Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VI” 24-25
November 2016
Purwokerto

“(Tema: 8 (Pengabdian Kepada Masyarakat)”

BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN


FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI
LARVA IKAN GURAMI
Oleh

Nuning Setyaningrum, Sugiharto, dan Sri Sukmaningrum *)


*)Dosen Fakultas Biologi Unsoed
nuningsetyaningrum@ymail.com

ABSTRAK
Kendala yang dihadapi pembudidaya ikan di desa Candiwulan adalah sulitnya mendapatkan
cacing Tubifex sebagai pakan alami yang sangat dibutuhkan saat tahapan pendederan larva ikan
gurami. Cacing rambut (Tubifex sp) merupakan pakan alami yang sangat baik untuk larva ikan
gurami pada tahapan pendederan. Budidaya cacing rambut memerlukan media yang mengandung
material organik dan material anorganik. Kotoran ayam, ampas tahu dan bekatul yang difermentasi
dengan MEP dapat digunakan sebagai pupuk pada media tumbuh cacing rambut. Alih teknologi
yang diterapkan adalah fermentasi pada campuran kotoran ayam, ampas tahu dan bekatul yang
bertujuan untuk mempengaruhi bahan organik dalam media sehingga meningkatkan bakteri sebagai
makanan cacing Tubifex. Bahan hasil fermentasi di campur dengan substrat lumpur setebal 10 cm
dan dialiri air sampai dengan ketinggian 15 cm. Pemeliharaan selama 2 bulan diperoleh hasil
peningkatan populasi sebesar 230%. Pembudidaya ikan di desa Candiwulan dapat menerapkan alih
teknologi yang diberikan dan berhasil melakukan budidaya cacing Tubifex.

Kata kunci: tubifex, kotoran ayam, ampas tahu, bekatul, Candiwulan.

PENDAHULUAN
Masyarakat desa banyak tertarik dengan budidaya ikan khususnya pembenihan ikan gurami
yang sudah mulai berkembang. Kendala yang sering dihadapi dalam usaha budidaya ikan gurami
biasanya terjadi pada masa pembenihan dan pendederan. Tahapan pembenihan yang paling kritis
adalah saat penetasan telur menjadi larva setelah kuning telur habis. Setelah kuning telur larva
membutuhkan pakan alami yang memiliki protein tinggi dan sesuai dengan bukaan mulut larva.
Pakan alami yang memiliki protein tinggi adalah cacing rambut/cacing sutera/tubifex dan ada
keterbatasan di alam memperolehnya.
Cacing rambut/sutera (Tubifex sp) merupakan salah satu jenis pakan alami yang
keberadaannya sangat penting dalam kegiatan budidaya ikan air tawar, terutama bagi para
pembenih ikan, hal tesebut dikarenakan selain cacing sutera memiliki kandungan protein tinggi
juga mudah dicerna oleh ikan. Cacing Tubifex mempunyai kandungan nutrisi antara lain protein
(57 %), lemak (13,3 %), serat kasar (2,04 %), kadar abu (3,6 %) dan air (87,7 %) (Bintaryanto, et
al 2013). Menurut Suharyadi (2012), cacing rambut/sutera sangat baik untuk pakan benih ikan
karena mudah dicerna dan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VI” 24-25
November 2016
Purwokerto

Permasalahan yang timbul adalah terbatasnya ketersediaan cacing rambut/sutera yaitu pada
skala budidaya, masyarakat masih mengandalkan cacing hasil tangkapan dari alam untuk
memenuhi kebutuhan pembenihan ikan. Menurut Hadiroseyani et al.,(2007), ketersediaan cacing
sutera di alam tidak tersedia sepanjang tahun, terutama pada saat musim penghujan, karena cacing
sutera di alam terbawa oleh arus deras akibat curah hujan yang cukup tinggi. Oleh karena itu perlu
dilakukan usaha budidaya cacing sutera untuk mencukupi kebutuhan pakan alami benih ikan air
tawar tersebut.
Kualitas nutrisi cacing sutera (Tubifex sp) dari hasil budidaya sangat ditentukan oleh media
yang akan menjadi asupan makanan cacing sutera untuk bertahan hidup selama masa pemeliharaan.
Menurut Febriyanti (2004), bahwa kombinasi kotoran ayam dan lumpur halus sebagai substrat
budidaya cacing sutera terbukti menghasilkan populasi yang tinggi dan mencapai puncak populasi
pada hari ke-40, dengan demikian tidak menutup kemungkinan untuk membudidayakan cacing
sutera pada media dengan kombinasi pupuk yang berbeda. Ketersediaan cacing rambut/sutera
(Tubifex sp) yang berkelanjutan sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya ikan, terutama pada
fase pembenihan, karena cacing rambut/sutera memiliki protein tinggi yang cocok untuk digunakan
sebagai pakan alami ikan, baik bagi ikan hias maupun ikan konsumsi pada fase larva. Media kultur
yang digunakan dalam penelitian ini berupa kombinasi limbah organik antara ampas tahu, bekatul
dan kotoran ayam yang telah difermentasi menggunakan probiotik dengan tujuan meningkatkan
hasil produksi dan nilai nutrisi cacing sutera tersebut. Fermentasi pupuk bertujuan untuk
meningkatkan kandungan C-organik dan N-organik yang dibutuhkan bakteri, karena cacing sutera
memakan bakteri dan partikel-partikel organik hasil perombakan oleh bakteri. Pemberian
kombinasi limbah organik ampas tahu, bekatul dan kotoran ayam, yang difermentasi sebagai
pengkayaan pada media kultur cacing rambut/sutera (Tubifex sp) diharapkan dapat menjadi solusi
dalam meningkatkan ketersediaan cacing sutera, disertai dengan peningkatan biomassa cacing yang
cukup besar dan juga peningkatan kandungan nutrisinya. Penelitian Chilmawati et al (2013)
Perbandingan komposisi limbah organik kotoran ayam 50%, ampas tahu 35% dan bekatul 15% dan
memberikan hasil produksi dan kualitas terbaik bagi cacing sutera (Tubifex sp).
Untuk memberdayakan masyarakat desa Candiwulan dengan melakukan budidaya pakan
alami cacing Tubifex dengan memanfaatkan limbah organik yang difermentasi. Adanya
keterbatasan dalam mengatasi permasalahan khususnya dalam pendederan ikan gurami oleh
peternak ikan, baik yang menyangkut sarana dan prasarananya serta pengetahuan yang dimiliki
oleh sumber daya manusianya, menyebabkan produksi ikan air tawar yang diperoleh belum
optimal. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat di desa Candiwulan agar mampu meningkatkan produksi benih ikan air tawar.
Tujuan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan bekal
pengetahuan dan ketrampilan tentang teknologi yang tepat dalam budidaya cacing Tubifex dengan
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VI” 24-25
November 2016
Purwokerto

pemanfaatan limbah organik yang di fermentasi dan meningkatkan produksi ikan gurami dengan
pemberiaan cacing Tubifex pada tahapan larva untuk meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan
gurami sehingga dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini meliputi empat
cara yaitu pembekalan teori, praktek lapang, demonstrasi plot dan pendampingan.
1. Pembekalan teori.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendidik peserta dengan memberikan pengetahuan tentang
budidaya cacing Tubifex sebagai pakan alami larva ikan gurami untuk pengembangan usaha
perikanan. Materi yang diberikan meliputi: cara membuat kolam resirkulasi untuk budidaya cacing
Tubifex dan cara pembuatan media tempat budidaya cacing Tubifex dengan memanfaatkan limbah
organik dengan teknologi fermentasi. Selama berlangsungnya ceramah dilakukan dialog interaktif
serta diskusi dengan peserta.
2. Praktek lapang
Praktek lapang dimaksudkan untuk menerapkan hasil pengetahuan secara teoritis dan
pengenalan secara nyata hasil teori yang telah disampaikan, sehingga proses alih teknologi yang
diharapkan dapat mencapai sasaran.
3. Demonstrasi Plot
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempraktekkan semua pengetahuan baik teori maupun
praktek dalam bentuk nyata. Pelaksanaan kegiatan ini akan bekerjasama dengan Stasiun Percobaan
D-III Perikanan Fakultas Biologi Unsoed, dengan harapan agar semua tahapan kegiatan dapat
berjalan dengan lancar.
4. Pendampingan
Agar kegiatan ini dapat berjalan secara berkesinambungan maka secara berkala dilakukan
pendampingan oleh tim dari Fakultas Biologi Unsoed, sehingga peternak ikan yang sudah
melakukam metode ini akan lebih berhasil dan percaya diri untuk melakukan kegiatan budidaya
cacing Tubifex dengan teknologi fermentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Realisasi Pelaksanaan Program
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang merupakan sarana alih teknologi ini telah
dilaksanakan dengan melibatkan khalayak sasaran di desa Candiwulan kecamatan Mandiraja
Kabupaten Banjarnegara. Realisasi pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini juga
mendapat dukungan penuh dari segenap aparat desa Candiwulan dan Fakultas Biologi Unsoed.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VI” 24-25
November 2016
Purwokerto

Secara garis besar realisasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat dibedakan dalam tiga
tahap yaitu: persiapan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.
b. Evaluasi Realisasi Pelaksanaan Program
Ceramah dilaksanakan di balai desa Candiwulan dalam rangka merealisasikan pelaksanaan
program pengabdian kepada masyarakat. Pembuatan demplot berupa cara pembuatan fermentasi
kotoran ayam, bekatul dan ampas tahu yang dibiarkan selama 5 hari dan kemudian pembuatan
substrat sebagai media pertumbuhan cacing Tubifek. Peserta penyuluhan yang diundang dipilih
dengan pertimbangan telah memiliki pengetahuan dasar tentang budidaya cacing rambut tetapi
ingin mempelajari secara lebih rinci tentang budidaya cacing rambut. Peserta yang terpilih
mewakili dari aparat desa dan pembudidaya ikan dan pemerhati masalah perikanan.
Hasil pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini dapat dilihat dari segi fisik
serta non fisik. Hasil fisik dievaluasi berdasarkan pemantauan sikap dan aktivitas peserta selama
mengikuti ceramah serta praktikum cara melakukan tahapan budidaya cacing rambut. Peserta
saling ingin mengerti dan sangat antusias dalam praktek di lapangan. Adapun hasil non fisik
dievaluasi berdasarkan pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan selama berlangsungnya
ceramah dan diskusi.
Evaluasi dampak terhadap hasil fisik yang telah dicapai dalam kegiatan penyuluhan ini
dilakukan sejak peserta mendapatkan ceramah hingga berakhirnya kegiatan praktikum. Hasil
evaluasi menunjukkan bahwa 3 orang kader mampu melakukan kegiatan budidaya cacing rambut.
Kemudian dilakukan pendampingan oleh tim penyuluh dari Fakultas Biologi sampai dengan 2
bulan agar kegiatan ini tidak berhenti dan terus berlangsung.
C. Evaluasi Hasil Budidaya Cacing Rambut (Tubifex sp) di Kolam Terpal.
Pembuatan Fermentasi Limbah Organik sebagai Media Cacing Rambut:
a. Persiapan wadah atau tempat budidaya cacing Tubifek
Wadah untuk budidaya cacing Tubifex adalah berupa terpal ukuran 2mx3m yang diletakkan
dekat dengan sumber air yaitu kolam tanah atau air mengalir. Bagian atas terpal di tutup dengan
paranet supaya tidak terkena matahari langsung maupun air hujan. Alat yang dibutuhkan adalah
pompa air, selang dan paralon yang berfungsi untuk menarik air mengaliri air kolam budidaya
cacing Tubifek, dan terpal dipasang paralon untuk saluran pembuangan air setinggi 15 cm.
Sehingga air dibatasi sampai ketinggi 15 cm bila lebih maka akan keluar melalui saluran
pembuangan,
b. Pembuatan fermentasi bahan untuk substrat cacing Tubifek
Bahan-bahan untuk fermentasi disiapkan yaitu berupa kotoran ayam sebanyak 50%, ampas tahu
sebanyak 30% dan bekatul sebanyak 20%. Semua bahan di campur kemudian diberi cairan
probiotik (MEP) sebanyak 5 ml per 1 kg bahan. Dalam Praktek ini kita membuat 50 kg
sehingga bahan yang dibutuhkan adalah 25 kg kotoran ayam, 15 kg ampas tahu dan 10 kg
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VI” 24-25
November 2016
Purwokerto

bekatul serta MEP sebanyak 250 ml. Probiotik berupa MEP produksi fakultas biologi tiap
pembuatan 1 kg substrat dicampur dengan 300 ml air yang diberi 1 sendok makan gula pasir.
Semua bahan dicampur sampai dengan merata dan dimasukkan dalam kantong plastik hitam
ukuran 50 kg dan diikat kuat, kemudian dibiarkan selama 5 hari sampai dengan proses
fermentasi terjadi yaitu ditandai dengan bau asam.
c. Pemasukan substrat dalam terpal
Substrat berupa lumpur dimasukkan ke dalam terpal dengan ketebalan 10 cm, kemudian
dicampur dengan bahan yang sudah difermentasi dan dibiarkan selama 1 hari. Setelah substrat
tercampur rata kemudian cacing Tubifex sebanyak 30 gelas akua kemudian dimasukkan ke
dalam substrat dengan hati-hati dan merata di seluruh permukaan substrat. Aliran air yang
masuk diusahakan stabil dan jangan sampai terhenti karena cacing sangat membutuhkan
oksigen selain makanan organik yang berasal dari proses fermentasi.
d. Penambahan hasil fermentasi
Penambahan bahan hasil fermentasi dilakukan setiap 5 hari sekali supaya cacing tidak
kekurangan makanan.
Pemeliharaan dan Pemanenan cacing Tubifex
Cacing Tubifex di pelihara selama 2 bulan dengan diberi tambahan fermentasi limbah setiap
5 hari sekali. Populasi cacing Tubifex sudah mulai meningkat pada 2 minggu pemeliharaan.
Pemeliharaan cacing Tubifex tahap awal dilakukan selama 1,5 bulan tanpa pemanenan dengan
tujuan untuk meningkatkan populasi. Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil gumpalan
populasi cacing yang masih bercampur dengan substrat kemudian di masukkan kedalam ember
yang diberi kain kasa dan ember ditutup supaya tidak ada oksigen. Di tunggu sampai cacing naik
ke kain kasa sehingga cacing terpisah dari sustrat, setelah banyak cacing kita ambil dan di
masukkan ke wadah gelas akua. Hasil yang diperoleh selama pemeliharaan sebanyak 69 gelas
artinya populasi cacing bertambah 39 gelas sehingga peningkatannya sebanyak 230%. Hasil
budidaya cacing Tubifex dapat dimanfaatkan untuk penyediaan pakan alami pada larva gurami
yang baru menetas, sehingga selalu tersedia dan dapat mengurangi biaya produksi pada tahapan
pendederan dalam budidaya ikan gurami.

Gambar 1. Kolam budidaya cacing rambut (Tubifex sp)


Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VI” 24-25
November 2016
Purwokerto

Demplot yang diberikan sebagai percontohan pembudidaya ikan gurami di desa


Candiwulan Banjarnegara (Gambar 1). Peserta penyuluhan telah memahami cara melakukan
budidaya cacing Tubifex di kolam terpal sebagai pakan alami larva ikan. Terutama pembudidaya
ikan yang termasuk dalam kelompok tani ikan yang berkecimpung dalam tahapan pendederan ikan
gurami maupun pembesaran ikan lele dumbo. Hasil dari budidaya cacing Tubifex sebagai modal
awal untuk mendukung kegiatan pendederan larva gurami sebagai kegiatan kelompok tani ikan
desa Candiwulan sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Modal awal ini dapat dilanjutkan
untuk melakukan budidaya yang lebih baik dan dapat meningkatkan kegiatan pendederan larva
gurami dan juga jenis ikan lain. Selanjutnya dengan mulai digiatkan program budidaya cacing
Tubifex di kolam terpal dengan di desa Candiwulan, sebagai pendukung dalam melakukan
budidaya ikan gurami pada tahapan pendederan. Selain sebagai centra benih ikan gurami juga
menyediakan pakan alami yang sangat dibutuhkan saat tahapan pendederan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi selama melakukan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat di desa Candiwulan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara, kelompok
pembudidaya ikan sudah berhasil melakukan budidaya cacing rambut (Tubifex sp) sehingga dapat
mengurangi biaya produksi pada tahapan pendederan ikan gurami. Transfer teknologi dapat
diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat terutama kelompok pembudidaya ikan Tani Ikan.

DAFTAR PUSTAKA
Febriyanti, D. 2004. Pengaruh Pemupukan Harian dengan Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan
Populasi dan Biomassa Cacing Sutera (Limnodrillus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Chilmawati, D, Suminto & T. Yuniarti. 2013. Pemanfaatan fermentasi Limbah organik Ampas
tahu, Bekatul dan Kotoran Ayam untuk Peningkatan Produksi Kultur dan Kualitas Cacing
sutera (Tubifex sp). Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang.

Effendi, I., H.J. Bugri & Widanarni. 2006. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy L) Ukuran 2 Cm.
Jurnal Akuakultur Indonesia 5(2):127-135.

Hadiroseyani, H., & D, Dana. 1994. Penyediaan Cacing Sutera Bebas Penyakit Sebagai Makanan
Ikan Yang Sehat, Melalui System Budidaya yang Diperbaiki. Laporan Penelitian. Insitut
Pertanian Bogor. Bogor.

Khairuman, SP. 2008. Peluang Bisnis Tubifex. AgroMedia: Jakarta.


Miadatul, A. 2010. Pemanfaatan Limbah Ikan sebagai Nutrisi Tambahan pada Pembutan
MediaTumbuh Tubifex sp. Universitas Negeri Surabaya.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VI” 24-25
November 2016
Purwokerto

Sulmartiwi, L. 2006. Modifikasi Aliran Air Dalam Budidaya Tubifex sp. Sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Warna Ikan Hias. Jurnal berkala ilmiah 1 (1).

Suharyadi. 2012. Studi Penumbuhan dan Produksi Cacing Sutra (Tubifex sp.) dengan Pupuk yang
Berbeda dalam Sistem Resirkulasi. Thesis. Universitas Terbuka. 116 hlm.

Syam, F. S., G. M. Novia & S. N. Kusumastuti. 1988. Efektivitas Pemupukan dengan Kotoran
Ayam dalam Upaya Peningkatan Pertumbuhan Populasi dan Biomassa Cacing Sutra
Limnodrillus sp. Melalui Pemupukan Harian dan Hasil Fermentasi. J. Institut Pertanian
Bogor. 8 hlm.

Trisyani, N., A. Rachman, & M. Febriani. 2009. Pengaruh Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk
Kandang pada Media Lumpur terhadap Kelimpahan Populasi Cacing Sutera Tubifex sp.)
sebagai Pakan Alami pada Budidaya Perikanan. Neptunus 15 (2): 34-39.

Anda mungkin juga menyukai