Anda di halaman 1dari 8

 

IDENTIFIKASI LITHIUM TANAH DI KAWASAN


PEGUNUNGAN SELATAN DIY

Djoko Mulyanto dan R. Agus Widodo

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta


Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condongcatur Yogyakarta
E-mail: j.mulyanto@yahoo.com

ABSTRACT

Identification of Soil Lithium in the South Mountains Region DIY (Djoko Mulyanto
dan R. Agus Widodo): The diversity of lithology and land conditions such as rainfall, slope
/and shape the face of the land has given rise to the diversity of soil properties. Gunungkidul
until recently held the record for the highest suicide cases in Indonesia, and the handling of
local governments focused on the social problem, cultural and economic pressure that was
not the reducing of the problem. In medicine the role of lithium is very strategic to handle
patients with multiple personality disorder (bipolar disorder) are likely to commit suicide.
Therefore, the authors are very interested in examining the soil lithium concentration in this
region. The purpose of this study was to know the concentration of lithium of soil at various
lithologies in the region of Gunungkidul. Research using the survey method and purposive
sampling using land units map which the results of overlay of geological and slope maps.
Lithium is obtained by extracting soil by using strong acids, reading the results by the AAS,
lithium analyzed is the soil total Li. The results showed that soil Li total varies quite well to
the kinds of rocks, slope and rainfall in the range of 5 - 22 ppm. Generally indicates that the
more of slope, the higher the rainfall shows the range of Li is the lower value. The most
unique is that the environment of carbonate rocks, soil Li concentration is not affected by
environmental conditions, even in the region Li accumulation of rocks to the soil is the
highest in comparison with non-carbonate rocks lithology. While the results of water
analysis in several areas in Gunungkidul almost all show the value of <0.01 ppm, except in
areas of Gedangsari analyzed <0.1 ppm. The concentration indicates that the status of Li
ground water in the region of Gunungkidul is very low.
Keywords: Gunungkidul, lithology, lithium, suicide

PENDAHULUAN beku 22 - 65 ppm, batuan sedimen:


sandstone 17 ppm, shale 46 ppm.
Menurut Page dkk. (1982) lithium Selanjutnya hasil penelitian Clarke (1924)
tersebar di seluruh permukaan bumi, dan cit. Pettijohn (1975) menunjukkan hasil
diperkirakan berjumlah sekitar 50 - 60 analisis komposit dari 345 contoh
mg.kg-1. Sedangkan menurut Habashi (1997) batugamping menunjukkan bahwa
lithium dalam kerak bumi mencapai 0,006 kandungan lithium dalam komposit tersebut
% berat. Unsur tersebut terkonsentrasi pada adalah sangat rendah (trace) dibandingkan
mineral aluminosilikat maupun silikat pada unsur-unsur yang lain seperti Ca, Si, Al, Fe,
batuan beku asam (Crawley, 1977). Hasil Mn, Mg, K, Na, Ti, P dan Ba.
penelitian tentang kandungan lithium pada Lithologi atau bahan induk merupakan
berbagai lithologi, menunjukkan batuan salah satu faktor pembentuk tanah. Sifat-
J. Tanah dan Air, Vol. 14, No. 2, 2017: 60-67
ISSN 1411-5719
60
J. Tanah dan Air, Vol. 14, No. 2, 2017: 60-67

sifat bahan induk khususnya komposisi Lithium telah dicoba memiliki pengaruh anti
mineral sangat berpengaruh terhadap sifat- bunuh diri dan dapat menurunkan tingkat
sifat tanah yang terbentuk (Buol et al., 1980; kematian pada pasien-pasien dengan
Mulyanto, 2008), demikian juga dengan gangguan kejiwaan (Baldessarini dkk.,
komposisi mineral atau unsur yang terlarut 2003; Guzzetta dkk., 2007). Penelitian
dalam air tanah. Tanah yang berasal dari dengan kolekting data pada era tahun 1980-
batuan beku masam granite 80 ppm, batuan an telah menunjukkan bahwa, masyarakat
beku intermedier andesite 50 ppm, batuan yang mengkonsumsi lithium dengan
beku ultra basis gabbro 30 ppm, dari batuan konsentrasi yang lebih tinggi pada sumber
sedimen sandstone 8 ppm, dari batuan air minumnya menunjukkan tingkat bunuh
metamorf slate dan shale 60 ppm, serpentine diri lebih rendah dibandingkan masyarakat
10 ppm, dan gneiss 70 ppm (Davis, 1980). yang mengkonsumsi air dengan konsentrasi
Kebanyakan mineral tanah yang yang lebih rendah (Anonim, 2009;
mengandung lithium berupa mineral silikat, Gutierrez, 2009). Sebelumnya Gerhard dkk.
beberapa diantaranya seperti spodumene (1990) menggunakan data pada 27 daerah di
[LiAl(Si2O6)] dan lepidolite [K2Li3Al3 Texas antara tahun 1978 – 1987,
(AlSi3O10)2(OH,F)4] (Page dkk., 1982). menunjukkan bahwa tingkat kejadian bunuh
Mineral-mineral tersebut bersifat rapuh dan diri, pembunuhan, dan pemerkosaan secara
mudah membebaskan Li untuk segera terikat nyata lebih tinggi di wilayah-wilayah yang
pada koloid tanah. Mulyanto (2006a) telah mengkonsumsi air yang sedikit atau tanpa
menginterpretasi kadar mineral silikat dalam lithium daripada wilayah-wilayah dengan air
batuan karbonat Gunungkidul baik secara minum yang mempunyai tingkat konsentrasi
petrografi maupun residu tak larut batuan lithium 70 – 170 µg/L.
yang menunjukkan bahwa kadar mineral
silikat sangat rendah. METODE PENELITIAN
Berdasarkan pendapat Crawley (1977)
dan hasil penelitian Bair dan Pratt (1968) Metode pengambilan contoh batuan
bahwa status lithium sangat melimpah pada dan tanah secara purposif didasarkan pada
fraksi lempung dan sangat terkait dengan Peta Satuan Lahan yang merupakan hasil
jenis lempung. Bair dan Pratt (1968) overlay Peta Kelerengan dan Peta Geologi,
mengatakan bahwa lempung kaolinit mampu serta pengamatan lapangan. Analisis Li
menjerap Li lebih kuat dibandingkan tanah menggunakan pengekstrak yang
montmorillonite. Maka berdasarkan memakai asam-asam kuat (HClO4+HNO3)
penelitian Mulyanto (2006), Mulyanto dan (Page et al., 1982), pengukuran dengan
Virgawati (2006) dan Mulyanto (2007 dan AAS, hasil yang teramati sebagai lithium
2008) status lithium tersebut cukup total tanah. Contoh air diambil dari berbagai
bervariasi dalam tanah di wilayah tempat di satuan lithologi yang berbeda.
Gunungkidul. Hal tersebut terkait dengan Pengukuran Li air secara langsung diamati
keragaman sifat fisik dan kimia tanah menggunakan AAS. Seleksi contoh tanah
khususnya KPK dan jenis mineral lempung dilakukan berdasar sebaran yang
yang beraneka. representatif mewakili satuan lahannya.
Lithium merupakan unsur yang terjadi Analisis parameter tambahan berupa kation-
secara alami yang digunakan untuk kation basa (Na, K, Ca dan Mg)
treatment pada gangguan kejiwaan (bipolar sebagaimana analisis Li tanah dengan
disorder). Tidak seperti anti depresi menggunakan ekstrak dan pengamatan yang
konvensional, lithium menstabilkan sama, tekstur tanah 3 fraksi Metode
kejiwaan baik pada spektrum depresi Pemipetan, KPK tanah dengan ekstrak
maupun mania (Baldessarini dkk., 2003). NH4OAc pH 7.
61
Djoko Mulyanto, R Agus Widodo: Identifikasi Lithium Tanah di Kawasan Pegunungan Selatan

HASIL DAN PEMBAHASAN pembentukan tanah juga sangat bervariasi


sehingga pembebasan unsur dari mineral
Tanah merupakan hasil proses penyusun batuan juga sangat beragam.
pelapukan batuan induk dalam jangka waktu Bahan induk di wilayah penelitian
yang sangat lama. Selama proses pelapukan dapat dipilahkan menjadi 2 golongan besar,
akan dilepaskan berbagai macam unsur yang yakni golongan batuan non karbonat dan
terkandung dalam batuan. Oleh karena itu golongan batuan karbonat. Hal tersebut
kandungan unsur pada tanah sangat dapat dilihat pada komposisi unsur total
tergantung pada jenis batuannya. Hasil tanah khususnya unsur-unsur Na, K, Ca dan
analisis beberapa sifat tanah berdasar Mg nya. Kadar unsur-unsur total tanah pada
beberapa formasi batuan yang terdapat di Formasi Kebobutak menunjukkan nilai (Na,
Gunungkidul adalah sebagai berikut (Tabel K, Mg) sangat tinggi dan Ca tinggi (nomor
1). contoh 3 dan 7). Pada Formasi Semilir
Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir menunjukkan unsur Na dan Mg sangat
sebagian besar tanah didominasi fraksi tinggi dan (K, Na) cukup tinggi (nomor
lempung, nilai KPK rata-rata 17,89 me %. contoh 4), sedangkan pada Formasi Oyo
Tidak terdapat hubungan antara jumlah contoh tanah (nomor 8) menunjukkan (Na,
lempung dengan KPK, KPK dengan Li K, Ca) rendah, Mg cukup tinggi, namun
tanah, Li tanah dengan L batuan yang contoh tanah (nomor 9) menunjukkan (Na,
semuanya ditunjukkan oleh nilai r2 < 0,24, K) tinggi, Ca dan Mg sangat tinggi.
sedangkan korelasi antara jumlah pasir Perbedaan tersebut karena tingkat pelapukan
dengan Li tanah dengan r2 = 0,3956. yang berbeda, pada contoh nomor 8
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa di menunjukkan pelapukan yang lebih intensif
lokasi penelitian terdapat beragam bahan yang ditunjukkan kation-kation basa yang
induk dan sifat tanah, disamping itu tahapan jauh lebih rendah khususnya unsur kalsium.

Tabel 1. Tekstur, KPK, kandungan Li batuan dan Li, Na, K, Ca, Mg total tanah
Li Li Na K Ca Mg
No. Formasi Debu Lp. Pasir KPK
Bt T T T T T
% me % Ppm
1 Nglanggran/C 11 87 2 16,7 7 9 977 365 2 173
2 Wonosari/D 22 74 4 15,6 1 16 562 176 52 492
3 Kebobutak/C 16 9 75 16,9 5 6 3209 2880 1999 2438
4 Semilir/SC 26 43 31 14,3 3 7 2050 656 467 1772
5 Wonosari/D 18 74 8 18,5 1 14 609 129 147 842
6 Wonosari/Am 11 75 14 22,4 1 15 896 266 6780 2291
7 K Butak/SC 42 24 34 24,4 5 7 2833 2420 4870 5852
8 Oyo/C 40 57 3 20,5 4 20 645 286 119 1080
9 Oyo/C 51 2 47 21,4 3 14 1004 425 80000 4173
10 Nglanggran/SC 24 37 39 19,4 9 11 457 326 42 1768
11 Wonosari/SC 6 71 23 9,7 1 14 551 297 25 228
12 Wonosari/SC 21 76 3 17,4 1 13 486 264 25 307
13 Wonosari/SC 9 88 3 15,5 1 17 552 285 82 532
Keterangan: D = datar, Am = agak miring, SC = sangat curam, T = tanah, Bt = batuan

62
J. Tanah dan Air, Vol. 14, No. 2, 2017: 60-67

Contoh-contoh tanah pada Formasi yang mempunyai nilai korelasi lebih rendah
Nglanggran menunjukkan kadar-kadar karena mempunyai perbedaan jari-jari atom
kation basa khususnya kalsium yang amat yang lebih tinggi. Korelasi Li dengan Mg
rendah, baik contoh nomor 1 maupun 10 yang lebih rendah dibanding kedua unsur K
keduanya telah mengalami pelapukan dan dan Na karena Mg pada golongan alkali
perkembangan tanah yang sangat lanjut. tanah. Makna dari hubungan unsur-unsur
Golongan kedua adalah bahan induk tersebut adalah saling bersifat substitusif
karbonat yakni pada Formasi Wonosari yang artinya unsur-unsur tersebut dapat saling
dicirikan oleh kandungan mineral CaCO3 mengganti atas ketersediaannya bagi
yang sangat melimpah, sehingga tanah yang tanaman.
berasal dari bahan karbonatan pada tingkat Kadar lithium total tanah di wilayah
pelapukan awal dicirikan oleh kadar kalsium Gunungkidul ternyata banyak dipengaruhi
yang sangat tinggi. Pada beberapa contoh oleh kondisi iklim khususnya curah hujan.
tanah di Formasi Wonosari menunjukkan Fenomena tersebut dapat dilihat pada Tabel
konsentrasi kalsium sangat rendah yakni 2 yang menunjukkan konsentrasi lithium
pada contoh nomor 11, 12, 2, 13 dan 5 yang total tanah pada berbagai kondisi bentuk
secara berturut-turut mengandung kadar lahan dan curah hujan.
kalsium sebesar 25, 25, 52, 82 dan 147 ppm Kadar Li tanah tidak sejalan dengan
sedangkan nomor 6 masih mengandung kadar Li batuan, pada batuan karbonat
kalsium dan magnesium sangat melimpah walaupun kandungan Li nya sangat rendah
yakni secara berturut-turut 6780 dan 2291 namun kadar Li tanah memiliki status
ppm. Bila mencermati kandungan sedang (cukup tinggi). Nampaknya kadar Li
magnesium yang sangat tinggi pada contoh dalam tanah pada batuan karbonat (Formasi
nomor 6 maka bahan induk tanah tersebut Wonosari) secara setempat dipengaruhi oleh
adalah dolomit. Berdasarkan kandungan Li, curah hujan maupun besarnya lereng. Hal ini
Ca, dan Na total tanah maka urutan tingkat cukup unik karena beberapa peneliti
pelapukan tanah pada Formasi Wonosari sebelumnya (Canon et al., 1975)
tersebut adalah: contoh nomor 12 > 11 > 2 > mengatakan bahwa curah hujan yang tinggi
5 > 13 > 6. dapat menurunkan konsentrasi Li tanah,
Nilai korelasi antara kadar pasir dan Li demikian pula drainase yang semakin baik
tanah, r2 = 0,3956. Walaupun kurang dari (Haddadin et al., 2002). Penulis menduga
0,5 namun bisa dikatakan bahwa terdapat bahwa fenomena ini sangat terkait dengan
proses pelapukan untuk membebaskan Li proses pelarutan batugamping yang relatif
dari mineral. Batuan non karbonat pada cepat, sehingga terjadi akumulasi Li secara
berbagai formasi batuan (selain F. cepat dalam tanah. Sehingga semakin cepat
Wonosari) memiliki kandungan Li jauh proses pelarutan terjadi proses akumulasi
lebih tinggi dibanding batuan karbonat yang yang semakin cepat. Kondisi tanah yang
hampir semua hanya mengandung 1 ppm. didominasi ion Ca pada tanah-tanah yang
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa berkembang dari bahan karbonat
kemiringan lahan tidak berpengaruh sebagaimana pada Formasi Wonosari
terhadap konsentrasi Li total tanah walaupun (Mulyanto, 2006a; 2007; 2008) diduga dapat
pada formasi yang sama. Korelasi mengendalikan Li dari proses pencucian
konsentrasi antar unsur total tanah adalah secara cepat. Dengan mekanisme tersebut
sebagai berikut: r2 Li ><Na = 0,61, r2 Li><K maka terlihat secara jelas bahwa walaupun
= 0,48, dan r2 Li><Mg = 0,26 yang sumber Li dari batuan karbonat sangat
semuanya bersifat negatif. Korelasi Li miskin namun terjadi peningkatan yang
dengan Na cukup tinggi karena merupakan sangat tajam dalam tanah.
satu golongan, alkali, sedangkan dengan K
63
Djoko Mulyanto, R Agus Widodo: Identifikasi Lithium Tanah di Kawasan Pegunungan Selatan

Tabel 2. Konsentrasi lithium tanah pada berbagai formasi batuan dengan variasi kelerengan dan
curah hujan suatu wilayah
Sampel Lithium Lithium Lithium Curah
Batuan tanah/status air Formasi/ hujan
tanah/sat
kelerengan
lahan Ppm mm/tahun
130/[27] 5 6–R <0,01 Kebobutak/c 1500 – 2000
122/[40] 5 5–R <0,01 Kebobutak/sc 1500 – 2000
119/[40] 5 7–R <0,01 Kebobutak/c 1500 – 2000
65/[30] 1 12 – S <0,01 Kepek/d 2000 – 2500
131/[21] 11 19 – S <0,01 Nglanggran/c 2500 – 3000
127/[34] 11 22 – T <0,01 Nglanggran/sc 2000 – 2500
108/[22] 4 14 – S <0,01 Oyo/c 2000 – 2500
99/[22] 3 20 – T <0,01 Oyo/c 1500 – 2000
140/[25] 6 5–R <0,10 Semilir/c 0 – 1500
103/[25] 6 10 – R <0,10 Semilir/c 0 – 1500
8/[39] 1 17 – S <0,01 Wonosari/sc 3000 – 3500
92/[6] 1 13 – S <0,01 Wonosari/ac 1500 – 2000
62/[13] 1 15 – S <0,01 Wonosari/am 2500 – 3000
95/[26] 4 15 – S <0,01 Wonosari/c 2500 – 3000
53/[39] 1 17 – S <0,01 Wonosari/sc 1500 – 2000
Sumber: Hasil analisis 2011 dan *) Badan Perenc. Pemb. Daerah Kab. GK (2008).
Status Li tanah: rendah < 10 ppm, sedang = 10 – 20 ppm, tinggi ≥ 20 ppm

Pada Formasi Oyo menunjukkan dengan curah hujan 2000 – 2500 mm/tahun,
konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan kadar Li, 14 ppm, sedangkan contoh 99
F. Wonosari, nampaknya sangat terkait dengan kondisi curah hujan 1500 – 2000
dengan komposisi batuan induknya. mm/tahun, kadar Li tanah 20 ppm.
Menurut Rahardjo dkk. (1995) Formasi Oyo Nampaknya curah hujan cukup berperan
terdiri atas beberapa lithologi yakni: napal dalam mencuci Li pada kondisi lereng yang
tufan, tuf andesit dan batugamping curam. Hasil penelitian Haddadin dkk.
konglomeratan. Sampel tanah di lingkungan (2002) di Yordania menunjukkan kisaran Li
batugamping tufan, sehingga menunjukkan tanah 11,2 – 30,4 ppm. Dikatakan bahwa
kandungan lithium yang lebih tinggi tingginya nilai Li di Yordan karena sifat dari
dibandingkan batugamping sebagaimana batuan induknya yang kaya unsur-unsur
pada Formasi Wonosari. Li batuan di alkali serta proses pencucian yang rendah.
Formasi Oyo berkisar 3 – 4 ppm. Nilai yang Peneliti lain, Schrauzer (2002) mengatakan
lebih tinggi dibanding batugamping diduga bahwa Li ditemukan pada semua tanah
karena kandungan lempung yang cukup terutama pada fraksi lempung dan
tinggi pada napal. Perbedaan lithium tanah sebarannya dalam tanah berkisar 7 – 200
pada Formasi Oyo diduga baik oleh µg/g. Hasil penelitian ini tidak sejalan
besarnya lereng maupun curah hujan di dengan hasil penelitian Schrauzer (2002)
wilayah contoh yang teranalisis. Pada nomor yakni tidak ada korelasi antara Li tanah
contoh 108 dengan posisi curam (16 – 36o) dengan kadar lempung (Tabel 1). Hal ini
64
J. Tanah dan Air, Vol. 14, No. 2, 2017: 60-67

boleh jadi karena sifat tanah dalam di wilayah tersebut yang rendah yakni 0 –
penelitian ini sangat beragam khususnya 1500 mm/tahun sangat memungkinkan kalau
jenis lempungnya sebagaimana dikatakan terjadi akumulasi Li dalam tanah.
Mulyanto (2006a; 2007; 2008) bahwa tanah- Konsentrasi lithium tanah di Formasi
tanah di atas batuan karbonat menunjukkan Nglanggran berkisar 19 – 22 ppm,
jenis lempung yang berbeda. Diduga bahwa sedangkan batuannya 11 ppm. Konsentrasi
yang berperan dalam mengendalikan Li Li batuan di Formasi Nglanggran adalah
tanah di kawasan Gunungkidul adalah ion paling tinggi dibandingkan dengan
kalsium dan jenis lempung sebagaimana konsentrasi Li pada batuan-batuan formasi
dikatakan oleh Blair dan Pratt (1968) bahwa lainnya. Tingginya konsentrasi Li tanah
lempung kaolinit dan monmorillonit pada contoh 131 dan 127 yang secara
mempunyai kemampuan jerapan yang berturut-turut 19 dan 22 ppm sangat terkait
berbeda terhadap Li. dengan konsentrasi batuannya yang cukup
Kadar Li tanah di Formasi Kebobutak tinggi. Perbedaan konsentrasi tersebut
5 – 7 ppm, sedangkan batuannya mencapai 5 diduga oleh curah hujan yang lebih tinggi di
ppm. Kondisi kelerengan pada contoh contoh tanah 131.
adalah curam (16 – 35o) – sangat curam (35 Hasil analisis Li tanah di berbagai
– 55o) curah hujan per tahun 1500 – 2000 formasi batuan menunjukkan kadar yang
mm. Formasi Kebobutak terdiri atas jauh lebih rendah dibandingkan temuan
lithologi breksi andesit, tuf, tuf lapili, Davis (1980) yang menunjukkan kadar Li
aglomerad dan sisipan andesit. Rendahnya tanah yang berasal dari berbagai macam
kadar lithium tanah pada formasi tersebut batuan yakni yang berasal dari granit,
diduga karena faktor kelerengan yang sangat andesit, gabro, sandstone, slate, shale,
tinggi sehingga proses pencucian cukup serpentine, dan gneiss yang secara berturut-
efektif dalam menurunkan kadar lithium turut adalah 80, 50, 30, 8, 60, 10 dan 70
tanah. ppm, demikian pula kadar lithium dalam
Kadar Li tanah pada Formasi Kepek batuan beku, sandstone dan shale yakni
12 ppm sedangkan batuannya mengandung secara berturut-turut: 22- 65, 17 dan 46 ppm.
1 ppm. Formasi Kepek terdiri atas lithologi Rendahnya konsentrasi lithium tanah
napal dan batugamping berlapis. Batuan di kawasan Gunungkidul dibanding dengan
pada contoh adalah batugamping berlapis. kawasan lain sangat boleh jadi disebabkan
Terjadi peningkatan Li yang sangat tajam oleh proses pelapukan di Gunungkidul yang
pada tanah. Peningkatan tersebut akibat sangat lanjut karena tingkat kelerengan
pelarutan bahan karbonat pada batuan yang maupun curah hujan yang tinggi. Contoh
hilang oleh pelindian, yang menyebabkan batuan di Gunungkidul hampir semuanya
terakumulasinya Li dalam tanah. Kelerengan dalam kondisi telah mengalami pelapukan
yang datar pada formasi ini menunjang kecuali pada beberapa batuan karbonat yang
akumulasi Li tanah. secara fisik masih segar.
Pada Formasi Semilir yang Konsentrasi Li air yang teranalisis
berlithologi tuf, breksi batuapung dasitas, pada semua contoh pada kategori sangat
batupasir tufan, dan serpih. Sampel tanah di rendah yakni <0,01 ppm, kecuali di daerah
lingkungan yang berlithologi tuf, yang Gedangsari dengan konsentrasi <0,1 ppm.
berkadar 6 ppm. Konsentrasi Li tanah pada Kondisi ini jauh lebih rendah dibandingkan
Formasi tersebut berkisar 5 – 10 ppm, hasil penelitian di Jepang dengan kisaran 0,7
sehingga kurang terjadi akumulasi Li dalam – 57 ppm (Ohgami dkk., 2009). Bila
tanah. Fenomena ini sangat menarik untuk demikian halnya maka secara keseluruhan
dikaji lebih jauh karena dari aspek sifat nilai konsentrasi lithium pada komponen
batuannya dan besarnya curah hujan tahunan
67
Djoko Mulyanto, R Agus Widodo: Identifikasi Lithium Tanah di Kawasan Pegunungan Selatan

biofisik khususnya Batuan – Tanah – Air di and Clays. Soil Sci Soc Am J 32: 438-
Gunungkidul pada kategori sangat rendah. 440.
Baldessarini R.J., Tondo L., Hennen J. 2003.
KESIMPULAN Lithium Treatment and Suicide Risk in
Major Affective Disorders: Update
Kandungan lithium total batuan dan and New Findings. J Clin Psychiatry.
tanah di kawasan Gunungkidul sangat 2003; 64 Suppl. 5:44-52.
bervariasi. Kadar lithium tanah tidak sejalan http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
dengan kadar lithium batuan, secara umum 12720484 [1 Maret 2010].
kandungan lithium tanah dipengaruhi Buol, S.W., F.D. Hole and R.J. McCracken.
kondisi lingkungan khususnya curah hujan. 1980. Soil Genesis and Classification.
Kandungan lithium batuan karbonat paling The Iowa State University Press,
rendah dibandingkan dengan jenis batuan Ames, 406 p.
yang lain, namun peningkatan kandungan Li Canon, H.L., Harms, T.F. and Hamilton,
dari batuan ke dalam tanah di lingkungan J.C. 1975. Lithium in Unconsolidated
batuan karbonat paling tinggi dan kadar Li Sediments and Plants of the Basin and
tanah di lingkungan batuan karbonat tidak Rang Province, Southern California
banyak terpengaruh oleh kondisi lingkungan and Nevada: U.S. Geol. Survey
seperti tingkat kelerengan dan besarnya Professional Paper 918, 23 p.
curah hujan per tahun. Suatu fenomena yang Crawley, M.E. 1977. A Geochemical Model
terjadi di lingkungan batuan karbonat bahwa for Lithium and Boron. A Thesis in
semakin tinggi tingkat kelerengan dan curah Geoscience. Submitted to Graduate
hujan justru menghasilkan kadar lithium Faculty of Texas Tech. University.
yang semakin tinggi, yang terbalik dengan Callaway. 2009. Lithium in Drinking Water
kebanyakan tanah di lingkungan batuan non has 'Anti-Suicide' Effect.
karbonat. http://www.newscientist.com/blogs/sh
Secara umum kandungan lithium ortsharpscience/2009/05/lithium-in-
tanah di wilayah Gunungkidul berkategori drinking-water-has.html [1 Maret
rendah bila dibandingkan dengan tanah di 2010].
negara lain (kajian pustaka), sedangkan Davis, B.E. 1980. Applied Soil Trace
kandungan air di wilayah Gunungkidul jauh Element. John Wiley and Son Ltd.
lebih rendah yakni data teranalisis hampir Gerhard, N., Schrauzer, Krishna, P. and
seluruhnya <0,01 ppm dan <0,1 ppm Shrestha. 1990. Lithium in Drinking
dibandingkan dengan hasil penelitian di Water and the Incidences of Crimes,
Jepang yang berkisar 0,7 ppm – 59 ppm. Suicides and Arrests Related to Drug
Addictions. Biological Trace Element
DAFTAR PUSTAKA Research Vol 25 No 2: 105-113.
http://www.springerlink.com/content/f
Aral, H., A. Vecchio and Sadus. 2008. 80125p556m6q335/ [26 Februari
Toxicity of Lithium to Humans and 2010].
the Environment - a Literature Gutierrez, D. 2009. Trace Mineral Lithium
Review. Ecotoxicology and Substantially Reduces Suicides when
Environmental Safety 70: 349–356. Present in Local Water.
www.elsevier.com/locate/ecoenv [1 http://www.naturalnews.com/026922_
Mei 2010]. lithium_water_suicides.html [1 Maret
Bair, F.L. and P.F. Pratt. 1968. Lithium- 2010].
Calcium Exchange Equilibria in Soils Guzzetta F., Tondo L., Centorrino F.,
Baldessarini R.J. 2007. Lithium
66
J. Tanah dan Air, Vol. 14, No. 2, 2017: 60-67

Treatment Reduces Suicide Risk in Ohgami, H., T. Terao, I. Shiotsuki and N.


Recurrent Major Depressive Disorder. Ishii. 2009. Lithium Levels in
J. Clin. Psychiatry. Mar, 68(3): 380- Drinking Water and Risk of Suicide.
383. The British Journal of Psychiatry
Habashi, F. 1997. Handbook of Extractive (194): 464-465.
Metallurgy, Vol. 4. Wiley-VCH, New Page, A.L., R.H. Miller and D.R. Keeney.
York. 1982. Methods of Soil Analysis. Part
Haddadin, M.S.Y., S. Khattari D.C. and 2: Chemical and Microbiological
R.K. Robinson. 2002. Potential Intake Properties. Second Edition. Agronomy
of Lithium by the Inhibitans of Series Number 9(2). American Soc. of
Different Regions in Jordan. Pakistan Agronomy. Inc. SSSA, Inc. Madison.
Journal of Nutrition Vol 1. No 1: 39- Wisconsin. USA.
40. Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary Rocks.
Kusumayudha, S.B. 2000. Kuantifikasi Second Edition. Harper & Brothers,
Sistem Hidrogeologi dan Potensi New York. 628 p.
Airtanah Daerah Gunungsewu, Rahardjo, W., Sukandarrumidi dan Rosidi,
Pegunungan Selatan, DIY (Didekati H.M.D. 1995. Peta Geologi Lembar
dengan Analisis Geometri Fraktal). Yogyakarta, Jawa Skala 1:100.000.
[Disertasi Doktor ITB]. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Mulyanto, D., D. Shiddieq dan Indrayana. Geologi. Bandung.
2000. Mengaji Asal Bahan Andik pada Republika. 2009. Gunung Kidul Tetap
Pedon Gunung Gatel Wilayah Karst Pegang Rekor Bunuh Diri.
Bukitseribu Gunung Kidul. Prosiding http://www.wonosari.com/norma-
Konggres Nasional HITI VII, norma-daerah-f52/gunung-kidul-tetap-
Bandung 2 – 4 November 1999. pegang-rekor-bunuh-diri-by-republika
Mulyanto, D. 2006a. Genesis dan -newsroom-t6756.htm [25 Februari
Keragaman Warna Tanah pada Jalur 2010].
Baron – Wonosari. [Disertasi Doktor Schrauzer, G.N. 2002. Lithium: Occurrence,
Sekolah Pascasarjana UGM]. Dietary Intake, Nutritional Essentially.
Mulyanto, D. 2006b. Ketidakselarasan Journal of American College of
Perkembangan Tanah-tanah di Atas Nutrition, Vol 21, No.1: 14- 21.
Batuan Karbonat Jalur Baron – Sudihardjo, A.M. 2002a. Transformasi
Wonosari. Jurnal Agrin 10 (2): 71-80. Mineral Amorf Alofan ke Mineral
Mulyanto, D., S. Virgawati. 2006c. Genesis Kristalin Secara Mikroskopik pada
Vertisol di Atas Napal Wonosari. Tanah-Tanah Andisol di Kawasan
Jurnal Tanah dan Air. 7 (1): 46-56. Karst Gunungkidul Yogyakarta. Jurnal
Mulyanto, D. 2007. Pewatakan Kimiawi Tanah dan Air Vol 3 No. 1: 1-9.
Tanah-Tanah yang Berkembang di Sudihardjo, A.M. 2002b. Phenomenon and
Atas Batuan Karbonat Jalur Baron – Environment of Karst Area on
Wonosari. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Andisolization of Soil in Gunungkidul,
Indonesia. Vol 9 No. 2: 139-147. Yogyakarta Special Province. Jurnal
Mulyanto, D. 2008. Kelimpahan Mineral- Tanah dan Air Vol 3 No. 2: 57-68.
Mineral Tanah pada Mikro Surono, Toha, B. dan Sudarno, I. 1992. Peta
Toposekuen Karst Gunungsewu, Geologi Lembar Surakarta –
Gunung Kidul. Jur. Tanah-Tanah Giritontro, Jawa, Skala 1:100.000.
Tropika 13 (2): 161-170. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi. Bandung.

67

Anda mungkin juga menyukai