Anda di halaman 1dari 7

PENGELOLAAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA ANAK

BRONCHOPNEUMONIA MELALUI PROSEDUR KOMPRES HANGAT DI RSUD


BATANG

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Puji Hapsari
NIM. P1337420317083

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronchopneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernafasan bagian bawah.
Penyakit ini dapat menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia. Apabila
penyakit ini tidak segera ditangani, dapat mengakibatkan beberapa komplikasi bahkan
kematian.
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit ini
menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun, yang menyebabkan
kematian pada 920.136 balita, atau lebih dari 2.500 per hari, atau di perkirakan 2 anak
Balita meninggal setiap menit pada tahun 2015. (WHO, 2017).
Di Indonesia, Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017,
didapatkan insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54. Peningkatan cakupan
pada tahun 2015 – 2017 dikarenakan adanya perubahan angka perkiraan kasus dari
10% menjadi 3,55%, selain itu ada peningkatan dalam kelengkapan pelaporan dari
91,91% pada tahun 2015 menjadi 94,12% pada tahun 2016 dan 97,30% pada tahun
2017. tahun 2017 terdapat dua provinsi yang cakupan penemuan pneumonia balita
sudah mencapai target yaitu DKI Jakarta 98,54% dan Kalimantan Utara 81,39%,
sedang provinsi yang lain masih di bawah target 80%, capaian terendah di provinsi
Papua 0,60%. Sejak tahun 2015 indikator Renstra yang digunakan adalah persentase
kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana
standar pneumonia baik melalui pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita
Sakit), maupun program P2 ISPA . Pada tahun 2015 tercapai 14,62% sedangkan
target sebesar 20%, tahun 2016 tercapai 28,07% dari target 30%, tahun 2017 tercapai
42,6% dari target 40%. Tercapainya target pada tahun 2017 selain karena penerapan
tatalaksana standar pneumonia di puskesmas sudah dilaksanakan, juga meningkatnya
partisipasi puskesmas dalam melaksanakan pelaporan sesuai format yang sudah
ditetapkan. Angka kematian akibat pneumonia pada balita tahun 2016 sebesar 0,22%
pada tahun 2017 menjadi 0,34%. Pada tahun 2017, Angka kematian akibat
Pneumonia pada kelompok bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,56% dibandingkan pada
kelompok anak umur 1 – 4 tahun sebesar 0,23%. (Profil Kesehatan Indonesia tahun
2017)
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi
dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi
akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan
terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari
65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan
imunologi). Penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di Jawa
Tengah tahun 2017 sebesar 50,5 persen, menurun dibandingkan capaian tahun 2016
yaitu 54,3 persen. (Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 20170
Diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab
kematian pada bayi < 1 tahun dan 23% pada anak balita (1 - < 5 th) dimana 80% -
90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia
adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus, staphylococcus,
streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit
kepala, batuk, mengeluarkan dahak dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang
pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun
dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Cakupan penemuan penderita pneumonia balita adalah penemuan dan tatalaksana
penderita pneumonia balita yang mendapat antibiotik sesuai standar atau pneumonia
berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Perkiraan kasus pneumonia balita pada tahun 2017 sebesar 2.146 kasus (3,61%
jumlah balita), sedangkan yang ditemukan dan ditangani sebanyak 866 kasus,
sehingga cakupan penemuan penderita pneumonia balita di Kabupaten Batang tahun
2017 sebesar 40,35% menurun bila dibandingkan tahun 2016 sebesar 51,58%., angka
ini masih di bawah Jawa Tengah tahun 2017 sebesar 50,5%. (Profil Kesehatan
Kab.Batang tahun 2017)
Salah satu tanda gejala terjadinya Bronchopneumonia pada anak adalah
demam yang cukup tinggi. Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh
melawan infeksi akibat virus, bakteri, atau parasit. Demam ini biasanya berlangsung
selama beberapa hari hari dan terus mengalami peningkatan. Salah satu jenis
penangan demam yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kompres
menggunakan air hangat. Kompres menggunakan air hangat lebih efektif diberikan
karena ketika suhu meningkat, sistem simpatik terhambat, maka akan mengakibatkan
pelebaran pembuluh darah dikulit dan mengalami peningkatan aliran darah ke perifer.
Hal ini akan menyebabkan anak berkeringat dan mempermudah penurunan suhu
berlebih pada tubuh, mekanisme ini juga di topang dengan adanya rangsangan pada
kelenjar keringat yang mengakibatkan adanya penurunan suhu dengan cara kompres
menggunakan air hangat (widagdo,2012).
Orangtua biasanya melakukan perawatan demam dengan cara mengompres
menggunakan air dingin pada bagian dahi, sedangkan menurut teori yang di
kemukakan oleh Widagdo (2012), anak sebaiknya dikompres menggunakan air
hangat karena jika dikompres dengan menggunakan air dingin dapat menutup pori-
pori sehingga tidak menurunkan panas tetapi hanya menindahkan panas dari tubuh
keluar melalui alat kompres.
Penanganan demam di rumahsakit lebih sering dilakukan tindakan secara
farmakologis seperti pemberian obat penurun panas secara oral maupun injeksi,
sedangkan tindakan secara non farmakologis seperti memperbanyak meminum air
putih, menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat ataupun mengkompres
menggunakan air hangat jarang dilakukan. Berdasarkan pengalama penulis ketika
praktek klinik keperawatan anak di rumah sakit, penulis belum pernah menjumpai
perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai prosedur yang benar dan efektif
dalam mengompres menggunakan air hangat, seperti ukuran suhu air yang tepat
digunakan untuk mengompres, dan bagian mana saja yang sebaiknya dikompres.
Penulis lebih sering menjumpai perawat hanya memberikan Air hangat dan waslap
kepada orangtua untuk mengompres. Bahkan sering juga perawat hanya menyuruh
orang tua untuk mengambil air hangat sendiri lalu menyuruhnya agar cepat
mengompres anaknya yang sedang demam.
Menurut Widagdo,2012 Apabila tindakan keperawatan tidak dilakukan secara
benar maka demam dapat menimbulkan peningkatan konsumsi oksigen, produksi
karbondioksida, dan dehidrasi, disamping itu jugadapat memicu timbulnya bangkitan
kejang pada anak penyandang gangguan kejang demam. Hal ini tentu saja dapat
memperburuk kondisi kesehatan ank.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik mengambil judul
“Pengelolaan keperawatan hipertermi pada anak bronchopneumonia melalui
penerapan prosedur kompres hangat


B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan tentang cara pengelolaan klien dengan hipertermi pada pasien
anak bronchopneumonia melalui prosedur kompres hangat di RSUD Batang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian masalah keperawatan hipertermi pada pasien anak
bronchopneumonia melalui prosedur kompres hangat.
b. Menyusun masalah keperawatan hipertermi pada pasien anak
bronchopneumonia melalui prosedur kompres hangat.
c. Membuat perencanaan untuk mengatasi hipertermi pada pada pasien anak
bronchopneumonia melalui prosedur kompres hangat.
d. Melakukan tindakan keperawatan yang yang dilakukan untuk mengatasi
masalah keperawatan hipertermi pada pasien anak bronchopneumonia melalui
prosedur kompres hangat.
e. Melakukan evaluasi masalah keperawatan hipertermi pada pasien anak
bronchopneumonia melalui prosedur kompres hangat.
f. Melakukan pembahasan hasil pengkajian, masalah keperawatan, perencanaan,
tindakan, yang ditekankan pada prosedur keperawatan dan standar operasional
(SOP), dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan hipertermi pada pasien anak bronchopneumonia melalui prosedur
kompres hangat.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan memberikan kontribusi dalam
peningkatan pengetahuan pengelolaan masalah keperawatan hipertermi pada
pasien anak bronchopneumonia melalui prosedur kompres hangat.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan
kualitan pelayanan pengelolaan masalah keperawatan hipertermi pada pasien
anak bronchopneumonia melalui penerapan kompres hangat.
b. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan status
kesehatan melalui upaya promotif masalah keperawatan hipertermi pada
pasien anak bronchopneumonia melalui prosedur kompres hangat.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf (sumber LB indonesia riskesdas) 14 agustus 2019
https://dinkes.batangkab.go.id/wp-content/uploads/2018/11/Profil-Kesehatan-Kab.Batang-
Tahun-2017.pdf (sumber LB kab. Batang)
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2017/13_Jate
ng_2017.pdf ( profil kesehatan jawa tengah 2017)
http://dinkesjatengprov.go.id/v2018/dokumen/profil_2018/mobile/index.html

Anda mungkin juga menyukai