OLEH:
DITA AYUHANA
15.20.016
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Resume pada pasien Poli Onkologi di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang Yang
Dilakukan Oleh:
Nama : Dita Ayuhana
NIM : 15. 20. 016
Prodi : Pendidikan Profesi Ners Program Profesi STIKes Kepanjen
Malang
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Dasar yang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus
2019- 31 Agustus 2019, yang telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
(................................) (................................)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2. 2 Etiologi
Penyebab NHL belum jelas diketahui. Para pakar cenderung
berpendapat bahwa terjadinya NHL disebabkan oleh pengaruh
rangsangan imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi
jaringan limfoid tidak terkendali. NHL kemungkinan ada kaitannya
dengan factor keturunan karena ditemukan fakta bila salah satu anggota
keluarga menderita NHL maka risiko anggota keluarga lainnya
terjangkit tumor ini lebih besar dibanding dengan orang lain yang tidak
termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS : semakin lama hidup
semakin besar risikonya menderita limfoma.
Terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya NHL, antara lain :
1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan
dengan terjadinya LNH antara lain adalah :severe combined
immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common variable
immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-
telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-
kelainan tersebut seringkali dihubugkan pula dengan Epstein Barr
Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
2. Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit
sporadic. Karena tidak pada semua kasus limfoma Burkit
ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap
terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.
3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang
sering dihubugkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta
pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan
herbisida dan pelarut organic.
4. Diet dan Paparan lsinya : Risiko NHL meningkat pada orang yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang
terkena paparan UV4,5.
2. 3 Manifestasi Klinis
KEMUNGKINAN
GEJALA PENYEBAB TIMBULNYA
GEJALA
Pengumpulan cairan
Penyumbatan pembuluh darah getah
disekitar paru-paru 20 -30 %
bening didalam dada
(efusi pleura)
STADIUM INTERPRETASI
Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau
ekstra limfatik
Stadium II Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas
diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatik
Stadium III Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah
diafragma atau disertai limfoma ekstra limfatik, limpa
atau keduanya.
Stadium IV Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan
atau tanpa melibatkan kelenjar limfe.
2. 5 Patofisiologi:
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan
akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu gen pada salah satu sel dari
sekelompok sel limfosit tua yang tengah berada dalam proses
transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat adanya rangsangan
imunogen). Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara
lain:
1) Ukurannya semakin besar
2) Kromatin inti menjadi lebih halus
3) Nukleolinya terlihat
4) Protein permukaan sel mengalami perubahan.
Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan
terjadinya limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-
virus seperti virus Epstein-Berg, Sitomegalovirus, HIV, HHV-6,
defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi awalnya
menyerang sel limfosit yang ada di kelenjar getah bening sehingga sel-
sel limfosit tersebut membelah secara abnormal atau terlalu cepat dan
membentuk tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah
bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Proliferasi abnormal tumor tersebut dapat memberi kerusakan
penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila sel
tersebut menyerang Kelenjar limfe maka akan terjadi Limphadenophaty
Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak
terkendali, sel darah merah akan terdesak, jumlah sel eritrosit
menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain itu populasi
limfoblast yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit
dibawah normal yang disebut trombositopenia. Bila kedua keadaan
terjadi bersamaan, hal itu akan disebut bisitopenia yang menjadi salah
satu tanda kanker darah.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar
getah bening di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan)atau di
seluruh tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan dan biasanya tidak
menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil
(amandel) menyebabkan gangguan menelan.
Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut
bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan: gangguan pernafasan,
berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan
tungkai.
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia.
Limfoma non hodgkin lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang,
saluran pencernaan dan kulit. Pada anak – anak, gejala awalnya adalah
masuknya sel – sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit,
usus, otak, dan tulang belekang; bukan pembesaran kelenjar getah
bening. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit
dan gejala neurologis (misalnya delirium, penurunan kesadaran).
Secara kasat mata penderita tampak pucat, badan seringkali
hangat dan merasa lemah tidak berdaya, selera makan hilang, berat
badan menurun disertai pembengkakan seluruh kelenjar getah bening :
leher, ketiak, lipat paha, dll
2. 6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut.
a. Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LED
b. Gula darah
c. Fungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDH
d. Fungsi ginjal
e. Immunoglobulin.
2. Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui
subtype NHL, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat
lain yang dicurigai.
3. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
4. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran
kelenjar getah bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya,
massa tumor abdomen, dan metastase kebagian intraabdominal.
5. Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran
kelenjar media stinum, bila perlu CT scan toraks.
6. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer
terlibat dilanjutkan dengan tindakan gastroskopi
7. Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk
melihat keterlibatan tulang.
8. Jika diperlukan biopsy hati
Eritrosit
2. 7 Penatalaksanaan
Untuk terapi pasien NHL, tergantung tipe, stadium, usia dan
kondisi kesehatan organ lainnya. Untuk NHL indolen yang tidak
menunjukkan gejala (asimptomatik), cukup dilakukan observasi pada
pasien dan jika menunjukkan gejala (simptomatik), pada stadium I
maupun II, pilihan terapi utamanya adalah radioterapi. Untuk NHL
indolen stadium III dan IV, jika proliferasi selnya lambat, bisa diberi
kemoterapi dengan obat chlorambucill cyclophosphamid oral, jika cepat
dan jangkauannya luas dapat diberikan CVP, C-MOPP atau BACOP.
Sedangkan NHL agresif, terapi yang diberikan adalah kemoterapi
kombinasi dosis tinggi. Radioterapi terkadang juga digunakan untuk
penyembuhan penyakit NHL (Santoso M, 2004). Terapi terpilih untuk
penderita dengan penyakit ekstranodal yang terbatas adalah radiasi,
radioterapi lokal atau radioterapi dengan lapangan yang luas terutama
pada kasus limfoma histiositik difus. Penderita penyakit stadium II
difus memerlukan kombinasi kemoterapi dan radiasi. Agen
kemoterapeutik yang sering dipakai pada NHL adalah:
PENGKAJIAN
a. Anamnese
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahan yang dipakai
sehari-hari, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat,
pendidikan, tanggal atau jam MRS, dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh tindak nyamanan kerena
adanya benjolan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan limfoma didapat keluhan
benjolan terasa nyeri bila ditelan kadang-kadang disertai dengan
kesulitan bernafas, gangguan penelanan, berkeringat di malam
hari.Pasien biasanya megnalami dendam dan disertai dengan
penurunan BB.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pasien dengan limfoma biasanya diperoleh riwayat
penyakit seperti pembesaran pada area seperti : leher, ketiak, dll.
Pasien dengan transplantasi ginjal atau jantung.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan anggota keluarga yang mempunyaio penyakit
yang sama dengan pasien, ada atau tidaknya riwayat penyakit
menular, penyakit turunan seperti DM, Hipertensi, dan lain-lain.
b. Kebutuhan dasar:
Menurut M. Doengoes (2000) pengkajian yang bisa dilakukan
pada pasien dengan Limfoma Non-Hodgkin adalah:
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala:
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum. Kehilangan
produktifitas dan penurunan toleransi latihan.
Tanda:
Penurunan kekuatan, jalan lamban dan tanda lain yang
menunjukkan kelelahan.
2) Sirkulasi
Gejala:
Palpitasi, angina/nyeri dada.
Tanda:
Takikardia, disritmia, sianosis wajah dan leher (obstruksi
drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah kejadian
yang jarang), ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan
dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu dan
pembesaran nodus limfa (mungkin tanda lanjut), pucat
(anemia), diaforesis, keringat malam.
3) Eliminasi
Gejala:
Perubahan karakteristik urine dan atau feses. Riwayat
Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi
(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal).
Tanda:
Penurunan haluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi
uretal/ gagal ginjal). Disfungsi usus dan kandung kemih
(kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut).
4) Makanan/Cairan
Gejala:
Anoreksia/kehilangna nafsu makan. Disfagia (tekanan pada
easofagus).
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama
dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan
sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda:
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
(sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh
pembesaran nodus limfa) Ekstremitas : edema ekstremitas
bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari
pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin) Asites
(obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran
nodus limfa intraabdominal).
5) Nyeri/Kenyamanan
Gejala:
Tidak ada nyeri pada nodus limfa yang terkena.
6) Pernapasan
Gejala:
Dispnea pada saat kerja atau istirahat.
Tanda:
Dispnea, takikardia. Batuk kering non-produktif. Tanda distres
pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan
kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada
saraf laringeal).
7) Keamanan
Gejala:
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitas imunitas seluler
pencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB,
toksoplasmosis atau infeksi bakterial).
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada
pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr). Riwayat
ulkus/perforasi perdarahan gaster. Pola sabit adalah
peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa
minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam,
keringat malam tanpa menggigil. Kemerahan/pruritus umum.
Tanda:
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari
38oC tanpa gejala infeksi, nodus limfe simetris, tak nyeri,
membengkak/membesar (nodus servikal paling umum terkena,
lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan
mediastinal). Nodus terasa keras, diskret dan dapat digerakkan,
pembesaran tosil, pruritus umum. Sebagian area kehilangan
pigmentasi melanin (vitiligo).
8) Seksualitas
Gejala:
Masalah tentang fertilitas/kehamilan (sementara penyakit tidak
mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi), penurunan
libido.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran: tidak terjadi penurunan kesadaran (compos mentis).
2) Pemeriksaan integument
Terdapat daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatal
akibat perluasan limfoma ke kulit.
3) Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala: bentuk normocephalik.
Wajah: normal.
Leher: biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening
di leher. Pembesaran terkadang terjadi juga pada tonsil sehingga
mengakibatkan gangguan menelan.
4) Pemeriksaan dada
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di dada, maka
pasien akan merasakan sesak nafas. Penyumbatan pembuluh
getah bening di dada mengakibatkan penyumbatan cairan di paru
sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas dan efusi pleura.
5) Pemeriksaan abdomen.
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di perut maka
akan menimbulkan hilang nafsu makan, sembelit berat, nyeri
perut atau perut kembung.
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.
Terkadang terdapat konstipasi akibat penekanan pada usus. Jika
limfoma menyebar ke usus halus maka akan terjadi penurunan
berat badan Diare dan Malabsorbsi. Terdapat pembengkakan pada
skrotum.
7) Pemeriksaan ekstremitas.
Jika terjadi penyumbatan pembuluh getah bening di selangkangan
atau perut maka akan terjadi pembengkakan tungkai. Dan apabila
terdapat penyumbatan pembuluh getah bening pada daerah aksila
maka akan terjadi pembengkakan pada daerah aksila.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
SDP : bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat
secara nyata. Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit,
basofilia, dan eosinofilia mungkin ditemukan. Limfopenia
lengkap (gejala lanjut).
SDM dan Hb/Ht : menurun. Peneriksaan SDM dapat
menunjukkan normositik ringan sampai sedang, anemia
normokromik (hiperplenisme).
LED : meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan
inflamasi atau penyakit malignansi. Berguna untuk
mengawasi pasien pada perbaikan dan untuk mendeteksi
bukti dini pada berulangnya penyakit.
Kerapuhan eritrosit osmotik : meningkat.
Trombosit : menurun (mungkin menurun berat, sumsum
tulang digantikan oleh limfoma dan oleh hipersplenisme)
Test Coomb : reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi
namun, hasil negatif biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
Besi serum dan TIBC : menurun.
Alkalin fosfatase serum : meningkat terlihat pasda
eksaserbasi.
Kalsium serum : mungkin menigkat bila tulang terkena.
Asam urat serum : meningkat sehubungan dengan destruksi
nukleoprotein dan keterlibatan hati dan ginjal.
2) Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer
terlibat dilanjutkan dengan tindakan gstroskopy.
3) BUN : mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum,
bilirubin, ASL (SGOT), klirens kreatinin dan sebagainya
mungkin dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan organ.
4) Hipergamaglobulinemia umum: hipogama globulinemia dapat
terjadi pada penyakit lanjut.
5) Foto dada: dapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus,
infiltrat, nodulus atau efusi pleural.
6) Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau
area tulang nyeri tekan : menentukan area yang terkena dan
membantu dalam pentahapan.
7) Tomografi paru secara keseluruhan atau skan CT dada :
dilakukan bila adenopati hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan
keterlibatan nodus limfa mediatinum.
8) Skan CT abdomenial: mungkin dilakukan untuk
mengesampingkan penyakit nodus pada abdomen dan pelvis dan
pada organ yang tak terlihat pada pemeriksaan fisik.
9) Ultrasound abdominal: mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus
limfa retroperitoneal.
10) Skan tulang: dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang.
Skintigrafi Galliium-67: berguna untuk membuktikan deteksi
berulangnya penyakit nodul, khususnya diatas diagfragma.
11) Biopsi sumsum tulang: menentukan keterlibatan sumsum
tulang. Invasi sumsum tulang terlihat pada tahap luas.
12) Biopsi nodus limfa: membuat diagnosa penyakit Hodgkin
berdasarkan pada adanya sel Reed-Sternberg.
13) Mediastinoskopi: mungkin dilakukan untuk membuktikan
keterlibatan nodus mediastinal.
14) Laparatomi pentahapan: mungkin dilakukan untuk mengambil
spesimen nodus retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau
pengangkatan limfa (Splenektomi adalah kontroversial karena
ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan kadang-kadang tidak
biasa dilakukan kecuali pasien mengalami manifestasi klinis
penyakit tahap IV. Laporoskopi kadang-kadang dilakukan
sebagai pendekatan pilihan untuk mengambil spesimen.
2. 9 Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pembesaran nodus limfa
mediastinal dan edema jalan nafas ditandai dengan sesak napas
2. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi ditandai dengan
takikardia, disritmia, peningkatan kedalaman pernapasan, suhu lebih
tinggi dari 37,80C, malaise umum.
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan di tandai dengan penurunan berat badan
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan transpor oksigen
ditandai dengan kelemahan, sesak nafas saat melakukan aktivitas,
adanya sianosis, klien tampak pucat
5. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan orofaring yang
ditandai dengan keengganan untuk makan.
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penyumbatan
pembuluh getah bening di selangkangan akibat limfoma non-hodgkin
ditandai dengan pembengkakan di tungkai, klien mengeluh kesulitan
untuk berjalan, keterbatasan rentang gerak.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak adekuatan
informasi tentang penyakitnya ditandai dengan, klien tampak
bertanya-tanya tentang penyakitnya.
8. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf nyeri yang ditandai
dengan klien tampak meringis
9. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan
transportasi oksigen yang ditandai dengan warna kulit pucat
10. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan difusi
O₂ dan CO₂ ditandai dengan perubahan frekuensi pernafasan
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Evaluasi
NO
NIC : Analgesic
Administration
Ketahui lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
memberikan pasien medikasi
Lakukan pengecekan
terhadap riwayat alergi
Pilih analgesic yang sesuai
atau kombinasikan analgesic
saat di resepkan anagesik
lebih dari
Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan
setelah diberikan analgesic
dengan satu kali dosis atau
tanda yang tidak biasa
dicatat perawat. Evaluasi
keefektian dari analgesic
4.1 Kesimpulan
Keganasan limfoma adalah kanker jaringan limfoid, klasifikasi
tergantung pada empat gambaran utama: tipe sel, derajat diferensiasi, tipe
yang menghasilkan sel tumor, dan pola pertumbuhan nodular diobservasi,
istilah nodular digunakan setelah tipe sel. Bila tak memperhatikan pola
pertumbuhan yang di buat, limfoma adalah tipe penyebar. Limfoma
malignum adalah tumor ganas primer dari kelenjar limfe dan jaringan
limfatik di organ lainnya. Ia merupakan salah satu keganasan sistem
hematopoietik terbagi menjadi 2 golongan besar, yaitu limfoma Hodgkin
(HL) dan limfoma non Hogkin (NHL). Belakangan ini insiden limfoma
meningkat relatif cepat. Belakangan ini insiden ilimfoma meningkat relatif
cepat. Sekitar 90% limfoma Hodgkin timbul dari kelenjar limfe, hanya
10%timbul dari jaringan limfatik di luar kelenjar limfe. Sedangkan
limfoma non Hodgkin 60% timbul dari kelenjar limfe, 40% dari jaringan
limfatik di luar kelenjar. Jika diberikan terapi segera dan tepat, angka
kesembuhan limfoma Hodgkin dapat mencapai 80% lebih, menjadi tumor
ganas dengan efektivitas terapi tertinggi dewas ini. Prognosis limfoma
non-Hodgkin lebih buruk, tapi sebagian dapat disembuhkan.
4.2 Saran
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti tentang asuhan keperawatan limfoma non
Hogkin
2. Keluarga pasien
Keluarga dapat memberikan dukungan kepada pasien terkait dengan
penyakit yang diderita seperti limfoma non Hogkin sehingga pasien
lebih cepat dalam proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson John, 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Betz Cecily Lynn, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Sacher, Ronald A, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC
American Joint Cancer Comitee. 2012. Comparison Guide Cancer Staging Manual.
AJCC: Chicago.
Boediwarsono., Soebandiri., sugianto., Armi. A., Sedana. M.P., Ugroseno.,. 2007. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UNAIR: Surabaya
Peningkatan
produksi sekret
Penurunan
imunitas
Produksi asam
Kesulitan menelan
lambung
meningkat
Koping tidak
Peristaltik efektif
Penurunan nafsu Peningkatan
menurun
makan metabolisme
anaerob
Kecemasan
Kelemahan fisik
umum,odem
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Intoleransi aktivitas