Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS

PELAYANAN KELUARGA MASYARAKAT

Pembimbing: Ni Ketut Alit Armini, S.Kp, M.Kes


Oleh

KELOMPOK 1 B20/ AJ2

1. Ade Putrina 131711123032


2. Maria Florentina M. 131711123073
3. Yani Arnoldus T. 131711123058
4. Dinda Berlian P. 131711123017
5. Nova Annika 131711123019
6. Mas Sonia Nabeela S. 131711123033
7. Lazuardi Asrurullah AL. 131711123071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan YME yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Tugas Makalah Maternitas II ini dengan judul “Keluarga Berencana”.
Adapun penyusunan makalah ini sebagai syarat untuk melengkapi nilai tugas
keperawatan Maternitas II.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan, asuhan
dan dorongan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan dan kritik yang bersifat
membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya yang peduli dengan dunia keperawatan.

Surabaya, November 2017

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan
distribusi penduduk yang tidak merata. Hal ini diikuti dengan masalah lain yang lebih
spesifik, yaitu angka fertilitas dan angka mortalitas yang relative tinggi. Kondisi ini
dianggap tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi.Logika ini secara
umum digunakan sebagai landasan kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk dan secara khusus hal ini juga digunakan untuk memberikan penekanan
mengenai pentingnya suatu keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak
Dari data sensus tahun 2010 didapat penduduk Indonesia berjumlah 237,56 juta
jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% dan jumlahnya akan terus
bertambah sesuai dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Laju pertambahan
penduduk 1,49 % per tahun-artinya setiap tahun jumlah penduduk Indonesia bertambah
3-3,5 juta jiwa. Bila tanpa pengendalian yang berarti atau tetap dengan pertumbuhan
penduduk 1,49% per tahun, maka jumlah tersebut pada tahun 2013 akan terus
bertambah menjadi 249 juta jiwa atau menjadi 293,7 juta jiwa pada tahun 2015
(www.BPS.go.id). Pada tahun 2007, proporsi wanita usia 15-49 tahun yang berstatus
kawin dan sedang menggunakan alat KB adalah sebesar 57,43%. Angka kematian ibu
(AKI) di Indonesia dewasa ini mencapai angka 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini adalah yang tertinggi diseluruh Negara ASEAN (Fadhillah, 2006). Menurut
data survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, 90% penyebab kematian ibu
karena adanya komplikasi dan 28% diantaranya terjadi perdarahan dimasa kehamilan
dan persalinan.
Persentase peserta KB di Indonesia mencapai 59,5% terdiri dari beberapa metode
kontrasepsi yaitu suntik (27,8%), pil (13,2%), IUD (6,2%), susuk (4,3%), kondom
(0,9%), tubektomi (3,7%), dan vasektomi (0,4%) (SDKI, 2002 - 2003). Sedangkan
pada tahun 2005, prevalensi peserta KB di Indonesia adalah 66,2%. Terdiri dari
suntikan (34%), pil (17%), IUD (7%), implant (7%), MOW (2,6%), MOP (0,3%), dan
kondom (0,6%) (BKKBN mini survey tahun 2007). Jumlah ini mengalami peningkatan
pada tahun 2009 menjadi 66,9% dengan jumlah peserta terbanyak yaitu suntik sebesar
(36,8%) jumlah ini kemudian kembali mengalami peningkatan di tahun 2010 sebesar
0,7% atau sebesar 67,6% (BKKBN mini survey tahun 2010). Secara nasional pada
bulan Juli 2014 sebanyak 530.818 peserta. Mayoritas peserta KB baru bulan Juli 2014,
didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (Non MKJP), yaitu sebesar 88,05% dari seluruh peserta KB baru. Sedangkan
peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang hanya sebesar 11,95%.
Metode KB suntik dan Pil merupakan metode KB yang paling diminati dengan total
peserta mencapai lebih dari 70% dari seluruh peserta KB baru yang ada. Berdasarkan
data aseptor KB yang diperoleh dari Puskesmas Bugangan didapatkan jumlah aseptor
sebanyak 372 dari bulan Januari-Oktober 2014. Aseptor yang menggunakan KB suntik
sebanyak 279 (75%) aseptor. Pengguna pil sebanyak 33 aseptor (8,9%). Aseptor yang
menggunakan IUD sebanyak 20 (5,4%). Pengguna implan berjumlah 12 orang (3,2%).
Aseptor yang menggunakan kondom sebanyak 28 orang (7,5%).
Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah
penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui
kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan sumber daya manusia
karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian
pertumbuhan penduduk, keluarga berencana, dan dengan cara pengembangan kualitas
penduduk, melalui perwujudan keluarga kecil berkualitas (Depkes RI, 2005).
Perawat membutuhkan kemampuan untuk membuat pendekatan dalam bidang
kesehatan. Perawat sebagai clinician harus mampu adil dalam pengetahuan klinis yang
berkaitan dengan ketrampilan yang di butuhkan oleh PUS. Perawat yang memberikan
pelayanan komprehensif dan holistik tentunya harus juga memfasilitasi PUS dalam
penggunaan alat kontrasepsi.
1.2.Rumusan Masalah
Mampukah mahasiswa menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga
menggunakan program keluarga berencana
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga menggunakan
program keluarga berencana
1.3.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan definisi keluarga berencana?
b. Menyebutkan perkembangan keluarga berencana?
c. Menyebutkan tujuan keluarga berencana?
d. Menjelaskan Sasaran program keluarga berencana?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas (UU No. 52 tahun 2009).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa
cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Pasangan
usia subur menggunakan alat kontrasepsi untuk mengikuti program Keluarga
Berencana tersebut (Affandi, 2012).
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2007).
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997),
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).
Secara umum Keluarga Berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha
yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang, kehamilan
merupakan sesuatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan
terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun,
2008).
Dari beberapa pengertian tentang Keluarga Berencana diatas dapat
disimpulkan bahwa KB adalah suatu program pemerintah dalam upaya
mencapai penduduk Indonesia yang sejahtera dengan cara melakukan
perencanaan kehamilan, mengatur jarak kehamilan, menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mengurangi dampak dari kehamilan yang berisiko,
dengan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi sehingga mengurangi angka
kelahiran dan kematian ibu yang berperan dalam laju pertumbuhan penduduk
di Indonesia.

2.2. Perkembangan Keluarga Berencana


Gerakan Keluarga Berencana (KB) bemula dari kepeloporan beberapa
tokoh dalam dan luar negeri. Pada awal abad 19 di Inggris upaya KB timbul
atas dasar prakarsa sekelompok orang antara lain Maria Stopes pada tahun
1880-1950 yang mengatur kelahiran kaum buruh di Inggris. Margareth Sanger
tahun 1883-1966 merupakan pelopor KB modern di AS yang mengembangkan
tentang program birth control, bermula pada tahun 1917 mendirikan National
Birth Control (NBC) dan pada tahun 1921 diadakan American NBC
Conference I. Hasil konferensi ini mendirikan American Birth Control League
dan Margareth Sanger sebagai ketuanya.
Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya International Planned
Parenthood Federation (IPPF), dan sejak saat itu berdirilah perkumpulan-
perkumpulan KB di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di
Indonesia yaitu Dr. Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu
untuk membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi.
Sedangkan di DKI Jakarta mulai dirintis oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo
(Suratun, 2008).
Pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) yang mana menjadi pelopor pergerakan dan
perkembangan Keluarga Berencana nasional. PKBI dalam misinya
menyangkut hal yang mendasar dalam kehidupan manusia yakni persoalan
reproduksi, yang mana padanya melekat berbagai norma, tabu, dan peraturan-
peraturan.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1968 dibentuklah
sebuah lembaga keluarga berencana. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang
pencapaian tujuan Deklarasi Kependudukan PBB 1967 yang kemudian
dimasukkan dalam program pemerintah sejak Pelita I (1969) dan dinamai
Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Lembaga ini masih bersifat
semi pemerintah.
Pada tahun 1970 LKBN ditingkatkan menjadi Badan Pemerintah
melalui Kepres No. 8 tahun 1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) yang bertugas mengkoordinasikan
perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program Keluarga
Berencana. Dalam perkembangannya BKKBN terus mengalami
penyempurnaan baik struktur organisasi, tugas pokok, dan tata kerja serta
fungsinya (Arum dan Sujiyatini 2011).
Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 yang
diikuti dengan Keputusan Presiden RI Nomor 110 Tahun 2001 dikukuhkan
bahwa BKKBN tetap bertugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang
keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Keppres ini, maka sebagian
kewenangan BKKBN telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota.
Demikian pula kelembagaan BKKBN kabupaten/kota telah diserahkan
kepada pemerintah kabupaten/kota per-Januari 2004 (BKKBN, 2008).
2.3. Tujuan Keluarga Berencana
Habibah (2012) mengatakan gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi
memiliki tujuan:
1. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini
tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR
(Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,00 per wanita. Pertambahan
penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan
dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang
ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan
jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834)
yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti
deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret
hitung.
2. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan
anak telah cukup.
3. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan,
hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
4. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas.
5. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi
sandang, pangan, papan, pendidikan, dan produktif dari segi ekonomi.
2.4. Sasaran Program Keluarga Berencana
Menurut Suratun (2008), sasaran program KB adalah:
1. Sasaran langsung: Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang
wanitanya berusia 15-49 tahun. PUS diharapkan secara bertahap menjadi
peserta KB aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan
fertilisasi. PUS yang menggunakan alat kontrasepsi disebut
peserta/akseptor KB. Peserta KB adalah PUS yang sedang menggunakan
salah satu metode kontrasepsi. Sedangkan peserta KB aktif adalah peserta
KB yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi secara terus-
menerus tanpa diselingi kehamilan. Adapula yang disebut peserta KB baru
yaitu PUS yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan
atau PUS yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah
melahirkan/keguguran (BKKBN, 2009).
2. Sasaran tidak langsung:
a) Kelompok remaja usia 15-19 tahun
b) Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi
pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama
yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan
NKKBS.
3. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha menghindari dan mencegah terjadinya suatu
kehamilan sebagai akibat dari bertemunya sel sperma dan sel telur yang
matang dan dapat mengakibatkan kehamilan. Upaya ini dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Dapat juga menggunakan
berbagai macam cara, baik menggunakan hormon, alat ataupun melalui
prosedur operasi. Kontrasepsi merupakan sebuah alat, obat, efek atau
tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kehamilan. Masyarakat pada
umumnya menyebut kontrasepsi dengan istilah Keluarga Berencana atau
KB (Wiknjosastro, 2009).
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang artinya melawan/mencegah
dan “konsepsi” artinya pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur matang dengan sel sperma tersebut. (BKKBN, 2015).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut kontrasepsi merupakan salah
satu cara untuk mencegah terjadinya konsepsi antara sel sperma dan sel telur
yang matang di tuba falopii sehingga tidak terjadi kehamilan. Kontrasepsi
tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen, dapat pula dilakukan secara
alamiah, hormon, alat maupun dengan prosedur operasi.
 Jenis – Jenis Metode Kontrasepsi
1. KB alami
a. Metode Amenore Laktasi
Metode kontrasepsi bagi ibu pasca melahirkan yang efektif 6
bulan pasca melahirkan dengan memberikan ASI Eksklusif.
Penelitian menyatakan bahwa wanita yang memberikan ASI secara
eksklusif dan belum mendapatkan menstruasinya maka biasanya
tidak akan mengalami kehamilan selama masa 6 bulan setelah
melahirkan (Marimbi, 2011).
MAL dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila :
a) Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif jika
diberikan minimal 8 kali sehari.
b) Belum mendapat haid.
c) Umur bayi kurang dari 6 bulan.
Bila ketiga kondisi ini terpenuhi, maka pemberian ASI dapat
memberikan perlindungan 98% dari kehamilan pada 6 bulan
pertama setelah persalinan.
b. Senggama terputus (coitus interuptus)
Metode coitus interuptus juga dikenal dengan metode
senggamam terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan
cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik
penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk ke
dalam rahim wanita. Sperma bertahan hidup 2x24 jam didalam
vagina, jika diluar organ reproduksi wanita kurang dari 24 jam
sperma akan rusak.
Manfaat
1. Efektif bila digunakan dengan benar.
2. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
3. Dapat digunakan setiap waktu
4. Tidak membutuhkan biaya.
5. Tidak mengganggu produksi ASI
6. Tidak ada efek samping
7. Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana.
8. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.
Keterbatasan metode ini adalah :
1. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya.
2. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam
sejak ejakulasi masih melekap pada penis.
3. Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.
Pasangan Yang Cocok Memakai Metode Coitus Interuptus
1. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
2. Pasangan yang tidak ingin menggunakan metode KB lainnya
3. Pasangan yang membutuhkan kontrasepsi dengan segera.
4. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil
menunggu metode lainnya
5. Pasangan yang melakukan hubungan seksual secara tidak teratur.
Pasangan Yang Tidak Cocok Memakai Metode Coitus
Interuptus
1. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini.
2. Pria yang sulit melakukan senggama terputus
3. Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerjasama
4. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
5. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
c. Metode Lendir servix
Metode ini tergantung pada tanda kesuburan, berdasarkan
perubahan lendir serviks. Untuk menghindari kehamilan, wanita
memantau jumlah dan kualitas lendir serviks, kemudian menghindari
hubungan seksual ketika terdapat lendir dan selama menstruasi.
Metoda lendir serviks dilakukan dengan wanita mengamati lendir
serviksnya setiap hari. Lendir serviks bervariasi selama siklus.
Setelah menstruasi, ada sedikit lendir serviks dan ini sering kali
disebut sebagai “kering”
Keuntungan
1. Tidak memiliki resiko kesehatan
2. Metode ini cukup berhasil bila suami istri memiliki motivasi
3. Membuat wanita lebih waspada dan mengenal siklus haidnya.
Kelemahan
Memerlukan ketelitian dan harus mengikuti langkah-langkah untuk
memperkirakan terjadinya ovulasi. Pasangan suami istri harus
mempunyai motivasi yang kuat. Karena siklus menstruasi dan masa
subur sangat bervariasi, metode ini memerlukan penyesuaian.
d. Metode Suhu Basal
Metode suhu tubuh/ basal tubuh dilakukan dengan wanita
mengukur suhu tubuhnya setiap hari untuk mengetahui suhu tubuh
basalnya. Setelah ovulasi, suhu tubuh basal (BBT/ basal body
temperature) akan sedikit turun dan kemudian naik sebesar 0,2-
0,4oC dan menetap sampai masa ovulasi berikutnya. Hal ini terjadi
karena setelah ovulasi, hormon progesteron disekresi oleh korpus
luteum yang menyebabkan suhu tubuh basal wanita naik.
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara
lain:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami
istri tentang masa subur/ ovulasi.
2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur
mendeteksi masa subur/ ovulasi.
3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan
kesempatan untuk hamil.
4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat
mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri.
Suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi
oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres,
penggunaan narkoba
4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
e. Metode Kalendar
Metode dengan menghindari senggama pada masa subur yaitu
dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda – tanda
adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liang vagina.
Untuk perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang
dikurangi 11 sebagai akhir masa subur, siklus terpendek dikurangi
18 sebagai awal masa subur (modul praktikum mata kuliah
keperawatan maternitas 2, 2017)
Manfaat
1. Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai
kontrasepsi maupun konsepsi
2. Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
3. Dapat di gunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan Hubungan seksual saat masa subur atau
ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
Keuntungan
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapan nya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan metode kalender yaitu:
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam
menjalankannya.
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual
setiap saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak
subur.
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain.
2. KB modern
a. MKJP ( Motode Kontrasepsi Jangka Panjang) seperti susuk atau
implan, IUD
1. Susuk atau implant
AKBK yaitu kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit.
Dengan disusupkannya implan dibawah kulit, setiap hari
dilepaskan secara tetap suatu hormon ke dalam darah melalui
proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik
tersebut, sehingga dapat menghambat terjadinya ovulasi.
• Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi
dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
• Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi
dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

Keuntungan implant adalah:


1. Tidak menekan produksi ASI
2. Praktis dan efektif
3. Tidak ada faktor lupa
4. Masa pakai jangka panjang (5 tahun)
5. Membantu mencegah anemia
6. Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera pengangkatan
implant.

Kekurangan implant adalah:


1. Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan
yang terlatih
2. Implant lebih mahal daripada pil Kb atau suntikan dan cara KB
jangka pendek
lainnya
3. Implant sering mengubah pola haid
4. Wanita tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri
(Suratun, 2008).
2. IUD/ Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalamrahim
yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik
(polyethyline). Ada yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang
tidak, ada pula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag). Selain
itu ada pula yang dibatangnya berisi hormon progesteron.
Keuntungan AKDR/ IUD adalah:
1. Praktis, ekonomis mudah dikontrol, aman untuk jangka
panjang dan kembalinya masa kesuburan cukup tinggi.
2. Tidak dipengaruhi faktor lupa seperti pil (Suratun, 2008).
Kerugian IUD
1. Perdarahan (spotting) antar menstruasi
2. Haid lama dan banyak
3. Saat haid lebih sakit
b. Non-MKJP seperti kondom, pil, suntik dan metode lainnya.
1. Kondom
2. Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen dan progesterone)
Jenis kontrasepsi kombinasi :
a. Pil kombinasi
Cara kerja :
- Menekan ovulasi
- Mencegah implantasi
- Lender serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh
sperma
- Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula
Pil KB terdiri dari 2 jenis, ada yang isi 21 dan 28. Untuk yang
21, dimulai minum saat hari pertama setelah haid, pilih hari
sesuai hari pertama minum, kemudian lanjut sampai 21 dan jeda
tidak minum, biasanya haid akan terjadi, kemudian setelah haid
dimulai lagi seperti awal.
Untuk yang 28 dimulai minum pada saat pertama haid pilih yang
placebo (warna berbeda terdiri dari 7 butir) kemudian
dilanjutkan sesuai panah sampai 28 dan lanjut lagi tanpa jeda.

b. Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikn injeksi IM sebulan sekali dan 50 mg Noretindron
Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM
sebulan sekali.
Cara kerja :
- Menekan ovulasi
- Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu
- Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3. Kontrasepsi Progestin
Suntikan progestin
Jenis :
- Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),
mengandung 150mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara suntik IM (daerah bokong)
- Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang
mengandung 200mg Norintendron Enantat, diberikan setiap
2 bulan dengan cara suntik IM.
Pil progestrin (Minipil)
Cara kerja :
- Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium (tidak begitu kuat)
- Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
- Mengentalkan lender serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
- Mengubah motilitas tiba sehingga transportasi sperma
terganggu
3. KB mantap
a. Vasektomi/ MOP (Medis Operatif Pria)
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk
menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan
memotong saluran mani (vas defferens) sehingga sel sperma tidak
keluar pada saat senggama.
b. Tubektomi/ MOW (Medis Operatif Wanita)
Tubektomi atau kontap wanita adalah suatu kontrasepsi permanen
untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikan
dan atau memotong pada kedua saluran tuba. Dengan demikian
maka ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma karena
adanya hambatan tuba. Tubektomu pada wanita dilakukan dengan
anastesi lokal dan tanpa mondok.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas (UU No. 52 tahun 2009).

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara
atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Pasangan usia subur
menggunakan alat kontrasepsi untuk mengikuti program Keluarga Berencana
tersebut (Affandi, 2012).

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta


masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2007).

3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami tentang keluarga berencana menggunakan alat kontrasepsi sehingga
dapat sehingga dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan
masyarakat tentang cara mengatur kelahiran anak, jarak, usia ideal melahirkan,
sehingga dapat mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan bina Pustaka,
Jakarta BKKBN. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta.

Depkes RI. 2005. Angka Data Statistik Indonesia . www. Data WHO.com Kematian
Ibu,http://www.google.com (diakses 20 november 2017)

http://stannytuasela.blogspot.co.id/2014/05/makalah-kb-alamiah-sederhana.html

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka


Rihama

Anda mungkin juga menyukai