Laporan Penelitian Mandiri: Nama Peneliti: Ir. Gede Astawa Diputra, MT
Laporan Penelitian Mandiri: Nama Peneliti: Ir. Gede Astawa Diputra, MT
PENELITIAN MANDIRI
Nama Peneliti :
Analisis hanya dilakukan pada biaya upah pada pekerjaan struktur beton
balok dan pelat lantai, lantai 2 dan 3 pada gedung D, E, dan F. Data yang
diperlukan antara lain daftar analisa biaya upah, biaya upah berdasarkan RAB
Kontraktor, biaya upah di lapangan, volume pekerjaan realisasi dan absensi tenaga
kerja. Perhitungan dilakukan dengan manganalisis jumlah biaya upah tenaga kerja
pada RAB, dan membandingkan dengan biaya upah realisasi serta menganalisis
produktivitas mandor (dengan kelompok tenaga kerjanya) berdasarkan
perbandingan antara volume realisasi dengan jumlah durasi penyelesaian
pekerjaan.
Kata kunci : Produktivitas Tenaga Kerja, Biaya Upah RAB, Biaya Upah
Realisasi.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK …............................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi
ii
BAB V PENUTUP ……………….…….................................................... 57
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 57
5.2 Saran ............................................................................................. 58
LAMPIRAN …………............................................................................... 60
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
cepat lambatnya suatu pekerjaan juga tergantung dari bagaimana cara mandor
dalam mengelola tenaga kerjanya.
Segala jenis pekerjaan yang dikerjakan di proyek disesuaikan dengan
volume pekerjaan yang telah direncanakan. Perbandingan antara volume
pekerjaan dengan jumlah waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut dikenal dengan istilah produktivitas tenaga
kerja. Dalam upaya mengatur atau memanajemen penggunaan tenaga kerja,
maka kontraktor harus mengetahui tingkat produktivitas mandornya.
Produktivitas mandor akan sangat berpengaruh terhadap keuntungan atau
kerugian suatu proyek, hal ini dikarenakan tingkat produktivitas mandor
berhubungan dengan biaya upah realisasi tenaga kerja yang diperlukan. Biaya
upah realisasi tenaga kerja adalah biaya upah tenaga kerja yang diperlukan
dalam menyelesaikan pekerjaan yang dikerjakan dalam suatu proyek. Dari
sini juga kita akan dapat mengetahui keuntungan maupun kerugian proyek
tersebut dari segi pembiayaan tenaga kerjanya. Umumnya dilapangan, sangat
jarang diketahui penyebab kerugian dari suatu proyek tersebut disebabkan
oleh produktivitas mandornya, padahal dalam proses realisasi proyek,
mandorlah yang berperan penuh dalam mengatur tenaga kerja baik dari
jumlah tenaga kerja, jenis tenaga kerja, waktu penyelesaian dan tentunya
biaya upah itu sendiri. Umumnya masing – masing mandor memiliki
kemampuan yang berbeda – beda dalam mengelola pekerjaan dilapangan.
Sehingga jika pihak kontraktor sudah mengetahui tingkat produktivitas
mandor yang akan digunakan, maka pihak pelaksana/kontraktor dapat
mengontrol setiap kegiatan yang akan terjadi dilapangan.
Salah satu pekerjaan yang berpengaruh dalam rangkaian proses
proyek konstruksi adalah pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai.
Pekerjaan ini merupakan salah satu bentuk kontruksi yang memiliki arti
cukup penting bagi kegiatan proyek secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan
pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai, merupakan pekerjaan struktur
yang menentukan kelanjutan dari pekerjaan yang berada diatas lantai tersebut,
khususnya pada pekerjaan gedung dua lantai atau lebih. Pekerjaan struktur
beton balok dan pelat lantai diawali dengan pemasangan perancah atau steger,
2
kemudian dilanjutkan dengan perakitan bakisting dan pemasangan balok
melintang terbuat dari kayu diatas perancah untuk tempat bakisting. Setelah
itu adalah penulangan balok dan pelat, dengan dilengkapi beton decking pada
sisi bawah tulangan pelat, dan sisi samping tulangan balok, tulangan
diturunkan kedalam bakisting. Pengecoran balok dan pelat dilakukan secara
bersamaan, hal ini bertujuan agar mendapatkan struktur yang menyatu.
Agar pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai dapat
diselesaikan sesuai dengan volume dan waktu yang telah ditentukan, maka
diperlukan mandor dengan grup pekerjanya yang memiliki produktivitas yang
baik. Meningkatnya produktivitas mandor dengan kelompok tenaga kerjanya,
akan berdampak pada tingkat efisiensi dan efektifitas pemanfatan tenaga
kerja, dimana pada akhirnya akan berdampak positif terhadap proyek, karena
akan dapat menghemat pembiayaan dan meningkatkan kuantitas serta kualitas
dari tenaga kerja tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan sebuah
penelitian tentang tingkat produktivitas tenaga kerja (mandor) dan
menentukan biaya upah realisasi, yaitu pada proyek pembangunan Gedung
Unit Sekolah Baru (USB) SMP Negeri 5 Mengwi, di Kelurahan Sading,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat produktivitas mandor dengan kelompok tenaga
kerjanya pada pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai, pada
pekerjaan lantai dua dan lantai tiga proyek pembangunan Gedung Unit
Sekolah Baru (USB) SMP Negeri 5 Mengwi.
2. Untuk mengetahui nilai perbandingan antara biaya upah realisasi tenaga
kerja dilapangan dengan biaya upah tenaga kerja berdasarkan pada RAB
(Rencana Anggaran Biaya) proyek Pembangunan Gedung Unit Sekolah
Baru (USB) SMP Negeri 5 Mengwi.
4
2. Pengamatan dilakukan pada jam kerja yaitu pukul 08.00 – 16.00 WITA
dengan jeda waktu istirahat pada pukul 12.00 – 13.00 WITA. Pada
pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai, lantai dua dan lantai tiga,
dan dilakukan hanya pada hari kerja dengan cuaca cerah.
3. Penelitian dilakukan dengan metode pengamatan langsung dan wawancara
dengan mandor dari ketiga gedung tersebut, mulai dari pekerjaan
bakisting, penulangan balok dan pelat lantai, pengecoran, dan pelepasan
bakisting.
4. Tingkat produktivitas yang di analisis adalah tingkat produktivitas mandor
dengan kelompok tenaga kerjanya (Kepala Tukang, Tukang, Pekerja).
5. Biaya upah tenaga kerja yang dihitung hanya pada pekerjaan bakisting,
penulangan, pengecoran dan pelepasan/bongkar bakisting pada struktur
beton balok dan pelat lantai.
6. Mengabaikan faktor luar teknis, seperti kelelahan karena kerja lembur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Produktivitas
2.2.1.Pengertian Produktivitas
Sumber – sumber ekonomi yang digerakan secara efektif
memerlukan ketrampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai
tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang
dengan masukan yang diolah. Melalui berbagai perbaikan cara kerja,
6
pemborosan waktu, tenaga dan berbagai input lainnya akan bisa
dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak
hal yang bisa dihemat. Yang jelas, waktu tidak terbuang sia – sia,
tenaga dikerahkan secara efektif dan pencapaian tujuan usaha bisa
terselenggara dengan baik, efektif dan efisien.
Pada dasarnya produktivitas mencakup sikap mental patriotik
yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada
keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Secara umum
produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun
fisik dengan masukan sebenarnya. Misalnya saja, produktivitas adalah
ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara output dan
input, masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan
keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk mental.
Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam
memproduksi barang atau jasa. Produktivitas juga didefinisikan sebagai
perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi
totalitas masukan selama periode tersebut.
Kerja yang bermalas – malasan ataupun korupsi jam kerja dari
yang semestinya, bukanlah menunjang pembangunan, tapi menghambat
kemajuan yang semestinya dicapai. Sebaliknya, kerja yang effektif
menurut jumlah jam kerja yang seharusnya serta kerja yang sesuai
dengan uraian kerja masing-masing pekerja, akan dapat menunjang
kemajuan serta mendorong kelancaran usaha baik secara individu
maupun secara menyeluruh. Banyak kejadian disekitar kita betapa
pemanfaatan waktu kerja yang merupakan upaya paling dasar dari
produktivitas kerja, banyak diabaikan, bahkan secara sengaja dilanggar.
Sikap mental seperti ini tidak akan menimbulkan suasana kerja yang
optimis, apalagi diharapkan untuk menciptakan metode dan sistem kerja
yang produktif disemua perangkat kerja yang ada.
Kerja produktif memerlukan ketrampilan kerja yang sesuai
dengan isi kerja sehingga bisa menimbulkan penemuan – penemuan
7
baru untuk memperbaiki cara kerja atau minimal mempertahankan yang
sudah baik. Kerja produktif memerlukan prasarat lain sebagai
pendukung yaitu: Kemauan kerja yang tinggi, lingkungan kerja yang
nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kehidupan minimum,
jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang manusiawi dan
hubungan kerja yang harmonis.
2.2.2. Produktivitas dan Efektivitas
Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara
hasil nyata maupun fisik (barang atau jasa) dengan masukan
sebenarnya. Misalnya saja produktivitas adalah ukuran efisiensi
produktif diartikan sebagai suatu perbandingan antara hasil keluaran
dan masukan atau output input. Masukan sering dibatasi dengan
masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan
fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan
efisiensi dalam memproduksi barang – barang atau jasa. Ukuran
produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang
dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang
digunakan atau jam – jam kerja orang (Muchdarsyah, 1992).
Produktivitas adalah suatu pendekatan inter disipliner untuk
menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi
penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber – sumber
secara efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi.
Produktivitas adalah interaksi terpadu antara tiga faktor yang
mendasar, yaitu investasi, manajemen, dan tenaga kerja. (Muchdarsyah,
1992).
Permasalahan produktivitas juga berkaitan dengan seberapa
besar pekerjaan itu digolongkan dalam kelompok kerja yang efektif.
Efektif biasanya digunakan sebagai perbandingan (tingkatan) dimana
sasaran yang dikemukakan dapat dianggap tercapai. Sedangkan
pengertian efektivitas adalah suatu perbandingan antara evaluasi
pekerjan dari satu unit output (keluaran) dengan evaluasi satu unit input
8
(masukan) sehingga dapat diperoleh besarnya efektivitas dari suatu
jenis pekerjaan yang ditinjau (Muchdarsyah, 1992).
Manajemen memang selalu diarahkan sebagai upaya
meminimalisir baik dalam hal biaya (pendanaan), fasilitas, ataupun
sumber daya manusianya, namun tetap ditempatkan dalam porsi yang
tepat sehingga tujuan usaha tercapai. Prinsip manajemen pada
umumnya adalah peningkatan efisiensi dengan mengurangi pemborosan
(wastage). Sumber – sumber yang ada digunakan secara maksimal,
termasuk modal, bahan – bahan mentah dan setengah jadi, dan tenaga
kerja sendiri. Ketidakefisiensian terjadi karena manajemen yang kurang
baik atau kurangnya pengawasan dari manajer. Ketidakefisiensian itu
dapat diketahui melalui analisa dari hasil pengamatan terhadap aktivitas
tiap pekerjaan dalam jangka waktu tertentu.
Produktivitas adalah interaksi antar tiga faktor yang mendasar,
yaitu : Investasi, Manajemen dan Tenaga kerja.
1. Investasi
Komponen pokok dari investasi ialah modal, karena modal
merupakan landasan gerak suatu usaha, namun modal saja tidaklah
cukup, untuk itu harus ditambahkan dengan komponen teknologi.
Untuk berkembang menjadi bangsa yang maju kia harus dapat
menguasai teknologi yang memberi dukungan kepada kemajuan
pembangunan nasional, ditingkat mikro tentunya teknologi yang
mampu mendukung kemajuan usaha atau perusahaan.
2. Manajemen
Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok
menggerakan orang – orang lain untuk bekerja sedemikian rupa
sehingga tujuan tercapai dengan baik. Hal – hal yang kita hadapi
dalam manajemen, terutama dalam organisasi modern, ialah semakin
cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung dari kemajuan –
kemajuan yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mempengaruhi seluruh aspek organisasi seperti
proses produksi, distribusi, pemasaran dan lain – lain. Kemajuan
9
teknologi yang berjalan cepat harus diimbangi dengan proses yang
terus – menerus melalui pengembangan sumber daya manusia,
yakni melalui pendidikan dan pengembangan. Dari pendidikan,
latihan dan pengembangan tersebut maka antara lain akan
menghasilkan tenaga skill yang mengusai aspek-aspek teknis dan
aspek – aspek manajerial.
3. Tenaga Kerja
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor
– faktor tenaga kerja ialah :
a. Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa
depannya.
b. Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana
keterbukaan.
(Muchdarsyah, 1992)
10
kerja pemborong/ buruh. Penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara
keahlian tertentu sehingga pekerjaan yang dihasilkan manjadi efisien dan
efektif. Dalam pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi beberapa bagian
sebagai berikut.
a. Tenaga kerja ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan
proyek yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang peranan
yang penting terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan
tenaga kerja lainnya untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam
melaksanakan pekerjaan. Meliputi tenaga pelaksana yang tingkat
pendidikannya sarjana, sarjana muda dan memiliki pengalaman dibidang
masing-masing.
b. Mandor, dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu,
misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan
ringan, dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan,
menangani pekerjaan acuan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi
pekerjaan tenaga kerja bawahannya.
c. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan
cara kerja yang sederhana. Tukang dalam proyek dibagi menjadi lima
bagian yaitu tukang besi, tukang batu, tukang kayu, tukang las, dan tukang
listrik. Tukang besi mengurusi segala macam kegiatan yang berhubungan
degan pembesian/pemasangan tulangan, tukang batu bertugas dalam
pengecoran dan pembuatan lantai kerja, tukang kayu bertugas untuk
mengurusi segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kayu baik
bekesting hingga servis lainnya.
d. Tenaga kasar, memerlukan kondisi yang kuat dan sehat untuk
pengangkutan bahan, alat, dan lain – lain.
e. Tenaga keamanan (security), bertugas menjaga keamanan lokasi proyek,
prosedur penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu jika ada
concrete mixer truck, concrete pump truck maupun truk bahan bangunan
yang akan masuk ke lokasi proyek.
11
Bila dilihat dari bentuk hubungan kerja antara pihak yang bersangkutan,
maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja konstruksi dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Tenaga kerja borongan, tenaga kerja berdasarkan ikatan kerja yang ada
antara perusahaan penyedia tenaga kerja (labour supplier) dengan
kontraktor untuk jangka waktu tertentu.
2. Tenaga kerja langsung (direct hire), tenaga kerja yang direkrut dan
menandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor.
Umumnya diikuti dengan latihan, sampai dianggap cukup memiliki
kemampuan dan kecakapan dasar.
12
kerja. Menurut Soeharto (1997), definisi indeks produktifitas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
(2.1)
Kondisi standar adalah kondisi rata-rata dimana indeks produktifitas
diberi angka = 1,0. Jika indeks produktifitas > 1,0 berarti produktifitas tenaga
kerja kurang dari standar. Sebaliknya, jika indeks produktifitas < 1,0 berarti
produktifitas tenaga kerja melebihi standar yang ditetapkan (Soeharto, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja lapangan
antara lain (Soeharto, 1997):
a. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.
Kondisi geografis lokasi proyek, iklim, cuaca, tempat penampungan
tenaga kerja serta sarana bantu yang berupa peralatan konstruksi sangat
berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kerja.
b. Supervisi, perencanaan dan koordinasi.
Melihat lingkup tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan
pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja di lapangan, maka kualitas
pengawas lapangan sangat besar pengaruhnya terhadap produktifitas
secara menyeluruh.
c. Komposisi kelompok kerja.
Perbandingan jam-orang pengawas lapangan terhadap total jam-orang
kelompok kerja yang dipimpinnya menunjukkan indikasi besarnya rentang
pengendalian yang dimiliki.
d. Kerja lembur.
Walaupun bertujuan untuk mengejar sasaran jadwal, kerja lembur dapat
berakibat pada menurunnya efisiensi kerja.
e. Pengalaman pekerja.
Seorang atau sekelompok tenaga kerja yang melakukan pekerjaan yang
identik secara berulang-ulang diharapkan dapat menaikkan tingkat
produktifitasnya untuk menyelesaikan pekerjaan berikutnya. Semakin
13
lama seseorang bekerja pada satu jenis pekerjaan yang sama, maka
keterampilannya akan semakin meningkat dan semakin sedikit waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan tertentu. Dengan
adanya peningkatan pengalaman kerja maka terjadinya kesalahan akan
berkurang, meningkatnya kualitas metode kerja, penggunaan peralatan
yang lebih baik, produk yang dihasilkan lebih baik dari sebelumnya dan
tentunya lebih efektif dalam memanfaatkan waktu.
f. Ukuran besar proyek.
Semakin besar ukuran proyek, maka produktifitas pekerja akan cenderung
menurun.
g. Kepadatan tenaga kerja.
Kepadatan tenaga kerja adalah jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga
kerja. Semakin tinggi jumlah pekerja per area atau semakin turunnya luas
area per pekerja, maka kegiatan per area akan semakin sibuk, atau dengan
kata lain kelancaran pekerjaan akan terganggu dan mengakibatkan
penurunan produktifitas.
2.4.1 Produktivitas Kelompok Pekerja
Produktivitas kelompok pekerja adalah kemampuan tenaga kerja
dalam menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi
dalam satuan waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk
menentukan jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus dibayarkan.
Kebutuhan tenaga kerja dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
a.
(2.2)
b. Kebutuhan tenaga kerja
= koefisien analisa x produktivitas grup pekerja (2.3)
14
Setiap tindakan perencanaan peningkatan produktivitas individual paling
sedikit mencakup tiga tahap berikut :
1. Mengenai faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
2. Mengukur pentingnya setiap faktor dan menentukan prioritasnya.
3. Merencanakan sistem tahap – tahap untuk meningkatkan kemampuan
pekerja dan memperbaiki sikap mereka sebagai sumber utama
produktivitas
(Muchdarsyah, 1992).
Mengingat bahwa pada umumnya proyek berlangsung dengan kondisi
yang berbeda – beda, maka dalam merencanakan tenaga kerja hendaknya
dilengkapi dengan analisis produktivitas dan indikasi variabel yang
mempengaruhi (Soeharto, 1995). Kebijakan kesempatan kerja efektif
merupakan salah satu faktor penting bagi peningkatan produktivitas nasional
karena produktivitas ekonomi nasional semata – mata harus dipandang dari
sudut pendayagunaan semua pekerja yang berkemauan (Muchdarsyah, 1992).
Bila seseorang atau sekelompok orang yang teroganisir melakukan
pekerjaan yang identik berulang – ulang, maka dapat diharapkan akan terjadi
suatu pengurangan jam tenaga kerja atau biaya untuk menyelesaikan
pekerjaan berikutnya, dibanding dengan yang terdahulu bagi setiap unitnya,
dengan kata lain produktivitas naik (Soeharto, 1995). Salah satu tanggung
jawab manajer adalah meningkatkan produktivitas kerjanya, supaya mereka
bekerja efisien dan produktif. Di area dengan jumlah pekerja yang besar
sering terjadi pemborosan tenaga, waktu dan uang.
15
masa pengenalan dan penyesuaian pekerjaan. Juga pada masa menanjak
(build up) sering kali sulit mengikuti secara tepat kenaikan jumlah
kegiatan dengan kenaikan jumlah pekerja yang diperlukan sehingga
menimbulkan pengaturan yang kurang efisien.
2. Periode puncak
Pada masa ini dicapai produktivitas optimal, jumlah tenaga kerja tidak
bertambah dan telah terbiasa dengan pekerjaan maupun kondisi medan
atau lapangan yang dihadapi.
3. Periode menurun
Pada masa menjelang akhir kontruksi, produktivitas cenderung menurun,
terutama disebabkan oleh :
a. Kurang tepatnya perencanaan. Misalnya masa kontrak kerja belum
berakhir sedangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi
kelebihan tenaga kerja.
b. Sikap mental atau semangat yang mengendur, karena melihat
pekerjaan mulai berkurang dan belum tentu tersedia lapangan kerja
yang berikutnya.
c. Terlambatnya demobilisasi. Sering dijumpai penyelia ingin menahan
pekerja yang berlebihan dengan menunggu sampai hasil kerjanya
meyakinkan. Bila faktor tersebut telah diperhitungkan jauh
sebelumnya, maka dapat direncanakan pendekatan pengelolaan yang
sebaik – baiknya. Langkah pertama adalah mencoba mencari data dan
informasi terakhir mengenai angka indeks produktivitas di daerah
proyek. Kemudian diteliti faktor – faktor yang mempengaruhi indeks
tersebut, serta menganalisa faktor – faktor lain yang nantinya mungkin
diberlakukan terhadap proyek (applicable). Bila dari kondisi dan sifat
– sifat tersebut telah dapat diperkirakan besar angka produktivitas,
selanjutnya angka ini dipakai untuk menghitung keperluan total tenaga
kerja, berikut fasilitas (perumahan sementara, transportasi, catering,
dan lain – lain). Selain itu, program peningkatan ketrampilan dan
pelatihan perlu diperhatikan, karena dapat secara efektif menaikan
produktivitas mereka (Soeharto, 1995).
16
2.7 Faktor Yang Berpengaruh Pada Produktivitas
Semua faktor yang mempengaruhi produktivitas dipandang sebagai
sub sistem untuk menunjukkan dimana potensi produktivitas dan
cadangannya disimpan.
Faktor – faktor tersebut antara lain:
Faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek diklasifikasikan
menjadi empat kategori utama, yaitu:
1. Metode dan teknologi, terdiri atas faktor: desain rekayasa, metode
konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja.
2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor: perencanaan dan
penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen
material, manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja.
3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor : keselamatan kerja, lingkungan
fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi.
4. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, pembagian
keuntungan, hubungan kerja mandor - pekerja.
Menurut Muchdarsyah Sinungan dalam Robert Eddy S (2007) :
a. Kuantitas atau jumlah tanaga kerja yang digunakan dalam suatu proyek
b. Tingkat keahlian tenaga kerja.
c. Latar belakang kebudayaan dan pendidikan termasuk pengaruh faktor
lingkungan dan keluarga terhadap pendidikan formal yang diambil tenaga
kerja.
d. Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis situasi yang terjadi dalam
lingkup pekerjaannya dan sikap moral yang diambil pada keadaan tersebut.
e. Minat tenaga kerja yang tinggi terhadap pekerjaan yang ditekuninya
f. Struktur pekerjaan, keahlian dan umur (kadang – kadang jenis kelamin).
Variabel – variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
lapangan dapat dikelompokan menjadi:
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu
Kondisi fisik ini berupa iklim, musim, atau keadan cuaca. Misalnya
adalah temperatur udara panas dan dingin, serta hujan dan salju. Pada
daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dapat mempercepat
17
rasa lelah tanaga kerja, sebaliknya di daerah dingin, bila musim salju tiba,
produktivitas tanaga kerja lapangan akan menurun. Untuk kondisi fisik
lapangan kerja seperti rawa – rawa, padang pasir atau tanah berbatu
keras, besar pengaruhnya terhadap produktivitas. Hal ini sama akan
dialami di tempat kerja dengan keadaan khusus seperti dekat dengan
unit yang sedang beroperasi, yang biasanya terjadi pada proyek perluasan
instalasi yang telah ada, yang sering kali dibatasi oleh bermacam – macam
peraturan keselamatan dan terbatasnya ruang gerak, baik untuk pekerja
maupun peralatan. Sedangkan untuk kekurang lengkapnya sarana bantu
seperti peralatan akan menaikkan jam orang untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Sarana bantu diusahakan siap pakai dengan jadwal
pemeliharaan yang tepat.
2. Kepenyeliaan, perencanaan dan koordinasi
Yang dimaksud dengan supervisi atau penyelia adalah segala sesuatu yang
berhubungan langsung dengan tugas pengelolaan para tenaga kerja,
memimpin para pekerja dalam pelaksanaan tugas, termasuk menjabarkan
perencanaan dan pengendalian menjadi langkah – langkah pelaksanaan
jangka pendek, serta mengkoordinasikan dengan rekan atau penyelia lain
yang terkait. Keharusan memiliki kecakapan memimpin anak buah bagi
penyelia, bukanlah sesuatu hal yang perlu dipersoalkan lagi. Melihat
lingkup tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan pekerjaan dan
penggunaan tenaga kerja, maka kualitas penyelia besar pengaruhnya
terhadap produktivitas secara menyeluruh.
3. Komposisi kelompok kerja
Pada kegiatan konstruksi seorang penyelia lapangan memimpin satu
kelompok kerja yang terdiri dari bermacam – macam pekerja lapangan
(labor craft), seperti tukang batu, tukang besi, tukang pipa, tukang kayu,
pembantu (helper) dan lain – lain. Komposisi kelompok kerja berpengaruh
terhadap produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan. Yang dimaksud
dengan komposisi kelompok kerja adalah:
a. Perbandingan jam-orang penyelia dan pekerja yang dipimpinnya.
b. Perbandingan jam-orang untuk disiplin kerja.
18
Perbandingan jam-orang penyelia terhadap total jam-orang kelompok
kerja yang dipimpinnya, menunjukkan indikasi besarnya rentang kendali
yang dimiliki. Untuk proyek pembangunan industri yang tidak terlalu
besar kompleks dan berukuran sedang ke atas, perbandingan yang
menghasilkan efisiensi kerja optimal dalam praktek berkisar antara 1:10-
15. jam-orang yang berlabihan akan menaikkan biaya, sedangkan bila
kurang akan menurunkan produtivitas.
4. Kerja lembur
Sering kali kerja lembur atau jam kerja yang panjang lebih dari 40
jam per minggu tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar
sasaran jadwal, meskipun hal ini akan menurunkan efisiensi kerja.
5. Ukuran besar proyek
Penelitian menunjukan bahwa besar proyek (dinyatakan dalam jam-
orang) juga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan, dalam
arti semakin besar ukuran proyek produktivitas menurun.
6. Pekerja langsung versus kontraktor
Ada dua cara bagi kontraktor utama dalam melaksanakan pekerjaan
dilapangan yaitu dengan merekrut langsung tenaga kerja dan memberikan
direct hire (kepenyelian) atau menyerahkan paket kerja tertentu kepada
subkontraktor. Dari segi produktivitas umumnya subkontraktor lebih tinggi
5-10% dibanding pekerja langsung. Hal ini disebabkan tenaga kerja sub
kontraktor telah terbiasa dalam pekerjaan yang relatif terbatas lingkup
dan jenisnya, ditambah lagi prosedur kerjasama telah dikuasai dan terjalin
lama antara pekerja maupun dengan penyelia. Meskipun produktivitas
lebih tinggi dan jadwal penyelesaian pekerjaan potensial dapat lebih
singkat, tetapi dari segi biaya belum tentu lebih rendah dibanding memakai
pekerja langsung, karena adanya biaya overhead (lebih) dari perusahaan
subkontraktor.
7. Kurva pengalaman
Kurva pengalaman atau yang sering dikenal dengan learning curve
didasarkan atas asumsi bahwa seseorang atau sekelompok orang yang
19
mengerjakan pekerjaan relatif sama dan berulang – ulang, maka akan
memperoleh pengalaman dan peningkatan keterampilan.
8. Kepadatan tenaga kerja
Di dalam batas pagar lokasi yang nantinya akan dibangun instalasi
proyek, yang disebut juga dengan battery limit, ada korelasi antara jumlah
tenaga kerja konstruksi, luas area tempat kerja, dan produktivitas.
Korelasi ini dinyatakan sebagai kepadatan tenaga kerja (labor density),
yaitu jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga kerja. Jika kepadatan
ini melewati tingkat jenuh, maka produktivitas tenaga kerja menunjukkan
tanda – tanda menurun. Hal ini disebabkan karena dalam lokasi proyek
tempat buruh bekerja, selalu ada kesibukan manusia, gerakan peralatan
serta kebisingan yang menyertai.
Semakin tinggi jumlah pekerja per area atau semakin turun luas area
per pekerja, maka semakin sibuk kegiatan per area, akhirnya akan
mencapai titik dimana kelancaran pekerjaan terganggu dan mengakibatkan
penurunan produktivitas. (Soeharto, 1995).
20
Salah satu pendekatan untuk mengetahui tingkat produktivitas tenaga
kerja adalah dengan menggunakaan metode yang mengklasifikasikan
aktivitas pekerja. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dengan metode
produtivity rating, dimana aktivitas pekerja diklasifikasikan dalam 3 hal yaitu
Essential contributory work, Effective work (pekerjaan efektif), dan Not
Useful (pekerjaan tidak efektif).
a. Essential contributory work, yaitu pekerjaan yang tidak secara langsung,
namun bagian dari penyelesaian pekerjaan. Misalnya :
- Menunggu tukang yang lain dengan tidak bekerja.
- Mengangkut peralatan yang berhunungan dengan pekerjaan
- Membaca gambar proyek.
- Menerima instruksi pekerjaan.
- Mendiskusikan pekerjaan
b. Pekerjaan effektif (effective work), yaitu disaat pekerja melakukan
pekerjaannya dizona pekerjaan.
c. Pekerjaan tidak efektif (not useful), yaitu kegiatan selain diatas yang
tidak menunjang penyelesaian pekerjaan. Seperti meninggalkan zona
pengerjaan, berjalan di zona pengerjaan dengan tangan kosong dan
mengobrol sesama pekerja sehingga tidak maksimalnya bekerja.
Sehingga faktor utilitas pekerja (LUR) dapat dihitung :
(2.4)
Pengamatan total = waktu efektif + waktu kontribusi + waktu tidak
efektif untuk sebuah tim kerja dikatakan mencapai waktu efektif atau
memuaskan bila faktor utilitas pekerjanya lebih dari 50%.
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik
perorangan/per-orang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun
dari sudut pandang pengawasan harian, pengukuran – pengukuran tersebut
pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah
yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh
karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (Jam, hari
atau tahun).
21
Pengeluaran diubah kedalam unit – unit pekerja yang biasanya
diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh
pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar. Karena
hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga
kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana :
(2.5)
(Muchdarsyah, 1992)
Waktu efektif adalah waktu dimana pekerja melakukan aktivitas yang
dapat dikualifikasikan sebagai bekerja (working). Waktu tidak efektif adalah
waktu dimana pekerja melakukan aktivitas yang dapat dikualifikasikan
sebagai tidak bekerja (not working). Kualifikasi aktivitas pekerja dalam
metode ini tidaklah absolute, artinya dapat menyesuaikan dengan kondisi
dilapangan untuk mendapatkan data yang diperlukan.
Berdasarkan beberapa teori di atas maka, faktor – faktor yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam penelitian ini adalah :
1. Kondisi lapangan dan sarana bantu
2. Keahlian pekerja
3. Pengalaman kerja
4. Kesesuaian upah
5. Kesehatan pekerja
6. Koordinasi dan perencanaan
7. Manajerial
22
balok struktur ditentukan berdasarkan hasil hitungan struktur. Pemakaian besi
tulangannya disesuaikan dengan hasil hitungannya. Cara menghitung volume
balok adalah luas tampang dikalikan tinggi balok.
Sebagai contoh, volume balok adalah 0,4 x 0,4 x 3 = 0,483 m 3.
Sedangkan pemakaian besi tulangannya adalah tulangan pokok Ø12 mm
jumlahnya 10 panjang 3 m, maka panjang total yang dibutuhkan adalah 10 x
3m = 30m. Panjang 1 sengkang adalah keliling balok dikurangi selimut beton
setebal 2cm, yaitu (0,36 x 4) + (6 x 0,012 x 2) = 1,584m. Jumlah sengkang
setiap 1m adalah 100/jarak sengkang + 1 = (100/10) + 1 = 11 buah. Karena
tinggi balok 3m maka jumlah sengkang adalah 11 x 3 = 33 buah. Dengan
demikian panjang sengkang total yang dibutuhkan adalah 1,584m x 33 buah =
52,272 m.
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa kebutuhan total tulangan untuk
balok adalah 47,06 kg. dengan demikian dapat dihitung berat tulangan setiap
1 m3 beton, yaitu (1/0,48) x 47,06 = 98,04 kg/m3. Ukuran inilah yang sering
digunakan praktisi untuk memperkirakan biaya bangunan secara cepat,
didasarkan pada pengalaman membangun berbagai macam bangunan gedung.
23
Belanda. Analisa BOW hanya dapat dipergunakan untuk pekerjaan padat
karya yang memakai peralatan konvensional. Sedangkan bagi pekerjaan yang
mempergunakan peralatan modern/alat berat, analisa BOW tidak dapat
dipergunakan sama sekali.
Tentu saja ada beberapa bagian analisa BOW yang tidak relevan lagi
dengan kebutuhan pembangunan, baik bahan maupun upah tenaga kerja.
Namun demikian, analisa BOW masih dapat dipergunakan sebagai pedoman
dalam menyusun Anggaran Biaya Bangunan.
Ada tiga istilah yang harus dibedakan dalam menyusun anggaran biaya
bangunan yaitu : Harga Satuan Bahan, Harga Satuan Upah, dan Harga Satuan
Pekerjaan.
2.10.1 Analisa Bahan Dan Upah
1. Analisa Bahan
Yang dimaksud dengan analisa bahan suatu pekerjaan, adalah yang
menghitung banyaknya/volume masing – masing bahan, serta
besarnya biaya yang dibutuhkan.
2. Analisa Upah
Yang diamksud dengan analisa upah suatu pekerjaan adalah,
menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.
2.10.2 Estimate Real Of Coast
Pada bagian awal buku ini telah dijelaskan bahwa Anggaran Biaya
Suatu Bangunan atau Proyek ialah menghitung banyaknya biaya yang
diperlukan untuk bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan analisis,
serta biaya – biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan atau proyek. Susunan Estimate Real Of Coast berikut ini
dapat dilihat dengan jelas bahwa biaya (anggaran) adalah jumlah dari
masing – masing hasil perkalian Volume dengan Harga Satuan
Pekerjaan yang bersangkutan.
Secara umum dapat disimpulka sebagai berikut:
RAB = (VOLUME x HARGA SATUAN PEKERJAAN ) (2.6)
24
2.11 Analisis Statistik
2.11.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara
sumber data dengan masalah penelitian yang yang akan dipecahkan.
(Moh. Nazir, 1983).
Data bisa diperoleh dengan berbagai cara, dalam lingkungan
berbeda, lapangan atau laboratorium dan dari sumber yang berbeda.
Metode pengumpulan data meliputi wawancara melalui tatap muka,
telepon, bantuan komputer dan media elektronik, kuisioner yang
diserahkan secara pribadi atau lewat email atau secara elektronik,
observasi individu dan peristiwa dengan atau tanpa videotape, atau
rekaman audio dan beragam teknik motivasional lain seperti tes
proyektif.
Wawancara ialah teknik pengumpulan data melalui pertanyaan
kepada responden secara langsung baik individu maupun kelompok.
Kuisioner dilakukan dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan
yang tertulis dan jawaban dari responden juga diberikan secara
tertulis. Sedanngkan observasi adalah pengumpulan data melalui
penganatan atas suatu obyek, orang, atau fenomena dan mencatatnya
secara sistematis.
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Di dalam
membuat kuisioner perlu diperhatikan bahwa kuisioner disamping
bertujuan untuk menampung data sesuai dengan kebutuhan, juga
merupakan suatu kertas kerja yang harus ditatalaksanakan dengan
baik. Berikut ini adalah contoh sederhana didalam membuat kuisioner.
Ada empat komponen inti dari sebuah kuisioner. Keempat
komponen itu adalah
1. Adanya subyek yaitu individu atau lembaga yang melakukan
penelitian
25
2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden
untuk turut serta mengisi secara aktif dan obyektif dari pertanyaan
maupun pernyatan yang tersedia.
3. Ada petunjuk pengisian kuisioner, dan petunjuk yang tersedia
harus mudah dimengerti.
4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat jawaban,
baik secara tertutup, semi tertutup/terbuka. Dalam membuat
pernyataan jangan sampai lupa isian untuk identitas dari responden.
Dalam hubungannya dengan leluasa dan tidaknya responden
untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan yang
diajukan, maka pertanyaan dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :
1. Pertanyaan Berstruktur
Merupakan pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga
responden dibatasi dalam memberikan jawaban kepada beberapa
alternatif saja ataupun kepada satu jawaban saja.
2. Pertanyaan Terbuka
Jawaban dan cara pengungkapanya dapat bermacam – macam.
Bentuk pertanyaan terbuka ini jarang digunakan dalam kuesioner
tetapi banyak digunakan dalam wawancara.
Untuk memungkinkan responden menjawab dalam berbagai
tingkatan bagi setiap butir kepuasan format tipe likert bisa
dipergunakan R.S Likert (1932) yang mengembangkan prosedur
penskalaan dimana skala mewakili suatu continum bipolar. Format
tipe likert dirancang untuk memungkinkan responden menjawab
dalam berbagai tingkatan pada setiap butir pertanyaan.
Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap
seseorang, misalnya setuju – tidak setuju, senang – tidak senang,
cukup – tidak cukup, dan lain – lain. Responden diminta mengisi
pernyataan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah
kategori tertentu, biasanya 5 sampai 7 kategori (agar dapat
menampung kategori yang ’netral’) atau memasukan kategori ’tidak
tahu’. Beberapa buku teks menganjurkan agar pada data pada kategori
26
netral tidak dipakai dalam analisis selama responden tidak
memberikan alasannya. Untuk membuat skala Likert dilakukanlah
dengan:
1. Kumpulkan sejumlah pernyataan yang sesuai dengan sikap yang
akan diukur dan dapat diidentifikasikan dengan jelas (positif atau
tidak positif).
2. Berikan pernyataan – pernyataan di atas kepada sekelompok
responden.
3. Responden dari tiap pernyataan dengan cara menjumlahkan angka –
angka dari setiap pernyataan sedemikian rupa sehingga respon
yang berada pada posisi sama akan menerima secara konsisten dari
angka yang selalu sama. Misalnya bernilai 5 untuk sangat positif
dan bernilai 1 untuk yang sangat negatif. Hasil hitung akan
mendapatkan skor dari tiap-tiap pernyataan dan skor total,
baik untuk tiap responden maupun secara total untuk seluruh
responden.
4. Selanjutnya, mencari pernyataan – pernyataan yang tidak dapat
dipakai dalam penelitian, sebagai patokannya adalah : Pernyataan
yang tidak diisi lengkap oleh responden. Pernyataan yang secara
total responden tidak menunjukkan yang substansial dengan nilai
totalnya.
Pernyataan – pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk
skala likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap serta
menjadi kuisioner baru untuk pengumpulan data berikutnya.
2.11.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dalam melakukan
observasi tentunya perlu ditentukan karakter yang akan diobservasi
dari suatu unit amatan yang disebut dengan variabel.
Definisi operasional variabel digunakan sebagai petunjuk tentang
bagaimana suatu variabel diukur, dengan menggunakan indikator –
indikator yang secara terperinci.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dapat dianalisa. Untuk
menentukan instrumen pengumpulan data, penelitian harus menentukan
terlebih dahulu sumber data dan metode pengumpulan data yang dipakai.
Berikut ini adalah gambar penentuan instrumen pengumpulan data
penelitian yang terdapat pada gambar 3.1 di bawah ini :
29
f. Pembuatan angket data untuk panduan pengamatan dan wawancara.
g. Mengumpulkan data mandor dengan kelompok tenaga kerjanya yang
diperlukan untuk mendukung penelitian dengan wawancara langsung
(pengisisan data daftar pertanyaan) dengan mandor dan melakukan
pengamatan langsung di lapangan.
h. Mengolah data yang telah dikumpulkan sesuai dengan keperluan
analisis data, sehingga dapat memudahkan dalam proses analisis data
penelitian.
i. Menganalisis data penelitian yang diperoleh dengan menghitung nilai
biaya upah tenaga kerja berdasarkan RAB kontraktor dengan biaya
upah realisasi kemudian membandingkannya. Serta menghitung
tingkat produktivitas mandor dengan kelompok tenaga kerjanya dan
membandingkannya.
j. Membahas dan mengevaluasi data penelitian dengan menggunakan
analisis diskripsi.
k. Analisis dan pelaporan.
l. Penentuan kesimpulan dan saran dari penelitian
30
3.3 Kerangka Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah, dan teori – teori
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pemikiran dari penelitian
ini dapat dirumuskan seperti pada gambar 3.2 berikut ini :
Ide
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
31
BAB IV
PEMBAHASAN
32
Adapun yang diteliti adalah produktivitas mandor dengan kelompok
tenaga kerjanya pada jam kerja normal, dengan membandingkan biaya upah
realisasi tenaga kerja dengan biaya upah analisa RAB (Rencana Anggaran
Biaya) kontraktor. Objek yang di teliti hanya pada pekerjaan struktur beton
balok dan pelat lantai dua dan tiga pada ketiga gedung tersebut.
33
diproduksi oleh PT. Hakadikon. Dimana pekerjaan pembesian pada
pekerjaan struktur beton tersebut, dikerjakan dengan besi tulangan polos
dan ulir dimana pada setiap komponen pekerjaan disesuaikan dengan
gambar dan volume pekerjaan kg/m3. Pada pekerjaan bakisting
menggunakan perancah dari bambu, dan menggunakan plywood dengan
tebal 9 (Sembilan) mm. Dari pengamatan langsung dapat diketahui
jumlah tenaga kerja yang bekerja pada ketiga gedung tersebut adalah
sebanyak 110 (seratus sepuluh) orang selama 120 hari kerja.
Dari data Daftar Harga Satuan Upah, dan Daftar Analisa Upah
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dapat diketahui data mengenai upah
tenaga kerja, koefisien tenaga kerja, rencana anggaran biaya upah tenaga
kerja yang diperlukan pada setiap jenis pekerjaan struktur beton balok
dan pelat lantai yang dikerjakan pada pekerjaan struktut Gedung D (RKB
dan Laboratorium), Gedung E (RKB) dan gedung F (Gedung Pengelola
dan Pelayanan). Adapun data – data tersebut diuraikan pada tabel 4.1 dan
tabel 4.2 yang diuraikan seperti berikut ini :
34
Tabel 4.2 Daftar Analisa Harga Satuan Upah Tenaga Kerja Sesuai Daftar
Analisa RAB
NO URAIAN HARGA HARGA HARGA
SATUAN UPAH JUMLAH
(Rp) (Rp) (Rp)
VII PEKERJAAN BETON (SNI 7394:2008)
7 MEMBUAT 1 M3 BETON MUTU FC =
21,7 Mpa (K250), Slump (12±2)cm, W/C
+0,56
1,6500 oh Pekerja 40,000.00 66,000.00
0,2750 oh Tukang Batu 45,000.00 12,375.00
0,0280 oh Kepala Tukang 50,000.00 1,400.00
0,0830 oh Mandor 55,000.00 4,565.00
Total : 84,340.00 84,340.00
12 PEMBESIAN 1 KG DENGAN BESI
POLOS ATAU BESI ULIR
0,0700 oh Pekerja 40,000.00 2,800.00
0,0700 oh Tukang Batu 45,000.00 3,150.00
0,0070 oh Kepala Tukang 50,000.00 350.00
0,0040 oh Mandor 55,000.00 220.00
Total : 6,520.00 6,520.00
16 1 M2 PASANG BAKISTING UNTUK
BALOK
0,6600 oh Pekerja 40,000.00 26,400.00
0,3300 oh Tukang Batu 45,000.00 14,850.00
0,0330 oh Kepala Tukang 50,000.00 1,650.00
0,0330 oh Mandor 55,000.00 1,815.00
Total : 44,715.00 44,715.00
17 1 M2 PASANG BAKISTING UNTUK
LANTAI
0,6600 oh Pekerja 40,000.00 26,400.00
0,3300 oh Tukang Batu 45,000.00 14,850.00
0,0330 oh Kepala Tukang 50,000.00 1,650.00
0,0330 oh Mandor 55,000.00 1,815.00
Total : 44,715.00 44,715.00
35
kerja serta durasi pekerjaan dilapangan, biaya upah tenaga kerja sesuai
dengan jenis pekerjaan.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Unit Sekolah Baru SMP
Negeri 5 Mengwi, terdapat 2 (dua) mandor dengan jumlah kelompok
tenaga kerja yang berbeda pada pekerjaan struktur beton balok dan pelat
lantai 2 (dua) dan lantai 3 (tiga) pada ketiga gedung tersebut. Dimana
salah satu mandor mengerjakan 2 (dua) gedung dengan luas yang hampir
sama. Disini data didapatkan dengan melakukan pengamatan langsung
dilapangan di mulai dari pekerjaan tersebut dikerjakan hingga selesai.
Pertama yang dilakukan adalah mencatat kehadiran tenaga kerja ke
dalam tabel absensi kelompok tenaga kerja pada kedua mandor tersebut,
dimana absensi pada masing – masing kelompok tenaga kerja dibedakan,
agar dapat memudahkan dalam proses pengolahan data.
Setelah data – data absen terpenuhi, langkah selanjutnya adalah
menghitung jumlah kehadiran tenaga kerja sesuai dengan keahliannya.
Kemudian data selanjutnya yang diperlukan adalah data upah harian
tenaga kerja sesuai dengan keahliannya, dimana data tersebut didapatkan
dari hasil wawancara dengan mandor. Data upah tersebut digunakan
untuk mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk biaya kelompok
tenaga kerja sesuai dengan data kehadirannya pada absensi. Data – data
primer dari pekerjaan ketiga gedung tersebut yang diperlukan pada
penelitian ini terdapat pada tabel 4.3, tabel 4.4, dan tabel 4.5, yang mana
akan diuraikan pada halaman berikut ini:
36
Tabel 4.3 Data Volume Realisasi Struktur Beton balok dan Pelat Lantai 2
dan Lantai 3 Gedung D, E, Dan F.
PEKERJAAN VOLUME VOLUME VOLUME
NO
STRUKTUR BEKESTING BETON PEMBESIAN
I GEDUNG D 262.65 m2
LANTAI II
-Balok 40x60 156.54 m2 24.76 m3 4,618.37 kg
2 3
-Balok 25x40 17.45 m 2.16 m 923.49 kg
2 3
-Pelat Lantai 126.86 m 15.22 m 3,443.45 kg
JUMLAH 300.85 m2
42.14 m3
8,985.31 kg
LANTAI III
-Balok 40x60 156.54 m2 24.76 m3 3,886.11 kg
2 3
-Balok 25x40 17.45 m 2.16 m 959.35 kg
2 3
-Pelat Lantai 126.86 m 15.22 m 3,443.45 kg
JUMLAH 300.85 m2 42.14 m3 8,288.91 kg
II GEDUNG E 494.70 m2
LANTAI II
-Balok 40x60 298.93 m2 52.75 m3 8,874.24 kg
2 3
-Balok 25x40 33.61 m 4.15 m 1,811.16 kg
2 3
-Pelat Lantai 349.11 m 41.89 m 6,357.18 kg
JUMLAH 681.65 m2
98.79 m3
17,042.58 kg
LANTAI III
-Balok 40x60 298.93 m2 52.75 m3 7,615.23 kg
-Balok 25x40 33.61 m2 4.15 m3 2,075.30 kg
-Pelat Lantai 349.11 m2 41.89 m3 6,357.18 kg
JUMLAH 681.65 m2
98.79 m3
16,047.71 kg
III GEDUNG F 253.80 m2
LANTAI II
-Balok 40x60 156.94 m2 27.71 m3 2,266.53 kg
2 3
-Balok 25x40 26.41 m 3.68 m 1,604.49 kg
2 3
-Pelat Lantai 184.14 m 26.38 m 3,227.95 kg
JUMLAH 367.49 m2 57.77 m3 7,098.97 kg
LANTAI III
-Balok 40x60 150.24 m2 26.80 m3 3,057.41 kg
2 3
-Balok 25x40 26.41 m 2.40 m 1,154.49 kg
2 3
-Pelat Lantai 176.82 m 24.57 m 3,214.75 kg
JUMLAH 353.47 m2
53.77 m3
7,426.65 kg
37
Tabel 4.4 Daftar Harga Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Mandor
NO JENIS TENAGA KERJA SATUAN HARGA (Rp)
1 Mandor Hari 90,000.00
2 Kepala Tukang Hari 80,000.00
3 Tukang Batu Hari 70,000.00
4 Tukang Kayu Hari 75,000.00
5 Tukang Besi Hari 70,000.00
6 Pekerja Hari 60,000.00
38
Tabel 4.5 (Lanjutan) Data Rekapitulasi Absensi Tenaga Kerja Proyek
Pembangunan Gedung USB SMP Negeri 5 Mengwi
a b c d e
II GEDUNG E
( RKB/Ruang Kelas Belajar )
Pek. Balok Dan Pelat Lantai
PEKERJAAN SIPIL :
Lantai 2 dan Lantai 3
1. Pek. Bekesting
- Pekerja 15 420 60,000.00
- Tukang kayu 4 112 75,000.00
- Kepala tukang 1 28 90,000.00
- Mandor 1 28 90,000.00
2. Pek. Pembesian
- Pekerja 18 243 60,000.00
- Tukang Besi 5 69 70,000.00
- Kepala tukang 2 28 80,000.00
- Mandor 1 14 90,000.00
3. Pek. Beton
- Pekerja 13 2 60,000.00
- Tukang 2 2 70,000.00
- Mandor 1 2 90,000.00
4. Pek. Bongkar Bekesting
- Pekerja 5 50 60,000.00
- Mandor 1 10 90,000.00
III GEDUNG F
( PELAYANAN )
Pek. Balok Dan Pelat Lantai
PEKERJAAN SIPIL :
Lantai 2 dan Lantai 3
1. Pek. Bekesting
- Pekerja 8 112 60,000.00
- Tukang kayu 6 84 75,000.00
- Kepala tukang 2 28 90,000.00
- Mandor 1 14 90,000.00
2. Pek. Pembesian
- Pekerja 8 108 60,000.00
- Tukang Besi 4 56 70,000.00
- Kepala tukang 2 28 80,000.00
- Mandor 1 14 90,000.00
39
Tabel 4.5 (Lanjutan) Data Rekapitulasi Absensi Tenaga Kerja Proyek
Pembangunan Gedung USB SMP Negeri 5 Mengwi
a b c d e
3. Pek. Beton
- Pekerja 8 2 60,000.00
- Tukang 6 2 70,000.00
- Mandor 1 2 90,000.00
4. Pek. Bongkar Bekesting
- Pekerja 3 8 60,000.00
- Mandor 1 8 90,000.00
40
jumlah luas total pekerjaan 163,82 m2 adalah sebesar Rp 4.324.848,00,
dimana jenis tenaga kerja yang di analisis adalah pekerja. Agar memudahkan
dalam melakukan proses perhitungan, maka untuk perhitungan selanjutnya
akan dibantu dengan bantuan program Microsoft Excel 2007, dimana hasil
perhitungan selanjutnya akan di tampilkan dalam tabel lampiran.
Setelah melakukan analisis terhadap biaya upah tenaga kerja berdasarkan
RAB (Rencana Anggaran Biaya) dengan menggunakan bantuan program
Microsoft Excel 2007, maka dapat diketahui seluruh rencana anggaran biaya
upah tenaga kerja pada pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai, lantai
2 (dua) dan lantai 3 (tiga) gedung D, gedung E dan gedung F, dari pekerjaan
bekesting sampai dengan pekerjaan beton. Untuk lebih memudahkan dalam
pembacaan dan mengetahui data – data dari perhitungan tersebut, maka
dilakukan proses rekapitulasi terhadap data – data tersebut sesuai dengan item
pekerjaan yang di analisis dan dimasukkan ke dalam tabel. Tabel rekapitulasi
perhitungan biaya upah tenaga kerja berdasarkan RAB (Rencana Anggaran
Biaya) Kontraktor ditunjukkan pada tabel 4.6. adapun tabel tersebut adalah
sebagai berikut :
41
Tabel 4.6 Rekapitulasi Biaya Upah Tenaga Kerja Berdasarkan RAB
Kontraktor
NO NAMA GEDUNG VOLUME SATUAN BIAYA
& URAIAN PEKERJAAN UPAH (Rp)
a b c d e
PEKERJAAN GEDUNG D
I.
(RKB & LABORATORIUM) 262,65 m2
A. PEK. STRUKTUR LANTAI 2
1. Pek. Bekesting 432.26 m2 19,328,953.05
2. Pek. Pembesian 8,455.78 Kg 55,131,750.80
3
3. Pek. Beton 66.32 m 5,593,428.80
Jumlah Biaya Upah Lantai 2 80,054,132.65
B. PEK. STRUKTUR LANTAI 3
1. Pek. Bekesting 619.35 m2 27,694,682.40
2. Pek. Pembesian 11,783.83 Kg 76,830,571.60
3. Pek. Beton 91.58 m3 7,723,857.20
Jumlah Biaya Upah Lantai 3 112,249,111.20
Total Biaya Upah Gedung D 192,303,243.85
PEKERJAAN GEDUNG E
II.
(RUANG KELAS BELAJAR ) 494,7 m2
A. PEK. STRUKTUR LANTAI 2
1. Pek. Bekesting 990.00 m2 44,297,898.48
2. Pek. Pembesian 19,364.03 Kg 126,253,483.08
3. Pek. Beton 169.89 m3 14,328,320.18
Jumlah Biaya Upah Lantai 2 184,879,701.74
B. PEK. STRUKTUR LANTAI 3
1. Pek. Bekesting 1,178.37 m2 52,690,814.55
2. Pek. Pembesian 28,549.50 Kg 186,142,699.81
3
3. Pek. Beton 211.16 m 17,808,728.36
Jumlah Biaya Upah Lantai 3 256,642,242.72
Total Biaya Upah Gedung E 441,521,944.46
42
Tabel 4.6 (Lanjutan) Rekapitulasi Biaya Upah Tenaga Kerja Berdasarkan
RAB Kontraktor
a b c d e
2
III. PEKERJAAN GEDUNG F 253,8 m
(PELAYANAN )
A. PEK. STRUKTUR LANTAI 2
1. Pek. Bekesting 836.07 m2 37,385,048.91
2. Pek. Pembesian 8,726.55 kg 56,897,135.53
3. Pek. Beton 73.63 m3 6,209,616.84
Jumlah Biaya Upah Lantai 2 100,491,801.28
B. PEK. STRUKTUR LANTAI 3
1. Pek. Bekesting 326.72 m2 14,609,195.37
2. Pek. Pembesian 11,985.98 kg 78,148,578.75
3
3. Pek. Beton 78.53 m 6,622,984.05
Jumlah Biaya Upah Lantai 3 99,380,758.17
Total Biaya Upah Gedung F 199,872,559.45
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa total biaya upah tenaga kerja
berdasarkan RAB (Rencana Anggaran Biaya) Kontraktor pada gedung D
adalah sebesar Rp 192.303.243,85, total biaya upah tenaga kerja berdasarkan
RAB (Rencana Anggaran Biaya) Kontraktor pada gedung E adalah sebesar
Rp 441.521.944,46 dan total biaya upah tenaga kerja berdasarkan RAB
(Rencana Anggaran Biaya) Kontraktor pada gedung F adalah sebesar Rp
199.872.599,45. Dimana biaya upah tenaga kerja yang di analisa adalah
hanya pada pekerjaan bekesting, pekerjaan pembesian dan pekerjaan
pengecoran.
Pada analisa biaya upah tenaga kerja berdasarkan Biaya Upah Realisasi
Tenaga Kerja di lapangan, rumusan analisa yang digunakan adalah rumusan
matematika biasa yaitu dengan mengalikan Jumlah Tenaga Kerja dengan
Jumlah Hari Kerja serta Upah Tenaga Kerja Harian. Data mengenai jumlah
tenaga kerja dan jumlah hari kerja dari tenaga kerja, didapatkan dari data
tabel 4.5 yang merupakan tabel rekapitulasi absensi tenaga kerja, sedangkan
data upah tenaga kerja didapatkan dari tabel 4.4 yaitu Tabel Daftar Upah
Tenaga Kerja berdasarkan mandor. Adapun analisa tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Biaya = Jumlah Pekerja x Durasi x Upah Harian
43
Contoh Perhitungan adalah :
Dik. :
-Pekerjaan Bekesting Lantai 2 Gedung D
-Luas Pekerjaan : 300,85 m2
-Jenis Tenaga Kerja : Pekerja
-Jumlah Pekerja = 8 orang
-Durasi = 7 hari
-Upah Harian = Rp 60.000,00
Penyelesaian :
Biaya = ∑ Tenaga Kerja x ∑ Hari Kerja x Upah Harian
Biaya = 8 x 7 x Rp 60.000,00
Biaya = Rp 3.360.000,00
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa, biaya upah tenaga kerja
untuk pekerjaan bekesting dengan luas pekerjaan 432,26 m2 pada pekerjaan
bakisting lantai 2 gedung D adalah sebesar Rp 3.360.000,00, dengan jenis
tenaga kerja yang di analisis adalah pekerja. Untuk perhitungan matematika
selanjutnya akan dibantu dengan bantuan program Microsoft Excel 2007.
Untuk tabel hasil perhitungan/analisis biaya upah tenaga kerja realisasi
terdapat pada lampiran.
Setelah melakukan proses perhitungan dan analisis terhadap biaya upah
tenaga kerja berdasarkan realisasi di lapangan, maka dapat diketahui bahwa
total biaya upah realisasi tenaga kerja pada gedung D dengan luas 262,65 m2
adalah sebesar Rp 47.673.600,00, selanjutnya total biaya upah realisasi tenaga
kerja pada gedung E dengan luas 494,7 m2 adalah sebesar Rp 94.789.600,00,
dan total biaya upah realisasi tenaga kerja pada gedung F dengan luas 253,8
m2 adalah sebesar Rp 50.944.800,00. Dimana total biaya upah realisasi tenaga
kerja tersebut merupakan jumlah dari biaya upah tenaga kerja pada lantai 2
(dua) dan biaya upah tenaga kerja pada lantai 3 (tiga), dari ke tiga gedung
tersebut.
Setelah melakukan analisis terhadap data berupa biaya upah tenaga kerja
berdasarkan RAB (Rencana Anggaran Biaya) Kontraktor dan biaya upah
tenaga kerja realisasi di lapangan. Maka akan didapatkan data – data dengan
44
item data berupa item pekerjaan yang sama, namun akan dibedakan pada
volume pekerjaan yang digunakan. Sesuai dengan rumusan masalah dan
batasan masalah yang telah ditentukan pada bab 1 (satu), maka yang
dilakukan selanjutnya adalah membandingkan kedua data yang telah di
dapatkan dari proses analisis yaitu data biaya upah tenaga kerja pada masing
– masing item pekerjaan antara analisa biaya upah tenaga kerja dari analisa
biaya upah tenaga kerja berdasarkan RAB (Rencana Anggaran Biaya)
Kontraktor, dengan analisa biaya upah tenaga kerja bedasarkan biaya upah
tenaga kerja realisasi pekerjaan di lapangan, dimana data yang di analisis
sesuai denganbatasan masalah pada bab 1 (satu) yaitu pada pekerjaan struktur
beton balok dan pelat lantai, lantai 2 (dua) dan lantai 3 (tiga), gedung D
(Laboratorium dan RKB), gedung E (RKB), dan gedung F (Pelayanan),
Proyek Pembangunan Gedung Unit Sekolah Baru SMP N 5 Mengwi.
Adapun biaya upah pekerjaan yang akan dibandingkan adalah pekerjaan
bekesting (termasuk biaya upah bongkar bekesting), pekerjaan pembesian,
dan pekerjaan pengecoran beton. Dengan jenis tenaga kerja yang sama yaitu,
pekerja, kepala tukang, tukang, dan mandor. Data mengenai nilai
perbandingan antara biaya upah tenaga kerja berdasarkan RAB (Rencana
Anggaran Biaya) Kontraktor dan Biaya Upah Tenaga Kerja Realisasi di
lapangan terdapat pada tabel 4.7. Adapun tabel tersebut adalah sebagai
berikut:
45
Tabel 4.7 Perbandingan Analisa Biaya Upah RAB dan Analisa Biaya Upah Realisasi Tenaga Kerja (Proyek Pembangunan Gedung
USB SMP Negeri 5 Mengwi)
NAMA GEDUNG VOLUME BIAYA VOLUME BIAYA UPAH SELISIH PERSENTASE
NO & URAIAN RAB UPAH RAB REALISASI REALISASI
PEKERJAAN (Rp) (Rp) (Rp) (%)
a b c d e f g = d-f h = (g/d)*100
I. PEKERJAAN GEDUNG D (RKB & LABORATORIUM), LUAS : 262,65 M 2
A. PEK. STRUKTUR
LANTAI 2
1. Pek. Bekesting 432.26 m2 19,328,953.05 300.85 m2 9,480,000.00 9,848,953.05 50.95
2. Pek. Pembesian 8,455.78 kg 55,131,750.80 8,985.31 kg 7,070,000.00 48,061,750.80 87.18
3 3
3. Pek. Beton, K250 66.32 m 5,593,428.80 42.14 m 7,286,000.00 -1,692,571.20 -30.26
Jumlah Biaya Upah Lantai 2 80,054,132.65 - 23,836,000.00 56,218,132.65 70.23
B. PEK. STRUKTUR
LANTAI 3
1. Pek. Bekesting 619.35 m2 27,694,682.40 300.85 m2 9,480,000.00 18,214,682.40 65.77
2. Pek. Pembesian 11,783.83 kg 76,830,571.60 8,288.91 kg 7,070,000.00 69,760,571.60 90.80
3 3
3. Pek. Beton, K250 91.58 m 7,723,857.20 42.14 m 7,286,800.00 437,057.20 5.66
Jumlah Biaya Upah Lantai 3 112,249,111.20 - 23,836,800.00 88,412,311.20 78.76
Total Biaya Upah Gedung D 192,303,243.85 - 47,672,800.00 144,630,443.85 75.21
46
Tabel 4.7 (Lanjutan) Perbandingan Analisa Biaya Upah RAB dan Analisa Biaya Upah Realisasi Tenaga Kerja (Proyek Pembangunan
Gedung USB SMP Negeri 5 Mengwi)
a b c d e f g = d-f h = (g/d)*100
II. PEKERJAAN GEDUNG E (RKB ), LUAS : 494,7 M 2
A. PEK. STRUKTUR
LANTAI 2
1. Pek. Bekesting 990.00 m2 44,297,898.48 681.65 m2 21,270,000.00 23,027,898.48 51.98
2. Pek. Pembesian 19,364.03 kg 126,253,483.08 17,042.58 kg 11,760,000.00 114,493,483.08 90.69
3 3
3. Pek. Beton, K250 169.89 m 14,328,320.18 98.79 m 14,364,800.00 -36,479.82 -0.25
Jumlah Biaya Upah Lantai 2 184,879,701.74 - 47,394,800.00 137,484,901.74 74.36
B. PEK. STRUKTUR
LANTAI 3
1. Pek. Bekesting 1,178.37 m2 52,690,814.55 681.65 m2 21,270,000.00 31,420,814.55 59.63
2. Pek. Pembesian 28,549.50 kg 186,142,699.81 16,047.71 kg 11,760,000.00 174,382,699.81 93.68
3 3
3. Pek. Beton, K250 211.16 m 17,808,728.36 98.79 m 14,364,800.00 3,443,928.36 19.34
Jumlah Biaya Upah Lantai 3 256,642,242.72 - 47,394,800.00 209,247,442.72 81.53
Total Biaya Upah Gedung E 441,521,944.46 - 94,789,600.00 346,732,344.46 78.53
47
Tabel 4.7 (Lanjutan) Perbandingan Analisa Biaya Upah RAB dan Analisa Biaya Upah Realisasi Tenaga Kerja (Proyek Pembangunan
Gedung USB SMP Negeri 5 Mengwi)
a b c d e f g = d-f h = (g/d)*100
III. PEKERJAAN GEDUNG F (PELAYANAN), LUAS : 253,8 M2
A. PEK. STRUKTUR
LANTAI 2
1. Pek. Bekesting 836.07 m2 37,385,048.91 367.49 m2 9,480,000.00 27,905,048.91 74.64
2. Pek. Pembesian 8,726.55 kg 56,897,135.53 7,098.97 kg 7,070,000.00 49,827,135.53 87.57
3. Pek. Beton, K250 73.63 m3 6,209,616.84 57.77 m3 8,682,400.00 -2,472,783.16 -39.82
Jumlah Biaya Upah Lantai 2 100,491,801.28 25,232,400.00 75,259,401.28 74.89
B. PEK. STRUKTUR
LANTAI 3
1. Pek. Bekesting 326.72 m2 14,609,195.37 353.47 m2 9,480,000.00 5,129,195.37 35.11
2. Pek. Pembesian 11,985.98 kg 78,148,578.75 7,426.65 kg 7,070,000.00 71,078,578.75 90.95
3 3
3. Pek. Beton, K250 78.53 m 6,622,984.05 53.77 m 8,682,400.00 -2,059,415.95 -31.09
Jumlah Biaya Upah Lantai 3 99,380,758.17 - 25,232,400.00 74,148,358.17 74.61
Total Biaya Upah Gedung F 199,872,559.45 - 50,464,800.00 149,407,759.45 74.75
48
Dari data pada tabel 4.7 perbandingan antara biaya upah tenaga kerja
berdasarkan RAB (Rencana Anggaran Biaya) Kontraktor dengan biaya upah
tenaga kerja realisasi pada pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai,
lantai 2 (dua) dan lantai 3 (tiga) pada ketiga gedung tersebut, diketahui bahwa
biaya upah tenaga kerja realisasi lebih murah dari pada biaya upah tenaga
kerja berdasarkan RAB (Rencana Anggaran Biaya) Kontraktor dengan
persentase rata – rata sebesar 70%. Dari analisa di atas, hal ini dapat di
ketahui dikarenakan adanya perbedaan harga satuan upah tenaga kerja,
komposisi tenaga kerja yang di gunakan, dan durasi waktu pekerjaan, dari
rencana yang telah ditetapkan oleh kontraktor dengan realisasi di lapangan.
Setelah mendapatkan biaya upah tenaga kerja realisasi di lapangan, maka
selanjutnya adalah menghitung biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu volume pekerjaan yang dapat diselesaikan di lapangan dengan
komposisi tenaga kerja dan durasi (Jumlah Hari Kerja) yang berbeda – beda
antara kedua mandor tersebut. Untuk mengetahui biaya per satuan pekerjaan
yang diperlukan, maka selanjutnya adalah melakukan analisa biaya upah
tenaga kerja realisasi per volume pekerjaan yang dikerjakan pada pekerjaan
struktur beton balok dan pelat lantai 2 (dua), dan lantai 3 (tiga) pada ketiga
tersebut, antara lain gedung D (Laboratorium dan RKB), gedung E (RKB),
dan Gedung F (Pelayanan), dengan rumusan matematika biasa yaitu:
Biaya/Volume =
Contoh Perhitungan adalah sebagai berikut :
Dik. :
- Pekerjaan
Bekesting Lantai 2 gedung D
- Biaya
Pekerjaan = Rp 8.400.000,00
- Volume
Pekerjaan = 300,85 m2
Penyelesaian :
49
Biaya/Volume =
Biaya/Volume =
Biaya/Volume = Rp 27.920,89/m2
Dari perhitungan di atas dapat diketahui, bahwa biaya per satuan pada
gedung D (Laboratorium dan RKB) untuk pekerjaan Bekesting Lantai 2 (dua)
adalah sebesar Rp 27.920,89/m2, dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan
sebanyak 17 orang yang terdiri dari 8 orang pekerja, 6 orang tukang kayu, 2
orang kepala tukang dan 1 orang mandor, yang dikerjakan selama 7 hari
kerja. Untuk perhitungan selanjutnya akan dibantu dengan menggunakan
program Microsoft Excel 2007, dimana hasil dari analisa data ini akan
ditampilkan pada tabel 4.8. :
Tabel 4.8 Harga Satuan Pada Pekerjaan Struktur Beton Balok Dan Pelat lantai
2 Dan 3 Gedung D, E, dan F SMP Negeri 5 Mengwi
BIAYA
NAMA GEDUNG VOLUME SATUAN BIAYA/VOLUME
UPAH
NO & URAIAN REALISASI REALISASI
PEKERJAAN (Rp)
a b c d e f = (e/c)
50
Tabel 4.8 (Lanjutan) Harga Satuan Pada Pekerjaan Struktur Beton Balok Dan
Pelat lantai 2 Dan 3 Gedung D, E, dan F SMP Negeri 5 Mengwi
a b c d e f = e/c
51
Dari tabel 4.8 dapat kita ketahui biaya upah realisasi tenaga kerja per
volume pekerjaan, dimana biaya tersebut merupakan biaya total per gedung
yaitu dengan menjumlahkan biaya pada pekerjaan lantai 2 (dua) dan biaya
pekerjaan pada lantai 3 (tiga) dari ke tiga gedung tersebut. Biaya per satuan
pada gedung D (Laboratorium dan RKB) adalah sebesar Rp 410.498,91/m2,
biaya per satuan pada gedung E (RKB) adalah sebesar Rp 354.645,10/m2,
dan biaya per satuan pada gedung F (Pelayanan) adalah sebesar
Rp 374.638,62/m2. Untuk lebih memudahkan dalam melakukan
perbandingan terhadap biaya satuan dari kedua mandor, maka nilai biaya
satuan pada pekerjaan gedung D dan gedung F dijumlahkan dan dibagi dua,
sehingga akan didapatkan biaya sebesar Rp 392.568,76/m2. Sedangkan biaya
satuan pada pekerjaan gedung E adalah sebesar Rp 354.645,10/m2. Dari nilai
ini dapat diketahui dengan perbedaan komposisi dan jumlah tenaga kerja
yang digunakan akan menyebabkan perbedaan pada nilai biaya per satuan
dari pekerjaan itu sendiri.
Selanjutnya adalah menghitung/menganalisis tingkat produktivitas dari
kedua mandor (dengan kelompok tenaga kerjanya) tersebut. Dimana pada
pekerjaan gedung D (Laboratorium dan RKB) dan gedung F (Pelayanan)
dikerjakan oleh satu mandor, dan gedung E (RKB) dikerjakan oleh satu
mandor juga. Tingkat produktivitas tenaga kerja (mandor dengan kelompok
tenaga kerjanya) dianalisa dengan cara membandingkan volume pekerjaan
realisasi yang dikerjakan di lapangan dengan durasi/jumlah waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Untuk perhitungannya
menggunakan rumusan sebagai berikut :
(Pers. 2.2)
Adapun contoh perhitungannya adalah sebagai berikut :
Dik. :
- Pekerjaan Bekesting Lantai 2 gedung D
- Volume Pekerjaan = 300,85 m2
- Durasi Pekerjaan = 7 hari
52
Penyelesaian :
Produktivitas =
Produktivitas =
Produktivitas = 42,98m2 /hari
Dari perhitungan diatas dapat kita ketahui, bahwa tingkat produktivitas
mandor dengan kelompok tenaga kerjanya untuk gedung D (Laboratorium
dan RKB) pada pekerjaan Bekesting Lantai 2 (dua) dengan volume 300,85 m2
adalah sebesar 42,98 m2/hari, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 17 orang
selama 7 hari kerja. Dimana komposisi tenaga kerja yang digunakan terdiri
dari 8 orang pekerja, 6 orang tukang kayu, 2 orang kepala tukang dan 1
mandor. Untuk perhitungan selanjutnya akan dibantu dengan menggunakan
program Microsoft Excel 2007, dan hasil dari perhitungan/analisis akan
ditampilkan pada tabel 4.9. Adapun tabel tersebut adalah sebagai berikut :
53
Tabel 4.9 (Lanjutan) Tingkat Produktivitas Mandor Pada Pekerjaan Struktur
Beton Balok Dan Pelat lantai 2 Dan 3 Gedung D, F, dan E SMP
Negeri 5 Mengwi
a b c d e f = c/e
PEKERJAAN SIPIL :
A. Pekerjaan Lantai 2
1. Pek. Bekesting 681.65 m2 21 14 48.69 m2/hari
2. Pek. Pembesian 17,042.58kg 26 7 2,434.65 kg/hari
3. Pek. Beton, K 250 98.79 m3
16 1 98.79 m3/hari
4. Pek. Pelepasan Bekesting 681.65 m2 6 5 136.33 m2/hari
B Pekerjaan Lantai 3
1. Pek. Bekesting 681.65 m2 21 14 48.69 m2/hari
2. Pek. Pembesian 16,047.71kg 26 7 2,292.53 kg/hari
3. Pek. Beton, K 250 98.79 m3
16 1 98.79 m3/hari
4. Pek. Pelepasan Bekesting 681.65 m 2
6 5 136.33 m2/hari
Dari tabel 4.9 di atas, dapat diketahui nilai produktivitas mandor dengan
kelompok tenaga kerjanya pada masing – masing pekerjaan yang berkaitan
dengan pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai. Adapun pekerjaan
yang di analisis pada tabel 4.9 di atas, antara lain pekerjaan bekesting,
pembesian, beton dan pelepasan bekesting. Tingkat produktivitas mandor
dengan kelompok tenaga kerjanya sangat dipengaruhi oleh jumlah hari kerja
yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut. Perbedaan komposisi
tenaga kerja yang digunakan pada masing – masing pekerjaan oleh mandor
54
dan jumlah tenaga kerja yang digunakan sangat mempengaruhi tingkat
produktivitas pada masing – masing pekerjaan tersebut.
Setelah nilai tingkat produktivitas mandor dengan kelompok tenaga
kerjanya pada pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai, lantai 2 dan
lantai 3 dari ke tiga gedung ini didapatkan sesuai dengan tabel 4.9 di atas,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara nilai
tingkat produktivitas dari kedua mandor dengan kelompok tenaga kerjanya,
dimana dua gedung dikerjakan oleh satu mandor dengan kelompok tenaga
kerjanya, dan satu gedung dikerjakan oleh satu mandor dengan kelompok
tenaga kerjanya. Adapun, nilai perbandingan tingkat produktivitas mandor
dengan kelompok tenaga kerjanya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
55
Adapun nilai tingkat produktivitas mandor dengan kelompok tenaga
kerjanya pada pekerjaan gedung D dan F adalah 12.60 m2/hari, dengan total
luas kedua gedung sebesar 516,45 m2 yang dikerjakan selama 41 hari kerja.
Dimana kelompok tenaga kerja yang digunakan sebanyak 45 orang, dengan
komposisi tenaga kerja yang terdiri dari mandor, kepala tukang, tukang, dan
pekerja. Sedangakan nilai tingkat produktivitas mandor dengan kelompok
tenaga kerjanya pada pekerjaan gedung E adalah 18.32 m2/hari, dengan luas
sebesar 494,70 m2 yang dikerjakan selama 27 hari kerja. Dimana kelompok
tenaga kerja yang digunakan sebanyak 60 orang, dengan komposisi tenaga
kerja yaitu mandor, kepala tukang, tukang, dan pekerja.
Dengan adanya perbandingan pada tabel 4.10 di atas, dapat diketahui
mandor dengan kelompok tenaga kerja pada gedung D dan F memiliki tingkat
produktivitas yang lebih rendah dari tingkat produktivitas mandor dengan
kelompok tenaga kerja pada gedung E. Hal ini disebakan karena jumlah hari
kerja yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan pada gedung D dan F
lebih banyak dari pada pekerjaan pada gedung E. Dengan demikian tingkat
produktivitas mandor dari gedung E lebih baik, selain itu dengan pendeknya
durasi hari kerja disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh
mandor, dimana jenis tenaga kerja yang digunakan sesuai dengan pekerjaan
yang dikerjakan. Ketepatan dalam komposisi tenaga kerja yang digunakan
dan jenis tenaga kerja yang digunakan, serta kecakapan mandor dalam
mengelola tenaga kerja pada pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan, sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas mandor dengan kelompok tenaga
kerjanya.
56
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan pada bab IV, dapat diambil kesimpulan
antara lain sebagai berikut :
5.1.1 Tingkat produktivitas mandor dengan kelompok tenaga kerjanya pada
gedung D (Laboratorium dan RKB) dan gedung F (Pelayanan) adalah
12.60 m2/hari, dengan total luas kedua gedung sebesar 516,45 m2 yang
dikerjakan selama 41 hari kerja. Dimana dikerjakan oleh 45 orang
tenaga kerja yang terdiri dari mandor, kepala tukang, tukang, dan
pekerja. Tingkat produktivitas mandor dengan kelompok tenaga
kerjanya pada gedung E (RKB) adalah 18.32 m2/hari, dengan luas
sebesar 494,70 m2 yang dikerjakan selama 27 hari kerja oleh 60 orang
tenaga kerja yang terdiri dari mandor, kepala tukang, tukang, dan
pekerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tingkat
produktivitas mandor dengan kelompok tenaga kerjanya pada gedung
D dan F lebih rendah dari pada tingkat produktivitas mandor dengan
kelompok tenaga kerjanya pada gedung E.
5.1.2 Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa biaya upah realisasi
tenaga kerja di lapangan lebih murah dari pada analisa biaya upah
tenaga kerja yang didapatkan dari Rencana Anggaran Biaya (RAB),
yaitu pada pekerjaan gedung D (Laboratorium dan RKB) selisihnya
sebesar Rp 144.630.443,85, pada pekerjaan gedung E (RKB)
selisihnya sebesar Rp 346.732.344,46 dan pada pekerjaan gedung F
(Pelayanan) selisihnya sebesar Rp 149.407.759,45 dengan persentase
rata – rata perbandingan sebesar 70%. Dengan demikian, kontraktor
pelaksana tidak mengalami kerugian pada proyek ini, untuk biaya
upah pada pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai dari ketiga
gedung ini.
57
5.2 Saran
5.2.1 Pada pelaksanaan pekerjaan proyek di lapangan perlu diperhatikan
kualitas seorang mandor, dengan mempertimbangkan aspek umur,
pengalaman kerja, dan pendidikan formal, sehingga akan mampu
menciptakan biaya upah yang rendah dengan tingkat produktivitas
tenaga kerja yang tinggi sehingga dapat mengurangi terjadinya
kerugian tanpa mengurangi dari kualitas pekerjaan.
5.2.2 Dengan diketahuinya selisisih antara biaya upah berdasarkan RAB
dengan biaya upah realisasi tenaga kerja dilapangan, dapat
memudahkan kontraktor dalam menentukan nilai borongan terhadap
suatu proyek sesuai dengan nilai keuntungan yang diinginkan.
5.2.3 Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai produktivitas mandor
dengan kelompok tenaga kerjanya dan nilai biaya realisasi pekerjaan
dilapangan pada pekerjaan struktur beton balok dan pelat lantai,
terutama ditinjau dari segi manajemen material maupun peralatannya.
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Buku Pedoman Penulisan Pelaksanaan Kerja Praktek Dan Tugas
Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali.
Tidak dipublikasikan. Jurusan Teknik Sipil FT UNUD. Denpasar, Bali
Dipohusodo, Istimawan. 1995. Manajemen Proyek & Kontruksi. Jilid 1.
Yogyakarta : Badan Penerbit Kanisius.
Dipohusodo, Istimawan. 1995. Manajemen Proyek & Kontruksi. Jilid 2.
Yogyakarta : Badan Penerbit Kanisius.
Ervianto, W. I., Cara Tepat Menghitung Biaya Bangunan. Yogyakarta : Andi.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Produksi Dan Operasi. Bandung : Alfabeta.
Imam Akbar, Muchammad. 2005. Analisis Produktivitas Tukang Kayu Pada
Pekerjaa Pemasangan Bakisting Di Kota Denpasar. Tugas Akhir, Jurusan
Teknik Sipil,Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar.
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sinungan, Muchdarsyah. 2003. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta :
Bumi Aksara.
Soeharto, Iman. 1989. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional.
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
59