Anda di halaman 1dari 6

TOLERANSI BERAGAMA DALAM

PANDANGAN ISLAM
Oleh : Ilham
DOWNLOAD MAKALAH UTUH
 Muqaddimah
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang kepada-Nya kita menyembah dan kepada-Nya kita
memohon pertolongan.
Shalawat serta salam kita haturkan kepaa Nabi junjungan alam, yakni Nabi Muhammad Saw.,
berserta keluarga beliau, shahabat beliau, serta seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman.
Islam merupakan agama yang luas, dan menyeluruh, mengatur umatnya dalam segala aspek
kehidupan, dari Akidah, Akhlaq, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. Salah satu dari sekian
banyak aspek-aspek yang diatur dalam Islam adalah aspek toleransi terhadap pemeluk agama lain,
yang sering kita kenal dengna toleransi beragama. Bagaimana Islam memandang hal ini, berikut
pemaparannya.
 Defenisi
Toleransi secara bahasa bermakna sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) yang berbeda
atau bertentangan dengan pendirian sendiri1
kata tolerasi dalam bahasa Belanda adalah "tolerantie", dan kata kerjanya adalah "toleran". Sedangkan
dalam bahasa Inggeris, adalah "toleration" dan kata kerjanya adalah "tolerate".
Toleran mengandung pengertian: ber-sikap mendiamkan. Adapun toleransi adalah suatu sikap
tenggang rasa kepada sesamanya.2 Indrawan WS. menjelaskan pengertian toleran adalah menghargai
paham yang ber-beda dari paham yang dianutnya sendiri. Kesediaan untuk mau menghargai paham
yang berbeda dengan paham yang dianutnya sendiri. 3
Sementara menurut istilah Sedangkan pengertian toleransi sebagai istilah budaya, sosial dan politik, ia
adalah simbol kompromi beberapa kekuatan yang saling tarik-menarik atau saling berkonfrontasi
untuk kemudian bahu-membahu membela kepentingan bersama, menjaganya dan
memperjuangkannya. Demikianlah yang bisa kita simpulkan dari celotehan para tokoh budaya, tokoh
sosial politik dan tokoh agama diberbagai negeri, khususnya di Indonesia . Maka toleransi itu adalah
kerukunan sesama warga negara dengan saling menenggang berbagai perbedaan yang ada diantara
mereka.

Sampai batas ini, toleransi masih bisa dibawa kepada pengertian syariah islamiyah. Tetapi setelah itu
berkembanglah pengertian toleransi bergeser semakin menjauh dari batasan-batasan islam, sehingga
cenderung mengarah kepada sinkretisme agama-agama berpijak dengan prinsip yang berbunyi
“semua agama sama baiknya”. Prinsip ini menolak kemutlakan doktrin agama yang menyatakan
bahwa kebenaran hanya ada didalam islam. Kalaupun ada perbedaan antara kelompok islam dengan
kelompok non muslim, maka segere dikatakan bahwa perkara agama, adalah perkara yang sangat
pribadi sehingga dalam rangka kebebasan, setiap orang merasa berhak berpendapat tentang agama
ini, mana yang diyakini sebagai kebenaran 4
Lalu bagaimana Islam mendefenisikan Toleransi?
Secara bahasa arab akan kita temukan kata yang mirip dengna arti toleransi yakni
" ‫إختمال‬, ‫ "تسمه‬ikhtimal dan tasammuh yang artinya sikap membiarkan, lapang dada (samuha -
yasmuhu - samhan, wasimaahan, wasamaahatan, artinya: murah hati, suka berderma) 5
Jadi toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai, dengan sabar menghor-mati keyakinan atau
kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan
talbisul haq bil bathil, mencampuradukan antara hak dan batil, suatu sikap yang sangat terlarang dila-
kukan seorang muslim, seperti halnya nikah antar agama yang dijadikan alasan adalah tole-ransi
padahal itu merupakan sikap sinkretis yang dilarang oleh Islam.
Harus kita bedakan antara sikap toleran dengan sinkretisme. Sinkretisme adalah mem-benarkan
semua keyakinan/agama. Hal ini dilarang oleh Islam karena termasuk Syirik.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


"Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam". (QS. Ali Imran: 19)
Sinkretisme mengandung talbisul haq bil bathil (mencampurkan yang haq dengan yang bathil).
Sedangkan toleransi tetap memegang prinsip al-furqon bainal haq wal bathil (me-milah/memisahkan
antara haq dan bathil). Toleransi yang disalahpahami seringkali men-dorong pelakunya pada alam
sinkretisme. Gambaran yang salah ini ternyata lebih do-minan dan bergaung hanya demi kepentingan
kerukunan agama.
Dalam Islam tole-ransi bukanlah fata-morgana atau bersifat semu. Tapi memiliki dasar yang kuat dan
tempat yang utama. Ada beberapa ayat di dalam Al-Qur'an yang bermuatan toleransi.
 Konsep toleransi beragama dalam Islam
A. Toleransi dalam keyakinan dan menjalankan peribadahan
Dari pengertian diatas konsep terpenting dalam toleransi Islam adalah menolak sinkretisme.
Yakni Kebenaran itu hanya ada pada Islam dan selain Islam adalah bathil. Allah Ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah hanyalah islam”.(Al-Imran: 19)
“Barangsiapa yang mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) dari
padanya, dan diakhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (Al-Imran: 85)
Kemudian Kebenaran yang telah diturunkan oleh Allah didunia ini adalah pasti dan tidak ada
keraguan sedikitpun kepadanya. Dan kebenaran itu hanya ada di agama Allah Ta' ala. ”
“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka janganlah engkau termasuk kalangan orang yang bimbang.”( Al-
baqarah :147 )
Kemudian Kebenaran Islam telah sempurna sehingga tidak bersandar kepada apapun yang selainnya
untuk kepastiaan kebenarannya, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
“Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku lengkapi nikmatku atas kalian dan Aku
ridhoi islam sebagai agama kalian”. (Al-Maidah: 3)
Kaum mu'minin derajat kemuliaannya dan kehormatannya lebih tinggi daripada orang-orang kafir
(non-muslim) dan lebih tinggi pula daripada orang-orang yang munafik (ahlul bid'ah) Allah
menegaskan yang artinya “maka janganlan kalian bersikap lemah dan jangan pula bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (Al-Imran: 139)
Kaum muslimin dilarang ridho atau bahkan ikut serta dalam segala bentuk peribadatan dan
keyakinan orang-orang kafir dan musyrikin hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah Ta'ala
dalam firmanNya:
“Katakanlah: wahai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah dan kalian tidak
menyembah apa yang aku sembah dan aku tidak menyembah apa yang kalian sembah dan kalian tidak menyembah
apa yang aku sembah bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku”. (Al-Kafirun: 1-6).
B. Toleransi dalam Beragama/ hidup berdampingan dengan agama lain.
Yakni umat Islam dilarang untuk memaksa pemeluk agama lain untuk memeluk agama Islam secara
paksa. Karena tidak ada paksaan dalam agama. Allah berfirman:

‫ام‬
َ ‫ص‬َ ‫سكَ ِب ْالعُ ْر َو ِة ْال ُوثْقَى الَ ا ْن ِف‬
َ ‫اَّلل فَقَ ِد ا ْست َْم‬
ِ َّ ‫ت َويُؤْ ِم ْن ِب‬ َّ ‫ي فَ َم ْن َي ْكفُ ْر ِبال‬
ُ ‫طا‬
ِ ‫غو‬ ِِّ َ‫الر ْش ُد ِمنَ ْالغ‬ ِ ‫الَ ِإ ْك َراهَ فِي ال ِد‬
ُّ َ‫ِّين قَ ْد ت َ َبيَّن‬
‫س ِمي ٌع َع ِلي ٌم‬ َّ ‫لَ َها َو‬
َ ُ‫َّللا‬
“Tidak ada paksaan dalam masuk ke dalam agama Islam, karena telah jelas antara petunjuk dari kesesatan.
Maka barangsiapa yang ingkar kepada thoghut dan beriman kepada Alloh sesungguhnya dia telah berpegang
kepada buhul tali yang kuat yang tidak akan pernah putus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
( Qs. Al-Baqoroh : 256 )
َ ‫فَذَ ِ ِّك ْر إِنَّ َما أ َ ْنتَ ُمذَ ِ ِّك ٌر لَسْتَ َعلَ ْي ِه ْم بِ ُم‬
‫سي ِْطر‬

“Berilah peringatan, karena engkau ( Muhammad ) hanyalah seorang pemberi peringatan, engkau bukan orang
yang memaksa mereka.” ( Qs. Al-Ghosyiyah : 21 -22 )
I
C. Toleran dalam hubungan antar bermasyarakat dan bernegara.
Dalam hal ini terdapat beberapa hal konsep sikap toleran yang harus ditunjukan umat Islam yakni
diantaranya:
a. Kaum muslimin harus tetap berbuat adil walaupun terhadap orang-orang kafir dan dilarang
mendhalimi hak mereka.
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka. Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebaikandan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan kemaksiatan dan pelanggaran. Dan
bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah: 2)
b. Orang-orang kafir yang tidak menyatakan permusuhan terang-terangan kepada kaum muslimin,
dibolehkan kaum muslimin hidup rukun dan damai bermasyarakat, berbangsa dengan mereka. “Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negrimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.” (8) “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi
kamu karena agama dan mengusir kamu dari negrimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan
barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim.” (Al-
Mumtahanah: 8-9)
Artinya umat Islam diperbolehkan berbuat baik terhadap mereka, hidup bermasyakarat dan
bernegara dengan mereka selama mereka berbuat baik dan tidak memusuhi umat Islam dan selama
tidak melanggar prinsip-prinsip terpenting dalam Islam. Dan hal ini seperti yang dicontohkan Nabi
Saw., dalam jual beli
Dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membeli
onta dari dirinya, beliau menimbang untuknya dan diberatkan (dilebihkan). 7

Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais Radliyallahu 'anhu dia berkata : "Saya dan Makhramah Al-Abdi
memasok (mendatangkan) pakaian/makanan dari Hajar, lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi
kami dan belaiu membeli sirwal (celana), sedang aku memiliki tukang timbang yang digaji, maka Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam memerintahkan tukang timbang tadi.
"Artinya : Timbanglah dan lebihkan !" 8
Nabi juga pernah memaafkan kesalahan orang kafir dan mendoakannya. Hal ini terjadi ketika setelah
peperangan, yang paman beliau dibunuh kaum musyrikin, dan badannya dicincang-cincang, Nabi
sendiri giginya pecah dan wajah beliau terluka, maka salah seorang shahabat meminta beliau untuk
mendoakan keburukan bagi orang-orang musyrikin yang dzalim tersebut, namun beliau bersabda:
“Ya Allah, ampunilah kaumku, seusngguhnya mereka tidak mengetahui.”9
Kemudian dapat dilihat pula bagaimana sikap Nabi dalam hal memutuskan.

Dari Abu Hurairah Radliyallahu anhu, bahwasanya ada seorang lelaki yang menagih Rasulullah
Shallallahu 'alihi wa sallam sembari bersikap kasar kepada beliau, maka para sahabat-pun hendak
menghardiknya, beliau bersabda : "Biarkanlah dia, karena setiap orang punya hak untuk berbicara, belikan
untuknya seekor onta lalu berikan kepadanya" Para sahabat berkata : "Kami tidak mendapatkan kecuali yang
lebih bagus jenisnya!" Beliau bersabda : "Belikanlah dan berikan kepadanya karena sebaik-baik kalian adalah
yang terbaik keputusannya" 10
 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapatlah kita tarik beberapa kesimpulan
- Bahwa toleransi dalam Islam adalah toleransi sebatas menghargai dan menghormat pemeluk agama
lain, tidak sampai pada sinkretisme.
- Islam memiliki prinsip-prinsip dasar dalam toleransi ini, yakni menyatakan bahwa satu-satunya
agama yang benar adalah Islam, Islam adalah agama yang sempurna, dan Islam dengan tegas
menyatakn bahwa selain dari Islam tidak benar, atau salah. Dan sebagainya.
- Toleransi Islam dalam hal beragama adalah tidak adanya paksaan untuk memeluk agama Islam.
- Kemudian toleransi Islam terhadap hidup bermasyarakat dan bernegara, yakni islam membolekan
hidup berdampingan dalam hal bermasyakat bernegara selama mereka tidak memusuhi dan tidak
memerangi umat Islam. Dalam hal ini umat Islam diperintahkan berbuat baik dan menjaga hak-hak
mereka dan sebagainya.
Sumber ;ilham http://kallolougi.blogspot.com/2011/03/toleransi-beragama-dalam-pandangan.html

Anda mungkin juga menyukai