Anda di halaman 1dari 4

#Inspirasi_Pendidikan_Part_5

Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi tanggung jawab orang tua, guru,
masyarakat bahkan negara. Dari anak-anak yang saat ini terurus dengan baik
pertumbuhan dan perkembangannya lah, suatu negara nantinya akan menjadi negara
yang maju. Konsep ini rupanya sangat serius dikembangkan di Jepang. Mulai dari
menu makan siang yang tidak hanya disediakan dan disubsidi oleh pemerintah (orang
tua hanya membayar sebagian) tetapi menu dan cara masaknyapun sudah diukur
untuk kebutuhan gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Kemudian
pertumbuhan fisik yang selalu dipantau dengan “genki card” atau kartu sehat yang
selalu dilaporkan pihak sekolah setiap semester, bahkan saya pernah dengar mengenai
larangan pemerintah Jepang untuk mempekerjakan ibu-ibu yang mempunyai anak
kecil (usia sekolah) untuk bekerja secara full time. Negara tidak ingin calon penerus
bangsa tidak terurus dengan baik sehingga akan menimbulkan berbagai masalah besar
dikemudian hari. Negara juga memberi tunjuangan uang tunai untuk tiap anak usia
sekolah. Salah satu bentuk keseriusan ini saya rasakan ketika beberapa hari yang lalu
sekolah meminta ijin untuk membawa Kenjiro ke rumah sakit guna menjalani
beberapa pemeriksaan kesehatan terkait status sebagai siswa dari luar negeri yang
rekam kondisi kesehatannya belum mereka ketahui.

Kolaborasi antara pihak sekolah dan orang tua juga diwujudkan dalam bentuk yang
nyata. Ketika berada di sekolah, setiap siswa memiliki permasalahan yang
berbeda-beda dalam menyerap ilmu yang diberikan guru. Kondisi psikologis siswa
dirumah pun mempunyai pengaruh yang kuat sebagai penyebab tingkat konsentrasi
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu guru dan orang tua harus
bekerjasama agar dapat memahami segala sesuatu tentang siswa demi tercapainya
tujuan bersama yaitu mengajar dan mendidik anak.

Berikut kegiatan yang dilakukan di sekolah Kenjiro dan Kentaro minggu lalu yang
semoga bisa menginspirasi sekolah dalam upaya mencerdaskan genarasi bangsa. Saya
pribadi memaknai kegiatan ini sebagai upaya guru dan orang tua untuk lebih
memahami karakter anak.
1. KONDANKAI
Hari Selasa dan Rabu secara beruntun saya harus datang memenuhi undangan ke
sekolah Kenjiro di SD dan Kentaro di TK. Selama tiga hari siswa dipulangkan
pukul 1:00 setelah makan siang, lebih awal dari jadwal biasanya. Setelah itu
kegiatan sekolah dilanjutkan diskusi empat mata antara guru dan orang tua siswa.
Waktu diskusi tidak lama, hanya sekitar 15 menit. Dalam satu hari guru kelas
mengundang sekitar 10 orang tua siswa dengan waktu yang berbeda-beda sehingga
percakapan hanya terjadi 4 mata antara guru dan orang tua siswa. Jadwal telah
disusun sedemikian rupa sehingga jika ada orang tua yang datang terlambat 5
menit saja maka akan mengganggu jadwal diskusi orang tua siswa yang lain.
(Dalam hal ini saya memang kagum dengan disiplin tepat waktu dalam segala hal
yang diterapkan masyarakat Jepang. Hampir tidak pernah ada keterlambatan,
bahkan kedatangan dan keberangkatan bus sekalipun.) Sekitar 1 bulan
sebelumnya guru telah menyampaikan rencana undangan ini pada orang tua
dengan mengirimkan survey mengenai hari dan jam yang tidak mungkin bagi
orang tua datang ke sekolah dalam kurun 3 hari yang telah ditetapkan. Dari hasil
survey tersebut guru kemudian membuat jadwal pertemuan dengan
masing-masing orang tua.

Pada diskusi ini guru dan orang tua saling menyampaikan gambaran kondisi anak
saat disekolah maupun dirumah. Kemudian membahas dan mencari solusi
masalah-masalah pendidikan anak di sekolah maupun dirumah. Guru ingin tahu
lebih banyak mengenai anak ketika dirumah, sebaliknya guru juga menceritakan
mengenai perkembangan anak ketika disekolah. Guru menceritakan prestasinya,
kesulitan belajarnya, hubungan dengan teman-temannya dan semua tentang anak.
(Untuk diketahui bahwa sejak masuk sekolah bulan April yang lalu, kami orang
tua sebelumnya sudah dua kali diundang ke sekolah untuk menyaksikan kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa. Guru juga pernah mengadakan kunjungan
ke rumah setiap siswa untuk membicarakan masalah pendidikan anak. Kami juga
pernah diundang ke sekolah untuk melakukan kegiatan bersama siswa sesuai
kegiatan pilihan yang disediakan, antara lain, memasak, menggambar, sepak bola,
karate, sulap dll.)
NB. Tiap datang ke sekolah harus membawa sandal ganti untuk dipakai khusus di
area dalam sekolah.

2. PERAYAAN ULANG TAHUN DI SEKOLAH KENTARO


Dua hari setelah saya menghadiri undangan kondankai di sekolah Kentaro, saya
kembali diundang ke sekolah untuk menghadiri perayaan ulang tahun siswa-siswa
yang berulang tahun dibulan Juli termasuk Kentaro. Setiap bulan sekolah Kentaro
menyelenggarakan perayaan ulang tahun siswa yang berulang tahun dibulan itu
dengan mengundang orang tua dari anak yang berulang tahun. Seru, bangga dan
senang melihat anak kita diperlakukan spesial pada acara tersebut. Mereka yang
berulang tahun didudukkan di depan dengan dipakaikan mahkota dan jubah bak
seorang raja dan ratu. Beberapa siswa ditugaskan sebagai MC dengan didampingi
guru. Semua siswa duduk menghadap panggung dan secara bergantian
mengucapkan selamat ulang tahun secara kelompok sesuai kelas masing-masing.
Semua siswa kemudian menyanyikan lagu ulang tahun dengan diiringi alunan
piano san guru. Moment mengharukan terjadi ketika kepala sekolah menggendong
satu persatu siswa yang berulang tahun untuk mengambil hadiah, diputar-putar
kemudian terus mengendong dan dibawa ke orang tua masing-masing. Saya
sampai tidak tega ketika tiba giliran pada Kentaro yang mempunyai berat badan
35 kg. Kejutan terus berlanjut ketika ternyata sekolah telah
mengundang ”nenek-nenek” untuk perform tarian aloha ala hawai. Mereka juga
mengajak siswa untuk bernyanyi bersama.

Sebegitu seriusnya sekolah menangani perkembangan peserta didiknya. Kita


sebagai orang tua akan malu jika hanya menyerahkan masalah pendidikan pada
pihak sekolah saja. Sebaliknya dengan berbagai kegiatan tersebut sebagai orang
tua kita jadi merasa puas dan terpacu untuk selalu peduli dengan tumbuh
kembang anak.

(sekedar untuk diketahui bahwa saat ini setiap malam saya harus menyediakan
waktu untuk menemani belajar Kenjiro karena setiap hari ada PR dari guru yang
mana harus dikerjakan oleh Kenjiro dan dinilai oleh orang tua, misal tugas
membaca dan menghapal bilangan tambah dan kurang, orang tua diminta untuk
memberi nilai kelancaran, volume suara, kesalahan baca, waktunya berapa menit,
ada berapa penambahan dan pengurangan yang salah hasilnya dll)

Semoga dapat diterapkan untuk mencerdaskan generasi bangsa Indonesia...

Erwan Kasriyanto
Teacher Training di Aichi University of Education-Japan

Anda mungkin juga menyukai