Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... 1

DAFTAR ISI ....................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 2


1.1 Latar Belakang ..................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 4


2.1 Kekalan energi yang berlaku di tubuh ................................. 4
2.2 Proses perubahan energi di tubuh ........................................ 5
2.3 Kerja dan daya ..................................................................... 7
2.4 Transfer panas atau alih panas ............................................. 8
2.5 Proses pengeluaran panas dari tubuh ................................. 10

BAB III PENUTUP .......................................................................... 14


3.1 Kesimpulan ........................................................................ 14

Thermofisika 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Thermofisika adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari tentang proses
perpindahan energi sebagai kalor dan usaha antara sistem dan lingkungan.
Termofisika juga dikenal dengan istilah termodinmika. Termodinamika berasal dari
dua kata yaitu thermal (yang berkenaan dengan panas) dan dinamika (yang
berkenaan dengan pergerakan). Jadi, termodinamika adalah ilmu mengenai
fenomena-fenomena tentang energi yang berubah-ubah karena pengaliran panas dan
usaha yang dilakukan. Misalnya suatu benda dinaikkan suhunya maka timbul
pemuaian atau penyusutan; pada termo elemen akan membangkitkan gaya gerak
listrik. Pada proses ini terdapat suatu pemindahan panas dan juga bekerja sesuatu
gaya yang mengalami perpindahan yang mengakibatkan terlaksananya suatu usaha.
Dengan demikian termodinamika merupakan akar dari beberapa cabang ilmu fisika.
Dalam mempelajari termodinamika bukan hanya fenomena suhu tetapi juga
tuntunan logika, sifat-sifat gas, larutan zat padat dan reaksi kimia.
Setiap kali kita mengendarai kendaraan bermotor, menghidupkan AC atau
pendingin ruangan ataupun menggunakan peralatan elektronik lainnya, sebenarnya
kita telah memanfaatkan penerapan termodinamika. Kalor diartikan sebagai
perpindahan energi yang disebabkan oleh perbedaan suhu, sedangkan usaha
merupakan perubahan energi melalui cara-cara mekanis yang tidak disebabkan oleh
perubahan suhu. Proses perpindahan energi pada termodinamika berdasarkan atas
dua hukum, yaitu Hukum 1 Termodinamika yang merupakan persyaratan hukum
kekekalan energi, dan Hukum 2 Termodinamika yang memberikan batasan tentang
arah perpindahan kalor yang dapat terjadi.
Aplikasi termodinamika dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak dan setiap
saat selalu berkembang. Secara alamiah dapat dilihat bagaimana energi dapat diubah
menjadi kerja yang bermanfaat bagi manusia. Kemampuan manusia menciptakan
mesin-mesin yang mampu mengubah kalor menjadi kerja sangat membantu dalam
memenuhi kebutuhan energi. Di dalam tubuh manusia juga berlaku hukum-hukum
termodinamika karena manusia menghasilkan energi. Energi adalah suatu konsep
dasar dalam fisika. Dalam fisika tubuh manusia, energi merupakan hal yang sangat
penting karena energi merubah aktivitas tubuh menjadi kerja, seperti mengangkat
suatu beban. Energi dihasilkan oleh tubuh melalui makanan, yang merupakan
sumber utama energi bagi tubuh. Tubuh menggunakan energi dari makanan untuk
mengoperasikan berbagai organnya, menghasilkan panas agar suhu tubuh konstan,
melakukan pekerjaan eksternal, dan menghasilkan pasokan energi simpanan untuk
kebutuhan mendatang. Energi yang digunakan untuk menjalankan organ akhirnya
muncul sebagai panas tubuh. Sebagian panas ini bermanfaat untuk mempertahankan
suhu tubuh normal, tetapi sisanya harus dibuang.

Thermofisika 2
1.2 Rumusan Masalah
 Apa saja kekekalan energi di tubuh?
 Bagaimana proses perubahan energi di tubuh?
 Apa yang dimaksud dengan kerja dan daya di tubuh?
 Bagaimana proses transfer panas atau alih panas pada tubuh?
 Bagaimana proses pengeluaran panas dari tubuh?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
 Untuk mengetahui kekekalan energi yang berlaku di tubuh
 Untuk mengetahui proses perubahan energi di tubuh
 Untuk mengetahui maksud dari kerja dan daya di tubuh
 Untuk mengetahui proses transfer panas atau alih panas pada tubuh
 Untuk mengetahui proses pengeluaran panas dari tubuh

1.2 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan ini adalah:
 Untuk memahami kekekalan energi yang berlaku di tubuh
 Untuk memahami proses perubahan energi di tubuh
 Untuk memahami maksud dari kerja dan daya di tubuh
 Untuk memahami proses transfer panas atau alih panas pada tubuh
 Untuk memahami proses pengeluaran daya dari tubuh

Thermofisika 3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kekekalan Energi di Tubuh

Kekekalan energi di tubuh dapat ditulis sebagai suatu persamaan sederhana,


yaitu:
perubahan
simpanan energi
pengeluaran kerja yang
di tubuh (yaitu, ) = [ ] + [ ]
panas tubuh dilakukan
makanan, energi, lemak,
[ tubuh, dan panas tubuh]

Persamaan di atas merupakan pernyataan dari hukum pertama


termodinamika, menganggap bahwa tidak ada makanan atau minuman yang
masuk dan tidak ada feses atau urine yang dikeluarkan selama interval waktu
bersangkutan. Saat tubuh melakukan kerja atau tidak melakukan kerja, terjadi
perubahan energi yang terus-menerus. Hukum pertama termodinamika dapat
dituliskan sebagai berikut:

∆U = ∆Q - ∆W
(2.1)
dengan ∆U adalah perubahan simpanan simpanan energi, ∆Q adalah panas yang
hilang atau diperoleh, dan ∆W adalah kerja yang dilakukan oleh tubuh.
(Berdasaran perjanjian, ∆Q adalah positif apabila tubuh mendapat panas, dan ∆W
adalah positif apabila tubuh melakukan kerja). Tubuh yang tidak melakukan kerja
(∆W = 0) dan pada suhu konstan secara umum akan kehilangan panas ke
lingkungannya apabila suhu lingkungan lebih rendah sehingga ∆Q negatif. Oleh
karena itu, ∆U juga negatif, yang menunjukkan penurunan simpanan energi.
Perubahan ∆U, ∆Q, dan ∆W ini dalam interval waktu singkat yaitu ∆t. Perubahan
persamaan 2.1 kemudian menjadi persamaan sebagai berikut:

∆U ∆Q ∆W
= −
∆t ∆t ∆t
(2.2)

dengan ∆U⁄∆t adalah kecepatan perubahan simpanan energi, ∆Q⁄∆t


adalahkecepatan kehilangan atau penambahan panas, dan ∆W⁄∆t adalah
kecepatan melakukan pekerjaan, yaitu daya mekanis. Ketiga besaran tersebut
harus memiliki satuan energi/waktu atau daya.
Persamaan 2.2 dalam hal ini, adalah bentuk lain dari hukum pertama
termodinamika. Persamaan ini menyatakan bahwa kecepatan perubahan energi
adalah tetap di semua proses, tetapi tidak menyatakan apakah suatu proses dapat
terjadi atau tidak. Sebagai contoh, hukum pertama termodinamika menyatakan
bahwa apabila kita memberikan panas kepada tubuh dengan kecepatan tertentu,
∆Q⁄∆t, kita dapat mengharapkan tubuh menghasilkan atau menyimpan energi
kimia dengan kecepatan tersebut, atau menghasilkan kerja dengan kecepatan

Thermofisika 4
tertentu. Hal ini tidak terjadi; hukum fisika yang menjelaskan arah proses
perubahan atau konversi energi dikenal sebagai hukum kedua termodinamika.
Hukum kedua juga membatasi fraksi energi simpanan ∆U, yang dapat diubah
menjadi kerja bermanfaat, ∆W.

2.2 Proses Perubahan Energi di Tubuh

Satuan SI untu k energi adalah newton-meter (Nm) atau joule (J); daya
dinyatakan dalam joule per detik (J/dtk) atau watt (W). Ahli fisiologi dan ahli gizi
menggunakan kilokalori (kkal) untuk energi makanan dan kkal/menit untuk
kecepatan produksi panas. Pada kemasan produk makanan dan artikel tentang gizi
kkal sama dengan Kalori makanan. Oleh karena itu, asupan makanan sebesar 2400
Kalori/hari sama dengan 2400 kkal/hari. Karena 1 kal = 4,184 J, maka 2400
kkal/hari ~1 x 107 J/hari. Terdapat 86.400 detik/hari sehingga daya rerata
P~115W.
Hubungan antara beberapa satuan di atas diringkas sebagai berikut:

1 kkal = 4184 J (= 1 Kalori)


1 kkal/menit = 69,7 W
100 W = 1,43 kkal/menit
1 kkal/jam = 1,162 W

Lavoiser adalah orang pertama yang menyatakan (pada tahun 1784) bahwa
makanan mengalami oksidasi setelah dikonsumsi. Ia mendasarkan
argumentasinya pada pengukuran terhadap hewan percobaan yang
memperlihatkan bahwa konsumsi oksigen meningkat selama proses pencernaan.
Tetapi, penjelasan Lavoisier ini kurang tepat; penjelasan yang tepat adalah
oksidasi terjadi di sel-sel tubuh.
Pada proses oksidasi melalui pembakaran (kombustio), terjadi pembebasan
panas. Pada proses oksidasi di dalam tubuh, panas dibebaskan sebagai energi
metabolisme. Kecepatan pembentukan energi disebut laju metabolisme (metabolic
rate).
Suatu bentuk umum dari gula (C6H12O6) yang digunakan untuk pemberian
makan intravena, dan sumber utama energi bagi otak. Persamaan oksidasi untuk
glukosa dalam mol adalah:

C6H12O6 + 6 O2 6H2O + 2,87 x 106 J (2.3)

Yaitu, 1 mol glukosa (0,18 kg) berikatan dengan 6 mol O2 (0,192 kg)
menghasilkan 6 mol H2O (0,180 kg) dan CO2 (0,264 kg), serta membebaskan
energi panas 2,87 x 106 J dalam reaksi ini. Dengan menggunakan ini, kita dapat
menghitung sejumlah kuantitas yang bermanfaat untuk metabolisme glukosa (Satu
mol adalah jumlah zat yang mengandung atom atau molekul, ion, atau unit
elementer lain yang sama banyaknya dengan atom 0012 kg karbon 12.1 mol gas
pada suhu dan tekanan normal memiliki volume V = 22,4 x 10-3 m3 = 22,4 L).
Perhitungan serupa dapat dilakukan untuk lemak, protein, dan karbohidrat
lain. Dengan mengukur oksigen yang dikonsumsi oleh tubuh, kita dapat

Thermofisika 5
memperoleh perkiraan energi yang dihasilkan. Nilai-nilai kalori standar untuk
berbagai jenis makan ini dan bahan umum lainya tercantum di tabel berikut ini:

Hubungan Energi Standar pada Beberapa Makanan dan Bahan


Bakar

Makanan atau Energi yang dibebaskan Energi yang Energi yang dibebaskan
Bahan Bakar per satuan volume O2 dibebaskan per per gram (kkal/g)
yang dikonsumsi kilogram yang
(J/m3) dikonsumsi
(J/kg)
Glukosa 21,0 x 106 1,6 x 107 3,8

Karbohidra 22,2 x 106 1,72 x 107 4,1


t
Protein 18,0 x 106 1,72 x 107 4,1

Lemak 19,7 x 106 3,89 x 107 9,3

Makanan 20,1 – 20,9 x 106 - -


sehari-hari
Bensin - 4,77 x 107 11,4

Batubara - 3,35 x 107 8,0

Kayu - 1,88 x 107 4,5


(pinus)

Pada tabel di atas, nilai-nilai yang dituliskan untuk makanan adalah nilai
maksimum yang dapat diharapkan. Tidak semua energi tersebut tersedia bagi
tubuh karena sebagian hilang melalui pembakaran yang tidak sempurna. Produ-
produk yang “tidak terbakar” dikeluarkan dalam bentuk feses, urine, dan flatus
(gas usus). Yang tersisa adalah energi yang dapat dimetabolisasi. Tubuh biasanya
cukup efisien dalam mengekstraksi energi dari makanan. Sebagai contoh, energi
yang tersisa di feses normal hanyalah sekitar 5% dari energi total yan terkandung
dalam makanan yang masuk. Karena tubuh memiliki suhu konstan, maka energi
dalam makanan plus lemak tubuh membentuk energi yang dapat digunakan oleh
tubuh.
Saat dalam keadaan istirahat total, orang normal akan mengonsumsi energi
dengan kecepatan sekitar 92 kkal/jam, atau sekitar 100 W. Tingkat konsumsi
energi ini, yang disebut laju metabolisme basal (basal metabolic rate, BMR),
adalah jumlah energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsi tubuh
minimal (misalnya bernapas dan memompa darah ke arteri) dalam keadaan
istirahat. Secara klinis, BMR seseorang dibandingkan dengan nilai normal untuk
orang dengan jenis kelamin, usia, tinggi, dan berat yang sama, BMR bergantung
terutama pada fungsi tiroid. Seseorang yang aktivitas tiroidnya berlebihan

Thermofisika 6
(hipertiroid) memiliki BMR yang lebih tinggi daripada orang dengan fungsi tiroid
yang normal.
Karena energi yang digunakan untuk metabolisme basal berubah menjadi
panas yang terutama dikeluarkan melalui kulit, maka dapat diperkirakan bahwa
laju basal berkaitan dengan luas permukaan atau massa tubuh. Laju metabolisme
juga bergantung pada suhu. Proses-proses kimiawi sangat bergantung pada suhu,
perubahan kecil pada suhu dapat menimbulkan perubahan besar dalam kecepatan
reaksi kimia. Agar berat seseorang konstan, maka harus mengkonsumsi makanan
yang yang hanya cukup untuk menghasilkan basal plus aktivitas fisik. Ketika
seseorang makan terlalu sedikit, maka menyebabkan penurunan berat. Apabila
berlanjut dalam jangka panjang, makan terlalu sedikit menyebabkan kelaparan.
Tetapi, ketika seseorang makan yang melebihi kebutuhan tubuh akan
menyebabkan peningkatan lemak tubuh (berat).

2.3 Kerja dan Daya

Energi kimiawi yang disimpan di tubuh digunakan untuk menunjang fungsi-


fungsi yang mempertahankan kehidupan dan diubah menjadi kerja eksternal. Saat
seseorang mendaki bukit atau naik tangga maka ia mengeluarkan kerja eksternal.
Dalam hal ini, dapat dihitung kerja yang dilakukan dengan mengalikan berat
orang tersebut dalam N (W = mg) dengan jarak vertikal (h) yang dijalani dalam
m. Saat seseorang berjalan atau berlari dengan kecepatan konstan di permukaan
datar, maka sebagian besar gaya bekerja dalam arah yang tegak lurus terhadap
gerakan. Kerja eksternal yang dilakukan sama dengan nol (karena W = Fx, dengan
F adalah komponen gaya yang sejajar dengan pergeseran, x). Namun, otot di
tungkai melakukan kerja internal yang muncul sebagai panas di otot dan
menyebabkan peningkatan suhunya. Panas tambahan di otot ini dihilangkan oleh
darah yang mengalir melaui otot, oleh konduksi ke kulit, dan oleh keringat.
Efisiensi tubuh manusia diibaratkan sebagai sebuah mesin untuk melakukan
kerja eksternal. Sebagai contoh, kita dapat mengukur kerja eksternal yang
dilakukan dan daya yang dihasilkan oleh seorang subjek yang mengendarai
ergometer, yaitu sepeda statik dengan tingkat resistensi terhadap kayuhan yang
dapat diubah-ubah. Dan juga dapat mengukur oksigen yang dikonsumsi selama
aktivitas ini. Energi makanan total yang dikonsumsi dapat dihitung karena untuk
setiap m3 oksigen yang dikonsumsi dihasilkan ~20 kJ.

Thermofisika 7
Ergometer, suatu sepeda stasioner dengan gesekan yang dapat diseuaikan sehingga
dapat dipelajari konsumsi oksigen pada berbagai beban kerja. Salah satu meter
menunjukkan daya yang dhasilkan.

Efisiensi ϵ tubuh manusia sebagai mesin adalah:

kerja yang dilakukan


ϵ=
energi yang dikonsumsi

Efisiensi biasanya paling rendah pada daya rendah, tetapi dapat meningkat
hingga 20% pada orang yang terlatih dalam aktivitas misalkan bersepeda dan
mendayung.
Kapasitas kerja maksimum tubuh bervariasi. Untuk jangka waktu pendek,
tubuh dapat melakukan kerja dengan daya yang tinggi, tetapi untuk jangka waktu
panjang kemampuannya lebih terbatas. Secara eksperimental telah dibuktikan
bahwa pada otot yang bekerja, daya jangka-panjang sebanding dengan laju
maksimum konsumsi oksigen. Untuk seorang pria sehat pada keadaan istirahat,
konsumsi oksigen biasanya adalah 4 x 10-6 m3/kg berat badan setiap menit. Pada
aktivitas maksimum, konsumsi oksigen biasanya adalah 4 x 10-5 m3/kg (4 ml/kg)
berat badan setiap menit.
Tubuh dapat menyediakan energi untuk daya jangka-pendek dengan
mencegah fosfat berenergi tinggi dan glikogen yang menyebabkan defisit oksigen
di tubuh. Proses ini hanya dapat berlangsung sekitar satu menit dan disebut fase
anaerobik (tanpa oksigen) dan aktivitas jangka-panjang yang memerlukan oksigen
(kerja aerobik)

2.4 Transfer Panas atau Alih Panas

Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit ada empat
cara, yaitu:
a. Konduksi
Konduksi adalah pemaparan panas dari suatu objek yang suhunya lebih
tinggi ke objek lain dengan jalan kontak langsung. Berdasarkan teori
kinetis di mana energi kinetis dihantarkan dari satu molekul ke molekul
yang lain dengan jalan tabrak sehingga terbentuk panas.
 Metode Konduksi
Metode ini merupakan dasar dari sifat fisik kedua benda. Apabila
terdapat perbedaan temperatur antara kedua benda maka panas akan
ditransfer secara konduksi yaitu dari benda yang lebih panas ke benda
yang lebih dingin.
Pemindahan energi panas total tergantung kepada:
- Luas daerah kontak
- Perbedaan temperatur
- Lama melakukan kontak
- Material konduksi panas

Thermofisika 8
Melalui metode konduksi ini dapat berupa:

1) Kantong air panas/botol berisi air panas


Cara ini sangat efisien dalam pengobatan penderita nyeri. Misalnya
nyeri daerah abdomen (perut).
2) Handuk panas
Cara ini sangat berhasil apabila pengobatan dilakukan pada daerah
otot yang sakit. Misalnya spasme otot, fase akut poliomyelitis.
3) Turkish batsh (mandi uap)
Mandi uap ini sangat populer di masyarakat.Tetapi manfaat dari
metode ini belum diketahui dengan pasti. Hanya dikatakan sebagai
penyegar atau dikatakan sebagai relaksasi otot.
4) Mud packs (lumpur panas)
Lumpur panas dapat mengkonduksi panas ke dalam jaringan serta
dapat pula mencegah kehilangan panas (heat loss).
5) Wax bath (parafin bath)
Dengan cara ini sangat efisien untuk mentransfer panas pada
tungkai bawah terutama pada orang tua.
6) Electric pads
Caranya dengan melingkari kawat elemen panas yang dibungkus
asbes atau plastik. Untuk amannya dilengkapi dengan termostat.

Dengan metode konduksi ini dapat melakukan pengobatan terhadap


penyakit:
- Neuritis
- Sprains
- Strain
- Contusio
- Siausitis
- Low back pain

b. Konveksi
Aliran konveksi dapat terjadi dikarenakan massa jenis udara panas
sangat dingin dibandingkan udara dingin. Konveksi secara alam dapat
terjadi oleh karena pemanasan asymetris. Gaya konveksi ini bisa terjadi
apabila angin secukupnya mengalir melalui tubuh.

c. Radiasi
Radiasi adalah suatu transfer energi panas dari suatu permukaan objek
ke objek lain tanpa mengalami kontak dari kedua objek tersebut. Benda
hitam merupakan penyerap radiasi yang baik sehingga disebut radiator.
Oleh Planck dikatakan radiasi mempunyai energi.
 Metode Radiasi
Metode ini dipergunakan untuk pemanasan tubuh serupa dengan
pemanasan dengan sinar matahari atau nyala api.
Sumber radiasi berasal dari:

Thermofisika 9
1) Electric fire, ada dua tipe:
a) Old type fire Mempunyai daya 750 Watt dengan range radiasi
antara merah dan mendekati infra red serta panjang gelombang
lebih pendek dari 15.000 A˚. Ini sering dipergunakan pada home
treatment.
b) Pensil bar tipe
Ini mempergunakan reflektor rektangular dan “shape like
acoustic type”.

d. Evavorasi
Evavorasi adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi uap.
Kehilangan panas lewat evavorasi dapat terjadi apabila:
- Perbedaan tekanan uap air
- Temperatur
- Adanya gerakan angin
- Adanya kelembapan

2.5 Pengeluaran Panas dari Tubuh

Unggas dan mamalia bersifat homeotermik (berdarah panas), sedangkan


hewan lain bersifat poikilotermik (berdarah dingin). Istilah “berdarah panas” dan
“berdarah dingin” menyesatkan karena hewan poikilotermik, misalnya kodok atau
ular akan memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi daripada mamalia pada cuaca
panas. Unggas dan mamalia memiliki mekanisme untuk mempertahankan suhu
mereka walaupun terjadi fluktuasi dalam suhu lingkungan. Suhu tubuh yang
konstan memungkinkan proses-proses metabolisme berjalan dengan kecepatan
tetap dan memungkinkan hewan ini tetap aktif walaupun dalam cuaca dingin.
Unggas memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi daripada manusia, yang membantu
mereka meradiasikan panas karena unggas tidak dapat berkeringat.
Karena memiliki suhu konstan, tubuh akan mengandung energi panas
simpanan yang pada dasarnya konstan selama kita hidup. Namun, saat aktivitas
metabolik terhenti pada kematian, panas simpanan akan menurun dengan
kecepatan tertentu sampai tubuh sama dinginnya dengan suhu lingkungan. Oleh
karena itu, suhu tubuh pada seseorang yang baru meninggal dapat digunakan
untuk memperkirakan saat kematian.
Panas dihasilkan di berbagai organ dan jaringan tubuh; sebagian besar panas
dibebaskan melalui permukaan kulit. Hampir semua pengeluaran panas terjadi
melaui radiasi, konveksi, dan penguapan (evaporasi) keringat. Selain itu, tubuh
juga mengalami pendinginan saat udara inspirasi yang dingin dihangatkan dan
udara ekspirasi dilembabkan. Makan makanan dingin atau panas juga dapat
mendinginkan atau memanaskan tubuh. Agar dapat mempertahankan suhu
mendekati nilai normal, maka tubuh harus memiliki termostat yang lebih baik
daripada termostat rumah. Hipotalamus otak memiliki tersmostat tubuh. Apabila
suhu ini meningkat, misalnya akibat olahraga berat, hipotalmus akan memicu
vasodilatasi, yaitu pembuluh darah di dekat permukaan melebar dan menyalurkan
lebih banyak darah dan panas ke kulit. Hal ini meningkatkan suhu kulit sehingga
memicu pengeluaran keringat dan pengeluaran panas melalui radiasi. Kedua
reaksi ini meningkatkan pengeluaran panas turun di bawah normal, seperti

Thermofisika 10
berenang di air dingin, termoreseptor di kulit “memberi tahu” hipotalamus
sehingga menyebabkan tubuh menggigil; peningkatan aktivitas otot involunter ini
adalah upaya untuk meningkatkan suhu inti.
Apabila ingin mempertahankan suhu tubuh yang konstan, tubuh perlu
mengeluarkan panas dengan kecepatan yang setara. Jumlah sebenarnya dari panas
yang dikeluarkan melalui radiasi, konveksi, evaporasi keringat, dan bernapas
bergantung pada faktor suhu lingkungan, kelembaban, dan gerakan udara. Faktor
lainnya adalah aktivitas tubuh, luas tubuh yang terbuka, dan jumlah insulator pada
tubuh (busana dan lemak).

 Pengeluaran Panas Melalui Radiasi


Semua benda mengeluarkan energi dalam bentuk radiasi
elektromagnetik. Secara umum, jumlah energi yang dipancarkan oleh
tubuh setara dengan suhu mutlak pangkat empat.

Er = ϵ A σ T4

E adalah kecepatan energi yang dipancarkan; ϵ adalah emisivitas; A


adalah luas, σ adalah konstanta Stefan-Boltzmann, dan T adalah suhu
mutlak.Tubuh juga menerima energi radiasi yang diradiasikan oleh tubuh
dan energi yang diserap dari radiasi dari sekeliling dapat dihitung dengan
mengunakan persamaan sebagai berikut:

Hr = Kr Ar ϵ (Ts - Tw)

Hr adalah kecepatan tubuh kehilangan (atau menerima) energi akibat


radiasi. Ar adalah luas permukaan tubuh efektif yang memancarkan
radiasi, ϵ adalah emisivitas permukaan, Ts adalah suhu kulit (C), dan Tw
adalah suhu dinding sekitar (C). (C) dapat digunakan untuk menggantikan
K, karena menghitung ∆T.Kr adalah suatu konstanta yang bergantung pada
berbagai parameter fisik dan besarnya sekitar 2,1 x 104 J(m2 jam C).
Emisivitas ϵ di regio inframerah tidak bergantung pada warna kulit dan
hampir mendekati 1, yang menunjukkan bahwa kulit di panjang
gelombang ini merupakan penyerap dan pemancar radiasi yang hampir
sempurna.
Pada kondisi normal sekitar separuh energi kita lenyap melaui radiasi,
bahkan saat suhu dingin sekitar tidak jauh lebih rendah daripada suhu
tubuh.

 Pengeluaran Panas Melalui Konveksi


Pengeluaran panas melalui konvenksi (Hr) dapat diperkirakan dari
persamaan berikut:

Hc = Kc Ac (Ts - Ta)

dengan Kc adalah parameter yang bergantung pada gerakan udara, Ac


adalah luas permukaan efektif, Ts adalah suhu kulit, dan Ta adalah suhu

Thermofisika 11
udara. Saat tubuh dalam keadaan istirahat dan tampanya tida terjadi angin,
Kc adalah sekitar 2,3 kkal/(m2 jam C)
Kehilangan panas melalui konveksi lebih besar apabila udara bergerak
dibandingkan dengan udara diam. Hal ini mendorong timbulnya konsep
wind chill. Suhu yang seseorang “rasakan” pada suatu hari berangin lebih
dingin daripada suhu yang terukur. Ramalan cuaca pada musim dingin
sering mengutip dua suhu, satu mencerminkan suhu aktual sementara yang
lain mencerminkan efek udara disebut suhu wind chill. Sebagai contoh,
pada suhu aktual sebesar -20˚C dan kecepatan angi 10 m/dtk (angin
kencang), efek pendingingan pada tubuh sama seperti suhu -40˚C tanpa
angin.

Faktor Wind Chill


Suhu Aktual (C)
30 20 10 0 -10 -20 -30
Kecepatan Suhu wind chill (C)
Angin (m/detik)
2 30 20 10 0 -10 -20 -30
5 29 17 5 7 -19 -31 -43
10 29 15 1 -13 -27 -40 -54
15 29 14 -1 -16 -30 45 -60
20 28 13 -2 -17 -32 -48 -63

 Pengeluaran Panas Melalui Evavorasi


Metode pengeluaran panas yang paling kita ketahui adalah dengan
evavorasi (penguapan). Pada kondisi suhu tubuh normal dan tanpa kerja
berat atau olahraga, metode pendinginan ini agak kurang penting
dibandingkan dengan pendinginan melalui radiasi dan konveksi.
Sebenarnya, hanya sedikit terjadi pengeluaran panas melalui keringat
walaupun tubuh tidak terasa berkeringat. Jumlahnya sekitar 7 kkal/jam,
atau 7% dari pengeluaran panas tubuh. Keringat harus keluar dari kulit
agar terjadi efek pendinginan; keringat yang menetes pada dasarnya tidak
menyebabkan pendinginan. Jumlah yang menguap bergantung pada
gerakan udara dan kelembapan relatif.
Pengeluaran panas serupa terjadi karena penguapan butiran air di jalan
napas dan paru. Saat kita menghirup udara, udara menjadi jenuh oleh air di
paru. Air tambahan yang terdapat di udara ekspirasi membawa keluar
panas dalam jumlah yang sama, seperti apabila air tersebut menguap dari
kulit. Juga, saat kita menghirup udara dingin, kita menghangatkan udara
tersebut sehingga suhunya mencapai suhu tubuh dan kita kehilangan
panas. Pada keadaan biasa, pengeluaran panas total melalui pernapasan
dalah sekitar 14% dari pengeluaran panas tubuh.

 Aliran Darah Vena Membantu Mengendalikan Suhu Kulit


Karena radiasi panas dari tubuh dan pemindahan panas ke udara
bergantung pada suhu kulit, setiap faktor yang akan memengaruhi suhu
kulit juga memengaruhi pengeluaran panas. Tubuh memiliki kemampuan

Thermofisika 12
memilih jalur untuk kembalinya darah dari tangan ke kaki. Pada cuaca
dingin, darah dikembalikan ke jantung melalui vena-vena internal yang
berkontak dengan arteri yang mengangkut darah ke ekstremitas. Dengan
cara ini, sebagian panas dari darah yang mengalir ke ekstremitas
digunakan untuk menghangatkan darah yang kembali ke jantung.
Pertukaran panas counter-current ini menurunkan suhu ekstremitas dan
mengurangi pengeluaran panas ke lingkungan. Pada umumnya, panas atau
di lingkungan yang hangat, darah vena yang kembali ke jantung mengalir
dekat ke permukaan kulit sehingga suhu kulit meningkat dan terjadi
peningkatan pengeluaran panas dari tubuh.

 Efek Busana─Clo
Suhu kulit normal yang terasa nyaman adalah 34˚C. Suhu ini dapat
dipertahankan dengan menyesuaikan busana dengan, clo, yang
menyatakan nilai insulatif busana yang dibutuhkan agar subjek merasa
nyaman duduk diruangan bersuhu 21˚C (70˚F) dengan kecepatan angin 0,1
m/dtk dan kelembapan kurang dari 50%. Busana dengan nilai insulati satu
clo setara dengan busana biasa atau ringan untuk kerja. Dibandingkan
dengan busana 1 clo, busana 2 clo menyebabkan seseorang lebih mampu
bertahan pada suhu yang lebih dingin.
Seseorang akan memerlukan nilai clo uang lebih besar agar tetap
merasa nyaman saat inaktif dibandingkan saat aktif. Kita dapat
menentukan busana yang secara optimal menyebabkan rasa nyaman pada
beragam suhu, kecepatan angin, dan kelembapan lingkungan untuk
berbagai aktivitas fisik.

Thermofisika 13
BAB III PENUTUP

3.4 Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa:
Termofisika adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari tentang proses
perpindahan energi sebagai kalor dan usaha antara sistem dan lingkungan. Proses
perpindahan energi pada termodinamika berdasarkan atas dua hukum, yaitu
Hukum 1 Termofisika yang merupakan persyaratan hukum kekekalan energi, dan
Hukum 2 Termofisika yang memberikan batasan tentang arah perpindahan kalor
yang dapat terjadi.
Energi merupakan hal yang sangat penting, karena dengan adanya energi
manusia bisa melakukan berbagai aktivitas. Energi merupakan hal yang sangat
penting karena energi merubah aktivitas tubuh menjadi kerja, seperti mengangkat
suatu beban.
Transfer panas atau alih panas melalui empat cara, yaitu konduksi, konveksi,
evavorasi, dan radiasi. Sedangkan, pengeluaran panas dari tubuh dapat terjadi
dalam empat tahap, yaitu radiasi, konveksi, evavorasi, aliran darah vena
membantu mengendalikan mengendalikan suhu kulit, dan efek busana─clo.

Thermofisika 14

Anda mungkin juga menyukai