Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR PENGESAHAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA


NOMOR 097/PER/DIR/VII/2019
TENTANG
REVISI 2
PANDUAN MENINGKATNYA KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
( HIGH ALERT MEDICATIONS ) ?

Tindakan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Ketua Komite
dr. Nanditya Ika Mutu dan
Diperiksa
Faramita, MMRS. Keselamatan
Pasien
Authorized
Diperiksa
Team

dr. Dwi Bambang Ari


Disahkan Direktur
Wibowo

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA


NOMOR 097/PER/DIR/VII/2019
TENTANG
REVISI 2
PANDUAN MENINGKATNYA KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
( HIGH ALERT MEDICATIONS ) ?

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. Bahwa dalam pelayanan yang bermutu tinggi perlu adanya kontrol sistem
dari organisasi tersebut, sehingga perlu adanya Panduan Pelayanan
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high risk medication )
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan kerja di Rumah Sakit
Wava Husada;
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu ditetapkan
berdasarkan Peraturan Direktur Rumah Sakit;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit, pasal 33 - pasal 35;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 25 – pasal 35;
4. Peraturanmenteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014
tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
Tentang standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan pasien Rumah Sakit;
7. Keputusan Direktur PT Abna Samanhudisautika Husada Nomor 100/006/SK-
PT/V/2019 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Wava Husada;
8. Keputusan Direktur Rumah Sakit Wava Husada Nomor
022/PER/DIR/IV/2019 Tentang Revisi II Kebijakan Pelayanan Pasien.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA TENTANG REVISI 2


PANDUAN MENINGKATNYA KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH
RISK MEDICATIONS)

Pertama : Mencabut Peraturan Direktur Rumah Sakit Wava Husada Nomor


029/PER/DIR/IV/2019 Tentang Panduan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai
(High Alet Medication)

Kedua : Kebijakan Meningkatnya Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alet
Medications)? sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini.

Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 1 Juli 2019
Direktur,

dr. Dwi Bambang Ari Wbowo


NIK. 10118096

Lampiran 1
Peraturan Direktur Rumah Sakit Wava Husada
Nomor : 097/PER/DIR/VII/2019
Tentang : Revisi 2 PANDUAN
MENINGKATNYA KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS)?
Tanggal : 1 Juli 2019

BAB I
DEFINISI
A. DEFINISI
Obat-obat high risk adalah obat-obatan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk
menyebabkan/menimbulkan adanya komplikasi/ membahayakan pasien secara signifikan
(kecacatan sampai dengan kematian) jika terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval, dan
rute pemakaian obat). Obat-obat dalam golongan LASA (Look Alike Sound Alike) dan elektrolit
konsentrat juga termasuk dalam obat-obat high risk. Yang dimaksud dengan obat-obat LASA
adalah obat-obat yang memiliki kemiripan dalam bentuk kemasan obat maupun kemiripan dalam
pelafalan nama obat. Obat Elektrolit konsentrat adalah obat yang memiliki konsentrasi tinggi
dimana dalam penggunaanya perlu dilakukan pengenceran atau pengaturan dosis.
Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti :
1. Menyediakan akses informasi mengenai obat-obat high risk
2. Membatasi akses terhadap obat-obat high risk
3. Menggunakan label dan tanda peringatan untuk obat-obat high risk
4. Menstandarisasi prosedur instruksi / peresepan, penyimpanan, persiapan, dan pemberian
obat-obat high risk
5. Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat-obat tertentu

B. TUJUAN
1. Memberikan panduan dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu diwaspadai (High-
Alert Medication)?sesuai dengan standar pelayanan farmasi dan keselamatan pasien rumah
sakit
2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
3. Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome
4. Mencegah terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat yang perlu diwaspadai kepada pasien
5. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

BAB II
RUANG LINGKUP
A. PETUGAS
1. Dokter yang bertanggungjawab dalam penulisan resep dan pemberian obat
2. Perawat yang bertanggungjawab pada pemberian obat kepada pasien instalasi rawat inap dan
penyimpanan di ruang rawat inap
3. Petugas farmasi
4. Petugas radiologi bertanggungjawab pada pemberian kontras
5. Perawat kamar operasi

B. UNIT KERJA
1. Instalasi Rawat inap dan Rawat Khusus
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Farmasi
4. Instalasi Radiologi

C. OBAT-OBAT HIGH RISK


Beberapa macam obat yang termasuk dalam kategori obat-obat high risk diantaranya:

Kategori/kelas Obat Jenis Obat


Agonis Adrenergik IV Adrenalin, epinefrin, norepinefrin, efedrin
Agen anastesi (inhalasi dan IV) Isuflurane, sevoflurane, propofol, ketamine,ropivacain
Antiaritmia IV Lidokain, amiodaron, fenitoin, Diltiazem
Antitrombotik, termasuk :
a. Antikoagulan Heparin
b. Inhibitor factor Xa Fondaparinux
c. Direct thrombin inhibitor Dabigatran
Dekstrosa Hipertonik >20% D 40%
Larutan dialysis
Obat-obatan epiduran dan intratekal Bupivacaine
Acarbose, Glibenclamid, Glibenclamid-metformin,
Obat hipoglikemik (oral)
glikazid, glikuidon, glimepiride, metformin
Obat inotropik IV Digoksi, dobutami, dopamine
Insulin SC dan IV Actrapid, apidra, lantus, levemir, novomix, novorapid
Agen sedasi moderat/sedang IV Midazolam, diazepam
Agen sedasi moderat/sedang oral
Kloralhidrat, ketamin, midazolam
untuk anak
Fentanyl inj, durogesic patch, morphin inj, petidhin inj,
codein tab, codipront cum exp tab, codipront cum exp syr
Opioid IV, transdermal, oral
codipront cap, codipront syr, morphin, MST tab, tramadol
(Acetram tab, Ultracet, Tramal)
Agen blok neuromuscular Atrakurium, rocuronium
Aminofusin, Amiparen, Benutrion, Renxamin, Clinimix,
Preparat nutrisi parenteral
Kabiven peripheral, Aminofluid, Ivelip, Clinoleic, Pan amin
Agen radiokontras IV Lopamiro inj.
NaCl untuk injeksi, hipertonik dengan
NaCl 3%
konsentrasi > 0.9 %
KCl konsentrat untuk injeksi KCl 7.46 %
MgSO4 > 40% Magnesium Sulfat > 40 %
Natrium Bicarbonate injeksi Natrium bicarbonate
Oksitoksin IV Induxin, syntocinon, Santocyn
Kalsium IV Calcium gluconas inj.

D. OBAT-OBAT LASA (Look A Like Sound A Like)


Terlampir

BAB III
TATA LAKSANA
A. Prinsip penatalaksanaan pengelolaan obat-obat High Risk
1. Beberapa penyebab medication error antara lain:
a. Pengetahuan tentang nama obat yang tidak memadai
b. Tersedia produk baru
c. Kemasan dan label sama
d. Indikasi klinik sama
e. Bentuk, dosis, aturan pakai sama
f. Terjadi salah pengertian waktu memberikan perintah
2. Dengan mengurangi atau mengeliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan atau medication
error dengan cara:
a. Mengurangi jumlah obat-obat High Risk di suatu unit
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
3. Dengan melakukan pengecekan ganda
4. Dengan meminimalisasi konsekuensi kesalahan, misalnya :
a. Meminimalisasi instruksi verbal dan menghindari penggunaan singkatan
b. Membatasi akses terhadap obat-obat High Risk
c. Memisahkan obat-obat dengan nama atau kemasan yang mirip

B. Tata Laksana obat-obat golongan High Risk


1. Penyediaan
penyediaan obat high Risk dilakukan oleh perbekalan farmasi sesuai prosedur perbekalan
farmasi.

2. Penyimpanan
a. Farmasi
1) Obat-obat high risk disimpan dengan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First
Expired First Out) serta sesuai dengan kriteria penyimpanan perbekalan farmasi
dengan memastikan penyimpanan di lokasi dengan akses terbatas dan dipisahkan
dengan tempat penyimpanan obat-obat rutin lainnya.
2) Obat-obat high risk disimpan dalam troli atau kabinet yang terkunci dengan diberi
stiker merah dan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan dan diberi label
peringatan yang jelas pada setiap obat, khusus obat narkotika disimpan secara
terpisah. Vial yang mengandung elektrolit konsentrat (misalnya KCl) tidak boleh
disimpan di lingkup atau area perawatan pasien.
3) Petugas farmasi yang menerima obat segera memisahkan obat yang termasuk dalam
golongan obat high risk sesuai dengan daftar obat dan menempelkan label pada
setiap kemasan obat sesuai dengan golongan obat
b. Ruang Perawatan
Elektrolit konsentrat tidak boleh berada diruang perawatan, kecuali bila dibutuhkan secara
klinis.
3. Penataan
a. lemari penyimpanan obat high risk tersendiri, tidak boleh digabung dengan obat
lainnya, khusus untuk obat golongan narkotika dan psikotropika, disimpan dalam
lemari tersendiri dengan double kunci
b. diberi stiker warna merah bertuliskan high risk segi enam dan striker kuning
bertuliskan “LASA”

4. Penyiapan
a. setiap pengerjaannya diberi stiker high risk pada kemasan obat tersebut.
b. setiap pemberian dari farmasi ke petugas perawat, dilakukan kembali double
check untuk memastikan 5 benar ( benar pasien, obat, dosis, rute, dan aturan pakai).
5. Penggunaan
proses pemberian antara petugas perawat ke pasien harus melakukan check kembali
untuk memastikan 5 benar ( benar pasien, obat, dosis, rute, dan aturan pakai).
C. Tata Laksana obat-obat LASA
1. Penyediaan
penyediaan obat LASA dilakukan oleh perbekalan farmasi sesuai prosedur perbekalan farmasi.

2. Penyimpanan
 sesuai dengan kriteria penyimpanan perbekalan farmasi, disimpan dengan sistem FIFO (First
In First Out) dan FEFO (First Expired First Out)
 obat LASA tidak diletakkan berdekatan, diberi jarak
 setiap tempat penyimpanan diberi striker “high risk” dan stiker kuning bertuliskan “LASA”
3. Penataan
Lemari penyimpanan obat bedasarkan bentuk sediaan, suhu, khusus obat gol.
Narkotik dan psikotropik disimpan dilemari tersendiri.
4. Penyiapan
a. setiap pengerjaannya diberi stiker kuning bertuliskan “LASA” pada setiap kemasan
obat.
b. setiap pemberian dari farmasi ke petugas perawat, dilakukan kembali double
check untuk memastikan 5 benar ( benar pasien, obat, dosis, rute, dan aturan pakai).
5. Penggunaan
proses pemberian antara petugas perawat ke pasien harus melakukan check kembali
untuk memastikan 5 benar ( benar pasien, obat, dosis, rute, dan aturan pakai).

D. Tata Laksana obat-obat Elektrolit Konsentrat


1. Penyediaan
penyediaan obat elektrolit konsentrat dilakukan oleh perbekalan farmasi sesuai prosedur
perbekalan farmasi.

2. Penyimpanan
a. elektrolit konsentrat hanya boleh disimpan di Instalasi Farmasi dan beberapa
depo farmasi
b. Elektrolit konsentrat tidak boleh berada diruang perawatan, kecuali bila
dibutuhkan secara klinis, dengan syarat:
 Disimpan ditempat terpisah
 Akses terbatas
 Jumlah yang terbatas
 Dan diberi stiker merah segi enam bertuliskan “high risk”.
 pada setiap kemasan obat diberi stiker merah segi enam bertuliskan “high risk” dan
stiker merah persegi panjang bertuliskan ”elektrolit konsentrat”
3. Penataa
elektrolit konsentrat di instalasi farmasi terpisah dengan larutan yang lain (lemari
tersendiri), beri striker high risk dan selotip merah bertuliskan elektrolit konsentrat.

4. Penyiapan
a. setiap pengerjaannya diberi stiker merah segi enam “High Risk”, stiker merah
persegi panjan bertuliskan “elektolit konsentrat”
b. setiap pemberian dari farmasi ke petugas perawat, dilakukan kembali double
check untuk memastikan 5 benar ( benar pasien, obat, dosis, rute, dan aturan pakai).

5. Penggunaan
proses pemberian antara petugas perawat ke pasien harus melakukan check
kembali untuk memastikan 5 benar ( benar pasien, obat, dosis, rute, dan aturan pakai).

Anda mungkin juga menyukai