Pengertian Literasi
Pengertian Literasi
Istilah literasi atau dalam bahasa Inggris literacy berasal dari bahasa Latin
literatus, yang berarti "a learned person" atau orang yang belajar. Dalam bahasa
Latin juga dikenal dengan istilah littera (huruf) yang artinya melibatkan
penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya.
Perkembangan Literasi
Awal pengertian literasi secara sempit adalah untuk kemampuan dalam hal
membaca, namun kemudian ditambahkan juga dengan kemampuan menulis.
Pada abad pertengahan, sebutan literatus ditujukan kepada orang yang dapat
membaca, menulis dan bercakap-cakap dalam bahasa Latin. Carlo M. Cipolla
sejarawan Italia menggunakan istilah "semi-iliterate" bagi mereka yang dapat
membaca tetapi tidak dapat menulis.
Literasi dianggap merupakan inti kemampuan dan modal utama bagi siswa
maupun generasi muda dalam belajar dan menghadapi tantangan-tantangan
masa depan. Pembelajaran literasi yang bermutu adalah kunci dari keberhasilan
siswa.di masa depan. Untuk itu dibutuhkan pembelajaran literasi yang bermutu
pada semua mata pelajaran.oleh semua guru yang dianggap sebagai guru
literasi (teachers of literacy).
http://surabayakotaliterasi.c
om/kriteria-sebuah-kota-
menjadi-kota-literasi/
Apa Itu Literasi? Apa
Kriteria Sebuah Kota
Menjadi Kota Literasi?
Penulis Satria Dharma -
13547
Share ke Facebook
Tweet on Twitter
“Literacy as the “ability to identify, understand, interpret, create, communicate and
compute, using printed and written materials associated with varying contexts.
Literacy involves a continuum of learning in enabling individuals to achieve their
goals, to develop their knowledge and potential, and to participate fully in their
community and wider society”(The United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO))[i]
Surabaya, yang baru saja mendapatkan penghargaan yang sangat prestisius, yaitu
penghargaan Socrates Award 2014 dari Europe Business Assembly (EBA) untuk
kategori City of the Future, mencanangkan diri sebagai “Kota Literasi”. Tak ada yang
lebih menyenangkan dan membanggakan bagi saya sebagai seorang penggiat
literasi selain mendengar bahwa pada akhirnya ada sebuah kota yang dengan
berani dan percaya diri mendeklarasikan dirinya sebagai “Kota Literasi”. Bagi saya
ini seperti ‘a dream comes true’, mimpi yang menjadi kenyataan. Barangkali Taufik
Ismail boleh sedikit bergembira setelah gundah bertahun-tahun sejak ia
menyampaikannya dalam esainya “Tragedi Nol Buku, Tragedi Kita Bersama [ii]
Mencanangkan diri sebagai “Kota Literasi”. adalah sebuah ide yang sangat visioner,
brilian dan sangat berani. Ketika banyak kepala daerah (dan bahkan akademisi)
yang masih tergagap-gagap dengan istilah literasi, tiba-tiba Surabaya
mencanangkan dirinya sebagai sebuah “Kota Literasi”. Itu sungguh merupakan
terobosan yang luar biasa seolah sebuah oasis di tengah gurun pasir.
Meski istilah Literasi sudah dipakai secara umum puluhan tahun yang lalu tapi
nampaknya istilah ini masih asing bagi kita. Banyak guru yang bertanya-tanya,
“Istilah apa lagi ini…?!” dan meski sebagian dari mereka sudah pernah mendengar
istilah ini tapi mereka tidak paham apa yang dimaksud dengan ‘Literasi’
Literasi membaca dalam PIRLS 2006 didefinisikan sebagai ‘the ability to understand
and use those written language forms required by society and/or valued by the
individual. Young readers can construct meaning from a variety of texts. They read
to learn, to participate in communities of readers in school and everyday life, and
for enjoyment.’
BAGAIMANA DI INDONESIA?
Ternyata banyak guru dan para birokrat pendidikan, termasuk para pejabat di
Kemendikbud di Senayan yang belum paham apa itu literasi. Lihat saja dokumen
Kurikulum 2013 yang baru saja dirilis dan dianggap akan dapat membuat
pendidikan bangsa kita bakal setara mutunya dengan negara maju. Perhatikan
apakah ada disebut-sebut tentang pentingnya literasi? Bahkan tidak ada perubahan
mendasar pada pembelajaran membaca dan menulis. Seolah ketrampilan
membaca dan menulis adalah ‘given’ dan akan datang dengan sendirinya pada
siswa. Padahal jelas sekali bahwa literasi membaca siswa kita sangat tertinggal
dengan siswa dari negara-negara maju dan kita perlu sebuah terobosan untuk
mengatasi masalah yang sudah kronis ini. Untunglah ada Surabaya…!
Hasil penelitian PISA menempatkan siswa Indonesia pada posisi 48 dari 56 negara di
dunia di tahun 2006 dengan skor rata-rata 393. Minat baca rendah inipun terulang
di 2009. Hasil penelitian PISA menempatkan posisi membaca siswa Indonesia di
nomor 57 dari 65 negara dunia, dengan skor rata-rata 402 sementara rerata
internasional 500. Hasil uji tes PISA yang dilakukan tiga tahun kemudian yaitu pada
tahun 2012 ternyata hasilnya lebih buruk lagi. Hasil PISA 2012 menempatkan siswa
Indonesia pada posisi kedua terburuk atau posisi 64 dari 65 negara . Padahal
Vietnam justru masuk pada posisi 20 besar. penelitian PISA menempatkan posisi
membaca siswa Indonesia di nomor 57 dari 65 negara dunia, dengan skor rata-rata
396 sedangkan rerata internasional 496.
Hasil studi PISA menunjukkan bahwa sebanyak 31.1% siswa Indonesia berada di
bawah tingkat literasi-1, 37.6% berada pada tingkat literasi-1, 24.8% berada pada
tingkat literasi-2, 6.1% berada pada tingkat literasi-3, dan hanya 0.4% berada pada
tingkat literasi-4, serta tidak ada seorang pun yang meraih nilai pada tingkat literasi-
5. Kemampuan untuk masing-masing tingkatan ini masih jauh di bawah
kemampuan rerata negara-negara yang disurvey.[iv]
Hasil studi Vincent Greannary yang dikutip oleh World Bank dalam sebuah Laporan
Pendidikan “Education in Indonesia From Crisis to Recovery“ tahun 1998,
menunjukkan kemampuan membaca siswa kelas VI Sekolah Dasar di Indonesia
hanya 51,7. Jauh dibandingkan dengan Hongkong (75,5), Singapura (74,0), Thailand
(65,1) dan Filipina (52,6). Hasil studi ini membuktikan kepada kita bahwa membaca
belum –kalau tidak mau dikatakan bukan- menjadi program yang integral dengan
kurikulum sekolah, apalagi menjadi budaya. Laporan UNDP tahun 2003 yang
menyatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index –
HDI) berdasarkan angka buta aksara posisi Indonesia berada pada urutan 112 dari
174 negara. Posisi ini berada di bawah Vietnam (urutan ke 109) yang baru keluar
dari konflik yang berkepanjangan. Tahun 2010 Indonesia berada di Peringkat 108
dari 152 negara. Pada tahun 2011 index Human Development Index (HDI) Indonesia
pada peringkat 124. Hal ini membuat Indonesia berada di perngkat terbawah di
ASEAN dimana Singapore berada di peringkat 26, diikuti oleh Brunei (33), Malaysia
(61), Thailand (103) and the Philippines (112).
Hal ini juga bisa dilihat dari berbagai statistik tentang negara kita. Dalam World
Competitiveness Scoreboard 2005 Indonesia hanya menduduki peringkat 59 dari 60
negara yang diteliti. Padalah Malaysia sudah berada di perinkat 28 dan India 39. Hal
ini juga bisa dilihat dari catatan Human Development Index (HDI) kita yang terus
merosot dari peringkat 104 (1995), ke 109 (2000), 110 (2002, dan 112 (2003). [v]
Berdasarkan statistik UNESCO pada 2012 indeks minat baca di Indonesia baru
mencapai 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang
punya minat membaca. Sedangkan UNDP merilis angka melek huruf orang dewasa
Indonesia hanya 65,5 persen, sementara Malaysia sudah mencapai 86,4
persen.Minat baca bangsa kita terendah di ASEAN. Sungguh ngeri-ngeri tak sedap.
[vi]
Sangat memprihatinkan melihat betapa pendidikan kita sampai saat ini tidak
memberikan porsi yang besar pada upaya untuk membangun literasi membaca dan
menulis siswa. Bahkan ketika kita ribut-ribut tentang upaya Dikti Kemdikbud untuk
memaksa para mahasiswa untuk harus menulis karya ilmiah sebagai persyaratan
untuk lulus sarjana, tak ada pembicaraan tentang betapa pentingnya membaca
sebagai dasar untuk bisa menulis. Apalagi ini tentang menulis karya ilmiah! Seolah
kita bisa melakukan lompatan ajaib menulis karya ilmiah tanpa melewati upaya
membangun literasi membaca yang kokoh.
ANCAMAN GLOBAL
Rendahnya Reading Literacy bangsa kita saat ini dan di masa depan akan membuat
rendahnya daya saing bangsa dalam persaingan global. “70 Persen Anak Indonesia
Sulit Hidup di Abad 21” demikian kata Prof Iwan Pranoto dari ITB. Hal ini sebenarnya
sudah bisa kita lihat dengan nyata. Saat ini Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berjumlah
6,5 juta orang dan tersebar di 142 negara.[vii] Para TKI itu datang dari 392
Kabupaten/Kota. Mereka ini HANYA mengisi posisi sebagai tenaga kasar yang tidak
membutuhkan kemampuan membaca. Tanpa kemampuan literasi yang memadai
dalam persaingan global ini maka TKI hanya akan dapat mengisi pekerjaan-
pekerjaan kasar dengan gaji paling rendah. Tanpa upaya untuk meningkatkan
kemampuan membaca sebagai dasar untuk belajar dan mengembangkan
ketrampilan hidup maka bangsa kita akan terus menjadi bangsa kuli seperti yang
disinyalir oleh Soekarno, Founding Father kita. [viii]
Karena lemahnya ilmu dan pengetahuan mereka maka mereka terpaksa harus
mencari nafkah ke negara lain dengan hanya mengandalkan tenaga kasar mereka.
SDM kita tidak kompetitif karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ini adalah akibat lemahnya minat dan kemampuan membaca dan
menulis. Sekarang kegiatan utama keluarga Indonesia di rumah adalah menonton
TV, dan bukannya membaca seperti yang diperintahkan oleh Allah. Budaya
menonton telah membius keluarga kita. Statistik menunjukkan bahwa jumlah waktu
yang dipakai oleh anak-anak Indonesia menonton TV adalah 300 menit/hari.
Bandingkan dengan anak-anak di Australia 150 mnt/hari, Amerika 100 menit/hari,
dan Kanada 60 mnt/hari.
Surabaya sendiri adalah kota yang sangat peduli dengan budaya membaca.
Surabaya adalah satu-satunya kota di Indonesia yang mempekerjakan 475
karyawan honorer yang dipilih secara ketat untuk menjadi petugas perpustakaan di
sekolah-sekolah SD Negeri di Surabaya. (Jumlah SD di Surabaya adalah 940 sekolah
dengan SD negeri sebanyak 515 sekolah). Dengan ratusan petugas perpustakaan
yang diberi pelatihan khusus itu maka perpustakaan sekolah SD negeri di Surabaya
menjadi hidup, berkembang, dan bahkan menjadi tempat yang paling
menyenangkan bagi anak-anak di sekolah mereka. Sekarang ini anak-anak SD
menjadi keranjingan untuk membaca karena petugas perpustakaan mampu
membuat berbagai kegiatan yang menyenangkan di perpustakaan yang mereka
kelola. Ini baru Kota Literasi! Tak ada kota lain yang punya visi tentang literasi yang
begitu jelas dan terarah seperti Surabaya. Lokasi perpustakaan dan taman baca
tersebar di balai-balai RW, kelurahan, kecamatan, taman kota, rumah susun,
puskesmas, sekolah, terminal, dan panti sosial. Ini masih ditambah dengan layanan
mobil perpustakaan keliling di 64 lokasi. Tidak salah jika Surabaya meraih banyak
penghargaan tingkat nasionalseperti Anugerah Nugra Jasadarma Pustaloka.
Sementara untuk kategori pendidikan, Walikota Surabaya melakukan program
“Pengembangan Layanan Perpustakaan Umum”. Dalam program ini dilakukan
sinergi pelayanan perpustakaan umum dengan Kecamatan, RW, Dinas Kebersihan
dan Pertamanan, Rumah Susun, Dinas Perhubungan, RSUD, serta Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata. Program dilakukan untuk Pengelolaan Layanan Baca di
seluruh Kota Surabaya meliputi Layanan Baca di Perpustakaan Daerah, Layanan Bis
Keliling di Sekolah dan Area Publik, Layanan Paket, Layanan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM), Revitalisasi TBM dan Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri di
sejumlah 970 titik layanan. SMAN 21 yang berada di jalan Argopuro. Bu Laila, Kepala
Sekolahnya punya inisiatif yang brilian untuk meningkatkan minat siswa untuk
membaca yaitu dengan mengadakan Lomba Pojok Baca Kelas. Jadi setiap kelas
didorong untuk punya perpustakaan kelas dengan mengumpulkan buku-buku dari
siswa sendiri yang nantinya akan diletakkan di sudut kelas di atas meja dan ditata
dengan menarik oleh siswa sendiri. Ada kelas yang sangat serius dalam lomba ini
dan berhasil mengumpulkan sebanyak 217 buah buku dari pengumpulan buku-
buku mereka sendiri! Tentu saja jenis buku dan koleksinya masih sederhana dan
bahkan banyak yang berisi komik-komik Naruto dan sejenisnya. Tapi bagaimana
pun itu adalah sebuah upaya untuk meningkatkan minat siswa untuk membaca.
Saya sangat mengapresiasi ide brilian ini. [ix] T
Di Jepang ada program atau gerakan yang bernama 20 Minutes Reading of Mother
and Child. Gerakan atau program ini mengharuskan seorang ibu utuk mengajak
anaknya membaca buku 20 menit sebelum tidur. Ini merupakan salah satu contoh
dari upaya Jepang dalam meningkatkan budaya baca warganya. Kita bisa memulai
sebuah GERAKAN BUDAYA LITERASI SURABAYA, yaitusebuah gerakan untuk
menjadikan masyarakat Surabaya menjadi sebuah masyarakat yang memiliki
budaya membaca dan menulis setara dengan bangsa-bangsa maju lainnya.
Gerakan ini akan dimulai dengan menerapkan program membaca yang
berkelanjutan (sustainable) baik di sekolah (TK, SD, SLTP, SLTA) maupun di
Perguruan Tinggi (PTS dan PTN) maupun di masyarakat umum melakukan kegiatan
literasi membaca dan menulis secara aktif sebagai kegiatan sehari-hari. Gerakan ini
bertujuan untuk menjadikan masyarakat Surabaya memiliki komunitas yang
memiliki budaya membaca dan menulis yang tinggi. Gerakan ini adalah gerakan
budaya bagi peningkatan mutu bangsa secara keseluruhan. Gerakan ini akan
dilakukan di SEKOLAH, RUMAH, DAN LINGKUNGAN
Program Membaca Rutin di Sekolah atau SSR (Sustained Silent Reading) adalah
strategi intervensi membaca yang digunakan oleh negara-negara maju dalam
membudayakan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca. Program
ini merupakan program yang sangat krusial untuk menjamin terciptanya kebiasaan
dan budaya membaca siswa
– Tantangan Membaca
Kegiatan ini harus dilaksanakan secara rutin di sekolah yang mengikuti program
ini.SURABAYAKOTA LITERASIharus disosialisasikan ke sekolah-sekolah dengan
mengundang para pembicara dan para praktisi literasi. Peserta merupakan
perwakilan dari pengelola sekolah, guru, siswa, pustakawan, dan pemerhati
pendidikan. Untuk seminar direncanakan sehari sedangkan workshop 2 hari.
OCOB adalah program yang dirancang untuk meningkatkan jumlah dan jenis buku
bacaan di sekolah. Program ini dirancang agar setiap siswa di sekolah memiliki
paling sedikitnya satu buku untuk dibaca, baik di rumah maupun di sekolah. Dalam
program ini sekolah diminta untuk mengimbangi pemberian buku dari donor
dengan meminta partisipasi dari orang tua untuk menyumbangkan satu buku untuk
setiap anaknya yang bersekolah.
Program ini dirancang untuk meningkatkan minat siswa untuk membaca buku dari
penulis atau pengarang tertentu. Sekolah akan mendatangkan satu atau beberapa
penulis buku tertentu untuk mengadakan acara ‘Jumpa Fans’ dan diskusi atau
bedah buku tentang buku dari penulis tersebut
– Reading Award
Yaitu pemberian penghargaan kepada individu (siswa atau guru) maupun kelompok
(sekolah) yang dianggap telah memiliki kontribusi dan peranan penting dalam
memajukan pembudayaan baca di Indonesia. Reading Award diberikan setahun
sekali bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Pemenang award, selain
memperoleh trophy juga diberikan hadiah, baik untuk individu maupun untuk
kelompok, yang diharapkan dengan uang tersebut dapat mengembangkan
perpustakaan di tempat/sekolah masing-masing. Penentuan penerima Reading
Award akan dinilai oleh sebuah tim independent yang berjumlah 3-5 orang dari
berbagai latar belakang/disiplin ilmu.
– Perpustakan Kelas
Serupa dengan Reading Contest, kegiatan ini berupa lomba bagi siswa untuk
menjadi ‘Story Teller’. Pemenang akan mendapat hadiah berupa buku-buku bacaan
dan penghargaan dalam bentuk lain.
– Book Expo
Book Expo adalah program pameran buku dari beberapa penerbit atau toko buku
yang bertujuan untuk mendorong siswa dan komunitas untuk membeli dan
membaca buku-buku terbitan baru ataupun lama dengan harga khusus atau harga
obral. Pada saat itu diadakan juga stand khusus penjualan buku-buku bekas yang
diperoleh dari sumbangan masyarakat dengan harga sangat murah.
– Share a Story
Share a Story adalah program kegiatan yang mewajibkan setiap siswa untuk
menceritakan suatu cerita yang dipilih masing-masing kepada orang-orang di
sekitarnya. Kegiatan ini untuk mendorong setiap siswa untuk menjadi a Story Teller.
Demikianlah yang bisa kita lakukan setelah mendeklarasikan diri sebagai “Kota
Literasi” Selamat dan penghargaan yang setingg-tingginya atas ide dan sekaligus visi
dari kota Surabaya yang luar biasa ini.
http://www.wikipendidikan.com/2016/03/pengertian-
definisi-makna-literasi.html
Apa sih Literasi itu?
Apa sih Literasi itu? - Literasi mungkin telah menjadi istilah yang familiar
bagi banyak orang. Namun tidak banyak dari mereka yang memahami
dari sini, maka perlu kiranya diuraikan apa sebenarnya makna dari Istilah
Literasi itu.
kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi
gambar)."
National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai "kemampuan
dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, Literasi adalah
nilai budaya, dan juga pengalaman. Pemahaman yang paling umum dari
Baca juga :
Literasi Informasi, literasi komputer, dan literasi sains yang kesemuanya itu
merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan
komunikasi yang lain. Implikasi dari kemampuan literasi yang dia miliki
dasar berbahasa yaitu membaca dan menulis. Jadi, makna dasar literasi
Pendidikan dan kemampuan literasi adalah dua hal yang sangat penting
Secara historis, Menurut Prof. Dr. Tarwotjo M.Sc sebagaimana dikutip oleh Asul
Dengan kata lain, apabila tidak ada tulisan, sama saja kita berada di
klasik yang sudah berumur ratusan tahun sampai saat ini masih eksis
Kitab-kitab yang ditulis para ulama dan intelektual muslim era klasik
belum ada tulisan, sehingga segala peristiwa dan fenomena yang terjadi
ruang dan waktu di masa lampau. Seandainya saja di zaman ini tak ada
lagu tulisan atau orang yang mau menulis, niscaya kita akan kembali ke
zaman pra-sejarah. Namun faktanya, justru peradaban kita saat ini bisa
dikatakan sebagai peradaban tulisan atau peradaban teks. Terbukti dari
banjir informasi yang kita terima setiap hari dari berbagai media baik
proses transformasi ilmu pengetahuan tidak akan bisa berjalan. Hal ini
Referensi:
o http://www.unesco.org/new/en/education/themes/education-building-
blocks/literacy/
o http://www.unesco.org/education/GMR2006/full/chapt6_eng.pdf
o https://www.edc.org/newsroom/articles/what_literacy
o http://ezinearticles.com/?The-Need-For-Literacy&id=6945882