Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA


PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IPS SMA ISLAM NU PUJON

SKRIPSI

OLEH
Ukhti Humaidah
NIM 160721614436

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
MARET 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini ada lima sub yang dibahas: (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah,
(3) hipotesis penelitian, dan (5) definisi operasional. Kelima sub bab tersebut diuraikan secara
berurutan sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini pendidikan sudah menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia, termasuk di
Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena pendidikan memegang peranan penting dalam
menciptakan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. SDM dibutuhkan untuk
membangun negara menjadi negara yang kebih maju dan sejahtera. Pendidikan memiliki peranan
yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan mutu pendidikan
sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan dapat dibentuk
peradaban bangsa yang cerdas dan bermartabat. Pendidikan berperan dalam membentuk siswa
menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
mandiri, berilmu, bertanggungjawab, dan taat hukum.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan harus menjadi prioritas utama.
Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terlibat dalam suatu
pendidikan. Pendidikan sebagai system tersusun atas komponen konteks, input, proses, output,
dan outcome. Konteks meliputi kemajuan IPTEKS, harapan masyarakat, dukungan masyarakat,
dan pemerintah. Input meliputi peserta didik, visi, misi, tujuan, sasaran, kurikulum, tenaga
kependidikan,dana, sarana dan prasarana. Proses meliputi manajemen, kepemimpinan dna proses
pembelajaran. Output adalah hasil belajar yang merefleksikan seberapa efektif proses
pembelajaran. Outcome adalah dampak jangka panjang dari hasil belajar. Semua komponen
pendidikan tersebut salingterkait dan saling mempengaruhi (Koyan 2011 dalam…)
Dalam system pendidikan (UU NO. 2 Tahun 2003), seorang guru tidak hanya dituntut
sebagai pembelajar yang bertugas menyampaikan materi tertentu tetapi harus juga berperan
sebagai pendidik. Seorang guru dalam mengajar disekolah tidak mengajarkan siswanya tentang
materi, tetapi peran guru dalam mendidik siswa lebih dari hanya sebatas mengajarkan materi
saja. Seorang pendidik juga harus mengajarkan siswanya dari sikap, etika, dan moral, agar kelak
siswa tidak hanya pintar dalam materi saja tetapi kelakuan dan moral siswa itu jelek. Perlunya
pendidikan karakter disini agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam proses pembelajaran didalam kurikulum 2013 lebih diarahkan pada pembelajaran
saintifik yang mencakup menanya (questioning), mengamati (observing), mengumpulkan
informasi (experimenting/collecting information), mengasosiasikan (associating), dan
mengkomunikasikan atau mempresentasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah menerima materi pembelajaran (communicating).
Tahap pembelajaran pada pendekatan saintifik kurikulum 2013 tersebut memiliki
kesamaan dengan tahap pembelajaran pada model inkuiri. Proses pembelajaran pada model
inkuiri terdiri dari: (1) observasi/ mengamati berbagai fenomena alam. Kegiatan ini memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik, bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena
dalam mata pelajaran tertentu, (2) mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi,
tahapan ini melatih peserta didik untuk mengekplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik
terhadap guru, teman atau melalui sumber belajar yang lain, (3) mengajukan dugaan atau
kemungkinan jawaban, pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan
penalaran terhadap kemungjkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan, (4) mengumpulkan
data yang terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, pada kegiatan tersebut peserta
didik dapat memprediksi dugaan untuk merumuskan suatu kesimpulan, dan (5) merumuskan
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, peserta didik dapat
mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Pemerintah memberlakukan Kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan dari kurikulum-
kurikulum sebelumnya. Hal yang lebih ditekankan dalam Kurikulum 2013 adalah supaya siswa
dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan setiap masalah yang diberikan. Siswa diharapkan
dapat memahami materi yang diberikan oleh guru, bukan hanya dapat menggunakan rumus yang
diberikan (Depdikbud, 2014: 52). Berpikir kritis merupakan pemikiran yang bersifat selalu ingin
tahu terhadap informasi yang ada untuk mencapai suatu pemahaman yang mendalam.
Salah satu model pembelajaran inkuiri yang menekankan pada pengarahan atau
bimbingan guru kepada peserta didik dalam pemecahan masalah ini adalah inkuiri terbimbing.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membantu peserta didik mencari jawaban atau
pengetahuan dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar dengan model inkuiri
terbimbing peserta didik dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk dari
seorang guru. Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
membimbing. Guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan pada saat peserta didik akan
melakukan percobaan, misalnya penjelasan tentang langkah kerja suatu penelitian.
Pembelajarn pada kurikulum 2013 dan pembelajaran inkuiri akan melatih kemampuan
berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan persoalan yang diajukan oleh guru. Khususnya
dalam hal ini adalah inkuiri terbimbing, dimana guru membimbing peserta didik dalam melalui
tahapan-tahapan pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri memang memiliki kesamaan dengan
kurikulum 2013 terutama dalam tahap pembelajarannya. Dalam hal ini model pembelajaran
inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari motivasi siswa. Kesamaan pada
model inkuri dan kurikulum 2013 menjadikan penelitian ini layak untuk dieksperimenkan
kedalam pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalahnya yaitu “Apakah
ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan beprikir kritis
ditinjau dari motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi kelas X IPS SMA
ISLAM NU PUJON” .

1.3 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas dapatt disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
“Ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan beprikir kritis
ditinjau dari minat belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi kelas X IPS SMA ISLAM
NU PUJON”.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang pendidikan
pada umumnya, dan mata pelajaran geografi pada khususnya tentang kemampuan berpikir kritis
dengan model inkuiri terbimbing ditinjau dari minat belajar peserta didik.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Guru Geografi
Guru geografi mendapatkan referensi untuk menerapkan model pembelajaran yang
menarik dan tidak membosankan guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam
memecahkan masalah. Sehingga penyampaian materi tidak monoton dan lebih memberikan
pengalaman nyata dan bermakna kepada peserta didik.
1.4.2.2 Peneliti Selanjutnya
Memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dibidang pembelajaran geografi serta
menjadi refernsi bagi peneliti selanjutnya tentang model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan materi dan subjek yang berbeda
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Kemampuan berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan bernalar yang
meliputi tahapan (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membangun keterampilan
dasar, (3) menyimpulkan, (4) memberikan penjelasan lanjut, (5) mengatur strategi dan
teknik. Kemampuan berpikir kritis dapat diperoleh dengan tes yang berupa uraian serta
dinyatakan dalam bentuk skor.
1.5.2 inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran dimana peserta didik memecahkan
persoalan dengan bimbingan guru melalui tahapan: (1) orientasi (2) merumuskan masalah
(3) mengembangkan hipotesis (4) mengumpulkan data (5) menguji hipotesis, dan (6)
menarik kesimpulan dari generalisasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis siswa sangat perlu dikembangkan demi keberhasilan mereka
dalam pendidikan dan dalam mengaplikasikan pengetahuan untuk kehidupan sehari-hari.
Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Artinya, di
samping pembelajaran mengembangkan kemampuan kognitif untuk suatu mata pelajaran
tertentu, pembelajaran juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis (logis, analisis,
kreatif, kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan mengkomunikasikan gagasan) siswa
dalam mengekpresikan gagasan, mengaplikasikan pengetahuan dan tanggung jaawab. Di
samping itu integritas guru dalam pembelajaran dan kultur sekolah juga berpengaruh terhadap
tumbuh kembangnya berpikir kritis siswa.
2.1.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berpikir artinya menggunakan akal budi
untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Proses berpikir itu pada pokoknya ada tiga
langkah, yaitu: pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis yang dikutip oleh Alec Fisher, “Berpikir
kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa
yang mesti dipercaya atau dilakukan”3. Dalam penalaran dibutuhkan kemampuan berpikir kritis
atau dengan kata lain kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.
Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Untuk memahami informasi secara mendalam dapat membentuk sebuah
keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang disampaikan. Proses aktif
menunjukkan keinginan atau motivasi untuk menemukan jawaban dan pencapaian pemahaman.
Dengan berpikir kritis, maka pemikir kritis menelaah proses berpikir orang lain untuk
mengetahui proses berpikir yang digunakan sudah benar (masuk akal atau tidak). Secara tersirat,
pemikiran kritis mengevaluasi pemikiran yang tersirat dari apa yang mereka dengar, baca dan
meneliti proses berpikir diri sendiri saat menulis, memecahkan masalah, membuat keputusan
atau mengembangkan sebuah proyek.(Ibid:3:2013).
Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
guru memberikan atau menyediakan petunjuk/bimbingan yang luas terhadap peserta didik pada
model pembelajaran inkuiri terbimbing ini guru telah memberikan petunjuk petunuuk mengenai
materi yang akan diajarkan kepada peserta didik seperlunya. Petunjuk tersebut dalam berupa
pertanyaan agar peserta didik mampu menemukan atau mencari informasi sendiri mengenai
pertanyaan tersebut ataupun tindakan-tindakan yang diberikan guru yang harus dilakukan untuk
memecahkan permasalahan. Pengerjaan ini dapat dilakukan secara sendiri maupun kelompok.
Kemampuan dalam berpikir kritis akan memberikan arahan yang lebih tepat dalam
berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan
lainnya. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pemecahan masalah
atau pencarian solusi. Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi berbagai
komponan pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran,
penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-
kemampuan ini, maka akan semakin baik pula dalam mengatasi masalah-masalah.
2.1.2 Karakteristik Berpikir Kritis
Berpikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan, membandingkan, menganalisa,
mengevaluasi, internalisasi dan bertindak melampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. Berpikir
kritis bukan sekedar berpikir logis sebab berpikir kritis harus memiliki keyakinan dalam
nilainilai,dasar pemikiran dan percaya sebelum didapatkan alasan yang logis dari padanya.
Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer secara lengkap dalam
buku Critical Thinking, yaitu:
a) Watak (Dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan
pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain
yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya
baik.
b) Kriteria (Criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk
sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.
Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan
mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka
haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber
yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan
pertimbangan yang matang.
c) Argumen (Argument)
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data.
Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun
argumen.
d) Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis.
Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau
data.
e) Sudut pandang (Point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang
sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f) Prosedur penerapan kriteria (Procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan
diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
2.1.3 Indikator Berpikir Kritis
Hasil dari kegiatan siswa dalam berpikir tidak dapt digunakan untuk mengetahui siswa
tersebut sudah termasuk berpikir kritis atau belum. Namun, siswa dikatakan berpikir kritis dilihat
dari cara siswa dalam menelaah sebuah masalah. Menurut Carole Wade yang dikutip oleh
Hendra Surya terdapat delapan indikator berpikir kritis, yaitu:
1) Kegiatan merumuskan pertanyaan.
2) Membatasi permasalahan.
3) Menguji data-data.
4) Menganalisis berbagai pendapat dan bias.
5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional.
6) Menghindari penyederhanaan berlebihan.
7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi.
8) Mentoleransi ambiguitas.
Pendapat wade yang dikutip oleh Hendra Surya ini dapat digunakan ketika kita memberikan
siswa suatu permasalahan yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Selanjutnya,
Ennis mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar
aktivitas sebagai berikut:
1) Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis
pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau
pernyataan.
2) Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil
observasi.
3) Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan hasil
deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasilinduksi, dan membuat serta
menentukan nilai pertimbangan.
4) Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah dan
definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
5) Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi
dengan orang lain. Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat bersatu padu
membentuk sebuah kegiatan
2.1.4 Langkah-langkah berpikir kritis
“Open you mind” merupakan salah satu ungkapan agar seseorang berpikir kritis terhadap
dirinya sendiri dan lingkungan sekitar. Berpikir kritis dapat kita peroleh melalui proses belajar.
Dengan berpikir kritis kita mampu mengambil keputusan-keputusan terpenting dalam hidup kita,
bahkan lingkungan sekitar. Berikut cara-cara berfikir kritis:
1. Mengenali Masalah
Untuk berpikir kritis, kita perlu mengenali masalah. Masalah biasanya terjadi
karena faktor-faktor psikologis, keluarga, teman, atau lingkungan sekitar. Untuk
mengenali masalah, kita harus memahami diri, masalah yang di hadapi, dampak masalah
bagi kita dan orang lain, serta posisi kita dalam masalah tersebut.
2. Menentukan Prioritas
Dalam kehidupan, setiap orang pasti memiliki masalah dan kebutuhan hidup.
Oleh karena itu, kita hendaknya menentukan prioritas dalam hidup. Artinya, kita
memiliki target-target yang ingin kita capai secara jelas dan berurutan. Jika kita ingin
menjadi peserta didik berprestasi dan lulus dengan baik, lakukan upaya tepat sesuai
prioritas tersebut.
3. Mengumpulkan Informasi
Jangan pernah membatasi pengetahuan. Perluaslah pengetahuan dengan menggali
informasi lebih dalam dan banyak. Untuk memperoleh banyak informasi kita dapat
menjalin hubungan sosial dengan individu/kelompok lain, membaca berbagai
buku/jurnal/artikel, dan melakukan studi lapangan. Informasi-informasi tersebut akan
membantu kita dalam menganalisis masalah dan mengambil keputusan yang
tepat berdasarkan hasil analisis fakta-fakta yang ada.
4. Mengenali Persepsi yang Muncul
Setiap orang memiliki persepsi berbeda mengenai gejala sosial tertentu. Oleh
karena itu, jangan langsung menerima informasi tersebut sebagai kebenaran. Hendaknya
menganalisis informasi tersebut terlebih dahulu menggunakan pengetahuan yang dimiliki
sebagai bahan pertimbangan. Dengan demikian, kita dapat berpikir jernih dan rasional.
5. Menganalisis Data
Untuk membiasakan diri berpikir kritis, Anda perlu mengaitkan segala informasi
yang Anda terima dengan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Data yang
valid dan dapat dipertanggungjawabkan diperoleh melalui berbagai sumber. Sebagai
contoh, data-data tentang standar kelulusan dari lembaga pendidikan menjadi acuan
menentukan lulus dengan baik atau tidak.
6. Membuat Keputusan
Agar mampu berpikir kritis, kita perlu menyempurnakan tahapan-tahapan di atas
dengan tahapan terakhir yaitu mampu membuat keputusan. Keputusan yang tepat dalam
mengatasi masalah dapat bermanfaat bagi diri Anda dan orang lain.
Membiasakan diri berpikir kritis akan membuat kita memiliki ide-ide kreatif dan
mengasah pemikiran out of the box. Dengan demikian, kita tidak hanya terpaku pada satu jalan
keluar, tetapi memiliki banyak opsi atau pilihan penyelesaian masalah yang kita hadapi.
Terbiasa berpikir kritis juga akan mengasah cara kita berpikir secara mandiri dan reflektif.
Artinya, kita dapat bertindak dan berpikir secara lebih cepat dan tepat.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis peserta didik, yaitu sebagai
berikut:
1) Kondisi fisik: menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik adalah
kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika
kondisi fisik siswa terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yag menuntut
pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini
sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena
tubuhnya tidak memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yanga ada.
2) Motivasi: Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor internal dan
eksternal. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun
pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku
tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri demi
mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas atau daya
serap dalam belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang kondisi yang
tidak mau berubah kearah yang lebih baik, mempergunakan kesalahan sebagai
kesimpulan belajar, semakin cepat memperoleh tujuan dan kepuasan, mempeerlihatkan
tekad diri, sikap kontruktif, memperlihatkan hasrat dan keingintahuan, serta kesediaan
untuk menyetujui hasil perilaku.
3) Kecemasan: keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan ketakutan
terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini (2000) kecemasan timbul
secara otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang melampaui untuk
menanganinya (internal, eksternal). Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat; a)
konstruktif, memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan perubahan terutama
perubahan perasaan tidak nyaman, serta terfokus pada kelangsungan hidup; b) destruktif,
menimbulkan tingkah laku maladaptif dan disfungsi yang menyangkut kecemasan berat
atau panik serta dapat membatasi seseorang dalam berpikir.
4) Perkembangan intelektual: intelektual atau kecerdasan merupakan kemampuan mental
seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal
dengan yang lain dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan
intelektual tiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah
perkembanganya. Menurut Piaget dalam Purwanto (1999) semakin bertambah umur
anak, semakin tampak
2.2 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek
yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubung-an timbal
balik) antara guru dengan siswa. Guru memberikan materi sementara siswa tidak hanya sekedar
menerima begitu saja melainkan ada interaksi diantara keduanya sebagai suatu proses dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu pembelajaran seperti ini adalah model
pembelajaran inkuiri.
Pembelajaraan inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses
ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Implementasi model pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided Inkuiri) menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk melatih keterampilan
berpikir kritis. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang terpusat
pada siswa. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided Inkuiri) ini siswa lebih
banyak aktif dalam proses pembelajarannya yang telah dikondisikan untuk dapat menerapkan
berpikir dalam upaya menggali sendiri segala konsep untuk mengambil inisiatif dalam usaha
memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan melatih berpikir kitis siswa dalam
permasalahan geografi.
Model pembelajaran inkuri terbimbing merupakan salah satu cara untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran geografi. Dalam pembelajaran ini guru
bertindak selaku organisator dan fasilitator, guru tidak memberitahukan konsep-konsep tetapi
membimbing siswa menemukan konsep-konsep tersebut dengan melalui kegiatan belajar.
Sehingga konsep yang didapat berdasarkan kegiatan dan pengalaman belajar tersebut akan selalu
diingat siswa dalam waktu yang lama.
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri dalam bahasa Inggris Inkuiri, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan.
Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami
informasi. Gulo menyatakan inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.
2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Kelebihan dari model pemmbelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
Merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran ini dianggap lebih bermakna, dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, merupakan
model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman,dapat
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Sedangkan kekurangannya adalah pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan
siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif, guru
dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi
fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar, karena dilakukan secara
kelompok, kemungkinan ada anggota yang kurang aktif, membutuhkan waktu yang lama dan
hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang
mendukung, pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.
2.2.3 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Nuryani dalam Dessy (2014, h. 30) lebih lanjut mengatakan bahwa pada inkuiri
terbimbing guru membimbing peserta didik melakukan kegiatan dengan memberi pertanyan awal
dan mengarahkan pada suatu diskusi. Kemudian guru mengemukakan masalah, memberi
pengarahan mengenai pemecahan, dan membimbing peserta didik dalam mencatat data. Adapun
tahapan/sintaks dari pembelajaran inkuiri terbimbing (guided Inkuiri) sebagai berikut:
Table 2.2.3 Tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (Tangkas:2012)
Fase Indikator Kegiatan guru
ke-
1. Perumusan masalah  Guru membimbing Peserta didik
mengidentifikasi masalah dan dituliskan
dipapan tulis
 Guru membagi Peserta didik dalam beberapa
kelompok
2 Membuat Hipotesis  Guru meminta Peserta didik untuk
mengajukan jawaban semntara tentang
masalah itu.
 Guru membimbing Peserta didik dalam
menentukan hipotesis.

3 Merancang  Guru memberikan kesempatan pada Peserta


percobaan didik untuk menentukan langkah- langkah
yang sesuai dengan hipotesis yang akan
dilakukan.
 Guru membimbing peserta didik dalam
menentukan langkah langkah percobaan.

4 Melakukan percoban  Guru membimbing Peserta didik


untuk memperoleh mendapatkan data melalui percobaan dan
data pegamatan langsung.

5 Mengumpulkan data  Guru memberikan kesempatan kepada tiap


dan menganalisis kelompok untuk menuliskan percobaan ke
data dalam seuah media pembelajaran dan
menyampaikan hasil pengelolaan data yang
terkumpul.

6 Membuat  Guru membimbing Peserta didikdalam


kesimpulan membuat kesimpulan berdasarkan data yang
telah diperoleh.

2.3 Kaitan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang dilakukan
melalui tahapan orientasi. Orientasi yang dimaksud adalah mempersiapkan peserta didik untuk
belajar dan memberikan motivasi oleh guru. Motivasi diberikan supaya peserta didik berkreasi
dalam menemukan ide-ide baru suatu permasalah guna menciptakan minat untuk belajar.
Menurut Kuhlthau (2010) tujuan utama inkuiri terbimbing adalah untuk mengembangkan
peserta didik yang mandiri dan tahu bagaimana untuk memperluas pengetahuan dan keahlian.
Peserta didik dapat memperluas pengetahuan melalui penggunaan keahlian dari berbagai
sumber informais yang digunakan baik didalam maupun diluar sekolah. Hal ini akan melatih
peserta didik untuk mengembangkan cara berpikir kritisnya dalam mengolah informasi
sehingga menghasilkan argument yang baru.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif melatih peserta didik mengemukakan
pendapat atau ide-ide baru melalui proses berpikir.penerapan model pembelajaran ini memliki
dengan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis diperlukan peserta didik dalam
proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran geografi. Pembelajaran geografi merupakan
pembelajaran yang berhubungan dengan permasalah antara lingkungan dengan manusia
sehingga membuat peserta didik harus peka terhadap kondisi yang ada disekitarnya melalui
kemampuan berpikir kritisnya.
Penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing selama berlangsungnya proses
pembelajaran mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam berpartisipasi
mengemukakan pendapat. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik diharuskan menyampaikan
pendapat mengenai masalah yang diajukan. Keaktifan dalam mengemukakan pendapat dapat
dilihat dari sikap antusias saat berlangsungnya pembelajaran geografi. Keaktifan peserta didik
dalam berlangsunya pembelajaran menjadikan peserta didik aktif dalam proses berpikir dengan
membangun pengetahuannya secara mandiri.
2.4 Penelitian Yang Relevan
Penelitian sebelumnya sudah ada mengenai model pembelajar inkuiri terbimbing.
Beberapa penelitian tentang model pembelajaran inkuiri terbimbing yang pernah dilakukan
dalam penelitian sebelumnya dan mendukung dan mendukung penelitian ini dilakukan oleh
Amaliasari, siska (2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amaliasari, Siska. 2014
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisis data diketahui bahwa rata-rata
kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen sebesar 75,82, sedangkan pada kelas
kontrol sebesar 68,89. Hasil analisis dengan menggunakan uji t menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,002. Dengan demikian, nilai signifikansi 0,002 < 0,05, maka H0 ditolak. Oleh sebab
itu, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Metakognisi
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran Geografi Kelas XI
IPS SMAN 6 Malang.
Berdasarkan penelitian yang sudah diuraikan diatas, penelitian ini digunakan untuk
menyempurnakan berbagai penelitian terdahulu. Penyempurnaan yang dilakukan mengenai
seberapa besar tingkat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan
berpikir kritis apabila ditinjau dari minat siswa dengan dibandingkan dengan pembelajaran
yang konvensional yaitu ceramah. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan jenis penelitian
eksperimen kuasi sehingga penelitian tersebut dapat diketahui kelebihan dan kelemahan saat
berlangsnya kegiatan pembelajaran berlangsung.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang menggunakan jenis penelitian eksperimen dimana untuk
mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided Inkuiri)
terhadap kemampuan berpikir kritis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
Pretest-Posttest Control Grub Design dimana subjekm penelitian ini terdiri dari dua kelas
meliputi kelas eksperimen dan kelas control. Pemilihan desain Pretest-Posttest Control Grub
Design digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik kelas eksperimen dan
kelas control sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model
inkuiri terbimbing. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing,
sementara kelas control menggunakan pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian yang
dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Table 3.1 Rancangan Penelitian Eksperimen
E O1 X O2
K O2 - O2
Keterangan:
E : Kelompok Kelas Eksperimen
K : Kelompok Kelas Control
O1 : Kemampuan Awal Berpikir Kritis dengan Pra Test
O2 : Kemampuan Awal Berpikir Kritis dengan Pasca Test
X : Perlakuan Kelas Eksperimen dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
- : Perlakuan kelas control dengan model pembelajaran konvensional

3.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah peserta didik kelas X IPS
SMA ISLAM NU PUJON semester genap tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri dari tiga kelas
kemudian dipilih dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas control. Kelas eksperimen
merupakan kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing, sementara kelas control tidak diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Kelas yang dipilih menjadi kelas eksperimen adalah kelas X
IPS 1 yang berjumlah 30 peserta didik dan kelas control adalah X IPS 3 yang berjumlah 32
peserta didik. Pemilihan kelas dilakukan berdasarkan rata-rata nilai ulangan harian 1 mata
pelajaran geografi semester ganjil. Nilai rata-rata ulangan harian 1 semester ganjil
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur
variabel penelitian. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal esai
yang bertujuan untuk menguji kemampuan berpikir kritis peserta didik. Instrument penelitian
yang digunakan dalam peneltian ini yaitu berupa soal soal esai C5 dan C6. Menurut taksonomi
bloom dimana setiap soal harus meackup indicator dan tujuan pembelajaran yang diukur
sehingga kemampuan berpikir kritis dapat diketahui. Sebelum soal diberikan pada peserta didik
saat pra dan pasca test dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu untuk mengetahui layak atau
tidaknya instrument yang digunakan saat penelitian. Uji instrument yang dilakukan peneliti
meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
3.3.1 Uji Validitas
Instrumen penelitian yang digunakan dapat dikatakan valid apabila diukur
menunjukkan data yang tepat dan teliti, sehingga dapat diketahui layak atau tidak instrumen
tersebut digunakan dalam penelitian. Penelitian ini dalam melakukan uji validitas
menggunakan korelasi product momen person. Pengujian tersebut dilakukan dengan program
SPSS Versi 16.0 For Window dengan taraf signifikan 0,05.
3.3.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu data untuk diuji berkali-kali memiliki hasil
yang sama.mengetahui data yang reliabel dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS
16.0 For Windows.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan tes yang diperoleh dari hasil pra test dan pasca test. Pra test akan dilakukan kepada
peserta didik sebelum diberikan perlakuan, sementara pasca test dilakukan setelah diberikan
perlakuan. Hasil dari pra test dan pasca test kemudian dibandingkan untuk mengetahui
perubahan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Selisih dari kedua tes tersebut akan
menunjukkan perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis melalui gain score.
3.5 Analisis Data
Setelah selisih nilai atau gain score diketahui selanjtnya dianalisis untuk menguji
hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (t-test) dengan bantuan SPSS 16.0 For windows.
Uji hipotesis ini menggunakan taraf signifikan 0,05. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan
uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
3.5.1 Uji Prasyarat Analisis
Peneliti melakukan uji prasyarat untuk mengetahui kemampuan peserta didik sebelum
dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Sebelum memilih teknik analisis data yang akan digunakan, pengujian prasyarat harus
dilakukan untuk mengetahui hasil dari analisis data seperti homogenitas, normalitas, dan uji
besa atau uji t untuk mengetahui teknik yang digunakan dalam analisis data termasuk dalam uji
parametric atau uji non parametric. Apabila setelah dilakukan penelitian dalam menganalisis
data ditemukan data yang tidak normal dan homogen, peneliti tidak akan mengulang penelitian
dikarenakan rancangan penelitian yang dipilih adalah penelitian kuasi eksperimen. Adapun
langkah untuk melakukan uji prasyarat analisis yaitu dengan menggunakan uji normalitas dan
uji homogenitas.
3.5.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data kemamouan awal peserta didik apakah
data yang diperoleh berdistribusi dengan normal atau tidak. Dalam program SPSS 6.0 for
windows uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogrov-Smirnov dengan taraf signifikansi
0,05. Pedoman pengambilan keputusan untuk uji normalitas Kolmogrov-Smirnov adalah sebagai
berikut:
a. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka H1 diterima, dengan kata lain data
terdistribusi normal.
b. Apabila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H1 ditolak, dengan kata lain data tidak
terdistribusi normal.
3.5.3 Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dalam penelitia ini digunakan untuk mengetahui apakah data
kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan data peserta didik kelas control homogeny atau
tidak. Pada program SPSS 16.0 for windows untuk mengetahui homogenitas menggunakan uji
Levenne dengan taraf signifikansi 0,05. Pedoman pengambilan keputusan untuk uji homogenitas
sebagai berikut:
a. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data dikatakan homogen.
b. Apabila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka data dikatakan tidak homogen.
3.5.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis dalam
penelitian ini. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji t test atau independent sample t test
berbantuan program SPSS 16.0 for windows dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis yang akan
diuji adalah sebagai berikut:
H1 = ada pengaruh pembelajaran model inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir
kritis peserta didik kelas X IPS SMA ISLAM NU PUJON.
H0 = tidak ada pengaruh pembelajaran model inkuiri terbimbing terhadap kemampuan
berpikir kritis peserta didik kelas X IPS SMA ISLAM NU PUJON.
Pedoman pengambilan keputusan independent sampel t test sebagai berikut:
1. Apabila nilai signifikansi > 0,05 dan nilai rata-rata kelas control lebih tinggi dari pada
kelas eksperimen, maka H1 diterima.
2. Apabila nilai signifikansi ≤ 0,05 dan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas control, maka H0 ditolak.
Lampiran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA
Mata pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : X/2
Materi Pokok : DINAMIKA HIDROSFER DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KEHIDUPAN
Alokasi Waktu : 12 X 45’ (4 X Pertemuan)

A. Kompetensi Inti :
KI : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro
aktif, dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi,seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara, efektif,


kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif, dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.7 Menganalisis 3.7.1 Mengidentifikasikan unsur utama siklus
dinamika hidrosfer dan hidrologi
dampaknya terhadap 3.7.2 Menentukan jenis air tanah berdasarkan letaknya
kehidupan 3.7.3 Mengklasifikasikan pola aliran sungai
3.7.4 Mendeskripsikan DAS
3.7.5 Identifikasi danau dan rawa
3.7.6 Menjelaskan penyebab banjir dan dampaknya
bagi manusia
3.7.7 Mengklasifikasikan jenis-jenis laut
3.7.8 Mengklasifikasikan morfologi laut
3.7.9 Identifikasi sifat-sifat air laut
3.7.10 Identifikasi gerakan air laut
3.7.11 Identifikasi wilayah laut Indonesia

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran berbasis aktivitas peserta didik dapat menganalisis dinamika hidrosfer dan
dampaknya terhadap kehidupan dan menyajikan hasil analisis hubungan antara manusia dengan
lingkungannya sebagai pengaruh dinamika hidrosfer dalam bentuk peta konsep secara jujur,
disiplin, kerjasama, dan bertanggung jawab.

D. Materi Pembelajaran
1. Siklus air
2. Perairan darat
3. Penyebab banjir dan dampaknya bagi kehidupan manusia
4. Laut dan pesisir; pembagian laut berdasarkan letaknya, proses terjadinya, dan
kedalamannya
5. Morfologi laut; paparan, lereng, palung, lubuk laut, dan punggung laut
6. Sifat air laut; warna, salinitas, dan suhu
7. Gerakan air laut; gelombang dan arus
8. Wilayah laut Indonesia
9. Manfaat laut bagi kehidupan manusia

E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik.
Model : inkuiri terbimbing
Metode : Diskusi Kelompok, Penugasan, dan Tanya Jawab.

F. Media Pembelajaran
 Power point
 Video
 Gambar yang berisi tentang hidrosfer dan dinamikanya.
 LCD Projector
 Smartphone

G. Sumber Belajar
 Buku Geografi Kelas X
H. Langkah Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Indikator 1 unsur utama siklus hidrologi
Langkah Sintak Deskripsi Waktu
Pendahuluan  Mengucapkan salam. 3’
 Berdoa bersama.
 Mengecek kehadiran peserta didik.
 Guru menyampaikan kompetensi dasar
(KD) yang akan diajarkan.
 Pre tes untuk pemahaman awal peserta 20’

didik
Kegiatan Inti: Orientasi  Guru menyampaikan tujuan 5’
Mengamati pembelajaran yang akan dicapai
 Guru memberikan apersepsi dengan
bertanya kepada peserta didik “Apa
yang kalian ketahui tentang siklus air?”
Kegiatan Inti: Mermuskan  Peserta didik mengamati dan 10’
masalah mendengarkan pemaparan materi dari
guru terkait dengan materi perairan
darat dan perairan laut melalui
tayangan power point.
 Guru membagi peserta didik menjadi 5
kelompok besar.
 Setiap kelompok diberi LKS (lembar
kegiatan siswa) ole tentang proses
terbentuknya awan sebelum hujan.
 Guru membimbing peserta diidk untuk
merumuskan masalah dari
permasalahan yang diberikan dalam
LKS.
Kegiatan Inti: Merumuskan  Guru mengajukan beberpa pertanyaan
hipotesis untuk mendorong peserta didik 2’
merumuskan jawaban sementara terkait
permasalahn yang telah diberikan
dalam LKS

Kegiatan Inti: Mengumpulkan  Peserta didik mengumpulkan data dari


data buku paket dan internet untuk 10’
membuktikan jawaban atas hipotesis
yang mereka rumuskan. Peserta diidk
bertukar pikiran dengan teman
kelompoknya, dan bersama dengan
menyusun argument dan menyusun cara
yang berbeda mengenai permasalahan
yang diajukan oleh guru.

Menguji  Peserta didik secara bergantian 11’


hipotesis mempresentasikan hasil diskusi dan
kelompok lain menanggapi kesesuaian
jawaban dari kelompok presentasi
Merumuskan  Dari jawaban dari masing-masing 6’
kesimpulan kelompok, guru bersama peserta didik
menyimpulkan hasil diskusi dan
menemukan argument baru dari
kesimpulan yang diperoleh kemudian
mencatatnya.
Penutup  Guru memberi tugas kepada peserta 5’
didik sebagai tindak lanjut untuk
membaca materi mengenai persebaran
potensi perairan darat di Indonesia
 Guru menutup pelajaran dengan
berdoa.

Penilaian
1. Penilaian Proses:
Dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan menggunakan format penilaian indicator kemampuan berpikir
kritis
2. Penilaian Hasil:
Penilaian hasil dilakukan dengan menggunakan 4 soal esai melalui pra tes dan pasca tes.
KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Mata pelajaran Geografi

DAFTAR PUSTAKA
https://www.neliti.com/id/publications/177594/pengaruh-model-pembelajaran-inkuiri-
terbimbing-terhadap-kemampuan-berpikir-kriti
https://jurnal.uns.ac.id/bioedukasi/article/view/11276
http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran/article/view/7750/3569
http://eprints.ums.ac.id/35501/9/BAB%20II.pdf
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/17771/15138
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195101061976031-
TATANG_MULYANA/File_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan_Kreatif_Matematik.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/5956/3/BAB%20II.pdf
http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/article/download/912017-03/4353
https://online-journal.unja.ac.id/edumatica/article/view/3876/2814
http://repository.ump.ac.id/2989/3/BAB%20II_SLAMET%20MUDHAKIR_MATEMATIKA%
http://digilib.unila.ac.id/310/7/Bab%202.pdf
http://digilib.unila.ac.id/220/7/BAB%20II.pdf . H sutopo

Anda mungkin juga menyukai