Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No.

1 [April 2013] 1-8


Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]

KARAKTERISTIK PELUMAS FOOD GRADE GREASE BERBAHAN DASAR


MINYAK SAWIT DENGAN TAMBAHAN ANTIOKSIDAN

The Effect Of Antioxidants Addition On The Characteristics Of Palm Oil Base


Food Grade Grease

Tri Yanto*, Rifda Naufalin, Erminawati


Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Jl. Dr. Soeparno, Purwokerto 53123
*Penulis Korespondensi: email triyantosuwarjo@yahoo.co.id

ABSTRAK

Minyak sawit memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan dasar pelumas food grade
grease tetapi minyak sawit memiliki kestabilan oksidasi yang lebih rendah apabila dibandingkan
dengan minyak mineral. Antioksidan dapat menunda terjadinya oksidasi pada food grade grease.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis antioksidan (TBHQ, BHT,
kombinasi TBHQ dan BHT) dan konsentrasi antioksidan (0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, dan 0.5%) terhadap
karakteristik food grade grease. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dua ulangan. Faktor yang dicoba adalah jenis antioksidan
dan konsentrasi antioksidan. Variabel fisikokimia yang diamati adalah kerusakan oksidasi, titik
leleh, pH, dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis antioksidan berpengaruh
terhadap titik leleh food grade grease sedangkan konsentrasi antioksidan berpengaruh terhadap
titik leleh dan tekstur food grade grease. Hasil terbaik berdasarkan zero one adalah food grade grease
dengan penambahan antioksidan jenis TBHQ dan BHT dengan konsentrasi 0.3%. Food grade grease
tersebut memiliki karakteristik dengan nilai ketahanan terhadap oksidasi 1a (tidak mengalami
korosi), titik leleh 125 °C, pH 7 serta tekstur 5.8 mm/detik (kategori nilai tekstur = NLGI 2).

Kata kunci: food grade grease, minyak sawit, tert-butyl hydroquinone, butylated hydroxytoluene

ABSTRACT

Palm oil has been reported in many studies to be potential as main ingredient for food grade grease
base oil, but it has lower oxidative stability as compared to mineral oil. The addition of antioxidants can
delay the oxidation reaction on food grade grease. This research aimed to study the effect of different type
of antioxidant (TBHQ, BHT, combination of TBHQ and BHT) and different concentration of antioxidant
(0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, and 0.5%) on food grade grease characteristics. Several physychochemical variables
such asoxidative defect test, melting point, pH and texture were observed. The results showed that differ-
ent antioxidant caused the differences on melting points; and different antioxidant concentrations caused
the differences on melting points and textures. According to zero-one analysis, the best performance was
obtained from food grade grease formulated with combination of tert-butyl hydroquinoneand butylated
hydroxytolueneantioxidant at 0.3% concentration. This food grade grease had specific characteristics as
follow: 1a level of oxidative resistance; 125 °C of melting point; 7 of pH and 5.8 mm/s (NLGI 2) of texture.

Keywords: food grade grease, palm oil, tert-butyl hydroquinone, butylated hydroxytoluene

PENDAHULUAN minyak sintetik yang cukup berbahaya bagi


produk pangan apabila kontak dengan produk
Pelumas merupakan bagian yang tak pangan. Food grade grease (FGG) merupakan
terpisahkan dari sistem pelumasan yang pelumas dengan bahan dasar minyak
menjamin kinerja dan efisiensi mesin. Oleh nabati yang dalam penggunaannya aman
karena itu, pelumas yang baik dan aman sangat bagi kesehatan sekaligus tidak mencemari
diperlukan. Pelumas yang banyak beredar di lingkungan sehingga sangat bermanfaat bagi
pasaran secara komersial adalah jenis pelumas industri farmasi, pakan ternak, kosmetika dan
dengan bahan dasar minyak mineral dan industri pangan khususnya.

1
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]

Minyak nabati memiliki beberapa digunakan adalah tert-butyl hydroquinone


kelebihan sebagai bahan dasar pelumas, (TBHQ, A1), butylated hydroxytoluene (BHT,
antara lain daya lumas yang lebih baik A2), dan kombinasi TBHQ dan BHT dengan
daripada minyak mineral dan daya lekat perbandingan 1:1. Konsentrasi antioksidan
yang lebih baik pada bidang-bidang logam (persentase terhadap base oil) adalah
yang basah atau lembap (La Puppung, 1986). berturut-turut C0-5 yaitu 0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4,
Oleh karena itu, penggunaan minyak sawit dan 0.5%. Kombinasi perlakuan seluruhnya
sebagai bahan dasar pelumas, khususnya terdiri atas 3 x 6 = 18. Ulangan dilakukan
pelumas FGG diharapkan dapat dijadikan sebanyak dua kali sehingga diperoleh 36
suatu alternatif bagi industri pangan dalam unit percobaan. Metode formulasi food grade
menghasilkan produk-produk yang aman grease mengacu pada metode penelitian
bagi konsumen. sebelumnya (Tri Yanto et al., 2006). Sebagai
Penggunaan minyak sawit sebagai pembanding parameter mutu, digunakan
bahan dasar pelumas juga memiliki satu produk grease merk cobra yang sudah
beberapa kelemahan, yaitu minyak sawit diperdagangkan secara komersial.
mudah teroksidasi dibandingkan dengan Parameter-parameter yang diuji
minyak mineral. Hal ini disebabkan tersebut adalah kerusakan oksidasi yang
minyak sawit mengandung asam lemak tak dilakukan dengan metoda korosi lempeng
jenuh yang dapat menjadi target oksidasi. tembaga (ASTM D 4048, 1984), pengujian
Pelumas yang mengalami oksidasi akan titik leleh yang dilakukan dengan metoda
membentuk asam dan lumpur oksidasi. uji dropipng point (ASTM D 2265, 1984), pH
Asam akan menimbulkan korosi bila aditif (pH meter), dan pengujian tekstur dengan
antikorosi dalam pelumas sudah habis daya menggunakan cone penetration (ASTM D 217,
perlindungannya (Pertamina, 1999). Untuk 1984).
mencegah terjadinya oksidasi pada pelumas Data yang diperoleh dianalisis dengan
dapat ditambahkan aditif antioksidan. uji sidik ragam (uji F) dan bila menunjukkan
Antioksidan yang umum digunakan ter- pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan
masuk senyawa fenolik seperti butylated DMRT dan regresi pada taraf 5%. Metode
hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene analisis untuk memilih perlakuan terbaik
(BHT), propil galat (PG), dan tert-butyl yang digunakan adalah zero-one. Metode
hydroquinone (TBHQ) (Madhavi et al., 1995). ini merupakan salah satu metode analisis
Penelitian ini bertujuan untuk multikriteria. Metode zero-one pada dasarnya
mengetahui pengaruh jenis antioksidan metode untuk memilih yang alternatif terbaik
terhadap karakteristik food grade grease, dan paling optimum dari beberapa alternatif
mengetahui pengaruh konsentrasi anti- atas beberepa kriteria dalam mengambil
oksidan terhadap karakteristik food grade keputusan (Sutojo, 1993).
grease.
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAHAN DAN METODE
Uji kerusakan oksidasi
Bahan yang digunakan dalam Berdasarkan hasil analisis ragam
pembuatan food grade grease adalah minyak diketahui bahwa tidak ada pengaruh nyata
sawit refined bleached and deodorized palm oil antara jenis antioksidan yang digunakan
(RBDPO) yang diperoleh dari Purbalingga, terhadap uji kerusakan oksidasi pada
minyak jarak dan asam sulfat dari Brataco food grade grease. Namun demikian, hasil
Purwokerto, litium (LiOH) Pertamina pengamatan seperti disajikan pada Tabel
Jakarta, Mono-Tert-Butil-Hydroquinon (TBHQ, 1 menunjukkan bahwa semua food grade
GrindoxTM Danisco Ingredients) yang di- grease yang dihasilkan memiliki daya tahan
peroleh dari Toko Harum Sari Jakarta dan kerusakan oksidasi yang baik.
BHT yang diperoleh dari Brataco Yogyakarta. Uji kerusakan oksidasi menunjukkan
Penelitian dilakukan dengan menggu- bahwa semua food grade grease yang
nakan metode eksperimental. Rancangan dihasilkan memiliki ketahanan korosi
yang digunakan adalah Rancangan Acak golongan 1a. Golongan 1a menandakan
Lengkap (RAL). Faktor yang diamati bahwa lempeng tembaga belum mengalami
adalah jenis anti oksidan dan konsentrasi korosi. Uji kerusakan oksidasi menunjukkan
antioksidan. Jenis antioksidan yang bahwa antioksidan TBHQ, BHT maupun

2
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]

Tabel 1. Tingkat korosivitas pelumas dasar food grade grease akibat pengaruh aditif antioksidan.
Konsentrasi Uji Kerusakan
Bahan Dasar Grease Jenis Antioksidan
Antioksidan (%) Oksidasi
Minyak Sawit RBDPO TBHQ 0.0 1a
0.1 1a
0.2 1a
0.3 1a
0.4 1a
0.5 1a
Minyak Sawit RBDPO BHT 0.0 1a
0.1 1a
0.2 1a
0.3 1a
0.4 1a
0.5 1a
Minyak Sawit RBDPO TBHQ + BHT 0.0 1a
0.1 1a
0.2 1a
0.3 1a
0.4 1a
0.5 1a
Grease Komersial ”Cobra” 1a
Keterangan:
1a = light orange (orange cerah)

kombinasi antara TBHQ dan BHT cocok yang ditambahkan pada saat pembuatan
digunakan sebagai aditif antioksidan food grade grease berupa zink sulfat (ZnSO4)
food grade grease walaupun tidak punya dan minyak jarak tersulfatasi sebesar 2%,
pengaruh untuk meningkatkan/mengurangi masih dapat mempertahankankan food
ketahanan oksidasi, mengingat saat ini grade grease dari kerusakan oksidatif. Pada
antioksidan TBHQ dan BHT umumnya penelitian sebelumnya, formulasi food grade
baru diaplikasikan sebagai antioksidan grease dengan antikorosi kombinasi minyak
pada industri pangan seperti pada minyak jarak tersulfatasi dengan zink sulfat pada
nabati, minyak hewani, produk roti, konsentrasi 4% memiliki karakteristik terbaik
sereal, dan keripik kentang (Reische et al., yaitu daya tahan korosi termasuk golongan
2002), sedangkan penggunaannya sebagai 1a (Tri Yanto et al., 2006; Tri Yanto et al., 2009).
antioksidan pelumas kemungkinan belum Menurut Pertamina (1999), aditif antioksidan
banyak diaplikasikan. Antioksidan yang akan melindungi grease terhadap kerusakan
umum digunakan sebagai aditif pelumas oksidatif jika antikorosi dalam grease sudah
grease yaitu fenilalfa naftilamina, zink dibutil habis daya perlindungannya.
ditiokarbonat dan dilauril selenida (Wartawan, Korosi disebabkan adanya udara atau
1998). sebagai hasil dari reaksi oksidasi. Oksidasi
Hasil analisis ragam juga menunjuk- biasanya dimulai dengan pembentukan
kan bahwa tidak ada perbedaan nyata peroksida dan hidroperoksida. Tingkat
akibat penambahan antioksidan terhadap selanjutnya yaitu terurainya asam-asam lemak
uji kerusakan oksidasi dari food grade disertai dengan konversi hidroperoksida
grease. Penambahan antioksidan pada food menjadi aldehid dan keton serta asam-asam
grade grease memiliki efek penghambatan lemak bebas (Rancidity) terbentuk oleh aldehida
yang sama dengan tanpa penambahan bukan oleh peroksida. Jadi, kenaikan peroxyda
antioksidan. Hal ini diduga karena antikorosi value hanya menyebabkan terjadinya oksidasi.

3
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]

Pencegahan korosi logam dapat dilakukan penambahan antioksidan TBHQ maupun


dengan penambahan inhibitor korosi. Inhibitor kombinasi antara TBHQ dan BHT (1:1).
korosi yang dipakai yaitu penambahan Penambahan antioksidan tidak
antioksidan dan sulfat (ZnSO4) serta minyak bertujuan mempengaruhi titik leleh food
jarak tersulfatasi sebesar 2% (Liston TV, 1992; grade grease, namun berdasarkan hasil
Belitz dan Grosch, 1999; Hendrawati, 2001; Tri analisis ragam pada tingkat kepercayaan
Yanto, 2002; Tri Yanto, 2009). 95% menunjukkan bahwa penambahan
konsentrasi antioksidan berpengaruh
Titik leleh nyata terhadap titik leleh food grade grease.
Tujuan utama pemberian antioksidan Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2 yang
sebagai aditif food grade grease pada penelitian memperlihatkan bahwa besarnya konsentrasi
ini adalah untuk mempertahankan food antioksidan menyebabkan titik leleh yang
grade grease dari reaksi oksidasi yang dapat fluktuatif disebabkan pada saat terjadi
mempengaruhi kinerja mesin, namun polimerisasi dengan aerasi (pengadukan)
berdasarkan hasil analisis ragam dapat yang seharusnya asam-asam lemak yang
diketahui bahwa ada pengaruh nyata akibat ada dalam minyak saling berikatan silang
perbedaan jenis antioksidan terhadap titik membentuk molekul-molekul yang lebih
leleh food grade grease. Menurut Calista (2006), besar dan komplek berantai C panjang
perbedaan titik leleh pada food grade grease terhambat oleh aktivitas antioksidan
disebabkan perbedaan bahan dasar minyak sehingga titik leleh food grade grease turun.
dan pengental yang digunakan dalam Besarnya titik leleh hasil penelitian berkisar
pembuatan pelumas dasar food grade grease. 110-122 °C.
Gambar 1 menunjukkan besarnya titik leleh Kombinasi perlakuan antara jenis
dari setiap food grade grease yang ditambah antioksidan dan konsentrasi antioksidan
antioksidan. Dari gambar tersebut terlihat memberikan pengaruh nyata terhadap
bahwa food grade grease dengan penambahan peningkatan titik leleh food grade grease.
antioksidan BHT memiliki titik leleh Fenomena tersebut dapat dilihat pada
dengan selisih suhu sebesar 5-6 °C apabila Gambar 3, food grade grease dengan
dibandingkan dengan food grade grease dengan penambahan antioksidan BHT sebesar 0.1%

Gambar 1. Titik leleh food grade grease dengan aditif beberapa jenis antioksidan

Gambar 2. Pengaruh antara jenis antioksidan dengan konsentrasi antioksidan terhadap titik
leleh food grade grease

4
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]

140 116 117 119 120 122 124 125


111 112 112 113 113 113 114 115
120 109
Titik leleh ( C)
100 103
100
o

80
60
40
20
0
1

3
2C

2C

1C

3C

1C

3C

1C

2C

3C

3C

2C

2C

2C

3C

1C

1C

1C

3C
A

A
Kombinasi perlakuan
Gambar 3. Kombinasi perlakuan jenis antioksidan (A) dan Konsentrasi antioksidan (C) terhadap
titik leleh food grade grease (standar deviasi = 6.51)

(A2C1) memiliki titik leleh yang paling rendah jenis antioksidan tersebut dalam berbagai
yaitu sebesar 100 °C. Hal ini diduga karena konsentrasi tidak berpengaruh terhadap pH
sifat fisik dari BHT yang mempunyai titik dari food grade grease.
leleh yang lebih rendah apabila dibandingkan Nilai pH yang diharapkan pada food
dengan TBHQ dimana titik leleh untuk TBHQ grade grease adalah nilai pH yang netral.
berkisar antara 126-128 °C, sedangkan titik Menurut Nachtman dan Kalpakjian (1985),
leleh untuk BHT hanya sebesar 70 °C (Reische food grade grease dengan pH rendah (asam)
et al., 2002). berpotensi untuk meningkatkan terjadinya
Food grade grease dengan penambahan korosi. Lebih lanjut Sudibyo (2004)
antioksidan berupa kombinasi antara BHT menjelaskan bahwa sejumlah kecil asam
dan TBHQ sebesar 0.3% menghasilkan food dalam pelumas memegang peranan penting
grade grease dengan titik leleh tertinggi untuk menghimpun kontaminan dari luar
yaitu sebesar 125 °C. Hal ini diduga ataupun hasil oksidasi dan menjadikan
karena TBHQ dan BHT memberikan efek aktif. Sifat asam pada umumnya korosif
sinergis apabila dimanfaatkan bersamaan pada logam. Sebaliknya, jika food grade grease
sehingga dapat meningkatkan titik leleh dengan pH tinggi, dapat menyebabkan
food grade grease. TBHQ maupun BHT dermatitis atau infeksi kulit apabila food grade
memiliki gugus hidroksil yang melekat grease kontak langsung dengan kulit. Oleh
pada rantai aromatik. Menurut Setiyarto karena itu, keasaman yang tinggi maupun
(2005), gugus hidroksil yang melekat pada sifat alkali yang tinggi tidak diharapkan
rantai aromatik menyebabkan semakin terjadi sebagaimana terjadinya oksidasi pada
kuat interaksi yang terjadi sehingga food grade grease.
memerlukan energi yang semakin besar
untuk memisahkannya. Tekstur
Tekstur tidak menunjukkan kualitas
pH grease. Dalam penggunaannya, tekstur grease
Dari hasil pengamatan yang disesuaikan dengan kondisi kerja mesin.
dibuktikan dengan analisis ragam dapat Menurut Pertamina (1999) konsistensi atau
diketahui bahwa tidak ada pengaruh kekerasan yang berbasiskan sabun (soap
nyata antara jenis antioksidan terhadap based grease) bergantung pada parameter
nilai pH food grade grease. Selain itu, dari yang berkaitan dengan bahan pengental
analisis ragam juga diketahui bahwa tidak yaitu jumlah sabun, panjang rantai asam
ada pengaruh nyata akibat penambahan lemak, derajat perpanjangan, jumlah asam
antioksidan terhadap nilai pH food grade lemak jenuh, adanya gugus polar pada
grease. Hasil pengamatan memperlihatkan rantai asam lemak, inklusi dari perubahan
bahwa semua kombinasi perlakuan struktur khusus dan ukuran partikel,
menghasilkan food grade grease dengan pH tetapi berdasarkan hasil analisis ragam
netral (pH = 7). Berdasarkan hasil penelitian pada penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai pH dari TBHQ, BHT maupun penambahan konsentrasi antioksidan
kombinasi antara TBHQ dengan BHT adalah memberikan efek nyata terhadap tekstur food
netral (pH = 7) sehingga penambahan ketiga grade grease.

5
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]

Pada Gambar 4, diketahui bahwa khususnya untuk penggunaan pada bagian


bertambahnya konsentrasi antioksidan memi- alat/mesin dengan lubang yang sempit (Tri
liki kecenderungan untuk meningkat-kan Yanto et al., 2005; Tri Yanto, 2010),
tekstur food grade grease, namun penambahan Kekerasan food grade grease bergantung
yang melebihi 0.4% cenderung menurunkan pada karakteristik pengental antara lain
tekstur. Food grade grease dengan penambahan jumlah sabun dan ukuran partikelnya
konsentrasi antioksidan sebesar 0.4% meng- (Lubrizol, 2002). Tekstur yang dihasilkan
hasilkan food grade grease yang lunak dengan perlakuan terbaik lebih lunak daripada grease
nilai tekstur sebesar 6.06 mm/detik (NLGI komersial. Hal tersebut disebabkan jumlah
1). Berdasarkan analisis regresi didapatkan bahan pengental yang digunakan masih
persamaan Y = -11 X2 + 7.4954 X + 4.6651 sedikit yaitu 3% dari total base oil.
yang menggambarkan hubungan antara Food grade grease pada penelitian
konsentrasi antioksidan yang diberikan ini terdiri atas tiga komponen dasar yaitu
terhadap tekstur food grade grease yang minyak sawit RBDPO sebagai bahan
terbentuk. dasar, litium sebagai pengental serta
Tekstur yang terbentuk dikarenakan aditif berupa antikorosi dan antioksidan.
adanya reaksi penyabunan antara Uji kerusakan oksidasi dilakukan untuk
trigliserida dari asam lemak dengan basa mengetahui kestabilan food grade grease yang
yang menyebabkan ikatan ester putus dan telah ditambahkan antioksidan terhadap
dihasilkan gliserol dan sabun. Pembuatan kerusakan oksidasi yang terjadi. Selain
food grade grease terjadi reaksi penyabunan untuk mengetahui pengaruh antioksidan
dengan adanya bahan pengental litium terhadap kestabilan oksidasi pada food
(LiOH). Proses penyabunan, asam lemak grade grease, penambahan antioksidan
pada minyak sawit dihidrolisis oleh basa yang ternyata juga berpengaruh nyata terhadap
terkandung dalam bahan litium, H+ ditarik titik leleh dan tekstur dari food grade grease.
dari gugus karboksilat dan terbentuklah Hal tersebut telah dibuktikan melalui hasil
anion karboksilat. Anion karbokilat bereaksi analisis ragam dengan tingkat kepercayaan
dengan Li+ membentuk sabun litium (Belitz sebesar 95%.
dan Grosch, 1999; Tri Yanto et al., 2007; Tri Hasil terbaik berdasarkan uji zero-one
Yanto dan Septiana, 2012). adalah food grade grease dengan penambahan
Food grade grease minyak sawit memiliki antioksidan jenis kombinasi TBHQ dan
tekstur yang lebih lembek (NLGI 1-2) BHT dengan konsentrasi sebesar 0.3%.
dibandingkan grease komersial (NLGI 3). Pada Perbandingan hasil uji antara formulasi
umumnya grease yang digunakan memiliki terbaik food grade grease berbahan dasar
tekstur standar NLGI 1 – 3. Adanya bahan minyak sawit RBDPO terhadap grease cobra
pengental litium menentukan tekstur grease. dapat dilihat pada Tabel 2.
Penambahan litium pada food grade grease Karakteristik pelumas food grade grease
minyak sawit membuat grease tersebut yang dihasilkan pada dasarnya ditentukan
memiliki sifat lembut, berbentuk seperti oleh tiga hal yaitu mutu bahan dasar pelumas
mentega, dan umumnya kedap air dengan (base lube), proses pengolahan bahan dasar
baik. Tekstur yang lebih lembut (NLGI 1 - 2) pelumas dan bahan pengental serta bahan
memudahkan konsumen dalam pemakaian, aditif yang ditambahkan (Pertamina, 1999;

Gambar 4. Pengaruh konsentrasi antioksidan terhadap tekstur pelumas dasar food grade grease

6
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]

Tri Yanto, 2011). Food grade grease perlakuan SIMPULAN


terbaik memiliki daya tahan terhadap
kerusakan oksidasi, sepadan dengan ”Cobra” Jenis antioksidan berpengaruh ter-
dan termasuk golongan 1a (orange terang hadap titik leleh food grade grease, tetapi tidak
mirip lempeng tembaga murni). Hal tersebut berpengaruh pada uji kerusakan oksidasi,
dikarenakan antioksidan yang ditambahkan pH dan tekstur food grade grease. Semua food
dalam food grade grease dapat menghambat grade grease yang dihasilkan memiliki daya
oksidasi dengan cara melepaskan hidrogen tahan yang baik terhadap kerusakan oksidasi
dari gugus hidroksil dan membentuk (golongan 1a). Penambahan antioksidan
senyawa lipid yang lebih stabil dan radikal campuran TBHQ dan BHT konsentrasi
antioksidan (Reische et al., 2002). 0.3% menghasilkan food grade grease dengan
Grease dengan titik leleh yang rendah titik leleh tertinggi (125 °C), sedangkan
dapat menyebabkan grease kehilangan daya penambahan antioksidan BHT konsentrasi
dukung serta fungsi perapatnya sehingga 0.1% menghasilkan food grade grease dengan
akan menyebabkan kebocoran dan berakibat titik leleh terendah (110 °C).
pada gagalnya pelumasan. Oleh karena itu, Konsentrasi antioksidan tidak mem-
dibawah kondisi operasi mesin, dibutuhkan berikan pengaruh terhadap uji kerusakan
grease dengan titik leleh yang tinggi sehingga oksidasi. Semua food grade grease yang
dapat mempertahankan bentuknya (semi dihasilkan memiliki daya tahan yang baik
padat) dan tetap tinggal pada tempatnya. terhadap kerusakan oksidasi (golongan
Berdasarkan data yang terdapat pada 1a). Perbedaan konsentrasi semua jenis
Tabel 2, dapat dilihat bahwa food grade antioksidan memberikan efek fluktuatif
grease perlakuan terbaik pada penelitian terhadap titik leleh food grade grease yang
ini memiliki titik leleh sebesar 125 °C. Titik berkisar antara 110-122 °C. Semakin tinggi
leleh tersebut jauh lebih tinggi apabila konsentrasi semua jenis antioksidan
dibandingkan dengan grease komersial menyebabkan tekstur food grade grease
”Cobra” yang hanya berkisar 98 °C. Hal semakin lunak. Food grade grease dengan
ini menunjukkan bahwa food grade grease konsentrasi antioksidan sebesar 0.4%
perlakuan terbaik akan tetap melumasi serta menghasilkan tekstur paling lunak yaitu
melindungi permukaan mesin dari gesekan sebesar 6.07 mm/detik (NLGI 1), sedangkan
akibat dua permukaan yang saling kontak food grade grease tanpa penambahan
sampai suhu operasi mesin mencapai 125 °C, antioksidan menghasilkan tekstur paling
sedangkan grease komersial ”Cobra” akan keras yaitu sebesar 4.69 mm/detik (NLGI 3).
menetes pada suhu operasi mesin 98 °C yang Penambahan antioksidan jenis
akhirnya mengarah kepada gagalnya sistem kombinasi TBHQ dengan BHT (1:1) sebesar
pelumasan. 0.3% menghasilkan karakteristik food
Nilai pH food grade grease perlakuan grade grease terbaik. Kombinasi tersebut
terbaik menunjukkan pH netral (pH = 7) menghasilkan food grade grease dengan
sepadan dengan nilai pH dari grease komersial ketahanan terhadap kerusakan oksidasi yang
”Cobra”. Nilai pH yang diharapkan pada baik (golongan 1a), titik leleh 125 °C, pH 7
food grade grease adalah pH yang netral. dan tekstur 5.8 mm/detik (NLGI 2).

DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2. Karakteristik antara formulasi food
grade grease terbaik dengan grease cobra American Society For Testing and Materials
Perlakuan (ASTM). 1984. ASTM and Other Spesi-
Karakteristik ”Cobra” fications and Classifications For Petro-
Terbaik
leum Products and Lubricants. ASTM,
1a Philadelphia
Kerusakan 1a (orange
(orange Belitz HD and Grosch W. 1999. Food Chemistry.
oksidasi cerah)
cerah) Springer, Berlin
Titik leleh Calista S. 2006. Formulasi Food Grade Grease
125 98
(ºC) Berbahan Dasar Minyak Sawit Fraksi
pH 7 7 Stearin Dengan Variasi Penambahan
Minyak Jarak, Bahan Pengental, dan
Nilai Tekstur NLGI 2 NLGI 3
Antikorosi. Skripsi. Fakultas Pertanian,

7
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 1-8
Karakteristik Pelumas Food Grade Grease [Yanto dkk]

Unsoed. Purwokerto. (Tidak dipubli- baga Penelitian Unsoed, Purwokerto.


kasikan) (Tidak dipublikasikan)
Hendrawati TY. 2001. Kajian Pengaruh An- Tri Yanto. 2009. Formulasi Pelumas Grease
tioksidan Golongan Aminik Terhadap Berbahan Dasar Minyak Goreng Be-
Ketahanan Oksidasi Minyak Sawit Pada kas Industri Gorengan, Makalah Semi-
Berbagai Tingkat Kemurnian. Tesis Mag- nar Nasional Pencapaian Ketahanan
ister. Program Pascasarjana IPB, Bogor Pangan: Hambatan dan Upaya Mewu-
La Puppung P. 1986. Minyak Jarak Memiliki judkannya. Purwokerto, 13 Agustus
Potensi Sebagai Bahan Dasar Minyak 2009. Pusat Penelitian Pangan, Gizi dan
Lumas. Lembaran Publikasi Lemigas. Kesehatan Lembaga Penelitian Unsoed,
20(4): 55-64 Purwokerto. (Tidak dipublikasikan)
Liston TV. 1992. Engine Lubricant Additives Tri Yanto. 2010. Formulasi Rolling Oil dengan Bahan
What They Are and How They Function. Dasar Jarak. Penerbit Malak, Malang
Lubrication Engineering. 48(5): 389-397 Tri Yanto. 2011. Produksi Pelumas Grease
Lubrizol. 2002. Greases Ready Reference. The Lu- Berbahan Baku Minyak Jelantah untuk
brizol Corporation, Ohio Skala Industri Kecil Pedesaan : Studi
Madhavi DL, Singhal RS, and Kulkarni PR. Pengadukan Secara Manual. Prosiding.
1995. Technological Aspects of Food LPPM UNSOED. Purwokerto
Antioxidants. P. 159-265. In: Madhavi Tri Yanto dan A.T. Septiana. 2012 Peman-
DL, Deshpande SS, Salunkhe DK (Eds), faatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha
Food Antioxidants. Marcel Dekker, Inc., curcas L.) sebagai Bahan Dasar Pelu-
New York mas Grease. Jurnal Teknologi Pertanian.
Nachtman ES. and Kalpakjian S. 1985. Lubricants Vol 13(1): 34-42
and Lubrication in Metalworking Opera- Tri Yanto, Erminawati, dan Kristiani A. 2005.
tions. Marcel Dekker, Inc. New Jersey Pemanfaatan Minyak Nabati dan Batu-
Pertamina. 1999. Pelumas dan Pelumasan. Dinas Pe- an Fosfat Alam dalam Pembuatan Pe-
nyuluhan dan Pengendalian Mutu Direk- lumas Dasar Grease. Di dalam : Peran
torat PPDN Pertamina, Jakarta Ilmu Kimia dalam Pengembangan Sum-
Reische DW, Lillard DA, and Eitenmiller ber Daya Alam yang Berwawasan Ling-
RR. 2002. Antioxidants. P. 489-516. In: kungan. Prosiding Seminar Nasional Kimia
AkohCC, Min DB (Eds), Food Lipids. II. Yogyakarta, 31 Januari 2005. Jurusan
Marcel Dekker Inc., New York Ilmu Kimia, FMIPA, UII, Yogyakarta
Setiyarto. 2005. Formulasi Dasar Pelumas Tri Yanto, Erminawati, dan Masrukhi. 2006.
Grease Menggunakan Bahan Dasar Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas
Minyak Kelapa dengan Variasi Tingkat Sebagai Bahan Dasar Pelumas Grease
Kemurnian Minyak, Jenis Bahan Pen- Berkualitas, FakultasPertanian, Unsoed,
gental dan Jenis Antioksidan. Skripsi. Purwokerto (Tidak dipublikasikan)
Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto Tri Yanto, Erminawati, dan Naufalin R. 2007.
(Tidak dipublikasikan) Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Sudibyo. 2004. Stress Corrosion Cracking Karakteristik Pelumas Food Grade Grease
Stainless Steel AISI 304 dengan Vari- dengan Bahan Dasar Minyak Sawit. Lem-
asi Tegangan dan Media Korosi. Skripsi. baga Penelitian. Unsoed, Purwokerto
Fakultas Teknik, Undip (Tidak dipub- (Tidak dipublikasikan)
likasikan) Tri Yanto, Naufalin R, dan Erminawati. 2009.
Sutojo S. 1993. Studi Kelayakan Proyek: Teori dan Pengaruh Penambahan Antikorosi ter-
Praktek. Pustaka Binaan Pressindo, Ja- hadap Karakteristik Pelumas Food Grade
karta Grease dengan Bahan Dasar Minyak Sa-
Tri Yanto. 2002. Kajian Kelayakan Minyak Ja- wit. Makalah Seminar Tahunan MAKSI.
rak (Ricinus communis L.) Sebagai Ba- Bogor, 25 November 2009. MAKSI, Bogor
han Dasar Pelumas Ditinjau dari Aspek Wartawan AL. 1998. Pelumas Otomotif dan In-
Daya Tahan Kerusakan Oksidatif. Lem- dustri. Balai Pustaka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai