,dan agen antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien

hipertensi;pencetus dispenea pada pasien PPOM; gejala krisis hipoglikemik

pada diabetes tergantung pada insulin. Tindakan benar dapat membatasi

absorpsi dalam sirkulasi sistemik, meminimalkan masalah seperti interaksi

obat dan efek sistemik tak diinginkan.


5) Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat,

mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung;

penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok (sendiri/orang lain).

R/ Aktivitas yang menyebabkan mata lelah /regang, manuver Valsava ,atau

meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetus

pendarahan. Catatan: Iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk/bersin

dapat meningkatkan TIO.

6) Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang,

menonton televisi.

R/ Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui

waktu lebih mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh.

Catatan:menonton televisi frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata

dan sedikit menimbulkan stres dibanding membaca.

7) Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.

R/ Dapat meningkatkan TIO, menyebabkan cedera kecelakaan pada mata.

8) Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari

pembedahan / penutup pada malam.

R/ Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan risiko

peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.

9) Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan

kacamata gelap bila keluar / dalam ruangan terang, keramas dengan kepala

belakang (bukan kedepan), batuk dengan mulut/mata terbuk.

R/ Mencegah cedera kecelakaan pada mata.


10) Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh;

pindahkan perabot dari lalu lalang jalan.

R/Menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman persepsi dapat

menyebabkan pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau

menabrak perabot.

11) Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak

feses yanbg dijual bebas, bila diindikasikan.

R/ Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan.

12) Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri

tajam tiba-tiba, penurunan penglihatan , kelopak bengkak, drainase purulen,

kemerahan, mata berair, fotofobia.

R/ Intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan

kehilangan penglihatan.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001).

a. Diagnosa Keperawatan 1

1) Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.

2) Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko

dan untuk melindungi diri dari cedera.

3) Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

b. Diagnosa Keperawatan 2
1) Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen,

eritema, dan demam.

2) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan risiko infeksi.

c. Diagnosa Keperawatan 3

1) Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.

2) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

3) Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

d. Diagnosa Keperawatan 4

1) Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.

2) Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

http://warungbidan.blogspot.com/2016/09/asuhan-keperawatan-gerontik-dengan_71.html
diakses pada tanggal 17 Agustus 2019

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba
Medika ; Jakarta
Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.EGC :
Jakarta
dikutip dalam:

https://www.academia.edu/9670325/ASUHAN_KEPERAWATAN_GERONTIK_PADA_
Tn.P_DENGAN_GANGGUAN_SISTEM_PENGLIHATAN_KATARAK_DI_WIS
MA_MATAHARI_UPT_PELAKSANA_SOSIAL_LANJUT_USIA_DAN_BALITA
_WILAYAH_BINJAI_MEDAN_OLEH diakses pada tanggal 15 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai