Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Polip Nasal

Sasaran : Klien Tn. N

Hari/tanggal : Rabu,6 Agustus 2019

Waktu :09:00 WIB

Tempat : Bangsal Edelweis RST dr. Soejono Magelang.

Penyuluh : Mahasiswa Poltekkes Semarang

I. Latar Belakang :

Berdasarkan data yang dimiliki bangsal edelweis bangsal bedah .Banyak terjadi suatu
keluhan pasien yang datang berupa sumbatan pada hidung yang makin lama semakin
berat.Setelah dilakukan survey, ternyata penyebab utamanya adalah kurangnya
pengetahuan tentang polip hidung

II. Tujuan Instruksional Umum :

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, klien dapat memahami penyakit Polip


hidung.

III. Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit, diharapkan klien


dengan Polip hidung di Ruang Edelweis dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian Polip hidung
2. Penyebab Polip hidung
3. Tanda dan gejala Polip hidung
4. Pengobatan dan pencegahan polip hidung
V. Proses Pelaksanaan :

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


1. Pendahuluan · Salam pembuka dan · Menjawab salam 3 menit
memperkenalkan diri
(pre interaksi) · Menyimak
·Menyampaikan tujuan
·Mendengarkan,
penyuluhan
menjawab pertanyaan
2. Kerja · Penyampaian garis besar · Mendengarkan dengan 10 menit
materi polip hidung penuh perhatian
(interaksi)
· · Menjawab pertanyaan

· Evaluasi

3 Tanya jawab  Memberi kesempatan  Menanyakan hal-hal 5 menit


peserta untuk bertanya yang belum jelas
(Interaksi)
 Menjawab pertanyaan  Memperhatikan
jawaban dari
penceramah

 klarifikasi penjelasan
 Mengulang penjelasan

3. Penutup  Menyimpulkan · Mendengarkan 2 menit


 Salam penutup · Menjawab salam
(Terminasi)
 Membagi leaflet
VI. Kriteria Evaluasi:
1. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan pengertian polip hidung
2. Peserta penyuluhan mengerti penyebab polip hidung
3. Peserta penyuluhan mampu menyebutkan tanda dan gejala polip hidung stress
4. Peserta penyuluhan tahu cara-cara pengobatan dan pencegahan polip hidung.

VII. Referensi :

1. Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok edisi IV cetakan I. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000

2. Soepardi, Efiaty. Hadjat, Fachri. Iskandar, Nurbaiti. Penatalaksanaan dan Kelainan


Telinga Hidung Tenggorok edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000

3. Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal. 113 – 114. Penerbit Media Aesculapius
FK-UI 2000
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung.
Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak
karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat
berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih
kenyal (polip fibrosa) (Endang,2003) .
Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan
dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke
arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal(Soepardi,2000).

B. Penyebab

Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi
alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum
diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung atau
sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal
dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian
menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak
mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak
mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang
dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin merupakan
gejala dari kistik fibrosis (Endang,2003).
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
1. Alergi terutama rinitis alergi.
2. Sinusitis kronik.
3. Iritasi.
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan
hipertrofi konka.

C. Tanda dan Gejala


Pada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung
tersumbat. sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan
dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam
hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah hiposmia (gangguan
penciuman).
Gejala lainnya dapat timbul jika teradapat kelainan di organ sekitarnya seperti
post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang mulut), suara bindeng,
nyeri muka, telinga terasa penuh, snoring (ngorok), gangguan tidur dan penurunan
kualitas hidup. Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel pada polip serupa
dengan selaput permukaan hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia
dengan subselaput permukaan yang sembab. Dengan pemeriksaan rhinoskopi
anterior biasanya polip sudah dapat dilihat, polip yang masif seringkali menciptakan
kelainan pada hidung bagian luar. Pemeriksaan Rontgen dan CT scan dapat
dilakukan untuk mendeteksi adanya sinusitis (Endang,2003).

D. Pengobatan dan Pencegahan


 Pengobatan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi adalah menghilangkan
keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.Pemberian
kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medika
mentosa. Dapat diberikan topical atau sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan
respons yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal dibandingkan
polip tipe neurotrofilik.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip
yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi
polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cumin dengan analgesic local,
etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi
Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas
endoskop maka dapat dilakukan tindakan BSEF (bedah Sinus Endoskopi
Fungsional).
Bila polip masih kecil, dapat diobati secara konservatif dengan kortikosteroid
sistemik atau oral, misalnya prednisone 50mg/hari atau deksamentosa selama 10
hari kemudian diturunkan perlahan. Secar local dapat disuntikkan ke dalam polip,
misalnya triamsinolon asetonid atau predsinolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai
hilang. Dapat dipakai secara topical sebagai semprot hidung, misalnya
beklometason dipropionat. Bila sudah besar, dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
Bila berualang dapat dirujuk untuk operasi etmoidektomi intranasal atau ekstranasal
Pengobatan juga perlu ditunjukkan pada penyebabnya, dengan menghindari allergen
penyebab.
Ada tiga macam penanganan polip nasi yaitu :
a) Cara konservatif
b) Cara operatif
c) Kombinasi keduanya.
Cara konservatif atau menggunakan obat- obatan yaitu menggunakan
glukokortikoid yang merupakan satu- satunya kortikosteroid yang efektif, terbagi
atas kortikosteroid topical dan kortikosteroid sistemik. Kortikosteroid topical (long
term topical treatment) diberikan dalam bentuk tetes atau semprot hidung tiak lebih
dari 2 minggu. Kortikosteroid sistemik (short term systemic treatment) dapat
diberikan secara oral maupun suntikan depot. Untuk preparat oral dapat diberikan
prednisolon atau prednisone dengan dosis 60 mg untuk empat hari pertama,
selanjutnya ditappering off 5 mg/hr sampai hari ke-15 dengan dosis total 570 mg.
Suntikan depot yang dapat diberikan adalah methylprednisolon 80 mg atau
betamethasone 14 mg setiap 3 bulan.
Cara operatif dapat berupa polipektomi intranasal, polipektomi intranasal
dengan ethmoidektomi, transantral ethomiodektomi dan sublabial approach
(Caldweel-luc operation), frontho-ethmoido- sphenoidektomi eksternal dan
endoskopik polipektomi dan bedah sinus

 Pencegahan
Anda dapat membantu mengurangi kemungkinan Anda untuk mengalami polip
hidung atau kambuhnya polip hidung setelah perawatan dengan strategi pencegahan
berikut:

1. Managemen dan mengobati alergi dan asma sedini mungkin. Mengikuti pengobatan
dokter rekomendasi untuk mengelola asma dan alergi. Jika gejala tidak mudah dan
secara teratur di bawah kendali, konsultasi dengan dokter Anda tentang perubahan
rencana pengobatan Anda.
2. Hindari iritasi. Sebisa mungkin, hindari hal-hal yang mungkin untuk memberikan
kontribusi untuk peradangan atau iritasi sinus Anda, seperti alergen, polusi udara dan
bahan kimia.
3. Hidup bersih yang baik. Cuci tangan Anda secara teratur dan menyeluruh. Ini adalah
salah satu cara terbaik untuk melindungi terhadap infeksi bakteri dan virus yang dapat
menyebabkan peradangan pada hidung dan sinus.

Anda mungkin juga menyukai