Anda di halaman 1dari 9

ORBITH VOL. 11 NO.

3 NOVEMBER 2015 : 173 – 181

MODEL PEMBELAJARAN ENGLISH FOR SPESIFIC PURPOSES


DENGAN PENDEKATAN KOMPETENSI KOMUNIKATIF BERBASIS
PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh: Riyana Dewi


Dosen Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas Tujuh Belas Agustus Semarang
Jl. Pemuda No. 70 Semarang

Abstrak

Penelitian ini focus pada suatu pengembangan model pembelajaran untuk english for specific purposes
(ESP) dengan pendekatan kompetensi komunikatif yang mengutamakan pentingnya pendidikan karakter.
Ada dua permasalahan penelitian yaitu: a). Masalah apakah yang muncul dalam pembelajaran ESP di
perguruan tinggi dan lembaga pendidikan profesi ? dan b) Bagaimana proses pengembangan model
pembelajaran ESP dengan pendekatan kompetensi komunikatif (Communicative competence) berbasis
pendidikan karakter untuk meningkatkan soft skill mahasiswa di perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan profesi? Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dimana proses pengambilan
data dan penyusunan instrument penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap analisa
kebutuhan, tahap desain produk, tahap validasi desain, tahap revisi desain, tahap uji coba produk
(Sugiyono, 2010: 409-426). Hasil penelitian pengembangan ini menunjukkan dimana para siswa di kelas
yang menerapkan model pembelajaran ESP dengan pendekatan komnunikatif berbasis pendidikan
karakter lebih terdorong semangatnya untuk belajar bahasa Inggris, lebih berminat pada mata kuliah
ESP Hospitality dan timbul rasa lebih berani untuk berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Kata kunci : Englishfor specific purpose (ESP), communicative competence, character building

1. Pendahuluan oleh mahasiswa, misalnya menekankan


Mata kuliah English For Specific Purposes pengembangan ketrampilan berbicara siswa
diajarkan dalam beberapa bidang dalam optimalisasi bahasa Inggris untuk
khususnya yang berhubungan dengan menjadi pemandu wisata, receptionist,
tantangan stakeholder dunia pariwisata dan bartender, staf cruise ship dan lain-lain.
perhotelan. Mata kuliah ESP ini ESP Pariwisata dan Perhotelan
diantaranya: English For Hotel, English menggabungkan materi subjek dengan
For Front Office, English For Bartending, pengajaran bahasa Inggris. Kombinasi
English For Guiding, dan lain sebagainya. pengajaran seperti ini memotivasi minat
Setiap pengajaran ESP pastinya belajar mahasiswa dan mereka dapat
menggunakan bahasa Inggris yang terkait mengaplikasikan apa yang mereka pelajari
dengan setiap bidangnya, dan memiliki di dalam kelas kepada bidang pariwisata
kompetensi dasar masing-masing yang secara langsung. Mahasiswa mampu
harus dikuasai oleh mahasiswa pada akhir menggunakan kosakata dan struktur yang
proses pembelajaran. English For Specific mereka pelajari dalam konteks yang
Purposes khususnya dalam bidang bermakna untuk memperkuat apa yang
Pariwisata berkonsentrasi lebih pada bahasa diajarkan dan meningkatkan motivasi
dalam konteks dari pada tata bahasa dan belajar bahasa Inggris mereka.
struktur bahasa. Dalam hal ini terkait Oleh karena itu, dalam kelas English For
dengan istilah-istilah pariwisata yang Specific Purposes, tutor/dosen hendaknya
umumnya digunakan istilah bahasa Inggris lebih menekankan optimalisasi penggunaan
karena pengajaran bahasa Inggris bahasa Inggris melalui bidang yang sudah
diintegrasikan ke dalam wilayah pokok dikenal dan relevan bagi mereka. Ini berarti
penting bagi mahasiswa. Proses pengajaran bahwa mereka dapat menggunakan apa
English For Specific Purposes Pariwisata yang mereka pelajari di kelas ESP langsung
dan Perhotelan ini dilakukan sebagai bentuk dalam pekerjaan mereka dan studi.
analisis kebutuhan yang menentukan Pendekatan ESP meningkatkan relevansi
ketrampilan bahasa yang paling dibutuhkan dari apa yang siswa pelajari dan

173
Model Pembelajaran English For Spesific Purposes Dengan Pendekatan……….Riyana Dewi

memungkinkan mereka untuk English for Cabin Crew, English for


menggunakan bahasa Inggris yang mereka Secretary, dan lain-lain
tahu untuk mempelajari lebih lanjut bahasa b. English for Academic Purposes (EAP),
Inggris, karena minat mereka dalam bidang misalnya sejumlah orang belajar
mereka akan memotivasi mereka untuk bahasa Inggris untuk tujuan menulis
berinteraksi baik lisan maupun tertulis. ESP laporan ilmiah yang bertaraf
mengintegrasikan analisis kebutuhan dan internasional, atau untuk menghadiri
motivasi, subjek dan isi untuk pengajaran seminar internasional, atau untuk
keterampilan yang relevan. mendalami ilmu atau teknologi tertentu
yang digelutinya yang literaturnya
2. Tinjauan Pustaka dalam bahasa Inggris.
2.1. English For Spesific Purposes
Kemampuan komunikatif menekankan akan Pengajaran bahasa Inggris dan bahasa
pentingnya pengayaan dan peningkatan Indonesia berfungsi sebagai instrumen
pengalaman-pengalaman pribadi pembangunan dan
mahasiswa dalam pembelajaran di dalam pengembangankemampuan intelektual,
kelas dan mengkaitkannya dengan emosional dan perilaku bahasa. Secara
aktivitas-aktivitas di luar kelas. Secara edukatif, pengajaran lebih mengacu pada
khusus, pembelajaran dalam kelas dapat pengembangan fungsi kognitif, fungsi
diterapkan dalam bentuk latihan dalam kultural dan fungsi instrumental.
kelompok-kelompok para pembelajar yang Pengajaran bahasa dimaksudkan agar siswa
akan meningkatkan interaksi dalam dapat secara terampil memahami dan
pengunaan bahasa, misalnya: permainan, menggunakan bahasa untuk tujuan
simulasi, drama, proyek, wawancara, pembangunan, pengembangan diri dan
jigsaw, tukar pendapat, dan lain sebagainya. perolehan keuntungan material.
Banyaknya usaha untuk meningkatkan
proses pembelajaran bahasa asing dalam 2.2. Kompetensi Komunikatif
interaksi komunikatif mendorong kesadaran (Communication Competence)
dan menumbuhkan inovasi dalam mencari Kebutuhan dan desakan perlunya
solusi baru dalam pengajaran bahasa mengembangkan kemampuan atau
Inggris. Hasil penelitian menunjukkan kompetensi berkomunikasi mendorong para
bahwa pengajaran bahasa Inggris di pemakai bahasa tidak lagi memperhatikan
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, pada penguasaan struktur bahasa, tetapi
hal ini disebabkan bukan hanya oleh faktor lebih fokus pada fungsi-funsi bahasa yang
guru semata melainkan oleh faktor-faktor dipelajari. Hal inilah yang membuat
lain serta faktor pendukung yang kurang munculnya istilah
memadai. „communicativecompetence‟ atau
kompetensi komunikatif. Kompetensi
Pada tingkat perguruan tinggi dan lembaga komunikatif dalam pengajaran bahasa asing
pendidikan profesi, menurut Rasyid (1997) memiliki pengertian yang berbeda-beda
pengajaran bahasa Inggris pada umumnya dari para pakar yang satu dengan pakar
diberikan secara lebih spesifik, yakni yang lain. Hymes (1975) menulis bahwa
sebagai mata kuliah jurusan atau lebih kompetensi komunikatif merupakan suatu
dikenal dengan English Specific Purposes sistem interaksi sosial, dimana ada empat
yang meliputi: parameter yang mendasari perilaku
a. English for occupational purposes komunikatif, yaitu: sejauh mana sistem
(EOP), misalnya English for Air tersebut memungkinkan terciptanya
Traffic Controllers, English for komunikasi, sejauh mana sistem tersebut
Airplane Pilots, English for Hotel, fisibel diterapkan, sejauh mana sistem itu
bersesuaian dengan konteks penggunaan

174
ORBITH VOL. 11 NO. 3 NOVEMBER 2015 : 173 – 181

bahasa sebagai alat komunikasi, dan sejauh sociocultural competence, discourse


mana sistem tersebut beroperasi dan competence, linguistic competence,
memiliki tujuan komunikatif. formulaic competence, interactional
competence, dan strategic competence.
Secara spesifik, Savignon (1982)
mengemukakan bahwa kompetensi
komunikatif memiliki lima ciri:
a. memiliki konsep dinamik dan sangat
tergantung pada perundingan makna
antara dua orang atau lebih dalam
berbagi pengetahuan dan pengalaman,
b. komunikasi komunikatif merupakan
bahasa lisan dan tertulis atau simbolik, Gambar 1. representation of communicative
c. kompetensi komunikatif bersifat competence in Celce-Murcia et al. (1995:
spesifik-kontekstual, berlangsung 10)
dalam situasi yang sangat bervariasi
sehingga pemakai bahasa 2.3. Pendidikan Karakter
dimungkinkan memilih secara wajar Wacana urgensi pendidikan karakter
dalam menggunakan register dan gaya kembali menguat dan menjadi bahan
untuk memenuhi situasi tertentu, perhatian sebagai respons atas berbagai
d. kompetensi merupakan persumed persoalan bangsa terutama masalah
underlying ability (what one knows) dekadensi moral seperti korupsi, kekerasan,
dimana sifatnya terselubung dan perkelahian antar pelajar, bentrok antar
abstrak dengan menampilkan etnis dan perilaku seks bebas yang
perfomance (what one does), cenderung meningkat. Fenomena tersebut
e. kompetensi bersifat relatif dalam arti menurut Tilaar (1999:3) merupakan salah
bahwa kompetensi komunikatif satu ekses dari kondisi masyarakat yang
berkaitan dengan banyak faktor yang sedang berada dalam masa transformasi
terlibat dalam interaksi. sosial menghadapi era globalisasi.Dengan
a an a o a i a i p o emati a menjadi
Prinsip komunikasi komunikatif lebih sangat kompleks. Globalisasi i e a an
menekankan kepada makna yang diberikan pe em an an teknologi, kemajuan
oleh pemakai bahasa terhadap materi ekonomi dan kecanggihan sarana informasi.
kebahasaan. Rasjid (1997:16) mengatakan on i i te e ut iata te a membawa
bahwa prinsip kemampuan komunikatif dampak positif sekaligus dampak negatif
menekankan pentingnya mahasiswa belajar bagi bangsa Indonesia.
berkomunikasi melalui interaksi dalam
bahasa Inggris sebagai bahasa target, Kenyataan di atas merupakan tantangan
menggunakan materi-materi autentik yang terbesar bagi dunia pendidikan saat ini.
dapat memberikan kesempatan-kesempatan Proses pendidikan sebagai upaya
kepada mereka untuk memusatkan mewariskan nilai-nilai luhur suatu bangsa
perhatian bukan hanya pada bahasa itu yang bertujuan melahirkan generasi unggul
tetapi juga pada proses pembelajaran secara intelektual dengan tetap memelihara
bahasa itu sendiri. Lebih lanjut, Murcia kepribadian dan identitasnya sebagai
(1995) menjelaskan secara lebih spesifik bangsa. Disinilah letak esensial pendidikan
pentingnya kompetensi komunikatif yang memiliki dua misi utama yaitu
ditinjau dari kompetensi-kompetensi “transfer of values” dan juga “transfer of
komunikasi yang saling berkaitan satu sama knowledge”. Pendidikan hari ini
lain dan menjadi hubungan komunikasi dihadapkan pada situasi dimana proses
yang terpadu. Kompetensi tersebut adalah pendidikan sebagai upaya pewarisan nilai-

175
Model Pembelajaran English For Spesific Purposes Dengan Pendekatan……….Riyana Dewi

nilai lokal di satu sisi menghadapi derasnya 3. Metode Penelitian


nilai global. Kondisi demikian menurut Disain penelitian ini adalah penelitian
Tilaar (1999:17) membuat pendidikan hari pengembangan yang terfokus pada suatu
ini telah tercabik dari keberadaannya produk yang dihasilkan dan diharapkan
sebagai bagian yang terintegrasi dengan hasilnya dapat meningkatkan produktifitas
kebudayaannya. Oleh karena itu, pembelajaran di dalam pendidikan. Untuk
pendidikan karakter merupakan goal ending dapat menghasilkan suatu produk, analisa
dari sebuah proses pendidikan. Karakter kebutuhan dilakukan terlebih dahulu
adalah buah dari budi nurani. Budi nurani sebagai pre-liminaryresearch dan untuk
bersumber pada moral.Moral bersumber menguji keefektifan produk tersebut supaya
pada kesadaran hidup yang berpusat pada dapat berfungsi di masyarakat luas maka
alam pikiran. Moral memberikan petunjuk, diperlukan uji kelayakan (try-out).Proses
pertimbangan, dan tuntunan untuk berbuat analisis data dilakukan dengan tahapan
dengan tanggung jawab sesuai dengan nilai, penelitian pengembangan yaitu: tahapan
norma yang dipilih. Dengan demikian, Analisa Kebutuhan (Mapping of Standard
mempelajari karakter tidak lepas dari Content, tahap Pengembangan Produk,
mempelajari nilai, norma, dan moral. tahap validasi ahli dan tahap Revisi.

Menurut T. Lickona (1991) pendidikan 4. Hasil Penelitian


karakter dapat diartikan sebagai upaya 4.1. Pembelajaran English For Spesific
untuk membentuk kepribadian seseorang Purpose yang dilakukan
melalui pendidikan yang hasilnya terlihat sebelumnya dan masalah yang
dalam tindakan nyata seseorang berupa dihadapi
tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung
jawab, menghormati hak orang lain, kerja Proses belajar mengajar English for spesific
keras dan sebagainya. Dalam hal ini, Russel purposes yang dilakukan di beberapa
Williams mengilustrasikan karakter ibarat LPK/LPP dan Universitas di Semarang
“otot” imana otot-otot karakter akan sangat bervariasi. Pembelajaran diberikan
menjadi lembek apabila tidak pernah dilatih dengan memperhatikan kebutuhan dari
dan akan kuat dan kokoh kalau sering stakeholder dimana para siswa LPK/LPP
digunakan. Karakter ibarat seorang dan Universitas akan melakukan praktek
binaragawan (body builder) yang terus kerja. Pada tahap awal penelitian ini,
menerus berlatih untuk membentuk otot peneliti melakukan tahapan eksplorasi
yang dikehendakinya yang kemudian untuk mendapatkan data tentang proses
praktik demikian menjadi habituasi belajar English for spesific purpose
(Megawangi, 2000). Megawangi telah tersebut. Tahap eksplorasi dilakukan
menyusun kurang lebih ada 9 karakter sebagai suatu kegiata untuk mendapatkan
mulia yang harus diwariskan yang gambaran dari proses belajar mengajar
kemudian disebut sebagai 9 pilar dalam aspek keadaan pengajar, keadaan
pendidikan karakter, yaitu : a). Cinta tuhan siswa, sumber belajar dan fasilitas
dan kebenaran; b). Tanggung jawab, pendukung.
kedisiplinan dan kemandirian; c). Amanah;
d). Hormat dan santun; e). Kasih sayang, Tabel 1. Kegiatan, Tempat dan Waktu
kepedulian dan kerjasama; f) percaya diri, Penelitian Tahap Eksplorasi
kreatif dan pantang menyerah; g). Keadilan No
Kegiatan
Tempat Waktu
Penelitian
dan kepemimpinan; h). Baik dan rendah Penyebaran LPK Graha Wisata
hati; i). Toleransi dan cinta damai. Questionnaires Semarang, LPK
Februari
(Elmubarok, 2008:111). 1 dan Wawancara Graha Wisata Solo
2015
: Pengajar dan dan UNTAG
siswa Semarang
2 Observasi Kelas LPK Graha Wisata Februari

176
ORBITH VOL. 11 NO. 3 NOVEMBER 2015 : 173 – 181

Semarang, LPK 2015 bahwa bahasa Inggris sangat perlu untuk


Graha Wisata Solo
dan UNTAG
mendapatkan pekerjaan, 35 siswa
Semarang menyatakan bahwa bahasa Inggris dapat
Perpustakaan,
Februari membantu kerja mereka untuk
Analisis kampus peneliti
3
Dokumen dan di rumah
– Maret berkomunikasi dengan pelanggan dan
2015 kolega, 35 siswa menganggap bahwa
peneliti
4
Penyusunan Perpustakaan dan Maret bahasa Inggris perlu untuk membantu
Laporan kampus peneliti 2015
mereka menyusun surat-menyurat dalam
dunia kerja, 42 siswa menyatakan bahwa
Proses pengumpulan data dilakukan dengan bahasa Inggris dapat meningkatkan
teknik: kepercayaan diri mereka diantara teman-
a. Wawancara dan Penyebaran Kuisioner teman yang lain dan 39 siswa menjawab
Kegiatan wawancara ini difokuskan untuk bahwa bahasa Inggris dapat meningkatkan
mendapatkan data dan mengungkap pengembangan karir mereka di dunia kerja.
permasalahan yang dihadapi berkaitan
dengan pembelajaran English for spesific Tabel 2. Pentingnya Pembelajaran English
purposes. Wawancara dilakukan baik secara for Spesific Purposes
individu maupun dalam kegiatan focus Questionnaires Item Agree Disagree Don‟t now
group discussion yang dilakukan peneliti Tot Tot Tot
al al al
dengan para pengajar LPP/LPK dan (n=
%
(n=
%
(n=
%
45) 45) 45)
universitas serta wawancara dengan The main language of the job
40 88.9 3 6.67 2
4.4
is English 3
beberapa siswa. Kegiatan FGD dilakukan 1 English will enable me to get
39 86.7 3 6.67 3
6.6
a job easily 7
kali dengan pengajar LPK dan 1 kali English will help me to work
dengan para pengajar universitas. Pada with my customers or
colleagues
35 77.7 10 22.3 0 0

tahapan wawancara ini, peneliti English will enable me to


understand correspondence
35 77.7 9 20 1
2.3
0
memperoleh data dari para siswa bahwa English will enhance my
status among friends
42 93.3 3 6.67 0 0

kegiatan pembelajaran English for spesific English will help me to get my


personal development and 39
86.6
5
11.1
1
2.3
7 1 0
purposes yang diberikan kurang career development

komunikatif dan kurang sesuai dengan


kebutuhan mereka dalam dunia kerja. b. Observasi Kelas
Adapun menurut para pengajar, proses Kegiatan observasi di kelas dilakukan oleh
pembelajaran ESP ini kurang komunikatif peneliti secara passive participant untuk
karena mereka merasa belum memiliki memahami pengembangan belajar English
pedoman pembelajaran yang sesuai dan for specific purposes yang telahdilakukan.
menyenangkan, terlebih beberapa pengajar Pengamatan juga dilakukan untuk melihat
di LPK merupakan para pengajar dengan sejauh mana kesesuaian dan ketepatan serta
pendidikan diploma 3 yang bekerja dan kesenjangan antara apa yang terlihat di
pernah bekerjadi lingkungan perhotelan, kelas dengan apa yang terungkap dalam
sehingga hanya memiliki pengalaman kerja wawancara. Pengamatan di kelas dilakukan
saja tetapi tidak menguasai strategi tiga kali di LPP Graha Wisata Semarang
pembelajaran yang lebih komunikatif. pada saat pengajar atau instruktur
Selain wawancara, peneliti juga menyajikan materi English for spesific
menyebarkan kuisioner kepada para siswa purposes. Pada tahapan observasi ini,
untuk mendapatkan data seberapa penting peneliti menemukan bahwa para pengajar
pembelajaran ESP untuk menunjang para belum memiliki bahan ajar yang memadai
siswa dalam dunia kerja. Dari 45 dan silabus pembelajaran ESP yang sesuai
responden, 40 orang memberikan respon dengan kebutuhan para siswa di dunia
bahwa bahasa Inggris sangat diperlukan kerja. Bahkan beberapa pengajar mengajar
dalam dunia kerja terlebih akan membuat tanpa memperhatikan kompetensi dasar dan
mereka punya penilaian lebih jika mereka standar kompetensi siswa mengingat
menguasai bahasa Inggris, 39 menyatakan beberapa dari pengajar bukanlah berprofesi

177
Model Pembelajaran English For Spesific Purposes Dengan Pendekatan……….Riyana Dewi

utama sebagai pengajar melainkan khususnya pada ESP untuk pariwisata tidak
stakeholder yang membantu memberikan sesuai dengan teori pembelajaran ESP yang
pengalaman kerja di dalam kelas. ditinjau dari karakter ESP itu sendiri
dimana (a) ESP dirancang untuk memenuhi
c. Analisis Dokumen kebutuhan pembelajar, (b) substansi dan isi
Analis dokumen dilaksanakan oleh peneliti ESP dikaitkan dengan tema dan topik pada
pada pelbagai dokumen baik yang bersifat bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau
resmi dan nonformal. Analisis dilakukan aktifitas tertentu, dan (c) berpusat pada
untuk memperoleh gambaran lebih lengkap bentuk kebahasaan yang sesuai dengan
tentang proses pembelajaran English for aktifitas dan bidang ilmu atau pekerjaan,
spesific purposes yang sesuaidengan serta (d) ESP berbeda dengan General
tuntutan kebutuhan. Pada tahapan ini, English pada umumnya, maka dapat
peneliti menemukan bahwa dokumen dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran
pembelajaran ESP seperti Silabus dan SAP yang ada, silabus, materi dan fasilitas yang
di program d3 universitas 17 Agustus 1945 tersedia harus mendukung proses
Semarang disusun oleh dosen bidang ilmu pembelajaran ESP yang lebih
bahasa Inggris dengan kualifikasi S2 menyenangkan dan lebih dipraktekkan
sedangkan di lembaga pendidikan profesi demi kepentingan pekerjaan. Untuk itu
dan ketrampilan, silabus disusun apa peneliti perlu mengembangkan model
adanya tidak dengan standar penyusunan pembelajaran English for spesific purposes
silabus dan SAP/Lesson Plain yang baik. yang lebih komunikatif dan lebih santun
Hal ini dikarenakan penyusunan silabus dan untuk mendukung para siswa
lesson plan dilakukan oleh staf akademik berkomunikasi dengan bahasa Inggris
bukan oleh pengajar yang bersangkutan dalam dunia kerja.
dikarenakan pengajar merupakan para
stakeholder atau praktisi yang memberikan Model pembelajaran ESP dengan
pengalaman kerja mereka di kelas. kompetensi komunikatif sangatlah
diperlukan oleh para siswa mengingat
d. Penyusunan Laporan kompetensi komunikatif merupakan satu
Memperhatikan data yang terkumpul, rangkaian atau strategi yang membuat para
peneliti kemudian menyusun laporan yang siswa lebih aktif dan kreatif dalam
akan dipakai untuk proses tahap penggunaan bahasa khususnya berbahasa
pengembangan model pembelajaran Inggris baik secara lisan maupun tulisan.
English for spesific purposes dengan Tahapan pengembangan model
pendekatan kompetensi komunikatif pembelajaran ESP dengan pendekatan
berbasis pendidikan karakter yang kompetensi komunikatif berbasis
disesuaikan dengan kebutuhan para pendidikan karakter diawali dengan
pemangku kepentingan. Mengingat data penyusunan silabus (RPKPS). Penyusunan
yang terkumpul berupa informasi non silabus dilakukan dengan melihat
numerik baik berbentuk perilaku, bahsa kesesuaian materi dan implementasi
lisan maupun tulis, peneliti menggunakan praktek nyata di lapangan, dalam hal ini
teknik analisis isi (content analysis). penyusunan silabus dilakukan untuk
pembelajaran English for spesific purposes
4.2. Pengembangan Model khususnya bagi para siswa dengan
Pembelajaran ESP dengan vokasional kepariwisataan atau tourism dan
Pendekatan Komunikatif berbasis hotel management. Silabus disusun
Pendidikan Karakter berdasar pada standar kompetensi kerja
Berdasarkan analisis kebutuhan pada tahap nasional Indonesia bagi para siswa LPK
eksplorasi ditemukan bahwa proses belajar dan program D3 di Universitas.
mengajar English for spesific purpose

178
ORBITH VOL. 11 NO. 3 NOVEMBER 2015 : 173 – 181

Tabel 3. Contoh Unjuk Kerja Pembelajaran 4.3. Uji Efektifitas Model


English for Specific Purposes Tourism Pembelajaran ESP dengan Pendekatan
Management Komunikatif Berbasis Pendidikan
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Karakter
1. Berkomunikasi dengan 1.1 Istilah, ungkapan, dan
pelanggan dan kolega bahasa tubuh untuk Dalam pengembangan model pembelajaran
mengenai hal-hal yang memperjelas komunikasi ESP dengan pendekatan komunikatif
berkaitan dengan secara lisan dimengerti dan
kegiatan dasar dan digunakan terutama yang berbasis pendidikan karakter dilakukan uji
sehari-hari ditempat berkaitan dengan : coba pada 2 kelompok. Kelompok A
kerja serta kegiatan 1.2 Mendengarkan permintaan
pelayanan pelanggan dan komentar sebagai kelompok perlakuan yang
1.3 Memberikan informasi menggunakan model pembelajaran ESP
faktual
1.4 Melaksanakan transaksi dengan pendekatan komunikatif dan
sederhana Kelompok B sebagai kelompok
1.5 Menjawab pertanyaan
sederhana pembanding yang menggunakan model
2. Berbicara melalui 2.1 Memberikan salam dengan pembelajaran ESP konvensional.
telepon benar termasuk
menyebutkan nama
perusahaan 20 Baik Sekali
2.2 Meminta penelpon
menunggu ketika mencari Baik
orang yang dikehendaki 0 Cukup
2.3 Mencatat data penelepon
Baik Sekali
Cukup
Kurang
Dalam upaya menyempurnakan hasil
pengembangan model pembelajaran ESP
Gambar 4. Perbedaan Kelompok A dan
dengan pendekatan komunikatif berbasis
Kelompok B dalam Pembelajaran ESP for
pendidikan karakter, dilakukan validasi
Hospitality pada saat pre-test
dalam bentuk: (a) diskusi dengan praktisi,
khususnya praktisi perhotelan dalam bentuk
Berdasarkan pada gambar diatas
focus group discussion external dan (b)
menunjukkan bahwa perbedaan skor pada
validasi pakar (expert judgement). Kegiatan
pre-test antara kelompok A dan kelompok
diskusi dengan para praktisi dimaksudkan
B tidak menunjukkan perbedaan yang
untuk mendapatkan masukan terhadap
signifikan atau terlalu jauh. Pada tingkat
model yang dekembangkan dalam
baik rentang skor 86-100 terdapat 0%, pada
pembelajaran ESP untuk hospitality.
tingkat baik rentang skor 79-85 terdapat
Masukan dari para praktisi dan pakar
14%, tingkat cukup rentang skor 55-69
tersebut cukup baik dan sangat bermanfaat
terdapat 72% dan tingkat kurang rentang
untuk memperbaiki dan menyempurnakan
skor 50-54 terdapat 14 %. Setelah
model pembelajaran English for specific
mendapatkan treatment atau perlakukan
Purposes untuk hospitality.
dengan model pembelajaran ESP dengan
pendekatan komunikatif berbasis
pendidikan karakter, kedua kelompok
menunjukkan hasil skor yang cukup
berbeda dalam post-test.
Baik Sekali
20
Baik

0 Cukup

Gambar 3 Framework Model Pembelajaran Kelompok


Kelompok
A B Kurang
ESP dengan Pendekatan Kompetensi
Gambar 5. Perbedaan Kelompok A dan
Komunikatif
Kelompok B dalam Pembelajaran ESP for
Hospitality pada saat post-test

179
Model Pembelajaran English For Spesific Purposes Dengan Pendekatan……….Riyana Dewi

Seperti yang ditunjukkan gambar diatas dengan pendekatan komunikatif berbasis


bahwa hasil post-test yang diperoleh karakter ini. Para siswa di kelas yang
Kelompok A dimana mendapatkan menerapkan model pembelajaran ESP
perlakuan dengan model pembelajaran ESP dengan pendekatan komnunikatif lebih
dengan pendekatan komunikatif berbasis terdorong semangatnya untuk belajar
karakter jauh lebih tinggi dari Kelompok B bahasa Inggris, lebih berminat pada mata
yang dengan model pembelajaran ESP kuliah ESP Hospitality dan timbul rasa
konvensional. Terlihat dalam gambar lebih berani untuk berkomunikasi dengan
bahwa terdapat 3 siswa (12%) yang bahasa Inggris. Perbedaan efektifitas
mendapatkan nilai yang baik sekali pada pembelajaran ini lebih tampak dalam objek
kelompok A dan 0 siswa (0%) pada garapan yang disusun oleh para siswa.
Kelompok B. Terdapat 18 siswa (72%) Objek garapan dari kedua kelompok
dengan skor baik untuk Kelompok A dan 5 tersebut dinilai dengan menggunakan
siswa (20%) untuk Kelompok B, 4 siswa rubrik, yaitu penilaian yang ditinjau dari
(16%) Kelompok A dan 16 siswa (64%) kemampuan speaking.
Kelompok B yang mendapat nilai cukup,
dan 0 siswa (0%) Kelompok A dan 4 siswa 5. Kesimpulan
(16%) Kelompok B yang mendapat nilai Berdasarkan hasil data penelitian tersebut
kurang. diatas, peneliti menarik kesimpulan yang
diuraikan seperti dibawah ini:
Dari hasil pengamatan dan portofolio a. Proses pembelajaran English for
peneliti selama perlakuan diberikan untuk spesific purposes Hospitality belum
menguji efektifitas model pembelajaran menggambarkan substansi dan isi
ESP dengan pendekatan komunikatif pembelajaran ESP dikaitkan dengan
berbasis pendidikan karakter di lembaga tema dan topik bidang ilmu tertentu
pendidikan profesi tersebut sebagai setting atau aktifitas tertentu, belum berpusat
try-out diperoleh data bahwa kelompok pada bentuk kebahasaan yang sesuai
yang menggunakan model pembelajaran denganaktivitas atau pekerjaan itu
ESP dengan pendekatan komunikatif sendiri. Pembelajaran ESP masih
terlihat lebih aktif dan senang serta antusias bersifat konvensional dan kurang
dalam proses pembelajaran. Para siswa atraktif yang hanya mengandalkan
merasa jauh lebih tertarik dan tertantang buku teks dan kurang komunikatif.
untuk berkomunikasi lebih aktif dan Pengajar kurang melakukan
komunikatif. Keaktifan siswa terlihat pada pendekatan yang komunikatif
kegiatan diskusi dan role play di kelas mengingat para pengajar merupakan
bersama teman sebagai peer review. para praktisi dilapangan yang kurang
Keaktifan siswa dalam menggunakan memahami pendekatan pedagogi
dialog berbahasa Inggris dalam role play di terhadap siswa. Beberapa kendala lain
kelas menunjukkan suatu wujud yang membuat para siswa kurang aktif
pemahaman siswa terhadap permasalahan dalam pembelajaran ESP adalah karena
yang dikaji. Adapun bentuk pembelajaran para pengajar tidak mempraktekkan
ESP for hospitality di Kelompok B dengan aktifitas tersebut seolah-olah nyata.
pendekatan konvensional menunjukkan b. Pengembangan Model Pembelajaran
kelas yang masih pasif dan kurang ESP dengan Pendekatan Komunikatif
bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Berbasis Pendidikan Karakter
mencakup beberapa tahap, yaitu (1)
Selain dari segi aktivitas pembelajaran yang tahap analisa kebutuhan (Mapping of
menunjukkan perbedaan yang signifikan, Standard Content), (2) tahap
hal lain juga tampak yaitu pada hasil atau pengembangan model (penysunan
dampak dari proses pembelajaran ESP rencana pembelajaran atau silabus), (3)

180
ORBITH VOL. 11 NO. 3 NOVEMBER 2015 : 173 – 181

tahap validasi ahli, (4) tahap revisi, (5) TantangaModernitas. Seminar


tahap uji coba efektifitas model Nasional di Institut Hindu Dharma
pembelajaran dan (6) Produk akhir Negeri. Bali
yaitu model pembelajaran ESP. Rasyid,A & Nur H.(1997). Teaching
Tujuan pembelajaran harus disesuaikan English as a Foreign Language
dengan standar kompetensi kualifikasi (TEFL) in Indonesia. Theory,
nasional untuk dunia kerja dalam mata Practices, and Research, Department
kuliah ESP Hospitality dan of English Language.
pelaksanaan penilaian harus dapat Savignon, S.J. (1972). Communicative
mengukur empat ketrampilan dalam Competence. Theory and Practice.
bahasa Inggris yang dikhususkan pada Reading, Mass. Addison and Wiley
speaking (keberanian berbicara). Tilaar, H.A.R., (1999), Pendidikan,
c. model Pembelajaran ESP dengan Kebudayaan, dan Masyarakat
Pendekatan Komunikatif berbasis Madani Indonesia, Strategi Reformasi
Pendidikan Karakter lebih efektif Pendidikan Nasional, Remaja
dibandingkan dengan model Rosdakarya, Bandung.
pembelajaran ESP konvensional. Hal
ini ditunjukkan dari hasil post-test yang
memperlihatkan 21 responden (84%)
dari kelompok yang mendapat
perlakuan yang mendapatkan skor baik
sekali dan baik, sedangkan terdapat 5
responden (20%) dari kelompok
konvesional yang mendapatkan nilai
baik sekali dan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Celce-Murcia M, Dörnyei Z, Thurrell S
(1995) A pedagogical framework for
communicative competence: A
Pedagogically motivated model with
content specifications. Issues in
Applied Linguistics 6(2): 5–35
Celce-Murcia M, Olshtain E (2000)
Discourse and Context in Language
Teaching. Cambridge University
Press, Cambridge
Elmubarok, Z. (2008). Membumikan
Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Lickona, T. (1987).Character development
in the family.Dlm. Ryan, K. &
McLean, G.F. Character development
in schools and beyond: 253-273. New
York: Praeger.
Megawangi, Ratna. (2007). Character
Parenting Space. Publishing House
Bandung: Mizan.
Rakhmat, Cece. (2010). Menyemai
Pendidikan Karakter Berbasis
Budaya dalam Menghadapi

181

Anda mungkin juga menyukai