A. DEFINISI
Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis
(latin) yang berarti testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah undescended testis, tetapi
harus dijelaskan lanjut apakah yang di maksud kriptorkismus murni, testis ektopik, atau
pseudokriptorkismus. Kriptorkismus murni adalah suatu keadaan dimana setelah usia
satu tahun, satu atau dua testis tidak berada didalam kantong skrotum, tetapi berada di
salah satu tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal. Sedangkan bila diluar
jalur normal disebut testis ektopik, dan yang terletak di jalur normal tetapi tidak didalam
skrotum dan dapat didorong masuk ke skrotum serta naik lagi bila dilepaskan disebut
pseudokritorkismus atau testis retraktil.
B. EPIDEMIOLOGI
Besar insidensi UDT berbeda pada tiap-tiap umur. Bayi baru lahir (3 – 6%), satu bulan
(1,8%), 3 bulan (1,5%), Satu tahun (0,5 – 0,8%). Bayi lahir cukup bulan 3% diantaranya
kriptorkismus, sedang lahir kurang bulan sekitar 33% . Pada berat badan bayi lahir
(BBL) dibawah 2000 gram insidensi UDT 7,7% BBL 2000-2500 (2,5%), dan BBL diatas
2500 (1,41%) Insidensi kriptorkismus unilateral lebih tinggi dibanding kriptorkismus
bilateral. Sedang insidensi sisi kiri lebih besar (kiri 52,1% vs kanan 47,9%). Di Inggris,
insidensinya meningkat lebih dari 50% pada kurun waktu 1965 – 1985. di FKUI –
RSUPCM kurun waktu 1987 – 1993 terdapat 82 anak kriptorkismus, sedang di FKUSU –
RSUP. Adam Malik Medan kurun waktu 1994 – 1999 terdapat 15 kasus.
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti kriptorkismus belum jelas. Beberapa hal yang berhubungan adalah:
1. Abnormalitas gubernakulum testis
Penurunan testis dipandu oleh gubernakulum. Massa gubernakulum yang besar akan
mendilatasi jalan testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi pada skrotum
akan menempatkan testis dalam kantong skrotum. Ketika tesis telah berada di
kantong skrotum gubernakulum akan diresorbsi (Backhouse, 1966) Bila struktur ini
tidak terbentuk atau terbentuk abnormal akan menyebabkan maldesensus testis.
Faktor Resiko
Karena penyebab pasti kriptorkismus tidak jelas, maka kita hanya dapat mendeteksi
faktor resikonya, antara lain:
BBLR (kurang 2500 mg)
Ibu yang terpapar estrogen selama trimester pertama
Kelahiran ganda (kembar 2, kembar 3)
Lahir prematur (umur kehamilan kurang 37 minggu)
Berat janin yang dibawah umur kehamilan
Mempunyai ayah atau saudara dengan riwayat UDT
D. PATOGENESIS
Skrotum adalah regulator suhu yang efektif untuk testis, dimana suhu dipertahankan
sekitat 1 derajat Celsius (1,8 derajat Fahrenheit) lebih dingin dibanding core body
temperature. Sel spermatogenesis sangat sensitif terhadap temperatur badan. Mininberg,
Rodger dan Bedford (1982) mempelajari ultrastruktur kriptorkismus dan mendapatkan
perubahan pada kurun satu tahun kehidupan. Pada umur 4 tahun didapatkan deposit
kolagen masif. Kesimpulan mereka adalah testis harus di skrotum pada umur 1 tahun.
Penelitian biopsi testis kriptorkismus menunjukkan bukti yang mengagetkan dimana
epitel germinativum dalam testis tetap dalam ukuran normal untuk 2 tahun pertama
kehidupan. Sementara umur 4 tahun terdapat penurunan spermatogonia sekitar 75 %
sehingga menjadi subfertil / infertil.
Setelah umur 6 tahun tampak perubahan nyata. Diameter tubulus seminiferus mengecil,
jumlah spermatogonia menurun, dan tampak nyata fibrosis di antara tubulus testis. Pada
kriptorkismus pascapubertas mungkin testis berukuran normal, tetapi ada defisiensi yang
nyata pada komponen spermatogenik sehingga pasien menjadi infertil. Untungnya sel
leydig tidak dipengaruhi oleh suhu tubuh dan biasanya ditemukan dalam jumlah normal
pada kriptorkismus. Sehingga impotensi karena faktor endokrin jarang terjadi pada
kriptorkismus Penelitian dengan biopsi jaringan testis yang mengalami kriptorkismus
menunjukkan tidak terjadi abnormalitas kromosom. Maldescensus dan degenerasi
maligna tidak dapat disebabkan karena defek genetik pada testis yang mengalami UDT.
E. KLASIFIKASI
1. Anamnesis
Diagnosis UDT dapat dibuat oleh orangtua anak atau dokter pemeriksa pertama.
Umumnya diawali orangtua membawa anak ke dokter dengan keluhan skrotum
anaknya kecil. Dan bila disertai dengan hernia inguinalis akan dijumpai
pembengkakan atau nyeri berulang pada skrotum. Anamnesis ditanyakan:
Pernahkah testis diperiksa, diraba sebelumnya di skrotum.
Ada tidaknya kelainan kongenital yang lain, seperti hipospadia,
interseks, prunne belly syndroma, dan kelainan endokrin lain
Ada tidaknya riwayat UDT dalam keluarga
Tanda kardinal UDT ialah tidak adanya satu atau dua testis dalam skrotum. Pasien
dapat mengeluh nyeri testis karena trauma, misal testis terletak di atas simpisis ossis
pubis. Pada dewasa keluhan UDT sering dihubungkan dengan infertilitas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penentuan lokasi testis
Beberapa posisi anak saat diperiksa : supine, squatting, sitting. Pemeriksaan
testis harus dilakukan dengan tangan hangat. Pada posisi duduk dengan tungkai
dilipat atau keadaan relaks pada posisi tidur. Kemudian testis diraba dari
inguinal ke arah skrotum dengan cara milking. Bisa juga dengan satu tangan di
skrotum sedangkan tangan yang lain memeriksa mulai dari daerah spina iliaka
anterior superior menyusuri inguinal sampai kantong skrotum. Hal ini
mencegah testis retraksi karena pada anak refleks muskulus kremaster cukup
aktif yang menyebabkan testis bergerak ke atas / retraktil sehingga menyulitkan
penilaian.
3. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan bila testis impalpable atau meragukan beberapa modalitas penunjang
diperlukan.
Ultrasonografi (USG)
Merupakan modalitas pertama dalam menegakkan kriptorkismus.
Pada USG testis prepubertas mempunyai gambaran ekhogenitas derajat ringan
sampai sedang, dan testis dewasa ekhogenitas derajat sedang.
USG hanya efektif untuk mendeteksi testis di kanalis inguinalis ke superfisial,
dan tidak dapat mendeteksi testis di intraabdominal. Di luar negeri
keberhasilannya cukup tinggi (60-65%), sementara FKUI hanya 5,9%3. Hal ini
dipengaruhi oleh pengalaman operator.
CT Scan
Merupakan modalitas kedua setelah USG. CT Scan dapat mendeteksi testis
intraabdominal. Akurasi CT Scan sama baiknya dengan USG pada testis letak
inguinal. Sedang testis letak intraabdominal CT Scan lebih unggul ( CT Scan
96% vs USG 91%). False positif / negatif biasanya akibat pembesaran
limfonodi. Dapat dibedakan dengan testis karena adanya lemak di sekeliling
limfonodi.
MRI
Dapat mendeteksi degenerasi maligna pada kriptorkismus. Kelemahannya loop
usus dan limfonodi dapat menyerupai kriptorkismus.
Angiografi
Akurat tetapi invasif sehingga tidak disukai. Venografi Gadolium dengan MRI
lebih akurat dibanding MRI tunggal.
G. PENATALAKSANAAN
a. HCG
Hormon ini akan merangsang sel Leydig menproduksi testosteron. Dosis:
Menurut Mosier (1984): 1000 – 4000 IU, 3 kali seminggu selama 3 minggu.
Garagorri (1982): 500 -1500 IU, intramuskuler, 9 kali selang sehari. Ahli lain
memberikan 3300 IU, 3 kali selang sehari untuk UDT unilateral dan 500 IU 20
kali dengan 3 kali seminggu. Injeksi HCH tidak boleh diberikan tiap hari untuk
mencegah desensitisasi sel Leydig terhadap HCG yang akan menyebabkan
steroidogenic refractoriness.
Hindari dosis tinggi karena menyebabkan efek refrakter testis terhadap HCG,
udem interstisial testis, gangguan tubulus dan efek toksis testis. Kadar
testosteron diperiksa pre dan post unjeksi, bila belum ada respon dapat diulang 6
bulan berikutnya. Kontraindikasi HCG ialah UDT dengan hernia, pasca operasi
hernia, orchydopexy, dan testis ektopik. Miller (16) memberikan HCG pada
pasien sekaligus untuk membedakan antara UDT dan testis retraktil. Hasilnya
20% UDT dapat diturunkan sampai posisi normal, dan 58% retraktil testis dapat
normal.
b. LHRH
Dosis 3 x 400 ug intranasal, selama 4 minggu. Akan menurunkan testis secara
komplet sebesar 30 – 64 %.
Evaluasi terapi
Berdasar waktu : akhir injeksi, 1 bulan, 3 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
Berdasar posisi : respon komplet bila testis berada di skrotum, sedang respon
inkomplet bila testis posisi inguinal rendah Efek samping bersifat reversibel. Ujud
kelainan berupa bertambah ukuran testis, pembesaran penis, ereksi, meningkatnya
rugositas skrotum, tumbuhnya rambut pubis hiperpigmentasi dan gangguan emosi.
2. Terapi Bedah
Tujuan pembedahan adalah memobilisasi testis, adequatnya suplay vasa spermatika,
fiksasi testis yang adequat ke skrotum, dan operasi kelainan yang menyertainya
seperti hernia.
Indikasi pembedahan :
Terapi hormonal gagal
Terjadi hernia yang potensial menimbulkan komplikasi
Dicurigai torsio testis
Lokasi intraabdominal atau di atas kanalis inguinalis
Testis ektopik
Tahapan: satu tahap atau 2 tahap tergantung vasa spermatika apakah panjang atau
pendek.
H. KOMPLIKASI
Praoperasi
Hernia Inguinalis
Sekitar 90% penderita UDT mengalami hernia inguinalis lateralis ipsilateral yang
disebabkan oleh kegagalan penutupnan processus vaginalis. . Hernia repair
dikerjakan saat orchydopexy . Hernia inguinal yang menyertai UDT segera
dioperasi untuk mencegah komplikasi.
Torsio Testis
Kejadian torsio meningkat pada UDT, diduga dipengaruhi oleh dimensi testis yang
bertambah sesuai volume testis. Juga dipengaruhi abnormalitas jaringan penyangga
testis sehingga testis lebih mobil.
Trauma testis
Testis yang terletak di superfisial tuberkulum pubik sering terkena trauma.
Keganasan
Insiden tumor testis pada populasi normal 1 : 100.000, dan pada UDT 1 : 2550.
Testis yang mengalami UDT pada dekade 3-4 menpunyai kemungkinan keganasan
35-48 kali lebih besar . UDT intraabdominal 6 kali lebih besar terjadi keganasan
dibanding letak intrakanalikuler. Jenis neoplasma pada umumnya ialah seminoma.
Jenis ini jarang muncul sebelum usia 10 tahun. Karena alasan ini maka ada pendapat
yang mengatakan UDT usia diatas 10 tahun lebih baik dilakukan orchydectomy
dibandingkan orchydopexy(4). Menurut Gilbert & Hamilton sekitar 0,2 – 0,4 %
testis ektopik menjadi ganas. Sedang testis dystopik angka keganasannya 8-15%.
Campbell menyebut 0,23% untuk ektopik testis dan 11% untuk dystopik testis.
Sementara UDT intrabdominal keganasan 5% dan inguinal 1,2%.
Infertilitas
Penyebabnya ialah gangguan antara germ cell . Infertilitas UDT bilateral 90%,
sedang UDT unilateral 50% (2). Lipschultz, 1976 menunjukkan adanya
spermatogenesis yang abnormal post orchydopexy pada laki-laki umur 21-35 tahun
UDT unilateral. Dan menduga bahwa ada abnormalitas bilateral testis pada UDT
unilateral
Psikologis
Timbul perasaan rendah diri fisik atau seksual akibat body image yang muncul.
Biasanya terjadi saat menginjak usia remaja (adoloscence) orang tua biasanya
mencemaskan akan fertilitas anaknya.
Pasca Operasi
Infeksi
Sangat jarang bila tindakan a/antiseptik baik, diseksi yang smooth dan gentle
akan meminimalkan terjadinya hematom.
Atropi Testis
Karena funikulolisis tak adequat, traksi testis berlebihan, atau torsio funikulus
spermatikus saat tranposisi testis ke skrotum.
I. PROGNOSIS
Menurut Docimo, kesuksesan operasi UDT letak distal anulus inguinalis internus sebesar
92%, letak inguinal (89%), orchidopexy teknik mikrovaskuler (84%), orchidopexy
abdominal standar (81%) staged Fowler-Stephens orchidopexy (77%), Fowler-Stephens
orchidopexy standar (67%).
UDT biasanya turun spontan tanpa intervensi pada tahun pertama kehidupan. Resiko
terjadinya keganasan lebih tinggi di banding testis normal. Fertilitas pada UDT bilateral:
50% punya anak, sedang UDT unilateral 80%.