Anda di halaman 1dari 17

Hikmah Idul kubran dan musibah maut di masjidil haram

Oleh Ustadz Irfan S. Awwas


Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

(Arrahmah.com) – Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

‫سيه هد ْاْل َ َّو هليْنَ َو ه‬


، َ‫اآلخ هريْن‬ َ ‫س هل ْم َعلَى‬
َ ‫ص هل اللهم َو‬ َّ ‫عد َْوانَ إهالَّ َعلَى ال‬
َ ‫ َو‬. َ‫ظا هل هميْن‬ ُ َ‫ َوال‬، َ‫ َو ْالعَاقهبَةُ هل ْل ُمت َّ هقيْن‬، َ‫ب ْالعَالَ هميْن‬ ‫ا َ ْل َح ْمدُ هلِله َر ه‬
. ً ‫سلَّ َم تَ ْس هل ْي ًما َك هثيْرا‬ َ ‫نَ هب هينَا ُم َح َّم ٍد َعلَ ْي هه َو َعلَى آ هل هه َو‬
َ ‫صحْ هب هه َو‬

…ُ ‫ وهلله ال َح ْمد‬، ‫ هللاُ أ َ ْكبَ ُر‬، ‫ هللاُ أ َ ْكبَ ُر‬، ‫ الَ هإلَهَ هإالَّ هللا‬، ‫ هللاُ أ َ ْكبَ ُر‬، ‫ هللاُ أ َ ْكبَ ُر‬، ‫هللاُ أ َ ْكبَ ُر‬

ُ ‫ َو‬، ً‫ َو ْال َح ْمد ُ هلِله َكثهيْرا‬، ً ‫هللاُ أ َ ْكبَ ُر َكبهيْرا‬


‫س ْب َحانَ هللاه بُ ْك َرة ً َوأ َ ه‬
: ُ ‫ص ْيالً … َوبَ ْعد‬

… ‫ وهلل الحمد‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫هللا أكبر‬

Kita patut bersyukur kepada Allah Rabbul Alamin, yang dengan kasih sayang-Nya berkenan
menjaga keimanan dan ke-Islaman kita, sehingga kita tetap menjadi pemeluk Islam, dan
dapat menjalankan ibadah shalat Idul Adha 1436 H pada hari ini.

Tanpa penjagaan dari Allah Malikurrahman, bukan mustahil sewaktu-waktu iman dan Islam
kita berubah sehingga kita menjadi orang munafik, karena tidak konsisten dengan aqidah dan
syariah yang Allah perintahkan untuk dilaksanakan. Boleh jadi juga kita berubah jadi orang
musyrik, karena ridha bertuhan pada selain Allah, menyembah thaghut, dan memuja patung
ataupun berhala. Mungkin saja kita berubah jadi orang kafir, karena mengingkari semua
aqidah dan syariah Islam. Atau bisa juga menjadi orang liberal karena menganggap semua
agama sama. Kita berlindung kepada Allah agar tidak termasuk dalam kemungkinan buruk
yang kita sebutkan tadi.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para shahabatnya, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in,
serta siapa saja yang mengikuti petunjuk beliau hingga yaumul qiyamah.

Kita ridha Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Maka marilah kita
bertaqwa agar kita menjadi makhluk yang paling mulia di sisi Allah, diampuni dosa-dosa
kita, dan diberi-Nya jalan keluar terhadap problem kehidupan yang kita hadapi.

Allah berfirman:

ُ ‫ص هل ْح لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ هف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي هُطعه هللاَ َو َر‬


‫سولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذهينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هللاه َوقُولُوا قَ ْو ًال‬
ْ ُ‫ ي‬, ‫سدهيدًا‬
‫َع هظي ًما‬

“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang
benar. Dengan begitu, niscaya semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan
dosa-dosa kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat besar.” (Qs. Al-Ahzab, 33: 70-71)
Ibadah Haji
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

… ‫ وهلل الحمد‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫هللا أكبر‬

Setiap kali umat Islam merayakan Idul Adha, kita merasakan kegembiraan yang lahir dari
pantulan cahaya tauhid, cahaya iman, dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kaum
muslimin mewujudkan keimanan mereka dengan menunaikan rukun Islam ke lima, ibadah
haji ke Baitullah, dan melaksanakan shalat Idul Adha, kemudian dilanjutkan dengan
penyembelihan hewan qurban untuk melestarikan sunah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Idul Adha yang kita rayakan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah dikenal juga dengan sebuatan
“Hari Raya Haji”, karena terkait dengan kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah
haji, yaitu rukun Islam yang kelima.

Ibadah haji merupakan karunia Ilahy, namun tidak semua orang bisa meraihnya, karena
berbagai sebab. Berapa banyak orang yang memiliki kecukupan harta, sehat fisik dan
rohaninya, namun ia tidak sungguh-sungguh berniat berangkat ke Baitullah al-Haram,
sehingga ia tidak dapat menyambut panggilan Allah itu. Sebaliknya, berapa banyak orang
yang berniat haji, ingin berangkat ke tanah suci Makkah, namun tidak memiliki kemampuan
harta atau sedang mengalami sakit yang menghalangi mereka menunaikan rukun Islam
kelima itu.

Di negeri kita, berapa banyak orang-orang yang tergolongan ekonomi lemah, tetapi memiliki
niat yang kuat dan ikhlas untuk berhaji. Dengan karunia Ilahy mereka dapat menunaikan
ibadah haji ke Baitullah, dengan mengumpulkan dana bertahun-tahun dari hasil jerih
payahnya sebagai kuli bangunan, tukang becak, buruh gendong, loper koran dan kerja berat
lainnya.

Bagi orang beriman, ibadah haji memiliki pesona dan daya tarik luar biasa, sehingga banyak
orang yang sudah berhaji berkali-kali, ingin mengulanginya lagi dan lagi. Maha Benar Allah
dengan firman-Nya:

ٍ ‫ام ٍر يَأْتهينَ هم ْن ُك هل فَجٍ َع همي‬


‫ق‬ ‫ض ه‬َ ‫اس به ْال َحجه يَأْتُوكَ هر َج ًاال َو َعلَى ُك هل‬
‫َوأَذ ْهن فهي النَّ ه‬

“Wahai Ibrahim, umumkanlah kepada semua manusia untuk beribadah haji, niscaya mereka
akan datang memenuhi seruanmu dengan berjalan kaki dan mengendarai onta yang cekatan
dari tempat-tempat yang jauh.” (Qs. Al-Hajj [22]: 27)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

… ‫ وهلل الحمد‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫هللا أكبر‬

Seruan untuk menunaikan ibadah haji dan menyembelih hewan qurban, yang
dikumandangkan oleh Nabi Ibrahim telah berlangsung berabad-abad lamanya, dan disambut
oleh berjuta-juta umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Setiap tahun berjuta-juta umat Islam memadati kota Makah, tempat Ka’bah/Masjidil Haram
berada. Pada 9 Dzulhijjah kemarin, hampir 3 juta umat Islam berkumpul, wukuf di padang
Arafah, sembari mengumandangkan takbir dan tahmid, memuji kebesaran dan kemuliaan
Allah Swt.

Selain rasa bahagia karena dapat menunaikan rukun Islam yang ke lima, pastilah saudara-
saudara kita, para jamaah haji yang datang dari seluruh penjuru dunia ini amat berduka,
mengingat musibah jatuhnya crane (mesin derek) di lantai tiga Masjidil Haram, dekat pintu
As-Salam. Tak seorangpun mengira terjadinya peristiwa kecelakaan yang menewaskan
sebanyak 107 jemaah dan 238 orang lainnya menderita luka-luka. Sebanyak 10 orang dari
107 korban meninggal berasal dari Indonesia.

Musibah ini terjadi pada hari Jum’at, 11 September 2015, pk. 17.35 menjelang waktu
Maghrib tiba, diawali dengan badai disertai hujan es. Saat ribuan dari jutaan Muslim dari
berbagai penjuru dunia berkumpul untuk menjalankan ibadah haji. Masjidil Haram biasanya
mengalami puncak kepadatan pada Jumat saat Umat Muslim biasa Salat Jumat. Sebagian
besar korban tertimpa crane saat melaksanakan thawaf. Di antara mereka ada yang
meninggal ketika sedang berdzikir, ada pula yang baru selesai thawaf, sedangkan sebagian
yang lain sedang bermunajat kepada Rabbul Alamin.

Dari musibah ini, terdapat beberapa keutamaan jamaah haji yang menjadi korban tertimpa
crane di Masjidil Haram. Dan hanya Allah yang mengetahui hikmah di balik musibah ini.
Sebagai pelajaran, hikmah dari peristiwa sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi saw antara
lain:

1. Meninggal di hari Jumat dilindungi Allah dari adzab

َّ ُ‫ َما هم ْن ُم ْس هل ٍم يَ ُموتُ يَ ْو َم ْال ُج ُمعَ هة أَ ْو لَ ْيلَةَ ْال ُج ُمعَ هة إه َّال َوقَاه‬: ‫سلَّ َم‬
ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي هه َو‬ ُ ‫َّللاه ب هْن َع ْم ٍرو قَا َل قَا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللاه‬ َّ ‫َع ْن َع ْب هد‬
‫فهتْنَةَ ْالقَب هْر‬

Artinya: “Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia pada hari Jumat atau
pada malam Jumat melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah (pertanyaan) kubur.”
(HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Humaid, Abu Ya’la, dan Al-Baihaqi).

2. Syahid bagi yang meninggal tertimpa reruntuhan. Rasulullah shalallahu alaihi


wasallam bersabda:

َّ ‫ط ْونُ َو ْالغ هَر ُق َوصا َ هحبُ ْال َهد هْم َوال‬


َ ‫ش هه ْيد ُ فهي‬
‫سبه ْي هل هللاه‬ ُ ‫طعُ ْونُ َو ْال َم ْب‬
ْ ‫ ْال َم‬:ٌ‫سة‬ ُّ ‫ال‬
َ ‫ش َهدَا ُء َخ ْم‬

“Syuhada itu ada lima, yaitu orang yang meninggal karena penyakit tha’un, orang yang
meninggal karena penyakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang meninggal karena
tertimpa reruntuhan, dan orang yang gugur di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim
dari hadits Abu Hurairah).

3. Meninggal di jalan Allah, yaitu sedang atau akan beribadah haji.

Abu Hurairah radhiyallahu anhu menyampaikan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
:
‫ فَ َم ْن ُه ْم يَا‬:‫ قَالُ ْوا‬.ٌ‫ش َهدَا َء أ ُ َّمتهي هإذًا لَقَ هل ْيل‬
ُ ‫ هإ َّن‬:َ‫ قَال‬.ٌ‫ش هه ْيد‬
َ ‫س هب ْي هل هللاه فَ ُه َو‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫ش هه ْيدَ فه ْي ُك ْم؟ قَالُ ْوا‬
َ ‫ َم ْن قُته َل فهي‬،‫س ْو َل هللاه‬ َّ ‫َما تَعُد ُّْونَ ال‬
ْ‫ َو َمن‬،ٌ‫ش هه ْيد‬ َ َّ ْ
َ ‫ َو َمن َماتَ في ه الطاع ُْونَ ف ُه َو‬،ٌ ‫ش هه ْيد‬ َ
َ ‫س هب ْي هل هللاه ف ُه َو‬ ْ
َ ‫ َو َمن َماتَ فهي‬,ٌ ‫ش هه ْيد‬ َ
َ ‫سبه ْي هل هللاه ف ُه َو‬ ُ
َ ‫ َمن قته َل فهي‬:َ‫س ْو َل هللاه؟ قَال‬
ْ ُ ‫َر‬
َ ‫ َو ْالغ هَري ُْق‬،ٌ ‫ش هه ْيد‬
ٌ‫ش هه ْيد‬ َ ‫ط هن فَ ُه َو‬ ْ َ‫َماتَ فهي ْالب‬

“Siapakah yang terhitung syahid menurut anggapan kalian?” Mereka menjawab, “Wahai
Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid.” Beliau menjawab, “Kalau
begitu, syuhada dari kalangan umatku hanya sedikit.” “Bila demikian, siapakah mereka yang
dikatakan mati syahid, wahai Rasulullah?” tanya para sahabat. Beliau menjawab, “Siapa
yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal di jalan Allah maka ia
syahid, siapa yang meninggal karena penyakit tha’un maka ia syahid, siapa yang meninggal
karena penyakit perut maka ia syahid, dan siapa yang tenggelam ia syahid.” (HR. Muslim)

4. Meninggal ketika sedang beramal shalih.

Hudzaifah radhiyallahu anhu menyampaikan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:

‫ َو َم ْن‬.َ‫ام يَ ْو ًما ا ْبتهغَا َء َوجْ هه هللاه ُخته َم لَهُ به َها دَ َخ َل ْال َجنَّة‬
َ ‫ص‬َ ‫ َو َم ْن‬.َ‫ الَ إهلهَ إهالَّ هللا ا ْبتهغَا َء َوجْ هه هللاه ُخته َم لَهُ به َها دَ َخ َل ْال َجنَّة‬:َ‫َم ْن قَال‬
َ‫صدَقَ ٍة ا ْبتهغَا َء َوجْ هه هللاه ُخ هت َم لَهُ هب َها دَ َخ َل ْال َجنَّة‬ َ َ‫ت‬
َ ‫صدَّقَ هب‬

“Siapa yang mengucapkan La ilaaha illallah karena mengharapkan wajah Allah yang ia
mengakhiri hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang berpuasa
sehari karena mengharapkan wajah Allah yang ia mengakhiri hidupnya dengan amal
tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang bersedekah dengan satu sedekah karena
mengharapkan wajah Allah yang ia mengakhiri hidupnya dengan amal tersebut maka ia
masuk surga.” (HR. Ahmad, sanadnya shahih).

Maka atas musibah yang menimpa, kita mohon semoga Allah berkenan menerima amalan
para korban jatuhnya crane di Masjidil Haram, dan menjadikan mereka sebagai syuhada.

Kita memohon kepada Allah agar merahmati dan mengampuni mereka, serta memberikan
kesabaran dan ketenangan kepada sanak keluarga yang merek tinggalkan.

Qurban dan Pendidikan Tauhid


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

… ‫ وهلل الحمد‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫هللا أكبر‬

Idul Adha, selain dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Nahr,” artinya hari raya
penyembelihan (Hari raya Qurban). Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang
menimpa Nabi Ibrahim. Kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian
dan cobaan, menyebabkan dia dianugerahi kehormatan sebagai “Khalilullah” (kekasih Allah).

Setelah gelar Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku,
mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Mu. Padahal ia disibukkan oleh
urusan kekayaan dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hamba-Ku Ibrahim ini
dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hati dan amal baktinya!”
Karena itu, Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi
Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya tidak melalaikannya dalam menaati Allah.

Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000
ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi
Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah
tergolong milliuner.

Ketika suatu hari, Ibrahim ditanya seseorang, “milik siapakah ternak sebanyak ini?” Maka
dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah
menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan ternak, bila Allah meminta anak
kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”

Menurut mufassir Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘Adzim mengemukakan bahwa,
pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki Allah itulah
yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim
melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7
tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih
dengan menggunakan tangannya sendiri.

Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Qur’an:

َ‫صا هب هرين‬
َّ ‫َّللاُ همنَ ال‬ ُ ‫ي هإ هني أ َ َرى هفي ْال َمن هَام أَ هني أَذْ َبحُكَ فَان‬
‫ظ ْر َماذَا ت ََرى قَا َل َيا أ َ َب ه‬
َّ ‫ت ا ْف َع ْل َما تُؤْ َم ُر َست هَجد ُ هني هإن شَاء‬ َّ َ‫قَا َل َيا بُن‬

“Tatkala anak itu sudah dewasa, Ibrahim berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, sungguh
aku telah bermimpi menyembelih kamu. Karena itu, apa pendapatmu tentang mimpiku itu?”
Ismail berkata: “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah,
engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar.” (Qs. As-shaffat [37]: 102)

Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau di leher putranya, Ismail mengira ayahnya
ragu, atau tidak sampai hati menyembelih anaknya. Maka seraya melepaskan tali pengikat
tangannya,Ismail membaringkan diri, lalu meminta ayahnya segera mengayunkan pisau
sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.

Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail memasrahkan diri pada Ilahy. Sedetik
setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru dengan firman-Nya, menyuruh
menghentikan dan tidak meneruskan untuk menyembelih anaknya.

Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor


kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an:

“Kami ganti Ismail dengan seekor domba yang sangat besar. Kami telah jadikan Ibrahim
sebagai contoh bagi generasi-generasi sesudahnya. Ucapan ‘salam sejahtera’ bagi Ibrahim.
Demikianlah Kami memberi pahala kepada orang-orang yang beramal shalih.” (Qs. As-
Saffat [37]:107-110).

Jauh sebelum Ismail lahir, Nabi Ibrahim As selalu berdo’a agar mendapat keturunan yang
shalih:

َ‫صا هل هحين‬
َّ ‫ب هَبْ هلي همنَ ال‬
‫َر ه‬
Ibrahim berdo’a: “Wahai Tuhanku, karuniakanlah anak yang shalih kepadaku.” (Qs. As-
Shaffat [37]:100).

Namun, ketika baru saja puteranya beranjak dewasa, tiba-tiba diuji oleh Allah untuk
menyembelih anaknya, sungguh ujian luar biasa. Sehingga, menyaksikan adegan bapak dan
puteranya, yang menunjukkan kesabaran, keikhlasan dan tawakkal, untuk menaati perintah
Allah, Malaikat Jibril pun terkagum-kagum, seraya terlontar darinya ucapan”Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Lailaha illallah Allahu Akbar.”
Kemudian disambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’

Hikmah Qurban
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

… ‫ وهلل الحمد‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫هللا أكبر‬

Peristiwa bersejarah ini memberi pelajaran bagi setiap Muslim, bahwa anak yang shalih dan
shalihah hanya dapat lahir dari keturunan dan lingkungan keluarga yang shalih juga. Laksana
pepatah, “daun jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ‫ [ َوالَّذهين‬: َ ‫ ث ُ َّم قَ َرأ‬: ‫ قَا َل‬. ُ‫ هليَقَ َّر َع ْن ُه ْم َع ْينَه‬، ‫ َو هإ ْن كَانُوا د ُونَهُ فهي ْال َع َم هل‬، ‫هإ َّن هللاَ َع َّز َو َج َّل لَيَ ْرفَ ُع ذ ُ هريَّةَ ْال ُمؤْ هم هن هإلَ ْي هه فهي دَ َر َجته هه‬
: ‫) ] [الطور‬21( ‫هين‬ ٌ ‫ب َره‬ َ ‫ئ به َما َك َس‬ ٍ ‫ش ْيءٍ ُك ُّل ْام هر‬ َ ‫ان أ َ ْل َح ْقنَا به هه ْم ذ ُ هريَّتَ ُه ْم َو َما أَلَتْنَا ُه ْم هم ْن َع َم هل هه ْم هم ْن‬
ٍ ‫آ َمنُوا َوات َّ َبعَتْ ُه ْم ذ ُ هر َّيت ُ ُه ْم بهإهي َم‬
ْ
. َ‫ط ْينَا البَنهين‬ َ ‫صنَا اآلبَا َء هم َّما أ َ ْع‬ ْ َ‫ َما نَق‬. ]21

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat anak-anak orang-orang mukmin ke derajat orang


tuanya, walaupun amal shalih mereka tidak seperti amalan orang tuanya, agar orang tua
senang dan gembira berkumpul dengan anak-anaknya.” Kemudian Rasulullah membacakan
Al-Qur’an surat At-Thuur ayat 21:“Orang-orang mukmin berada di dalam surga disusul
anak keturunan mereka yang beriman. Kami kumpulkan orang-orang mukmin bersama
dengan anak keturunan mereka. Kami tidak mengurangi sedikitpun pahala atas amal
mereka. Setiap orang mendapatkan pahala sesuai amal shalih yang ia lakukan di dunia.”
(HR. Imam Al-Bazzaar)

Di zaman kita sekarang, hanya sedikit orang-orang sukses yang melahirkan keturunan yang
sukses pula. Keshalihan Ismail, bukan diperoleh dari bangku kuliah di universitas, bukan pula
celupan dari adat istiadat serta budaya masyarakatnya; melainkan karena ketaatannya pada
ajaran agama.

Nabi Ibrahim telah memberi pelajaran berharga pada kita, bahwa jika kita menginginkan
anak-anak kita menjadi anak yang shalih, maka orang tualah terlebih dahulu melakukan
keshalihan agar menjadi contoh bagi anak-anaknya. Hasil didikan ini akan menjadi deposito
orang tua untuk keberuntungannya di akhirat kelak

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

َ ‫ َو َولَ ٍد‬، ‫ َو هع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع هب هه‬، ‫اريَ ٍة‬


ُ‫صا هلحٍ يَدْعُو لَه‬ َ ‫ هم ْن‬: ‫ط َع َع َملُهُ هإ َّال هم ْن ث َ َالث َ ٍة‬
‫صدَقَ ٍة َج ه‬ َ َ‫سانُ ا ْنق‬ ‫هإذَا َماتَ ْ ه‬
َ ‫اْل ْن‬
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu):
sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan do’a anak yang shalih.” (HR. Muslim no.
1631)

Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini mengajarkan pada kita, bahwa jika manusia
meninggal dunia, maka segala amalnya terputus, kecuali tiga perkara yang dapat
menyelamatkan dirinya, yaitu:

Pertama, shadaqah jariyah, yaitu wakaf yang kita berikan selama hidup di dunia. Selain itu,
ada infaq, shadaqah yang kita keluarkan, sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain untuk
beribadah dan menaati Allah Swt.

Kedua, ilmun yuntafa’u bihi, yaitu ilmu yang bermanfaat yang diajarkan pada masyarakat,
dan tetap bermanfaat setelah meninggal.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata: “Ilmu akan menjaga kita, sedangkan harta
sebaliknya, kitalah yang harus menjaganya. semakin banyak ilmu seseorang semakin banyak
orang yang menyayangi dan menghormatinya. Sedangkan semakin banyak harta, semakin
banyak musuh dan orang yang iri kepadanya. Ilmu jika diamalkan akan semakin bertambah,
sedangkan harta jika digunakan akan semakin bekurang. Pemilik ilmu akan diberi syafaat
(pertolongan) di hari akhir kelak, sedangkan pemilik harta akan dihisab, diusut asal muasal
hartanya oleh Allah.”

Ketiga, waladun shalih, yaitu anak yang shalih. Kita meninggalkan anak-anak yang shalih,
baik anak itu mendo’akan kita setiap saat atau tidak, tapi keshalihan anak itu saja sudah
menambah pahala yang terus menerus mengalir bagi orang tuanya hingga yaumul qiyamah.
Maka jangan biarkan anak-anak kita berkubang dalam kehidupan pergaulan bebas, yang
mengabaikan agama dan menuruti hawa nafsu belaka.

Pernah suatu ketika ada seorang bapak yang mengeluh kepada Amirul Mukminin, Umar bin
Khaththab ra mengenai anaknya yang durhaka. Orang itu mengatakan bahwa putranya selalu
berkata kasar kepadanya dan sering kali memukulnya. Maka, Umar pun memanggil anak itu
dan memarahinya.

“Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu bahwa durhaka kepada orangtua adalah dosa besar
yang mengundang murka Allah? kata Umar.

“Tunggu dulu, wahai Amirul Mukminin. Jangan tergesa-gesa mengadiliku. Jikalau memang
seorang ayah memiliki hak terhadap anaknya, bukankah si anak juga punya hak terhadap
ayahnya?” tanya si anak.

“Benar,” jawab Umar.

“Lantas, apakah hak anak terhadap ayahnya?” lanjut si Anak.

“Ada tiga,” jawab Umar. “Pertama, hendaklah ia memilih calon ibu yang baik untuk
putranya, jangan sampai tercela karena ibunya. Kedua, hendaklah ia menamainya dengan
nama yang baik. Dan ketiga, hendaklah ia mengajarinya al-Quran.”
Maka, si Anak mengatakan, “Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku
tidak pernah melakukan satu pun dari tiga hal tersebut. Ia tidak memilih calon ibu yang baik
bagiku. Ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga
dua dirham, lalu malamnya ia gauli sehingga ia hamil mengandungku. Setelah aku lahir pun
ayah menamaiku Ju’al (si hitam bermuka jelek), dan ia tidak pernah mengajariku menghafal
al-Quran walau seayat.”

Maka Umar r.a. menoleh kepada ayahnya dan berkata: “Engkau telah durhaka kepada
anakmu sebelum ia durhaka kepadamu. Pergilah engkau dari sini.”

Betapa pentingnya para orang tua mengoptimalkan amal shalihnya agar memiliki keturunan
yang baik, hidup dengan rezki yang halal dan bersikap dermawan pada saudara muslim
lainnya. Terkait pemberian nama yang baik bagi anak-anak kita, mengingatkan kita pada
kejadian di negeri kita akhir-akhir ini. Ada orang tua yang memberi nama Tuhan pada
anaknya, ada juga yang bernama Saiton, nama-nama yang tidak pantas.

Semoga kandungan khutbah ini dapat memotivasi keluarga Muslim bersungguh-sungguh


mendidik generasi muslim yang cerdas otaknya, mulia akhlaknya, demi menyelamatkan
negeri ini dari musibah dan kerusakan yang lebih parah.

Munajat
… ‫ وهلل الحمد‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫ هللا أكبر‬، ‫هللا أكبر‬

Mengakhiri khutbah ini, marilah kita bermunajat kepada Allah agar diberi keselamatan dari
segala ancaman, diberi kebaikan yang paling sempurna, kehidupan yang sejahtera dan waktu
yang paling bahagia. Marilah kita berdo’a dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan
menjernihkan fikiran, semoga Allah memperkenankan do’a hamba-Nya yang ikhlas, dan
menerima ibadah puasa Ramadhan kita.

Ya Allah pelihara iman kami dan berikan kepada kami kesempatan merasakan manisnya
iman dalam kehidupan ini, yaitu dalam meneladani seluruh Sunnah Rasulullah saw. dengan
sebaik-baiknya, yang mengantarkan kami menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Ya Allah bimbinglah kami untuk mengendalikan dan menundukkan hawa nafsu kami.
Peliharakan hati dan pendengaran kami agar kami tidak terpedaya dari tipu daya syaithan
yang merusak amal ibadah yang telah dan akan kami lakukan.

‫س هم ْي ٌع قَ هريْبٌ ُم هجيْبُ الدَّع َْوا ه‬


‫ت‬ ‫اء هم ْن ُه ْم َواْل َ ْم َوا ه‬
َ َ‫ت اه َّنك‬ ‫ت َو ْال ُمؤْ هم هن ْينَ َو ْال ُمؤْ همنَا ه‬
‫ت اَْلَحْ َي ه‬ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ هف ْر هل ْل ُم ْس هل هميْنَ َو ْال ُم ْس هل َما ه‬

Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang
masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar,
Dekat dan Mengabulkan do’a.

َ َ‫سنَةً َوقهنَا َعذ‬


‫اب النَّ ه‬
‫ار‬ َ ‫سنَةً َوفهى اْل َ هخ َر هة َح‬
َ ‫َربَّنَا اَتهنَا فهى الدُّ ْن َيا َح‬

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, dan kehidupan yang
baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
َ ‫سالَ ٌم َعلَى ْال ُم ْر‬
. َ‫س هليْن‬ ‫ب ْال هع َّزةه َع َّما يَ ه‬
َ ‫ َو‬. َ‫صفُ ْون‬ ُ . َ‫صحْ هب هه أَجْ َم هعيْن‬
‫س ْب َحانَ َر هبكَ َر ه‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَى‬
َ ‫س هي هدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ هل هه َو‬ َ ‫َو‬
َ ْ ‫َو ْال َح ْمدُ هلِله َر ه‬
َ‫ب العَال هميْن‬

Semoga shalawat senantiasa tercurah kepada pemimpin kami Muhammad saw, keluarga dan
sahabatnya semua. Maha suci Tuhanmu Pemilik kemuliaan dari apa yang mereka
persekutukan. Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada para rasul dan segala puji
hanya bagi Allah Rabbul Alamin.

- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/khutbah-idul-adha-1436-h-hikmah-


idul-qurban-dan-musibah-maut-di-masjidil-haram.html#sthash.9UfrWYUh.dpuf
DENGAN ‘IDUL ADHA KITA WUJUDKAN SOLIDARITAS SOSIAL

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫ هللا أكبر وهلل الحمد‬، ‫ وهللا أكبر‬،‫ ال إله إال هللا‬9× ‫هللا أكبر‬

‫ َم ْن يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم ِضل‬،‫ت أَ ْع َما ِلنَا‬ ِ ُ‫ست َ ْه ِد ْي ِه َونَعُوذُ ِباهللِ ِم ْن ش ُُر ْو ِر أ َ ْنف‬
َ ‫س َنا َو ِم ْن‬
ِ ‫سيِِّئ َا‬ ْ َ‫ستَ ْغ ِف ُر ْه َون‬
ْ ‫ست َ ِع ْينُهُ َو َن‬ْ َ‫إِن ا ْل َح ْم َد َِلِلِ نَحْ َم ُدهُ َون‬
َ ‫ع َلى‬
‫سيِِّ ِد َنا‬ َ ْ‫س ِِّل ْم َوبَ ِارك‬ َ ‫ اَلل ُهم‬.ُ‫س ْولُه‬
َ ‫ص ِ ِّل َو‬ ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ
َ ‫ش َه ُد أن ُمحَمدًا‬ َ
ْ ‫ش َه ُد أ ْن الَ إِلَهَ إِال هللا َوأ‬ َ َ
ْ ‫ أ‬.ُ‫ِي لَه‬ َ ‫ض ِل ْل فَالَ َهاد‬ ْ ُ‫لَهُ َو َم ْن ي‬
.‫علَى آ ِل ِه َوصَحْ ِب ِه َو َم ِن ا ْهتَدَى ِب ُهدَا ُه ِإلَى َي ْو ِم ا ْل ِق َيا َم ِة‬ َ ‫ُمحَم ٍد َو‬

Hadirin, Sidang Jamaaah Idul Adha yang berbahagia!

Kesadaran dan keinsyafan untuk berkurban


karena Allah inilah yang merupakan makna hakiki dari “Id al-Adha. Makna ini akan dirasakan
kemanfaatannya apabila diwujudkan ke dalam kehidupan realitas kita melalui makna
instrumental-nya.

II. Makna Hakiki Idul Adha


Dalam kesederhanaan, nilai (ajaran) kurban ini tergambar di dalam penyembelihan hewan
kurban itu sendiri; (1) niatnya karena Allah , (2) yang sampai kepada Allah bukan darah atau
daging kurban tetapi keimanan dan ketakwaan orang berkurban,(3) daging kurban itu sendiri
didistribusikan secara adil dan merata terutama kepada mereka yang benar-benar
membutuhkan sebagai kepedulian kepada lingkungan dan upaya meningkatkan kebersamaan
solidaritas sosial, (4) pendistribusian secara adil dan merata, dilakukan sebagai pengamalan
perintah syukur atas nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah.(5) dan pahala pertama,
untuk orang yang berkurban itu sendiri dan kedua, untuk semua pihak yang mendukung dan
menciptakan suasana yang kondusif hingga terselenggaranya aktivitas pengorbanan karena
Allah.Demikian juga bagi mereka yang sedang melaksanakan haji, jika mereka diwajibkan
menyembelih (unta, kambing, biri-biri, dan sapi), hendaklah disembelih di tanah haram dan
dagingnya di hadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka ibadah haji.

Allahu Akbar 3x Walillah al-Hamd

1. Niat Berqurban untuk Idul Adha

a. Sanggup membebaskan diri dari pengaruh hawa nafsu.


b. Mampu mengendalikan diri sehingga ia tidak terjerumus ke dalam dan perilaku hidup
hedonistic.
c. Di dalam ia melakukan sesuatu perbuatan, ia hanya melakukan perbuatan yang benar-benar
perlu dan diperlukan; ia bertindak efisien, disiplin, istiqamah, dan selalu peduli terhadap
lingkungan dalam rangka memupuk kesadaran dan solidaritas.
d. Seluruh aktivitasnya, gerak maupun diamnya , seluruhnya ia niatkan karena Allah.

Esensi niat karena Allah adalah memurnikan ketaatan dan kepatuhan hanya kepada Allah
sebagai wujud dari keimanan dan kesadaran selaku makhluk hamba Allah, dan khalifah Allah
di muka bumi. Allah berfirman:

Niat karena Allah mempunyai fungsi antara lain: (1) menumbuhkan kesadaran tentang
keberadaan (existensi) Allah , (2) menginsyafkan bahwa ketaatan, kepatuhan, kepasrahan, dan
ketundukan hanya pantas diberikan kepada Allah, (3) menanamkan kesadaran bahwa Allah
tidak membeda-bedakan manusia, tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, majikan atau
buruh, pejabat atau bukan, semuanya dituntut untuk mentaati hukum; yaitu mengedepankan
supremasi hukum; untuk melaksanakan kewajiban, ketentuan, dan peraturan, seluruh manusia
sama di hadapan Allah; iman dan takwalah yang membuat seseorang dekat dan mulia di sisi
Allah. (4) menjadikan Allah sebagai motivasi dan tujuan hidup dan (5) menghilangkan semua
penyakit hati, seperti Syirik, kufur, munafik, takabbur, riya, ‘ujub,, dan lain sebagainya.

Orang yang memiliki niat yang mempunyai keimanan dan kesadaran seperti ini, akan dapat
melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim
as, dan keluarganya pada saat Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah untuk mengorbankan
putranya Ismail as.

Padahal Nabi Ibrahim puluhan tahun mendambakan anak, begitu Allah memberikan anak dan
ketika anak telah sampai usia tamyiz, bisa mambantu dan berusaha bersama ayahnya Ibrahim
datanglah perintah Allah untuk mengorbankannya. Apa yang menyebabkan Nabi Ibrahim siap
untuk mengorbankan anaknya?

a. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putranya tidak dapat menghalangi kepatuhan dan
ketaatannya kepada Allah.
b.Ismail sendiri bahkan bersedia mengorbankan jiwa dan raganya karena patuh dan taat kepada
Allah .
a. Siti Hajar ra, sekalipun air matanya nampak menitik pertanda bahwa ia tidak dapat
menyembunyikan kesedihannya, tetapi secara pasti ia berkata: “aku rela kalau itu memang
perintah Allah”.

b. Setelah merasa pasti bahwa itu adalah keputusan dan ketetapan Allah, dalam kepastiannya
sebagai pemimpin, sebagai orang kaya, bahkan sebagai orang yang bergelar Khalilullah,
sebagai orang yang mempunyai kedekatan dengan Sumber Hukum dan Sumber Kebijakan.
Tidak sedikitpun terbetik di hati Ibrahim dan keluarganya agar mereka diperlakukan secara
berbeda di dalam melaksanakan peraturan dan ketentuan. Karena Nabi Ibrahim dan
keluarganya sadar bahwa di hadapan Hukum Allah semua manusia sama; harus taat kepada
perintah, taat kepada keputusan hukum, taat kepada peraturan dan ketentuan.

Kepatuhan dan ketaatan yang dijiwai oleh semangat pengorbanan karena Allah ini,
divisualisasikan (diragakan) secara simbolik dengan penuh keimanan dan keinsyafan oleh
mereka yang melaksanakan ibadah haji, dan mereka yang melakukan ibadah kurban.
Aktivitas orang yang melakukan ibadah haji seluruhnya mencerminkan kepatuhan dan ketaatan
ini. Bahkan untuk mencontoh Rasulullah – mencium hajar aswad (batu hitam) sekalipun
mereka ikhlas dan rela melakukannya karena patuh dan taat kepada Allah . Hal ini, sejalan
dengan apa yang mereka nyatakan di dalam talbiyah , Labbaik Allahumma Labbaik (Ya, Allah
ini aku datang memenuhi panggilan-Mu; siap untuk melaksanakan apapun yang Engkau
perintahkan, siap meninggalkan apapun yang Engkau larang ! Di dalam kehidupan pasca
ibadah haji , kesiapan inilah yang menjadi salah satu indikasi penting bagi seseorang apakah
hajinya mabrur atau tidak!

2. Orientasi Berqurban untuk idul adha

Orientasi pengorbanan karena Allah diwujudkan dalam bentuk kepedulian sosial dan perhatian
terhadap lingkungan:

Ayat di atas Allah menyatakan bahwa daging kurban boleh dinikmati oleh orang yang
berkurban yang merupakan nikmat dan anugrah Allah, tetapi sebagian yang lain;
didistribusikan secara adil dan merata terutama kepada mereka yang benar-benar
membutuhkan sebagai bentuk kepedulian sosial dan perhatian terhadap lingkungan.

3. Kemanfaatan Berqurban untuk Idul Adha

b. Nikmat dan karunia Allah tidak hanya oleh orang-orang tertentu saja melainkan juga oleh
orang-orang yang berada di lingkungannya, terutama oleh mereka yang berada pada posisi
mustad’afin.

c. Penyakit-penyakit sosial, seperti sikap apatis, individualistik, egoistic, dan kazaliman-


kezaliman lainnya diharapkan dengan sendirinya akan terkikis melalui proses interaksi dalam
kehidupan sosial yang dijiwai oleh semangat pengorbanan karena Allah, sehingga apa yang
disebut dengan kesenjangan sosial akibat ketidak adilan yang dapat menimbulkan antara lain
sikap dan perilaku kriminalitas serta anarkis dan kejahatan-kejahatan ekonomi dan sosial
lainnya dapat dihindarkan.

4. Cara Berqurban untuk Idul Adha

Setelah Ibrahim as yakin bahwa mimpi itu, benar-benar perintah Allah, iapun berbulat hati
untuk melaksanakannya. Ayah dan anak tunduk pada kehendak Allah, tetapi Allah yang
kemudian menghentikannya. Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibarahim dan Ismail as
maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan kurban, Allah
menggantikannya dengan seekor kambing yang besar yang dagingnya diperintahkan untuk
didistribusikan secara adil dan merata terutama kepada mereka yang membutuhkannya. ‫فكلوا‬
‫ منها وأطعموا البائس الفقير‬peristiwa ini menjadi dasar syariat Kurban yang dilakukan setiap tahun
dalam rangkaian Hari Raya dan Ibadah Haji.

5. Tujuan Berqurban untuk Idul Adha 2015

Tujuan berkurban adalah taqarrub kepada Allah, yaitu mendekatkan diri sedekat mungkin
kepada-Nya untuk memperoleh rahmat, maghfirah, dan ridha-Nya. Upaya mendekatkan diri
kepada Allah ‫ تقرب إلى هللا‬adalah proses yang terus menerus bergerak tanpa henti. Karena
taqarrub ‫ إلى هللا‬merupakan proses terus menerus tanpa henti; maka di dalamnya pasti terdapat
dinamika, terdapat aktivitas, kreativitas, produktivitas, dan inovasi-inovasi, yang kesemuanya
berjalan sesuai dengan aturan dan ketentuan Allah; berjalan secara efisien, efektif, disiplin,
istiqamah, dan manfaat bagi lingkungannya.

Allahu Akbar 3x Walillahi al- Hamd!

Ada 3 hal yang terus menerus bergerak dalam proses taqarrub ‫ إلى هللا‬terus menerus bergerak
tiada henti berzikir kepada Allah, ia bahkan melakukan ‫ ; تخلق بأخالق هللا‬proses internalisasi,;
melakukan penyontohan dan peneladanan terhadap sifat dan akhlak Allah, sehingga akal
sebagai top exekutif (presiden) di dalam wilayah kekuasaan jasmani dan ruhani dapat
mengintruksikan kepada pancaindra dan anggota badan dengan instruksi-instruksi yang telah
terilhami, yaitu akibat hatinya yang terus menerus berzikir dan takhalluq bi akhlaqillah . Maka
yang keluar dari anggota badannya – yaitu sebagai tahaqquq atau realisasi dari zikir dan pikir
serta proses peneladanan terhadap sifat dam akhlak Allah tadi – tiada lain adalah aktivitas-
aktivitas, produktivitas, dan inovasi-inovasi yang positif konstruktif dan berguna yang
berwujud kegiatan-kegiatan yang di dalam bahasa agama disebut amaliyah shalihah yang pada
gilirannya akan membentuk budaya dan kebudayaan yang saleh pula.

b. Kedudukan dan Martabat orang Berqurban untuk idul adha 2015

d. Keadaan Masyarakat dan Lingkungan

III. Makna Instrumen tal Idul Adha/ Ibadah Kurban

Hadirin, Kaum muslimin dan Muslimat yang berbahagia!

Nilai-nilai, semangat, dan sejarah berkurban seperti yang telah kita sebutkan hanya akan
menjadi “laksana mutiara dalam lumpur” manakala kita tidak dapat mewujudkannya ke dalam
kenyataan hidup dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, sesuai dengan maksud dan tujuannya,
seyogyanya ibadah kurban yang disyari’atkan oleh Allah ini, kita jadikan sebagai sarana
pendidikan; kita jadikan sebagai instrumen atau alat untuk mewujudkan nilai-nilai intrinsiknya
(harkat yang terkandung di dalamnya ) diaplikasikan dalam kenyataan kehidupan kita sehari-
hari, sehingga sesuai dengan sifatnya dan kemanfaatannya dapat dirasakan secara bersama-
sama, terutama oleh masyarakat dan lingkungan di mana kita berada.

IV. Penutup

Hadirin yang berbahagia !

Di samping itu bangsa Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari krisis-krisis yang melanda
bangsa ini, seperti krisis sosial, krisis kepemimpinan, politik, krisis ekonomi, bahkan krisis
moral, krisis nilai, ajaran, solidaritas sebagai bangsa, krisis kepercayaan, krisis kejujuran, dan
semangat pengorbanan. Nampaknya, kita sangat membutuhkan semangat pengorbanan dan
solidaritas, agar kita dapat keluar dan terbebas dari segala bentuk krisis yang kita sedang alami.
Oleh karena itu, dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya selaku khatib mengajak; marilah
Hari Raya Idul Adha dan penyelenggaraan ibadah kurban kali ini, kita jadikan sebagai
momentum untuk mewujudkan nilai, ajaran, semangat nilai jiwa pengorbanan karena Allah,
dan solidaritas, baik sebagai bangsa Indonesia, maupun sebagai umat Islam sebagaimana yang
telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya.
Kepada mereka yang menunaikan ibadah haji, semoga hajinya diterima oleh Allah sebagi haji
yang mabrur. Kepada mereka yang kini dilanda berbagai musibah dan kesulitan, terutama
kesulitan yang diakibatkan oleh berbagai krisis seperti yang disebutkan sebelumnya, semoga
Allah memberikan kesabaran dan segera menghindarkan mereka dari kesulitan-kesulitan yang
mereka alami.

Orang-orang yang sabar mereka dimasukkan dalam syurga tanpa melalui timbangan amal baik
atau buruk di hari kiamat.
Amin ya rabbal ‘alamin.

)37 : 22: ‫] لن ينال هللا لحومها وال دماؤها ولكن يناله التقوى منكم … (الحج‬2[
‫ فإذا وجبت جنوبها فكلوا منها وأطعموا‬، ‫صواف‬
َّ ‫ فاذكروا اسم هللا عليها‬،‫] والبدن جعلناها لكم من شعائر هللا لكم فيها خير‬3[
)36 : 22 \‫(الحج‬ .‫تشكرون‬ ‫لكم لعلكم‬ ‫سخرناها‬ ‫كذلك‬ ، ‫والمعتر‬
َّ ‫القانع‬
)33 : 22 \ ‫ (الحج‬. ‫محلُّهـا إلى البيت العثيق‬
‫] لكم فيها منافع إلى أجل مس ًّمى ثم ه‬4[

[5] Pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan
utama dalam hidup. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1989: 302

‫ستجدنى إن‬
‫ ه‬، ‫ قال يا أبت افعل ما تؤمر‬،‫] فلما بلغ معه السعى قال يا بنى إنى أرى فى المنام أنى أذبحك فانظر ماذا ترى‬6[
)102 :37\‫ (الصافات‬.‫شاء هللا من الصابرين‬

Setiap orang yang beriman senantiasa mendambakan rahmat, maghfirah, dan ridha Allah SWT.
Seluruh aktivitasnya – duniawiyah dan ukhrawiyah – ia maksudkan untuk memperoleh rahmat
dan ridha Allah SWT.Bagi orang beriman tidak ada perbedaan antara aktivitas duniawiyah dan
aktivitas ukhrawiyah. Sebab, keduanya dilakukan dengan niat untuk mencari ridha Allah.
Ridha artinya senang. Kedua aktivitas itu dilakukan sesuai dengan tuntunan dan petunjuk
Allah. Bila kedua aktivitas tersebut sudah diridhai Allah maka tentu rahmat dan maghfirah-
Nya pun akan dicurahkan Allah kepadanya. Demi memperoleh rahmat, maghfirah, dan ridha
Allah, seorang yang beriman akan melakukan apa saja yang mungkin ia lakukan dan
memberikan apa saja yang mungkin ia berikan; dan mengorbankan apa saja yang mungkin ia
korbankan.

Secara harfiah ‘Id al-Adha artinya adalah Hari Raya Kurban. Dinamai demikian karena
dimaksudkan untuk mengingat pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dan
keluarganya untuk dicontoh, diteladani, dan diwujudkan nilai-nilainya oleh orang-orang yang
beriman.

Hadirin, kaum Muslimin jamaah Id al-Adha yang berbahagia !

Dengan demikian ada lima ciri yang terdapat di dalam aktivitas pengorbanan karena Allah.
Kelima cirri tersebut berkaitan dengan (1) niatnya, (2) orientasinya, (3) kemanfaatannya, (4)
caranya dan (5) tujuannya.

Aktivitas pengorbanan yang disyari’atkan oleh Islam adalah aktivitas pengorbanan yang
diniatkan karena Allah. Dalam konteks ini, al-Ghazali mengemukakan dalam Ihya bahwa
seseorang tidak sampai kepada Allah (tidak akan dapat mencapai posisi kurban atau dekat
dengan Allah; amal ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah) kecuali apabila orang itu :

)5: 98\‫وما أمروا إال ليعبدوا هللا مخلصين له الدين حنفاء… (البينة‬
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus… .

)37:102\‫ (الصافات‬.‫يآأبت افعل ما تؤمر ستجدنى إن شاء هللا من الصابرين‬

“Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.

)28 : 22 \‫ (الحج‬.‫فكلوا منها وأطعموا البائس الفقير‬

Maka makanlah sebagian dari padanya dan sebagian lagi berikanlah untuk makan orang-orang
yang sengsara lagi fakir.

Kemanfaatannya dirasakan oleh semua pihak:


a. Pihak yang berkurban, kualitas keimanan, dan ketakwaannya bertambah; posisinya semakin
dekat kepada Allah.

Cara berkurban karena Allah, seperti yang ditunjukkan oleh Allah sendiri, yaitu bukan dengan
cara membinasakan manusia, tetapi justru dengan menyelamatkan manusia dan kemanusiaan;
dengan jalan mensyukuri nikmat dan karunia Allah, dalam rangka mengoptimalisasikan
kemanfaatan nikmat dan karunia Allah yang telah diberikan oleh Allah dan menebarkannya
secara adil dan merata.

Perintah penyembelihan terhadap Ismail semata-mata dimaksudkan hanya sebagi ujian,


sebagai tuntutan pembuktian atas tekad kesetiaan yang pernah dinyatakan oleh Ibrahim as
sendiri. Di samping sebagai Nabi, Ibrahim adalah seorang kaya yang sangat dermawan. Ia
banyak mengorbankan harta kekayaannya untuk kepentingan sosial. Suatu waktu ia
diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih sejumlah kambing dan sejumlah unta sebagai
kurban dan santunan bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Pujianpun banyak berdatangan
tertuju kepadanya. Waktu itu, ia belum dikarunia anak. Pada waktu itulah ia berkata; bahwa
anak sendiripun akan dikorbankan apabila hal itu, diperintahkan oleh Allah. Maka tatkala anak
itu benar-benar telah lahir, bahkan telah dapat membantu pekerjaannya dan tentu merupakan
anak yang sangat didambakan dan dicintai oleh Ibrahim as dan isterinya Siti Hajar. Dan
datanglah tuntutan Allah agar Ibarahim membuktikan tekad dan kesetiaannya kepada Allah.

Hadirin, Kaum Muslimin Sidang ‘Id yang berbahagia !

Harkat, martabat, dan kedudukan orang yang takarrub kepada Allah juga terus menerus
bergerak menuju kemuliaan dan kesempurnaan. Yaitu seiring dengan amaliyah –amaliyah
salihah yang ia lakukan dan prestasi-prestasi mubarakah yang ia raih.

Keadaan masyarakat dan lingkungan orang yang takarrub kepada Allah juga terus menerus
bergerak menuju kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai oleh Allah SWT . Sebab dari
diri orang yang takarrub kepada Allah akan memancar cahaya, yaitu cahaya dalam bentuk
amaliyah-amaliyah salihah tadi, yang dapat menghilangkan kepekatan-kepekatan sosial dan
kesemerawutan tatanan kehidupan dan lingkungan, sehingga apa yang disebut di dalam Al-
Qur’an dengan baldatun tayyibatun wa rabbun gafur dapat terwujud menjadi kenyataan.

Allahu Akbar 3x Walillah al-Hamd


Hadirin kaum muslimin sidang Idul Adha yang berbahagia!

Demikianlah, Khutbah Tentang Ibadah Kurban / ‘Id al-Adha tidak boleh berhenti hanya pada
makna intrinsiknya, akan tetapi ia harus berlanjut dengan mengaplikasikan makna-makna
tersebut melalui makna instrumentalnya: dan inilah yang dikehendaki oleh setiap peribadatan
atau ritual dalam Islam.

Di dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, di mana bangsa Indonesia mendapat cobaan
yang beruntun, tidak putus-putusnya; mulai dari musibah Tsunami di Aceh dan Nias, Tsunami
di Sukabumi, Cirebon, dan lain-lain tempat. Gempa bumi di Yogyakarta dan terakhir ini,
musibah Semburan Lumpur Panas di Sidoarjo yang masih berlangsung sampai hari ini dan juga
bermunculan semburan Lumpur di beberapa tempat di Jawa dan Kalimatan.

Dengat semangat taqarrub kepada Allah kita tingkatkan zikir dan pikir kita, kita tingkatkan
semangat pengorbanan dan solidaritas, kita tingkatkan proses penyontohan serta peneladanan
terhadap sifat dan akhlak Allah tertutama terhadap sifat-sifat-Nya Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, Maha Pengatur dan Maha Pemelihara, Maha Pemberi Pertolongan dan Maha
Penyantun, Maha Pemaaf dan Maha Pemberi Nikmat, Maha Pelimpahan Kebaikan dan Maha
Pemberi Karunia, Maha Pemberi tobat dan Maha Pembebas dari segala penderitaan dunia
maupun penderitaan akhirat. Dengan cara seperti itulah ‫إن شاء هللا‬kita akan mampu menghadapi
krisis-krisis yang kini sedang melanda kita bangsa Indonesia; Hanya dengan cara
meningkatkan zikir dan pikir dengan meningkatkan taqarrub kita kepada Allah dan berakhlak
dengan sifat dan akhlak Allah, dengan memohon taufiq, hidayah, dan “inayah Allah, kita akan
dapat melewati segala bentuk krisis tersebut karena kita senantiasa bersama Allah. Kita dapat
menjalani hidup dan kehidupan ini dengan sukses , penuh dengan rahmat, maghfirah,
keberkahan, dan keridhaan-Nya apapun tantangan dan ujiannya! Kita memohon kiranya Allah
SWT berkenan memberi kekuatan dan kemampuan kepada kita, memberikan taufiq, hidayah,
dan ‘inayah-Nya kepada kita semua, terutama kepada mereka yang berada pada posisi “bisa
membantu” mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Kita ucapkan selamat kepada mereka semua yang berkurban; karena niatnya yang tulus ikhlas,
amal ibadahnya diterima oleh Allah; dosa dan kesalahan mereka diampuni; segala usaha dan
aktivitasnya diberkati, sedang perniagaannya dengan Allah, yaitu pengorbanannya di jalan
Allah yang berdimensi vertikal dan horizontal, yang berdampak kepada harmonisnya
kehidupan sosial, mendapatkan anugerah dan ridha Allah. Di dunia mereka mendapatkan
bimbingan dan tuntunan Allah. Sedang di akhiratnya nanti mereka dimasukkan ke dalam
syurga dengan limpahan rahmat, maghfirah, dan ridha Allah SWT.

) 10 : 39 \‫ (الزمر‬. ‫أجرهم بغير حساب‬


َ ‫إنما يُ َوفى الصابرون‬

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas.

Kepada kita semua, kepada bangsa Indonesia, kepada kaum mukminin dan mukminat di
manapun mereka berada, kepada ibu dan bapak kita, kepada para pemimpin kita, kepada anak,
cucu dan keluarga kita, kepada generasi kita yang akan melanjutkan hidup kita, kiranya Allah
berkenan memberikan ketetapan iman dan Islam, memberikan taufiq, hidayah dan ‘inayah-
Nya, memberikan kemudahan dan keberkahan-Nya, sehingga kita dapat memperoleh
kebahagian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat kelak.

‫ إنه قريب مجيب الدعوات ويا قاضى‬،‫ األحياء منهم واألموات‬،‫ والمؤمنين والمؤمنات‬،‫اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات‬
. ‫ والحمد هلل رب العالمين‬.‫ برحمتك يا أرحم الراحمين‬،‫الحاجات ويا غافر الذنوب والخطيئات‬
. ‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

)207 : 2: ‫ (البقرة‬.‫ وهللا رؤوف بالعباد‬، ‫] ومن الناس من يشرى نفسه ابتغاء مرضات هللا‬1[

Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah ; dan
Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambanya.

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah , tetapi
ketaqwaan dari kamu yang dapat mencapainya.

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh
kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamuj
meyembelinya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Dan kemudian telah roboh (mati),
maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya
(yang tidak minta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan
unta-unta itu kepadamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.

Bagi kamu pada binatang-binatang (hadyu), itu ada beberapa manfaat sampai kepada waktu
yang telah ditentukan, kemudian tempat wajib (serta akhir masa), menyembelihnya ialah
setelah sampai ke Baitul Atiq (Baitullah).

103(. ‫)فلما أسلما وتله للجبين‬


104(. ‫)وناديناه أن يا إبراهيم‬
105( .‫ إنا كذلك نجزى المحسنين‬، ‫)قد صدقت الءيا‬
106( . ‫)إن هذا لهو البالء المبين‬
107(.‫)وفديناه بذبح عظيم‬

Maka tatkala anak itu sampai pada usia dapat berusaha bersama-sama Ibrahi, Ibrahim berkata;
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu . Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab : Wahai ayahku , kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar. (102)
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya,
nyatalah kesabaran keduanya .(103)
Dan Kami panggil dia: Hai Ibrahim. (104)
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(105)
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106)
Dan Kami tebus anak itu dengan seokor sembelihan yang besar. (107)

Sumber : http://www.tongkronganislami.net/2012/08/khutbah-idul-adha-2012-
terupdate.html#ixzz3mABbGHVa

Anda mungkin juga menyukai