Anda di halaman 1dari 6

Menurut Kuahaty (1983: 14), susunan organisasi pemerintahan desa di Aceh terdiri dari

keuchik/geuchik, peutua meunasah, dan tuha peuet, dengan pusat kegiatan pemerintahannya
berada di meunasah Susunan organisasi pemerintahan desa seperti ini didasarkan pada kerja
sama, pembagian kerja, dan hubungan kerja yang jelas, khususnya menyangkut dengan kegiatan-
kegiatan keagamaan, adat istiadat, hukum, administrasi, sosial budaya, dan ekonomi. Dalam hal
ini, keuchik/geuchik menjalankan urusan adat istiadat dan pemerintahan, peutua meunasah
melaksanakan urusan keagamaan, dan tuha peuet bertugas menuntun perkara, menimbang
keadilan, serta memberikan saran-saran kepada keuchik/geuchik, diminta maupun tidak diminta.
Namun demikian menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1979 struktur pemerintahan desa terdiri
dari lembaga-lembaga seperti keuchik/geuchik/kepala desa, LMD, Sekretaris desa, Kepala
urusan, kepala dusun dan LKMD.
Untuk lebih jelasnya pada bagian di bawah ini diuraikan lembaga-lembaga yang ada di desa,
baik formal maupun nonformal.
1. Lembaga Formal Desa
a. Keuchik/geuchik/kepala desa
Dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, ditetapkan bahwa Kepala Desa dalam
menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintah desa yaitu menyelenggarakan
kewajiban pimpinan pemerintahan desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan
merupakan penyelenggara dan penanggungjawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan dalam rangka menyelenggarakan urusan pemerintahan desa, urusan
pemerintah umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan menumbuhkan serta mengembangkan jiwa gotong
royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahan desa.
Selanjutnya juga dijelaskan bahwa dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan jiwa
gotong royong masyarakat desa, Kepala Desa antara lain melakukan usaha pemnatapan
koordinasi melalui Lembaga Sosial Desa, Rukun Tetangga , Rukun Warga dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainnya yang ada di desa.
Dalam rangka pelaksanaan tugas di bidang ketentraman dan ketertiban, ia dapat menyelesaikan
perselisihan-perselisihan yang terjadi di desa. Dengan melihat uraian di atas dapat dikemukan
bahwa :
1. Kepala Desa mempunyai tugas :
a. Menjalankan urusan rumah tangganya sendiri;
b. Menjalankan urursan pemerintah, dan pembangunan baik dari Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah, serta urusan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintah Desa termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayah desanya.
c. Menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong royong masyarakat sebagai sendi
utama pelaksanaan pemerintah dan pembangunan desa.
2. Kepala Desa mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya desanya
sendiri.
b. Menggerakan partisipasi masyarakat dalam wilayah desanya.
c. Melaksanakan tugas dari pemerintah Pusat dan dari pemerintah Daerah.
d. Melaksanakan tugas dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.
e. Melaksanakan koordinasi jalannya pemerintahan , pembangunan dan pembinaan kehidupan
masyarakat di desanya.
Kepala Desa juga mempunyai hak, wewenang dan kewajiban seperti yang tercantum dalam Pasal
5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1984 yaitu :
1. Hak Kepala Desa :
a. Melaksanakan peraturan perundang-undangan dari pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
b. Menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang
dibebankan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
c. Mendapatkan bimbingan dan pembinaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
2. Wewenang Kepala Desa :
a. Pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayah desanya.
b. Pembinaan ideologi negara, politik dalam negeri dan kesatuan bangsa di wilayah desanya.
c. Pembinaan tertib pemerintahan di wilayah desanya.
d. Pembinaan tugas-tugas pemerintahan lainnya yang ditugaskan oleh pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
e. Menyelenggarakan koordinasi fungsional di desa.
3. Kewajiban Kepala Desa :
a. Memelihara dan meningkatkan ketentraman dan ketertiban di wilayah desanya.
b. Memelihara dan meningkatkan hasil-hasil pembangunan yang ada di wilayah desanya.
c. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
yang ditugaskan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 bahwa Kepala Desa
dipilih secara langsung, umum dan rahasia oleh penduduk yang telah berusia 17 tahun.
Selanjutnya sesuai dengan pasal 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, Kepala Desa diangkat
oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atas nama Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I dari calon yang terpilih, dan syarat-syarat untuk dapat dipilih menjadi Kepala Desa
antara lain sekurang-kurangnya berijazah Sekolah Lanjutan Pertama atau yang berpengetahuan
yang setingkat dengan itu.
b. Sekretaris Desa
Berdasarkan pasal 14 Undang-Undang No. 5 tahun 1979 bahwa sekretaris desa adalah unsur staf
yang membantu kepala desa dalam menjalankan hak, wewenang, dan kewajiban pimpinan
pemerintahan desa dan bertugas
1. Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan, serta menyampaikan kepada
yang bersangkutan.
2. Melaksanakan urusan keuangan.
3. Melaksanakan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
4. Tuigas yang paling penting adalah melaksanakan tugas dan fungsi kepala desa apabila kepala
desa berhalangan melaksanakan tugasnya.
Sekretaris desa diangkat dan diberhentikan oleh Bupati kepala daerah tingkat II setelah
mendengar pertimbangan camat atas usul kepala desa sesudah mendengar pertimbangan LMD
(pasal 15 ayat 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1979). Sekretaris desa karena jabatanya menjadi
sekretaris Lembaga Musyawarah Desa dan sekretaris Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.
c. Kepala Dusun
Kepala dusun/kepala lorong berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas kepala desa dalam
wilayah kerjanya. Adapun tugas dan wewenang kepala dusun adalah menjalankan kegiatan
kepala desa yaitu menyangkut dengan kegiatan di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan serta ketentraman dan ketertiban di wilayah kerjanya masing-masing. Di
samping itu juga pelaksana dari keputusan kepala desa.
Kepala dusun diangkat dan diberhentikan oleh camat atas nama bupati/walikota kepada daerah
tingkat II atas usul kepala desa (pasal 9 ayat 3 Undang-Undang No. 5 tahun 1979).
d. Kepala Urusan
Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur pembantu sekretaris desa. Tugas dan urusan meliputi
kegiatan-kegiatan melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan, kesejahteraan rakyat,
keuangan dan urusan umum sesuai dengan bidang masing-masing. Jumlah kepala urusan tiap-
tiap desa adalah sekurang-kurangnya 3 yaitu kepala urusan pemerintahan, kepala urusan
pembangunan, kepala urusan umum. Apabila perlu, dapat ditambah sehingga sebanyak-banyak 5
kepala urusan yaitu selain yang diatas ditambah lagi 2 yaitu kepala urusan kesejahteraan rakyat
dan kepala urusan keuangan.
Kepala urusan diangkat dan diberhentikan oleh camat atas nama Bupati/Walikotamadya Kepala
Daerah Tingakt II atas usul kepala desa.
e. Lembaga Musyawarah Desa
Lembaga Musyawarah Desa (LMD) dibentuk berdasarkan pasal 17 Undang-Undang No. 5 tahun
1979. Dalam ayat 4 pasal tersebut dinyatakan bahwa ketentuan mengenai LMD akan ditetapkan
dengan peraturan daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
Sebagai realisasi dari ketentuan pasal 17 Undang-Undang No. 5 tahun 1979 telah ditetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 tahun 1981 dan selanjutnya untuk Daerah Istimewa Aceh
(saat ini Nanggroe Aceh Darussalam) telah dikeluarkan Peraturan Daerah No. 7 tahun 1982.
Dari berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa
lembaga Musyawarah Desa adalah lembaga permusyawaratan/pemufakatan dari pemuka-
pemuka masyarakat yang ada di desa. Keputusan ini ditetapkan berdasarkan musyawarah dan
mufakat dengan memperhatikan sungguh-sungguh kenyataan hidup dan berkembang dalam
masyarakat desa bersangkutan. Hasil musyawarah kemudian ditetapkan dalam keputusan desa
dan disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat untuk mendapatkan pengesahannya.
Kepala desa karena jabatannya menjadi ketua LMD dan sekretaris desa menjadi sekretaris LMD.
Keanggotaan LMD disusun berdasarkan hasil pemufakatan yang dilakukan oleh kepala desa
dengan pemuka-pemuka masyarakat di desa yang bersangkutan dengan jumlah sekurang-
kurangnya 9 orang dan sebanyak-banyaknya 15 orang tidak termasuk ketua dan sekretaris.
f. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) adalah suatu lembaga masyarakat yang
merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Lembaga ini dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 28 tahun 1980 tentang Penyempurnaan
dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.
Tugas pokok dari LKMD adalah membantu pemerintah desa/kelurahan dalam
1. Merencanakan pembangunan yang didasarkan atas asas musyawarah.
2. Menggerakkan dan meningkatkan prakarsa dan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan
pembangunan secara terpadu, baik yang berasal dari berbagai kegiatan pemerintah maupun
swadaya gotong royong masyarakat.
3. Menumbuhkan kondisi dinamis di desa atau kelurahan.
Lembaga ini adalah pembantu pemerintah desa/kelurahan dalam menumbuhkan prakarsa dan
menggerakkan swadaya dan gotong royong masyarakat, sehingga masyarakat memiliki
kemampuan dan ketangguhan dalam menghadapi dan mengatasi segala hambatan dan tantangan
dalam rangka pembinaan/pengembangan desa, juga diharapkan dapat memberikan motivasi bagi
membangkitnya potensi masyarakat desa untuk kepentingan pembangunan.
Adapun disamping mempunyai tugas pokok sebagaimana yang telah disebutkan di atas, LKMD
mempunyai fungsi sebagaimana disebutkan dalam pasal 6 Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 28 tahun 1980 adalah
1. Sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam penghayatan dan pengamalan Pancasila.
2. Menanamkan pengertian dan kesadaran penghayatan dan pengamalan Pancasila.
3. Menggali, memanfaatkan potensi dan menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat
untuk pembangunan.
4. Sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dan masyarakat serta antarmasyarakat untuk
pembangunan.
5. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat.
6. Membina dan menggerakkan potensi pemuda untuk pembangunan.
7. Meningkatkan peran wanita dalam mewujudkan keluarga sejahtera.
8. Membina kerja sama antarlembaga yang ada dalam masyarakat.
9. Melaksanakan tugas-tugas lain dalam rangka membantu pemerintah desa atau pemerintah
kelurahan untuk menciptakan ketahanan yang mantap.
Dilihat dari segi operasional pemerintah desa merupakan suatu proses kerjasama yang dari
lembaga-lembaga formal yang ada seperti disebutkan di atas.
2. Lembaga Nonformal
Selain lembaga-lembaga formal seperti yang disebutkan di atas, di desa/gampong masih terdapat
lembaga nonformal (yang sebelumnya merupakan lembaga formal) yang kadang-kadang masih
diakui keberadaannya oleh masyarakat, walaupun menurut undang-undang tidak disebutkan.
a. Imeum Meunasah
Kedudukan imeum meunasah dalam sistem pemerintahan desa baik di Aceh maupun di Pidie
sangat dominan. Setiap desa di Pidie mempunyai imeum meunasah masing-masing. Antara
imeum meunasah dengan keuchik/geuchik/kepala desa terjalin hubungan yang dwitunggal, yang
saling membutuhkan satu sama lain. Kepala desa/keuchik/geuchik mengurus segala sesuatu yang
berkaitan dengan hubungan kemasyarakatan, sedangkan imeum meunasah lebih banyak
memfokuskan tugasnya di bidang keagamaan, pelaksanaan ibadah, peringatan hari-hari besar
Islam, dan sebagainya.
Dalam masyarakat keberadaan imeum meunasah ini sangat dihormati. Hal ini merupakan suatu
hal yang wajar karena kehidupan masyarakat Pidie yang sangat Islami. Keputusan-keputusan
atau nasihat imeum meunasah lebih dipatuhi oleh masyarakat tanpa paksaan. Keputusan yang
tumbuh dari hati masyarakat itu sendiri.
Imeum meunasah diangkat melalui musyawarah desa. Namun demikian, orang yang menjadi
imeum meunasah haruslah orang yang benar-benar menguasai ajaran-ajaran agama Islam, di
samping itu ia harus pula memiliki akhlak yang mulia sebagai panutan setiap warga desa.
Peranan imeum meunasah sangat besar pengaruhnya terhadap ketentraman masyarakat. Imeum
meunasah bersikap netral yang tidak memihak salah satu golongan. Saat ini keberadaan imeum
meunasah dalam struktur organisasi pemerintah desa ada yang melebur menjadi anggota LMD
dan ada pula pada bidang tugas lainnya.
b. Keujruen Blang
Keujruen Blang sangat besar peranannya dalam bidang pertanian. Keujruen Blang menjalankan
fungsi mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan jadwal turun ke sawah, mengatur
pengadaan air irigasi dan tugas-tugas pertanian lainnya. Oleh karena itu, untuk memangku
jabatan keujruen blang haruslah orang-orang yang mempunyai pengalam dalam bidang
pertanian. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya produksi pangan juga sangat ditentukan oleh
keberadaan keujruen blang. Perhitungan kapan mulai turun ke sawah, membersihkan tali air dan
peraturan-peraturan lainnya ditentukan oleh keujruen blang.
c. Panglima Laot
Lembaga panglima laot merupakan sebuah organisasi dalam bentuk persekutuan hukum adat
laot. Persekutuan hukum tersebut dalam menjalankan tugas di bidang kelautan didukung oleh
Panglima Laot, Pawang, Aneuk Pukat, dan Muge (Sulaiman Lubis, 1978: 16). Lembaga ini
biasanya terdapat pada desa/gampong yang berada di daerah pantai.
Penunjukan panglima laot dilakukan atas dasar pemilihan oleh dan dari pawang, pukat,
perkumpulan yang bersangkutan serta ada persetujuan dari uleebalang. Menurut ketentuan pasal
5 Perda No. 2 tahun 1990 bahwa lembaga panglima laot berfungsi membantu kepala
desa/keuchik/geuchik dalam pembangunan kemasyarakatan dan adat istiadat, terutama yang
menyangkut masalah kelautan.
Adapun yang merupakan tugas dari panglima laot adalah sebagai berikut.
1. Mengatur segala kegiatan para nelayan yang melakukan penangkapan ikan dan hasil laut
lainnya.
2. Mengatur waktu turun ke laut.
3. Mendamaikan perselisihan yang terjadi antara para nelayan dalam lingkungan wilayahnya.
4. Menjaga dan mengawasi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan penangkapan ikan di laut.
5. Membantu imeum mukim dalam menjaga keamanan dan ketertiban daerah pantai dan laut.
6. Membantu imeum mukim dalam mengusahakan perbaikan kehidupan nelayan.
7. Dengan demikian, panglima laot mempunyai kedudukan dan peran penting di dalam
masyarakat, khususnya masyarakat nelayan yang hidup di pantai.
d. Seunebok Baro
Seunobok merupakan suatu organisasi persekutuan adat pada masyarakat yang berada di wilayah
pertanian. Seunebok dipimpin oleh seorang ketua, yang dalam konsep hukum adat Aceh disebut
dengan peutua seunebok. Peutua seunebok berperan dalam usaha perambahan hutan untuk
pembukaan lahan pertanian baru. Pada umumnya pembukaan lahan pertanian baru dilakukan
setelah dimusyawarahkan lebih dahulu dengan peutua seunebok setempat.
Peutua seunobok membantu tugas-tugas kepala desa/keuchik/geuchik khususnya yang berkaitan
dengan pembukaan lahan pertanian. Dalam menjalankan tugasnya peutua seunebok bertanggung
jawab kepada kepala desa/keuchik/geuchik. Tidak semua desa di Pidie terdapat peutua seunebok.
Desa-desa yang mempunyai peutua seunebok adalah desa-desa yang berada di daerah dataran
tinggi (pegunungan) atau daerah yang masih belantara.
Peutua seunobok umumnya diangkat oleh masyarakat adat di wilayah pembukaan lahan
pertanian tersebut. Peranan peutua seunebok tidak begitu tampak dalam masyarakat adat karena
organisasi ini tidak menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Peutua seunebok hanya berperan
pada saat perambahan hutan untuk membuka lahan pertanian baru, setelah itu peutua seunebok
tidak berperan lagi.
e. Tuha Peut
Tuha peut merupakan lembaga adat yang masih besar pengaruhnya dalam sistem pemerintahan
desa di Pidie. Keberadaan tuha peut terutama membantu kepala desa dalam menjalankan
tugasnya di bidang kemasyarakatan. Lembaga tuha peut berfungsi secara optimal dalm struktur
pemerintahan desa/gampong sebagai lembaga pengontrol (legislatif), hukum adat, dan peradilan
(yudikatif) bagi setiap lapisan masyarakat (Muhammad Gade, 1992: 18). Tuha peut secara
sederhana dapat kita sebutkan bahwa tugas mereka meliputi bidang agama, adat, pertanian dam
cendikiawan.
Tuha peut terdiri dari tokoh-tokoh kharismatik yang dipilih masyarakat desa dalam suatu
musyawarah dan diangkat oleh kepala desa. Tuha peut lebih banyak berperan memberikan
pertimbangan-pertimbangan dan nasihat-nasihat kepada kepala desa. Demikian juga masyarakat
sering meminta nasihat tuha peut dalam berbagai masalah kemasyarakatan.
Pembentukan lembaga tuha peut di Kabupaten Pidie adalah sah dan telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Pidie No. 6 tahun 1966 (Abdul Kadir, 1988: 214). Wakil rakyat
yang duduk dalam lembaga ini dianggap mampu, cukup berpengalaman, dan memiliki
pengetahuan yang cukup mendalam tentang adat-istiadat gampong. Snouck Hurgronje (1906: 75)
menyebutkan dengan men of experience, woldly wisdom, good mannerand knowledge of the
adat the gampong. Lembaga tuha peut diketuai oleh keuchik/geuchik karena jabatannya.
Setelah diberlakukannya Undang-Undang No. 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa,
pembinaan terhadap kedudukan tuha peut dalam sistem pemerintahan desa telah kurang
mendapat perhatian dan kurang difungsikan, jika dibandingkan dengan masa-masa sebelum
lahirnya undang-undang tersebut. Namun demikian ada kesan dari penelitian ini sebagian
masyarakat desa masih mendambakan agar fungsi tuha peut berlaku seperti sedia kala.

SEKAPUR SIRIH

Anda mungkin juga menyukai