“SYOK KARDIOGENIK”
NAMA KELOMPOK :
SARDIANTI
VIA OKTAVIANI
MINA WARNI
ZUNIKA H
LINI ASTUTI
NILAM SARI
Miokarditis akut
Endokarditis infektif
Trauma jantung
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung pada fase
terminal dari berbagai penyakit jantung.Berkurangnya ke aliran darah coroner
berdampak padasupply o2 ke jaringan khusus pada otot jantung yang semakin
berkurang.hal ini akan menyebabkan isemik miokard pada fase awal,namun bila
berlanjut akan menimbulkan injuri sampai infak mikard.Bila kondisi tersebut tidak
tertangani dengan baik akan menyebabakn kondisi yang dinamakan syok kardiogenik.
Pada kondisi syok,metabolisme yang pada fase awal sudah mengalami perubahan pada
kondisi aenorab akan semakn memburuk sehingga produksi asam laktat terus
meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebatseperti terbakar maupun tertekan yang
menjalar sampai keleher dan lengan kiri,kelemahan fisik juga terjadi sebagai akibat dari
penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah.Semakn menurunya kondisi pada fase
syok otot jantung semakin kehilangan kemampuan untuk berkontraksi untuk memompa
darah. Penurunan jumlah strok volume mengakibatkan berkurangnya cardiac output atau
berhenti sama sekali.Hal ini menyebabkan suplay darah mapun o2 sangat lah menurun
kejaringan,sehingga menimbulkan kondisi penurunan kesadaran dengan akral dingin
pada extrimitas, Kompensasi dari otot jantung dengan meningkatnya denyut nadiyang
berdampak pada penurunan tekanan darah juga tidak memperbaiki kondisi penurunan
kesadaran.Aktivitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang
berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR). Pada kondisi ini pengaktifan
system rennin, angieotensin dan aldostreron akan menambah retensi air dan natrium
menyebabkan prduksi urin berkurang(Oliguri< 30ml/jam.Penurunak kontraktilitas
miokard pada fase syok yang menyebabkan adanya peningkatan residu darah di
ventrikel,yang mana kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi
maupun stenosis valvular. Hal tersebut dapat menyebabkan bendungan vena pulmonalis
oleh akumuasi cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi
edema paru.
5. Manifestasi Klinis
6. Pemeriksaan fisik
7. Penatalaksaan
9. Pemeriksaan diagnostic
Evaluasi umum
a. Pemeriksaan laboratorium
3. Intervensi Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penurunan reflek batuk
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukan jalan nafas
paten
Kriteria hasil :
a. tidak ada suara snoring
b. tidak terjadi aspirasi
c. tidak sesak nafas
intervensi :
1. kaji kepatenan jalan nafas
2. evaluasi gerakan dada
3. auskultasi bunyi nafas bilateral, catat adanya rongki
4. catat adanya dipsnu,
5. lakukan pengisapan lendir secara berkala
6. berikan fatofisiologi dada
7. berikan obat bronkodilator dengan aerosol
2) kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat menunjukan oksigenasi
dan ventilasi adekuat
kriteria hasil :
a. GDA dalam rentang normal
b. Tidak ada sesak nafas
c. Pertahankan posisi duduk semifowler
Intervensi :
1. auskultasi nadi apikal, kaji frekuensi, irama jantung
2. catat bunyi jantung
3. palpasi nadi perifer
4. pantau status hemodinamik
5. kaji adanya pucat dan sianosis
6. pantau intake dan output cairan
7. pantau tingkat kesadaran
8. berikan oksigen tambahan
9. berikan obat diuretik, vasolidilator
10. pantau pemeriksaan laboratorium
3) kelebihan volume cairan b.d meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium/air.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mendemonstrasikan
volume cairan seimbang
Kriteria hasil :
a. masukan dan haluaran cairan dalam batas seimbang
b. bunyi nafas bersih
c. status hemodinamik dalam batas normal
berat badan stabil
tidak ada edema
intervensi :
1) pantau/hitung haluaran dan masukan cairan setiap hari
2) kajia adanya distensi vena jugularis
3) ubah posisi
4) auskultasi bunyi nafas, catat adanya krekels, mengi
5) pantau status hemodinamik
6) berikan obat diuretik sesuai indikasi
4. evaluasi
berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal
gejala-gejala syok, mengetahui dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas
dan efesien kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama penderita mengalami
syok.