Anda di halaman 1dari 8

Percobaan ke-8

I. Judul Percobaan : Pembuatan Tawas Potasium Aluminium KAI(SO4)2.12H2O

II. Tanggal : 26 Maret 2019

III. Tujuan : Mempelajari pembuatan tawas kalium aluminium.

IV. Dasar Teori

Tawas adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan


bersifat isomorf. Tawas ini dikenal dengan nama KAl(SO4)2.12 H2O yang dikenal
banyak sebagai koagulan didalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai
koagulan alum sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang
baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Alum merupakan salah satu senyawa
kimia yang dibuat dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya
Al2(SO4)3. Alum kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna dan
mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan
aluminium sulfat keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium
tersebut bersifat asam. Alum kalium memiliki titik leleh 900oC. Kalium
aluminium sulfat dodekahidrat (tawas kalium) dengan rumus KAl(SO4)2.12H2O
digunakan dalam pemurnian air, pengolahan limbah, dan bahan pemadam api.
Tawas kalium dibuat dari logam aluminium dan kalium hidroksida. Logam
aluminium bereaksi secara cepat dengan KOH panas menghasilkan larutan garam
kalium aluminat. Tawas adalah garam sulfat rangkap terhidrat dengan formula M+
M3+(SO4)2.12H2O. M+ yaitu kation univalen, umumnya Na+, Fe+, Cr+, Ti3+ dan
Co3+. Tawas biasa dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah amonium sulfat
dodekahidrat. Untuk setiap kali pembuatan tawas, sebagian pelarut mungkin perlu
dikurangi dengan cara penguapan untuk menghasilkan larutan jenuh yang
kemudian menghasilkan kristal tawas pada waktu didinginkan. Pendinginan
larutan dilakukan secara pelan-pelan agar mendapatkan kristal berukuran besar.
Tawas adalah senyawa kimia berupa garam sulfat yang memiliki banyak
sekali ragamnya salah satunya yang paling populer adalah Aluminum Sulfat yang
banyak digunakan oleh PDAM untuk memproses air sungai menjadi air bersih
(oleh karena itu disebut juga dengan nama populer Alum). Jenis tawas lainnya
adalah seperti Tawas Natrium untuk bahan pengembang roti, Tawas Kalium untuk
pengolah limbah, Tawas Besi untuk penyamakan kulit dan bahan pewarna.
Sejumlah garam aluminium seperti golongan IIA, mengkristal dalam
larutannya sebagai hidrat. Sebagian dari hidrat ini amat larut dalam air dan
bersifat delikuesen, misalnya AlX3.6H2O, Al(NO3)3.9H2O. selanjutnya segi-segi
kimia tertentu dari senyawa aluminium dalam air diturunkan dari sifat ion
aluminium trihidrat [Al(H2O)6]3+. Senyawa-senyawa aluminium, bentuk alami
dari kebanyakan senyawa aluminium diturunkan dari oksida (Al2O3) dan
bermacam-macam oksida terhidrat. Misalnya Al2O3.H2O dan Al2O3.3H2O.
senyawa oksida jika direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan aluminium
sulfat pekat panas.
Aluminium, Al merupakan anggota golongan IIIA berada dialam sebadai
aluminosilikat dikerak bumi dan lebih melimpah daripada besi. Mineral
aluminium yang paling penting dalam metalrugi adalah bauksit AlOx(OH)3-2x
(0<x<1). Walaupun Al adalah logam mulia yang mahal diabad ke-19 harganya
jatuh bebas setelah dapat diproduksi dengan jumlah besar elektrolisis alumina,
Al2O3 yang telah dilelehkan dalam krolit Na3AlF6. namun karena produksinya
memerlukan sejumlah besar energi listrik, metalurgi aluminium hanya di Negara
dengan harga energi listrik yang rendah. Sifat aluminium dikenal dengan baik dan
aluminium banyak digunakan dalam keseharian, misalnya untuk koin, panic dan
kusein. Logam aluminium digunakan dengan kemurnian lebih dari 99% dan
logam atau paduannya (missal : duralium) banyak digunakan.
Tawas telah dikenal sebagai flocculator yang berfungsi untuk
menggumpalkan kotoran-kotoran pada proses penjernihan air. Tawas sering
sebagai penjernih air ,kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan
sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti
Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] atau sering disebut alum atau tawas, fero
sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan poli elektrolit organik dapat
digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan dosis yang optimal, koagulan
yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses penjernihan air, secara
sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan tes yang
sederhana. Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-
partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid. Tawas sebagai koagulan di dalam
pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk
mengendapkan partikel melayang baik di dalam bentuk koloid maupun suspensi.

V. Alat dan Bahan:

1. Gelas beker 100 ml


2. Batang pengaduk
3. Kertas saring
4. Corong Hirsch
5. Silinder pengukur 10 ml
6. Penangas air
7. Etanol 60%
8. Aluminium (dapat digunakan kaleng minuman)
9. KOH 2 M
10. H2SO4 9-10 M
11. Gelas arloji

VI. Prosedur Percobaan

1. Potonglah sampel aluminium menjadi potongan-potongan kecil.


Timbanglah kira-kira 0,2 gr diatas gelas arloji.
2. Ke dalam gelas beker tambahkan 10 ml larutan KOH 2 M.
3. Hangatkan larutan KOH diatas penagas air dan kemudian masukkan
sepotong aluminium kedalam larutan, lakukan ini dalam almari asap.
Perhatikan : jangan memanaskan larutan terlalu panas dan jangan
memindahkan gelas beker dari almari asap sampai semua aluminium telah
dimasukkan kedalamnya, reaksi ini membebaskan gas hidrogen.
4. Segera setelah raksi mulai terjadi, pindahkan gelas beker dari penangas air.
Tempatkan kembali di atas penangas air bila reaksi sudah mulai berkurang
(tidak terjadi gelembung gas) dan tambahkan potongan aluminium yang
lain.
5. Bila semua potongan logam telah bereaksi, saringlah campuran tersebut
melalui corong penyaring yang telah di sumbat ( dipasang) dengan glass
wool.
6. Tambahkan hati-hati 20 ml larutan H2SO4 9-10 M kedalam filtrat dan
periksalah dengan kertas lakmusbahwa larutan tersebut besifat asam. Ingat
larutan asam sulfat pekat bila terkena kulit akan menyebabkan luka bakar.
Bila hal ini terjadi, segera cuci dengan air dan obati.
7. Tutuplah gelas beker dengan gelas arloji dan biarkan larutan tersebut
sampai keesokan harinya, maka akan terbentuk kristal tawas potassium
aluminium, KAl(SO4)2.12H2O (tumbuhnya kristal dapat dibantu dengan
menggesek-gesek batang pengaduk kaca pada dinding bagian dalam
larutan sementara didinginkan atau bila perlu ditambahkan 2-3 ml etanol).
8. Kumpulkan kristal yang telah terbentuk di atas corong Hirsch dan
pindahkan sisanya dari gelas beker dengan cara menambahkan 5 ml etanol
60%. Bila perlu, ulangi cara tersebut sampai tidak ada kristal yang
tertinggal.
9. Biarkan kristal tersebut kering sampai keesokkan harinya.
10. Timbang berat kristal-kristal tersebut dan hitunglah presentase
berdasarkan jumlah aluminium yang digunakan.
11. Lakukan rekristalisasi terhadap hasil kotor dengan menggunakan pelarut
air.

VII. Hasil Pengamatan

 Massa aluminium : 0,2 gram


 Massa tabung + tutup : 109,19 gram
 Massa tabung + tutup + potassium alum : 109,19 gram
 Massa potassium alum : 0,0 gram
 Tuliskan koefisien persamaan ionic ( gunakan metode persamaan setengah
reaksi ion-elektron untuk menyeimbangkan persamaan redoks)
1. Al(s) + OH-(aq) + H2O(g) H2(g) + [Al(OH)4]-(aq)
2. [Al(OH)4]-(aq) + H+(aq) Al3+(s) + H2O(l)
3. K+(aq) + Al3+(s) + H2O(l) + SO42-(aq) KAl(SO4)2.12H2O
 Hasil teoritik = -
 Persentase hasil = -
 Jenis reaksi apa yang ditunjukkan pada persamaan reaksi 1?
Jawab : Reaski Pelepasan gas hidrogen
 Jenis reaksi apa yang ditunjukkan pada persamaan reaksi 2?
Jawab : Reaksi asam -basa
 Mengapa perlu meletakkan gelas beker dalam almari asap pada saat reaksi
pertama berlangsung?
Jawab : karena, pada reaksi yang pertama adalah pelepasan gas hidrogen,
jika dilakukan dalam almari asap maka gas hidrogen yang terlepas asapnya
tidak akan mengganggu dan tidak terlalu menimbulkan bau yang
menganggu pernapasan.
 Mengapa perlu dilakukan pengecekkan bahwa larutan telah bersifat asam
setelah penambahan asam sulfat 10 M?
Jawab : karena, Penambahan asam sulfat secara perlahan juga bertujuan
agar dapat mengendalikan pH dengan mengecek pH setiap beberapa tetes
sekali, sehingga larutan tidak akan terlalu asam dan tidak terlalu basa,
sehingga penambahan H2SO4 dapat dihentikan tepat pada pH 1-2, karena
pada pH 1-2 terjadi pengendapan yang sempurna dan dapat mengikat
kation K+ dan Al3+.
 Berilah beberapa alasan mengapa hasilnya kurang dari 100%?
Jawab : biasanya banyak terjadi kesalahan pada praktikan yang kurang
teliti dalam melakukan praktikum, dan bisa juga kesalahan pada larutan
yang sudah terkontaminasi.

IX. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu tentang pembuatan tawas potassium


alumunium. Proses awal pembuatan tawas dilakukan dengan melarutkan potongan
potongan aluminium foil yang sudah dipotong kecil kecil dalam larutan KOH
sambil dipanaskan. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat kelarutannya,
karena semakin tinggi suhu dan semakin luas permukaan zat maka kelarutannya
semakin besar. Dalam mereaksikan logam aluminium sebanyak 0,2 gr dengan
KOH 2M 10 ml. Reaksi ini terjadi secara eksoterm, karena menghasilkan kalor.
Dalam reaksi ini pula terbentuk gas H2 yang ditandai dengan adanya gelembung-
gelembung gas. Gas H2 bersifat racun, sehingga saat reaksi terjadi disarankan agar
praktikan tidak berada dekat dengan reaksi. Reaksi dianggap selesai ketika tidak
ada lagi gelembung yang dihasilkan ( tidak ada lagi aluminium yang bereaksi ).
Larutan KOH yang telah direaksikan dengan aluminium dipanaskan.
Selama proses ini akan dihasilkan bau yang menyengat. Adanya bau menunjukan
bahwa terjadi reaksi saat pemanasan tersebut dilakukan. Reaksi dikatakan selesai
jika bau menyengat telah hilang dan yang tercium hanya bau airnya saja. Setelah
selesai proses pemanasan, larutan didiamkan terlebih dahulu samapi suhunya
sama dengan ruangan. Hal ini dilakukan karena berikutnya larutan tersebut akan
direaksikan dengan asam sulfat pekat. Sesudah penambahan asam sulfat pekat
seharusnya terbentuk gumpulan-gumpalan putih. Gumpalan putih ini terbentuk
karena H2SO4 melarutkan Al(OH)3 menjadi Al2(SO4)3 berupa larutan bening tak
berwarna. Senyawa Al2(SO4)3 yang terbentuk pada reaksi Al(OH)3 dengan asam
sulfat bereaksi kembali dengan K2SO4 membentuk kristal yang diperkirakan
adalah KAl(SO4)2.12H2O berwarna putih Selama kurang lebih satu minggu
larutan didiamkan, maka dihasilkan gumpalan putih yang telah mengeras. Namun
pada praktikum kali ini, dapat dikatakan gagal karena tidak menghasilkan atau
tidak terbentuk tawas. Hal ini bisa saja terjadi karena adanya kesalahan dari
berbagai faktor. Misalnya saja kesalahan pada praktikan yang kurang teliti saat
melakukan praktikum, bahan-bahan atau larutan yang digunakan sudah
terkontaminasi dan faktor yang paling mungkin adalah larutan asam sulfat yang
digunakan terlalu asam, karena pada dasarnya penambahan asam sulfat secara
perlahan juga bertujuan agar dapat mengendalikan pH dengan mengecek pH
setiap beberapa tetes sekali, sehingga larutan tidak akan terlalu asam dan tidak
terlalu basa, sehingga penambahan H2SO4 dapat dihentikan tepat pada pH 1-2,
karena pada pH 1-2 terjadi pengendapan yang sempurna dan dapat mengikat
kation K+ dan Al3+. Dari hasil percobaan ini kami gagal, hal ini disebabkan
beberapa faktor diantaranya, pada awal pemanasan (pelarutan Al dengan KOH)
terjadi penguapan yang berlebih, karena suhu yang terlalu tinggi dan kesalahan
pada praktikan yang kurang teliti.
X. Kesimpulan
1. Tawas adalah garam sulfat rangkap terhidrat yang dapat dibuat dengan
mereaksikan aluminium dengan kalium hidroksida (KOH) dalam keadaan
asam dengan menambahkan H2SO4 dengan konsentrasi tinggi akan
terbentuk tawas kalium aluminium sulfat (KAl (SO4)3 18H2O).
2. Pemanasan pada percobaan ini bertujuan untuk mempercepat
kelarutannya, karena semakin tinggi suhu dan semakin luas permukaan zat
maka kelarutannya semakin besar.
3. Tawas akan terbentuk jika larutan KOH yang direaksikan dengan
aluminium direaksikan kembali dengan asam sulfat pekat.
4. Tawas yang tercipta dapat digunakan sebagai koagulan penjernih air.
5. Gelembung-gelembung udara yang timbul saat penambahan aluminium
foil kedalam larutan KOH menandakan bahwa H2 terlepas.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Gulo, F. dan Desi. 2014. Panduan Praktikum Kimia Anorganik I. Indralaya:


Universitas Sriwijaya.

Inayah, S. 2014. Pembuatan Tawas dari Limbah Aluminium Foil. (Online). https:/

/kanalispolban.wordpress.com/laporan/kimia-anorganik/laporan-pembuatan-

tawas-dari-limbah-aluminium-foil. (Diakses pada tanggal 9 April 2019).

Keenan, W. 1991. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Saito, T. 1996. Kimia Organik. Tokyo: Iwanami.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai