Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Obat dan GEMA CERMAT


Pengertian Obat Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan
kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).
Defenisi menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
1. Peran Obat

Peran obat secara umum adalah sebagai berikut:

a. Penetapan diagnosa

b. Untuk pencegahan penyakit

c. Menyembuhkan penyakit

d. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan

e. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu

f. Penigkatan kesehatan

g. Mengurangi rasa sakit

GEMA CERMAT = (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat) merupakan suatu


program dari KEMENKES (Kementrian Kesehatan) merupakan upaya untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap obat melalui sosialisasi “GEMA CERMAT (Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat)” Gerakan ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara benar. Selain itu juga
meningkatkan kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih, mendapatkan,
menggunakan, menyimpan dan membuang obat secara benar dan meningkatkan penggunaan
obat secara rasional.
B. Cara memilih obat
Obat yang akan digunakan kenali jenis obat yang akan digunakan bedasarkan
penggolongannya. Penggololongan obat dapat dibagi berdasarkan:
1. Berdsarkan nama
2. Berdasarkan bentuk sediaan
3. Berdasarkan cara penggunaan
4. Berdasrakn penandaan
5. Berdasarkan efek farmakalogi
a. Penggunaan obat berdasarkan nama
Penggunaan obat digunakan berdasarkan nama yang diberikan pada kemasan yang telat
mendapatkan izin edar dan instansi yang berwenang.
Obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten dan hanya dapat diproduksi oleh
produsen pemegang gak paten, diedarkan dengan nama paten (merek) dari produsen. Jika
masa paten sudah berakhir, obat paten dapat diproduksi oleh produsen lain dan disebut obat
generik. Obat generik dapat diberi nama sesuai zat berkhasiat yang dikandungnya dikenal
sebagai “obat generik berlogo”.
Obat generik berlogo adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam farmakope
indonesia (FI) untuk zat berkhasiat yang dikandung (zat aktif)
b. Penggolongan obat berdasarkan bentuk sediaan
Obat dapat berupa berbagai bentuk sediaan sesuai dengan tujuan penggunaan organ
tubuh obat digunakan. Berdasarkan konsistensi dari zat pembentuk, sediaan obat dapat
digolongkan menjadi:
1. Bentuk padat
Contoh: tablet kapsul, serbuk pil ovula dan supositoria
2. Bentuk setengan padat
Contoh: salep, krin, gel
3. Bentuk cair
Contoh: sirup, suspensi,eliksir, infus, injeksi, obat tetes, emulsi
4. Bentuk gas
Contoh: inhalasi, aerosol, turbuhaler
c. Penggolongan obat berdarakan cara penggunaan
Berdasarkan saluran atau organ tubuh temoat melalui obat, dapat digolongkan
menjadi
1. Obat dalam
Obat yang digunakan dengan cara ditelan melalui mulut atau saluran cerna
Contoh: tablet, kapsul, sirup obat tetes mulut.
2. Obat luar
Obat yang digunakan dengan cara tidak ditelan atau diaplikasikan pada bagian luar
tubuh.
Contoh: salep kulit, salep mata, injeksi, suppositoria, ovula, obat tetes mata, obat tetes
telinga.
Hindari penggunaan obat dalam untuk bagian luar badan, atau sebaliknya. Baik
obat dalam maupun obat luar di produksi oleh pabrik dengan zat-zat tambahan yang
disesuaikan dengan organ tubuh yang akan di lalui oleh obat
d. Penggolongan obat berdasarkan penandaan
Berdasarkan tingkat keamanan dan cara memperolehnya, obat dibedakan dengan tanda
logo berwarna tertentu pada kemasan, yaitu:
1. Obat bebas
- Bertanda lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
- Dapat diperoleh di semua toko obat berijin, supermarket dan apotek.
- Contoh: parasetamol, bedak salisil.

2. Obat bebas terbats, bercirikan :


- Bertanda lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam
dan disertai dengan peringatan terkaitan obat yang digunakan.
- Obat bebas terbatas sebetulnya merupakan obat keras, namun masih
dapat dibeli dengan resep dokter. Penggunaan harus memperhatikan
peringatan pada kemasan.
-
P. No. 2
P. -No. 1
Awas ! Obat Keras
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan
Bacalah aturan pemakaiannya
ditelan
P. No. 5 P. No. 6
Awas ! Obat Keras Awas ! Obat Keras
Tidak boleh ditelan

3. Obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter


- Bertanda lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna

K -
hitam dengan huruf K.
Obat ini hanya boleh dijual diapotek.

4. Obat psikotropika

- Obat keras yang berkhasiat mempengaruhi susunan


saraf pusat, dapat menyebabkan perubahan mental
dan perilaku, dan hanya dapat dibeli dengan resep
dokter.
- Pada kemasan diberi tandalingkaran merah dengan
garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang
menyentuh garis tepi.

5. Obat narkotika

- Obat keras yang dapat menyebabkan penurunan atau


perubahan kesadaran dan menimbulkan
ketergantungan yang hanya dapat dibeli dengan resep
dokter.
- Pada kemasan diberi tanda palang berwarna merah di
dalam lingkaran bergaris tepi merah.

C. Cara mendapatkan obat


1. Cara mendapatkan obat berdasarkan penandaan pada kemasan
Obat dapat diperoleh di sarana pelayanan kefarmasian sesuai dengan golongan
berdasarkan penandaan. Obat bebas dan obat bebas terbatas dapat diperoleh di apotek
atau toko obat berizin. Obat keras dapat diperoleh di apotek atau di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan menggunakan resep dokter.
Pembelian obat melalui pelayanan kesehatan, apotek, atau toko obat berizin akan
dijamin keamanannya oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab
sarana, yang telah mendapatkan surat izin praktek pelayanan kefarmasian.
2. Informasi pada kemasan obat
a. nama obat
b. komposisi
informasi tentang zat aktif terkandung di dalam sediaan obat, disebut zat aktif.
Komposisi dapat berupa:
 zat tunggal
 kombinasi
c. indikasi
informasi mengenai khasiat obat yang merupakan tujuan utama pemberian obat.
d. aturan pakai
informasi mengenai cara penggunaan obat, yang meliputi waktu dan beberapa kali
obat tersebut digunakan dalam sehari.
Contoh:
 2 x 1 tablet/kapsul/sendok takar artinya setiap 12 jam
 3 x 1 tablet/kapsul/sendok takar artinya setiap 8 jam
e. efek samping
efek obat yang sering merugikan yang terjadi pada penggunaan dalam dosis yang
dianjurkan. Efek samping tidak selalu muncul, dapat berbed pada masing-masing
orang dan tidak dapat di prediksi.
f. waktu minum obat
a) Pagi, berarti obat harus diminum antara pukul 07.00 - 08.00 WIB.
b) Siang, berarti obat harus diminum anara pukul 12.00 -13.00 WIB.
c) Sore, berarti obat harus diminum antara pukul 17.00-18.00 WIB.
d) Malam, berarti obat harus diminum antara pukul 22.00-23.00 WIB.
g. Kontraindikasi
Kondisi tertentu yang menyebabkan penggunan obat tersebut tidak dianjurkan
atau dilarang, karena dapat meningkatkan resiko membahayakan pasien.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kemasan obat
a. cara penyimpanan
b. nomor izin edar
c. masa kadaluarsa
d. peringatan atau perhatian
D. Cara menggunakan obat
Obat harus digunakan sesuai dengan aturannya, agar bisa mencapai efek yang
diinginkan. Berikut ini hal-hal yang bisa menjadi penyebab ketidakberhasilan pengobatan
yaitu (Dirga dan Hasdiana, 2015).
a. Tidak teratur
Obat membutuhkan konsentrasi tertentu dalam tubuh untuk bisa memberikan efek
yang diinginkan. Agar konsentrasinya selalu optimal, obat sebaiknya diminum secara
teratur sesuai anjuran utamanya antibiotik dan obat-obatan yang efeknya pendek (misal
: Captopril). Faktor lupa seringkali menjadi penyebab ketidakteraturan meminum obat.
Tips: Letakkan obat pada tempat yang mudah terlihat, gunakan pil box untuk
membantu pengaturan, minta orang terdekat untuk mengingatkan, bila perlu gunakan
reminder.
b. Waktu minum
Penyerapan beberapa jenis obat sangat baik jika dikonsumsi saat perut kosong, jika
diminum setelah makan konsentrasi optimal tidak tercapai sehingga tidak memberikan
efek yang diharapkan. Namun ada beberapa obat yang harus dikonsumsi sesudah makan
untuk mencegah timbulnya efek samping.

E. Cara menyimpan obat


Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu, akhirnya khasiat
obat akan berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas,
misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti
awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya
sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya
zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan
nternasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai
maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.
a. Aturan Penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di
tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan
hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan
dikira sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik.
Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu
dicantumkan pada bungkusnya, misalnya insulin.

b. Lama Penyimpanan Obat


Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara
menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena
bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat
tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan salep yang mengandung air/krim
sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada
kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur.
Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat
menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering
dibuka-tutup. Misal dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian
tubuh yang sakit, misal pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat
hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat
perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok ukur dan
mengeringkannya. Di negara maju pada setiap kemasan obat harus tercantum
bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa
dikemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara
menyeluruh. Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal
kadaluwarsa tersebut tidak berlaku lagi.
F. Cara membuang obat
Zat berkhasiat yang terdapat dalam sediaan obat, selalu mempunyai masa aktif
untuk tujuan pengobatan tertentu. Biasanya tertulis pada kemasan atau lembar informasi.
Sediaan cair lebih jelas dilihat apabila kadaluarsa, yaitu terjadi perubahan bentuk cairan,
perubahan warna, timbul bau atau timbul gas akibat reaksi antar zat didalam obat tersebut.
Sedangkan sediaan obat dalam bentuk padat apabila sudah mencapai masa kadaluarsa,
biasanya terjadi perubahan fisik.
Ciri-ciri Obat Rusak:
1. Tablet
Terjadi perubahan pada warna, bau dan rasa, timbul bintik–bintik noda, lubang-lubang,
pecah, retak, terdapat benda asing, menjadi bubuk dan lembab.
2. Tablet Salut
Terjadi perubahan salutan seperti pecah, basah, lengket satu dengan lainnya dan terjadi
perubahan warna.
3. Kapsul
Cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga isinya keluar, melekat satu sama
lain, dapat juga melekat dengan kemasan.
4. Puyer
Terjadi perubahan warna, timbul bau, timbul noda bintik-bintik, lembab sampai
mencair.
5. Salep / Krim / Lotion / Cairan
Terjadi perubahan warna, bau, timbul endapan atau kekeruhan, mengental, timbul gas,
memisah menjadi 2 (dua) bagian, mengeras, sampai pada kemasan atau wadah menjadi
rusak rusak.
Cara membuang obat:
Pembuangan obat dapat dilakukan apabila obat rusak akibat penyimpanan yang lama
atau kadaluwarsa. Obat yang rusak dibuang dengan cara :
a. Penimbunan di dalam tanah.
Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah.
b. Pembuangan ke saluran air.
Untuk sediaan cair, encerkan sediaan dan buang kedalam saluran air.
Cara membuang kemasan obat
a. Wadah berupa botol atau pot plastik.
Terlebih dahulu lepaskan etiket obat, dan tutup botol, kemudian dibuang di tempat
sampah, hal ini untuk menghindari penyalah gunaan bekas wadah obat.
b. Box / dus / tube.
Gunting dahulu baru dibuang (Anonim, 2008).

Daftar pustaka
Anonim. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan
Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI 1998. Pelatihan Penggunaan Obat Rasional untuk Dokter Puskesmas.
Jakarta: Depkes.
Kemenkes RI 2017. Canangkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat.
Jakarta; Depkes.

Anda mungkin juga menyukai