Anda di halaman 1dari 3

Derai Air Mataku

Derai air mataku perlahan muai membasahi tanah


Hatiku bergetar seakan menunumbuhkan gairah
Ketika telingaku terngiang ucapan salam atasmu wahai kekasih

Wahai kekasih... apakah ini buah rindu ?


Yang selama ini kian menggebu
Dalam hasratku dalam qalbu.

Kupandang setiap sudut kenangan dikotamu


Tempatmu menghabiskan waktu
Kulihat puing puing kenangan bersamamu
Berbalut sendu dalam hatiku

Duhai kekasih masih adakah jejakmu disana ?


Sejauh pandangan ku berkelana
Hanya ada makammu yang mulia

Duhai kekasih aku membawa sebongkah hatiku yang penuh rindu


Dibalut malu juga ragu
Sebab banyak yang membuat aku lupa akan dirimu
Kasih... engkaulah cahaya dalam hatiku
Pembawa hidayah dalam hidupku
Maukah engkau nanti memandang wajahku ?

Aku hanya bermodal rindu


Berjalan pelan mendakatimu
Tidak ada yang bisa aku banggakan dihadapanmu
Karena aku punya “rindu”
Lalu Bagaimana
Shatullah sahala muwallah alatha rashullah ala yasin habibilah
Jika semua ini disebut cinta
Maka cinta ini tiada terelakan
Yang ku tahu cinta tak akan mengabaikan
Lalu bagaimana bisa kusebut ini cinta ?
Sementara sunahnya acap kali ku abaikan

Jika aku terikat dalam rindu


Artinya sudah terlalu lama aku merindu
Yang kutahu obet rindu ku “aktsara min dzikrihi”
Lalu bagaimana bisa kusebut rindu ?

Jika bersholawat kepadanya saja enggan


Jika aku mengaku cinta dan rindu
Aamiin, semoga tak berkesudahan
Yang kutahu didalam hati,
Keduanya mutlak dan abadi

Mataku belum pernah memandang


Keyakinan membujuk membawaku,
Kepada “nuuron faaqo kulla nuur”
Akhlaknya yang lembut, menyejukan
Budi pekertinya yang luhur, menenangkan
Pribadinya yang sempurna, mendamaikan
Sang “Musyafai fill qiyaamah”, yang selalu aku akui dengan lantang,
Aku ummat Nya
Archa Kerinduan
Merindukanmu sehalnya batu.
Diam terbungkam, menutup kelopak mata, merajut rindu hingga bergelayut.
Senandung rindu yang mengalun indah diatas penjuru bumi
Merindumu sehalnya batu
Jelas terukir dari awal hingga akhir hayatmu
“ummati...... ummati...... ummati....”
Yang engkau pertanyakan bukan sayyidah aisyah yang cantik rupawan
Bukan sayyidah khadijah alqubro yang dermawan
Bukan pula syaid hassan husain
Bahkan putrimu nan cantik jelita Fatimah Azzahra pun tak kau pertanyakan
Melainkan ummat mu, bahkan yang sama sekali tak mengingatmu.

Mustafa damai rahmat Allah bagimu


Sedemikian mulianya hingga bulan tak mampu menatap bahkan terbelah
Alam bershalawat memohon syafaat
Inginku menjadi debu tanah dimana kakimu menapak

Anda mungkin juga menyukai