Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PLASENTA PREVIA”

MILITIA SUNDALANGI 16011104018


YULINDA WORUNG 16011104032
JEFERSON AREROS 16011104026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

dan kasih karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PLASENTA PREVIA” dan semoga makalah ini dapat

bermanfaat dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap hasil laporan ini dapat berguna dalam memenuhi tugas mata

kuliah Keperawatan Gadar Maternitas. Kami juga menyadari bahwa di dalam hasil laporan

ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami

mengharapkan kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan hasil laporan yang

telah kami buat di masa mendatang.

Semoga hasil laporan ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan pada

umumnya dan proses pembelajaran Keperawatan Gadar Maternitas.

Manado, Oktober 2018

Kelompok VII

i
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………......…………………….4
B. Tujuan ……………………………………………………..………………….5

BAB II KONSEPP TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi………………………………………………………………………...6
2. Etiologi………………………………………………………………………...6
3. Patofisiologi…………………………………………………………………...7
4. Gejala Klinis…………………………………………………………………..7
5. Komplikasi…………………………………………………………………….9
6. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………9
B. Etiologi
1. Pengkajian……………………………………………………………………11
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………….15
3. Rencana Keperawatan (intervensi)…………………………………………...15
4. Pelaksanaan…………………………………………………………………..19
5. Evaluasi…………………………………………...………………………….19
6. Pendidikan Kesehatan………………………………………………………..20
TREN DAN ISU PLASENTA PREVIA…………………………………………….21
BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………...…...26
B. Saran …………………………………………………………………............26

Daftar Pustaka ……………..…………………………………………………….......27

3 ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya .

Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada

kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda

dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar

uterus .

Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah

kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari

22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22

minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22

minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan

antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan

perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks

biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama

harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara

klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan

solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan

anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta

previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau

setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-

sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan

4
karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan

yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak

pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan

anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit

yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum

diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari

aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa.

b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien

plasenta previa.

c. Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi

tindakan yang telah dilakukan pada klien plasenta previa.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan

lahir.

Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan

lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah

plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh

atau sebagian ostium internum.

Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di

bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan

perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.

2. Etiologi

Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat

diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi

pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa ,

tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke

plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya

normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau

menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada

primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering

dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada

6
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari

grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

3. Patofisiologi

Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20

minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis.

Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih

banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan

pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta

dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan

tak dapat dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah

uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.

klasifikasi Plasenta Previa :

a. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta

b. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.

c. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus

servisis) tertutup oleh jaringan plasenta.

d. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir

pembukaan (ostium internus servisis).

e. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen

bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta

berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada

pembukaan jalan lahir.

4. Gejala Klinis

Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada

mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina

7
setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa.

Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan

kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup

dalam keparahan dari ringan sampai parah.

Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta

previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding

perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun

jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta.

Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah

penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari

pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena

pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.

Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang

keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir

triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak

memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan

tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya

perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan

hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena

pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta

dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika

didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka

pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak

boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang

mungkin terjadi.

8
5. Komplikasi

a. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim

b. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan

histerektomi (operasi pengangkatan rahim).

c. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta

d. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)

e. Kecacatan pada bayi

6. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit

b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat

ditentukan plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium

c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat

menentukansumberperdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain

(servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma)

d. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Medis

Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di

rumah pasien, dan biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah

sakit dan tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan

perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai

jumlah darah yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan

darah yang banyak memerlukan transfusi. Dilakukan palpasi

abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan

posisinya.

9
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk

mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada

perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat,

diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa

memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat,

perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang

dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap

dirawat di RS. Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan

pengeluaran janin darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan

dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan

bergantung padaapakah derajat plasenta previanya minor atau mayor.

Wanita yag memiliki derajat plasenta previa minor dapat memilih

menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi persalinan, asalkan

kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio

seksarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien ataudokter, meskipun

biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati, karena perdarahan

berat dapat terjadi setiap saat

2) Penatalaksanaan keperawatan

Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring

total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama,

menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan

karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak

memungkinkan, beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi

nadi pasien secara teratur tiap 15 manit untuk mendeteksi adanya

hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ

10
dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan

dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila

teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS dilakukan

berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjatan, usia gestasi

kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka :

- Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 3 7

m i n g g u , lalulakukan mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg

IV/hari selama 3hari.

- Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi

(PemeriksaanDalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani

seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji

37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan

PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan persalinan perabdominam,

bila bukan usahakan partus pervaginam.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Anamnesa

a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,

pendidikan, alamat, medicalrecord dll.

b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah

28 minggu/trimester III.

- Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang

- Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;

terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.

11
- Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya

robekan pembuluh darah dan placenta.

c) Inspeksi

- Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.

- Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.

d) Palpasi abdomen

- Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.

- Sering dijumpai kesalahan letak

- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya

kepala masih goyang/floating

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Obstetri

Memberikan imformasi yang penting mengenai

kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat menentukan

kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri

meliputi:

- Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)

- Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi

- Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan

penolong persalinan

- Jenis anetesi dan kesulitan persalinan

- Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,

dan perdarahan.

- Komplikasi pada bayi

- Rencana menyusui bayi

12
b) Riwayat mensturasi

Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran

persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir

(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat

digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan

dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

c) Riwayat Kontrasepsi

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,

ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus

didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi

oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang

tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual

pada janin.

d) Riwayat penyakit dan operasi:

Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan

penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu,

adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan

sebelumnya harus di dokumentasikan

3) Pemeriksaan fisik

a) Umum

Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:

1) Rambut dan kulit

- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan

linea nigra.

13
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan

paha.

- Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah

2) Mata : pucat, anemis

3) Hidung

4) Gigi dan mulut

5) Leher

6) Buah dada / payudara

- Peningkatan pigmentasi areola putting susu

- Bertambahnya ukuran dan noduler

7) Jantung dan paru

- Volume darah meningkat

- Peningkatan frekuensi nadi

- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu

darah pulmonal.

- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.

- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.

- Diafragma meningga.

- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

8) Abdomen

- Menentukan letak janin

- Menentukan tinggi fundus uteri

9) Vagina

- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan

( tanda Chandwick)

14
- Hipertropi epithelium

10) System musculoskeletal

- Persendian tulang pinggul yang mengendur

- Gaya berjalan yang canggung

- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan

diastasis rectal

b) Khusus

(1) Tinggi fundus uteri

(2) Posisi dan persentasi janin

(3) Panggul dan janin lahir

(4) Denyut jantung janin

2. Diagnosa keperawatan

a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah

yang besar.

b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan

mengenai efek perdarahan dan menejemennya.

c. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot uterus

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas

perdarahan

3. Rencana keperawatan

Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukkanya1. Kaji dan catat TTV, TD Pengkajian yang akurat
kardiak output tindakan keperawatan 2 X serta jumlah perdarahan. mengenai status hemodinamik
berhubungan 24 jam diharapkan merupakan dasar untuk
dengan penurunan kardiak output perencanaan, intervensi,

15
perdarahan tidak terjadi atau teratasi evaluasi.
dalam jumlah dengan kriteria hasil :
yang besar o Volume darah intravaskuler2. Bantu pemberian Memperbaiki volume vaskuler
dan kardiak output dapat pelayanan kesehatanmembutuhkan terapi IV dan
diperbaiki sampai nadi, atau mulai sarankan intervensi farmakologi.
tekanan darah, nilai terapi cairan IV atau Kehilangan volume darah
hemodinamik, serta nilai terapi transfusi darah harus diperbaiki untuk
laboratorium menunjukkan sesuai kebutuhan. mencegah komplikasi seperti
tanda normal infeksi, gangguan janin dan
gangguan vital ibu hamil.
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan1. kaji tingkat kecemasan Untuk mengetahui tingkat
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 dan penyebab kecemasan dari klien
dengan diharapkan ansietas dapat kecemasan mengenai proses penyakitnya
kurangnya berkurang dengan kriteria
pengetahuan hasil : Beri dorongan untuk Um=ntuk megetahui apa yang
efek 1. menampilkan pola koping megekspresikan dirasakan klien dalam status
perdarahan dan yang positif tenang, perasaan kondisinya
manejemennya komunikatif, dan
. kooperatif. Beri informasi yang Informasi yang jelas tentang
cukup mengenai status kesehatan klien dapat
perawatan dan membuat klien lebih tenang
pengobatan yang
dilakukan dan
direncanakan

Menjaga ketenangan Lingkungan yang tenang dapat


lingkungan, batasi membuat klien lebih rileks
kontak dengan orang
lain/keluarga ynag
mengalami kecemasan

Ajarkan Teknik Teknik relaksasi seperti


relaksasi : meditasi, membaca dan mengalihkan
membaca, dan pikiran pada hal yang positif
mngalihkan pada hal hal dapat membuat tingkat
yang positif kecemasan menurun

16
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Kaji Intensitas, lokasi, Utuk megetahui tindkan
berhubungan keperawatan selama dan faktor yang keperawatan yang akan
dengan memperberat atau dilakukan selnjutnya
ontarksi otot
meringankan nyeri
uterus

Monitor TTV TTV dalam melihat apakah


ada perubahan pada keadaan
umum klien

Anjurkan klien untuk untuk mengurangi nyeri yang


mengurangi aktivitas berlebihan dan istirahat dapat
latihan dan gerak dan mengalihkan nyeri
menganjurkan klien
untuk beristitahat

Anjurkan klier untu Meningkatkan relaksasi,

mengatur posisi menurunkan tegangan otot.


senyaman mungkin

Ajarkan teknik telaksasi


Relaksasi, menghindari terlalu
napas dalam merasakan nyeri

Berikan obat analgetik


Analgetik memblok lintasan
sesuai dengan program nyeri
terapi

17
4. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Kaji dan observasi Untuk mengetahui tindakan
kekurangan keperawatan selama 3x24 penyebab kekurangan yang akan dilakukan
volume cairan
berhubungan jam diharapkan kebutuha cairan selanjutnya
dengan cairan terpenuhi dengan
perdarahan kriteria hasil:
- TTV dalam batas Monitor tanda-tanda Mengetahui kebutuhan cairan
normal dehidrasi : penurunan yang diperlukan klien dalam
- Hb normal kesadaran, nadi, tensi, pemenuhan jika terjadi tanda-
- Perdarahan tanda dehidrasi pada klien
anuria
pervaginam (-)

Monitor tanda-tanda Perdarahan yang berlebihan


dapat menyebabkan klien
perdarahan
kekurangan volume cairan
tubuh

Kaji intake dan output Untuk mengetahui volume


cairan yang masuk dan keluar
pada klien
dari klien

Pantau kadar hematokrit Hematokrit dan hb yang


dan Hb kurang menandakan volume
cairan tubuh berkurang

5. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Jelaskan batasan– Pembatasan aktivitas klien


aktivitas keperawatan selama 3x24 batasan aktivitas klien dapat membantu proses
berhubungan jam diharapkan aktivitas sesuai kondisi penyembuhan dan perdarahan
dengan respon maksimal dan tercapai
tubuh terhadap dengan kriteria hasil:
aktivitas Respon terhadap aktivitas: Kaji responklien Untuk mengetahui apakah
perdarahan perdarahan (-) terhadap aktivitas : dengan adanya penakit ini
apakah ibu masih dapat
Perdarahan
melakukan aktivitas yang lain

Bantu pemenuhan Membantu klien dalam


aktivitas yang pemenuhan kativitas sehari-
hari
dapat/tidak dapat
dilakukan klien dengan

18
melibatkan kelurga

Memberikan edukasi Pekerjaan berat, dan tidak hati-


hati dalam meakukan
kesehatan (Penyuluhan)
hubungan suami istri dapat
kepeda keluarga (jika memicu terjadinya perdarahan
sudah pulang di Rumah) pervaginam.
- Hindari
pekerjaan berat
dan jalan jauh
- Perhatikan
adanya
perdarahan, jika
ada segera
berobat
- Hati-hati dalam
melakukan
hubungan suami
istri

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat

mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan

dimonitor kemajuan kesehatan klien.

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan

dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan

lainnya.

19
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan

rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses

keperawatan.

Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan

klien.

6. Pendidikan Kesehatan

Plasenta previa merupakan perdarahan di trimester ketiga dan jika tidak

mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Asuhan

keperawatan pada ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa dikategorikan

pada asuhan keperawatan pada lingkup emergensi obstetri. Maka untuk

meminimalkan keterlambatan tahap III yaitu tidak adekuatnya penanganan di

fasilitas kesehatan diperlukan perawat yang sudah melalui pendidikan formal

seperti perawat spesialis keperawatan maternitas.

20
TREN DAN ISU PLASENTA PREVIA

Gejala Plasenta Previa


Sebagian kasus plasenta previa tidak menimbulkan gejala apa pun. Sementara itu,
banyak kasus plasenta previa ditandai dengan adanya perdarahan yang keluar dari vagina.
Perdarahan akibat plasenta previa terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu.
Darah yang keluar adalah darah segar, dan tidak disertai dengan rasa nyeri maupun kram di
perut. Sebagian besar kasus perdarahan vagina pada ibu hamil trimester ketiga disebabkan
karena plasenta previa.
Umumnya perdarahan yang timbul karena plasenta previa tidak membahayakan ibu
dan janin. Namun bila perdarahan sangat banyak, plasenta previa bisa mengancam nyawa ibu
dan janin.
Berikut ini adalah beberapa gejala-gejala lain yang menandakan bahwa Anda harus
segera mendapatkan penanganan tenaga medis profesional dengan segera, antara lain:

 Perdarahan yang berlangsung beberapa hari hingga beberapa minggu.


 Perdarahan terjadi terjadi setelah hubungan seksual.
 Menimbulkan kram atau rasa nyeri yang parah.
 Perdarahan selama paruh kedua kehamilan.

Diagnosis Plasenta Previa

Kondisi plasenta previa dapat diketahui melalui pemeriksaan USG pada


kehamilan trimester kedua atau trimester ketiga. Selain itu, Anda juga akan
dianjurkan untuk menjalani USG transvaginal yang akan memberikan pencitraan yang
lebih mendetail.

Kombinasi kedua jenis USG inilah yang akan membantu dokter untuk
memastikan diagnosis. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin.

Jika Anda positif terdiagnosis mengalami plasenta previa, dokter akan


menghindari pemeriksaan fisik rutin melalui vagina selama kehamilan. Hal ini
dilakukan guna mengurangi risiko perdarahan.

Bahkan, Anda juga bisa menjalani kembali proses USG sebelum melahirkan
untuk memeriksa lokasi plasenta serta detak jantung bayi.

Jika plasenta previa masih terjadi sampai mendekati hari kelahiran, Anda akan
disarankan untuk mengambil waktu istirahat. Akan lebih baik jika Anda menunda
untuk melakukan hubungan seksual, melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
vagina, atau melakukan aktivitas berat

21
Penanganan Untuk Previa Plasenta

Tujuan utama penanganan plasenta previa adalah mencegah terjadinya perdarahan


dari vagina selama kehamilan masih berlangsung. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah
dengan cara menghindari adanya intervensi tertentu pada mulut rahim.

Selain itu, metode persalinan yang akan dilakukan pada kasus kehamilan dengan
plasenta previa adalah dengan operasi Caesar. Persalinan normal tidak dapat dilakukan
karena jalan lahir tertutup plasenta.

Gejala plasenta previa biasanya terjadi pada akhir trimester kedua atau awal trimester
ketiga. Akan tetapi, ada juga yang tidak terjadi pendarahan sampai mendekati persalinan.
Jumlah darah yang dikeluarkan bervariasi, mulai dari tetesan sampai darah seperti saat haid.

Sementara itu, wanita hamil dengan plasenta previa tidak memungkinkan untuk
melahirkan secara normal karena akan mengakibatkan pendarahan hebat. Lantas, adakah cara
agar plasenta naik ke atas rahim?
Salah satu langkah yang bisa Anda lakukan adalah mengambil waktu istirahat total.
Tidak hanya itu, sebaiknya Anda juga tidak melakukan hubungan seksual, melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan vagina, atau melakukan aktivitas berat.
Pada kasus plasenta previa yang sudah parah, penderitanya harus diopname di rumah
sakit agar dokter mudah melakukan kontrol. Penanganan yang akan dilakukan dokter adalah
memberikan obat-obatan untuk mencegah kontraksi dan obat untuk mempercepat
pematangan paru-paru janin apabila janin harus segera dilahirkan.
Jika ibu hamil dengan plasenta previa merasakan kontraksi perut atau keluar bercak
darah, Anda harus segera ke rumah sakit karena ini merupakan tanda-tanda awal kontraksi
yang berbahaya.

Langkah penanganan akan ditentukan berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu:

 Usia kandungan.
 Posisi plasenta dan bayi.
 Tingkat keparahan perdarahan.
 Apakah perdarahan berhenti atau tidak.
 Kondisi kesehatan ibu dan janin.

Sementara ibu hamil yang pernah mengalami perdarahan selama masa kehamilan
disarankan untuk menjalani sisa masa kehamilan di rumah sakit dari minggu ke-34. Langkah
ini dianjurkan agar pertolongan darurat (seperti transfusi darah atau pencegahan kelahiran
prematur) bisa segera diberikan jika perdarahan kembali terjadi.

Prosedur Caesar juga akan dilakukan begitu kehamilan mencapai batas usia yang cukup,
yaitu minggu ke-36. Sebelum menjalaninya, ibu hamil biasanya akan diberi kortikosteroid
untuk mempercepat perkembangan paru-paru bayi dalam kandungannya.

22
Apabila tidak ditangani dengan cepat, perdarahan ini dapat menyebabkan suatu
komplikasi yang mengancam nyawa, yakni syok hipovolemik. Selain itu, komplikasi lain
yang dapat ditimbulkan akibat plasenta previa antara lain:

 Asfiksia, yaitu kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur
sehingga menimbulkan gangguan metabolisme.
 Tromboemboli vena, biasanya disebabkan oleh durasi rawat inap yang terlalu lama
dan efek samping dari penggunaan obat antikoagulan (obat anti pembekuan darah).
 Kelahiran prematur, biasanya terjadi pada ibu hamil dengan perdarahan yang tidak
kunjung berhenti. Dokter mungkin akan menganjurkan prosedur Caesar meski usia
kandungan belum cukup.
 Cedera pada bayi saat lahir.

Secara umum terdapat 3 jenis pengananan plasenta previa, yaitu perawatan konservatif,
persalinan pervaginam, dan persalinan perabdominal.

1. Perawatan konservatif

Perawatan konservatif adalah perawatan yang bertujuan mempertahankan kehamilan sampai


usia kehamilan maksimal. Syarat Perawatan konservatif adalah:

 Kehamilan belum cukup bulan.


 Perdarahan sedikit (Hb masih normal).
 Tempat tinggal dekat dengan rumah sakit.

Perawatan konservatif dilakukan dilakukan dengan cara:

 Mengistirahatkan ibu hamil.


 Memberikan hematinik untuk mengatasi anemia.
 Memberikan tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus.
 Memberikan antibiotik bila ada indikasi infeksi.
 Melakukan pemeriksaan USG .
 Melakukan pemeriksaan darah.

2. Persalian pervaginam

Persalinan pervaginam adalah tindakan melahirkan janin dengan cara persalinan normal.
Persalinan pervaginam dilakukan pada plasenta previa marginalis, plasenta previa letak
rendah, plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm atau lebih.

Syarat persalinan pervaginam adalah kehamilan sudah cukup bulan, perdarahan parah dan
janin yang dikadung mati.

3. Persalinan perabdominal

Persalinan perabdominal adalah tindakan melahirkan janin dengan cara operasi Caesar.
Indikasi operasi Caesar pada plasenta previa dilakukan pada beberapa kondisi, seperti:

 Plasenta previa totalis.


 Plasenta previa lateralis di mana perbukaan masih kurang dari 4 sentimeter.
23
 Perdarahan yang banyak dan tanpa henti .
 Presentasi janin yang tidak normal.
 Ibu hamil dengan panggul sempit.

Cara ini lebih aman dilakukan pada semua jenis plasenta previa dibandingkan
dengan melahirkan dengan cara normal. Operasi Caesar dapat mengurangi risiko
Anda untuk mengalami perdarahan parah.

Faktor Risiko Terjadi Plasenta Previa

Penyebab placenta previa tidak diketahui, tetapi risikonya meningkat pada wanita yang:

 Memiliki sel telur yang melekat sangat rendah di dalam rahim


 Memiliki parut di dinding uterus dari kehamilan sebelumnya (plasenta previa
sebelumnya, kuret, operasi rahim, bedah caesar atau aborsi).
 Kehamilan ganda (kembar). Kemungkinan plasenta previa dua kali lipat pada
kehamilan ini.
 Pernah beberapa kali hamil sebelumnya. Kemungkinan mengembangkan previa
placenta meningkat menjadi 5% pada wanita yang pernah hamil 6 kali atau lebih.
 Merokok atau menggunakan kokain.
 Berusia di atas usia 30 tahun. Risiko pengembangan plasenta previa adalah 3 kali
lebih besar pada wanita di atas 30 tahun dibandingkan pada wanita di bawah 20 tahun.
 Memiliki plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.

Jika kondisi placenta previa terus berlangsung sampai saat kandungan semakin tua, dapat
menyebabkan perdarahan dalam trimester ketiga. Bisa juga menyebabkan kelahiran dini yang
membuat bayi lahir prematur.

1. Riwayat pembedahan sebelumnya


Perempuan yang pernah mengalami dilatasi dan kuretase atau operasi pengangkatan
fibroid uterus mungkin akan mengalami kondisi ini. Plasenta previa mungkin jarang
terjadi pada kehamilan pertama seseorang.
Kondisi ini biasanya terjadi pada mereka yang pernah melahirkan satu atau lebih bayi
sebelumnya. Selain itu, mereka yang juga pernah didiagnosis plasenta previa saat hamil
terdahulu, atau mengalami keguguran, juga bisa menjadi penyebab kondisi ini.

2. Posisi bayi
Jika bayi berada di posisi sungsang dengan bokong yang berada di bawah, maka ada
kemungkinan kehamilan akan mengalami plasenta previa lebih tinggi. Telah ditemukan
bahwa bayi dengan posisi horizontal di rahim, kemungkinan memiliki plasenta previa
pada tahap lanjut kehamilan cukup tinggi.

3. Anatomi dan gaya hidup


Risiko perempuan mengalami kondisi ini akan lebih tinggi pada mereka yang hamil
setelah usia 35 tahun. Mereka yang memiliki kebiasaan minum alkohol dan merokok juga
lebih berisiko memiliki kondisi ini.

24
Selain itu, berbicara dari sudut pandang anatomi, memiliki uterus dengan bentuk tidak
normal atau plasenta besar juga meningkatkan peluang Anda untuk hal yang sama.

4. Plasenta Previ banyak dialami oleh wanita-wanita Asia


Plasenta menjadi organ yang berfungsi untuk memberi makan janin, menyuplai janin
dengan oksigen dan nutrisi, menghilangkan racun dari darah bayi, dan memproduksi
hormon untuk mempertahankan kehamilan. Namun jika plasenta ini terletak bukan pada
tempatnya waspadalah mengalami plasenta previa, terutama jika Anda wanita Asia.
normalnya, plasenta menempel di bagian atas atau samping rahim. Namun, plasenta bisa
juga menempel di area bawah rahim dan menyebabkan leher rahim terhalang. Kondisi ini
disebut dengan istilah plasenta previa dan banyak dialami oleh wanita Asia.inilah yang
menjadi trend dan isu saat ini Belum diketahui secara pasti mengapa plasenta previa
bayak dialami oleh wanita-wanita asia saat ini tapi menurut dokter ini kemungkinan
terjadi pada wanita Asia dikarenakan wanita Asia tetap melakukan beraktivitas atau
bekerja seperti biasa pada saat hamil bahkan melakukan hal-hal berat yang sebenarnya
orang hamil tidak boleh lakukan oleh wanita hamil.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan

kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga

penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio

sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio.

Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated

Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena

komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif

dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan

pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang

dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko

kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan

pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi petugas-petugas Kesehatan

Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya

dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health

education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi

26
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius

FKUI.Jakarta

Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan

Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian

/SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.

Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran

EGC.Jakarta.

Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai