Anda di halaman 1dari 2

Kapabilitas Responsif

Responsif adalah kamampuan daya tanggap yang diciptakan oleh pemerintah terhadap
tuntuntan atau tekanan. Gabriel Almond berpendapat tentang kapabilitas reasponsif bahwa dalam
proses politik terdapat hubungan antara output (kebijakan pemerintah) dan input (partisipasi
masyarakat). Dalam hal ini kebijakan rsponsif lebih kepada bagaimana proses pembuatan
kebijakan itu sendiri, yakni pelembagaan mekanisme agregasi dan artikulasi politik kepentingan
masyarakat ke dalam sebuah kebijakan politik. Jadi, bukan sekedar melihat apakah output
kebijakan paralel dengan aspirasi/ tuntutan masyarakat, tetapi apakah di dalam sistem politik
tersebut telah terlembagakan suatu mekanisme dimana rakyat dapat lebih mudah dan lebih
mungkin untuk terlibat di dalam tahapan-tahapan pembuatan kebijakan.
Demokrasi Terpimpin adalah suatu sistem pemerintahan dimana segala kebijakan atau
keputusan yang diambil dan dijalankan berpusat kepada satu orang, yaitu pemimpin pemerintahan,
kala itu Presiden Soekarno. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh
Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Sistem pemerintahan ini dikenal juga dengan istilah ‘terkelola’ yaitu suatu pemerintahan
demokrasi dengan peningkatan otokrasi. Dengan kata lain, negara yang menganut sistem
demokrasi terpimpin adalah dibawah pemerintahan penguasa tunggal. Dengan berlakukan sistem
demokrasi terpimpin, presiden Soekarno pada masa itu dapat mengubah berbagai peran dari wakil
rakyat yang dianggap tidak sejalan dengan kehendaknya, khususnya di bidang politik.
Salah satu isi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah pembentukan lembaga negara, yakni
MPRS dan DPAS. Tugas MPRS adalah mengesahkan GBHN. Dalam sidangnya MPRS sudah
mengeluarkan beberapa kebijakan antara lain; penetapan manifesto politik sebagai GBHN,
pentapan garis garis besar pembangunan nasional berencana tahap 1 (1961-1969), serta
menetapkan presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Sedangkan, tugas DPAS adalah
memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada pemerintah; DPAS
dipimpin oleh presiden sebagai ketua.
Disisi lain, sistem demokrasi terpimpin menimbulkan ketidakadilan, salah satunya adalah
pemerintahan yang dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Peran partai politik semakin tidak
jelas dalam pemerintahan sehingga menimbulkan kekacauan. Keberadaan partai politik seolah-
olah hanya untuk menjadi pendukung berbagai kebijakan presiden Soekarno. Begitu juga dengan
pers yang memiliki peran sebagai penyambung suara rakyat pada sistem politik dibatasi oleh
pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap pers tersebut membuat sebagian besar media menutup
diri dan tidak berani mengedarkan berita karena adanya ancaman dicekal.
Jadi kapabilitas responsive pada masa demokrasi terpimpin ini kurang berjalan dengan bak.
Dimana memang terdapat lembaga pemerintahan, saat itu MPRS dan DPAS, tetapi pada
pelaksanaan sistem pemerintahan ini, warga negara atau rakyat tidak memiliki peran yang
signifikan terhadap segala kebijakan yang diambil dan dijalankan oleh pemerintah.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1959%E2%80%931965)

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/demokrasi-terpimpin.html

http://www.donisetyawan.com/pembentukkan-mprs-dan-dpas/

Anda mungkin juga menyukai